Vicky - Resume Journal Reading - DR Saptoyo

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

JOURNAL READING

Various factors affecting the bacterial corneal ulcer healing:

a 4-years study in referral tertiary eye hospital in Indonesia


Med J Indones. 2015;24:150-5

Pembimbing :

dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M

Disusun Oleh:

Vicky Karmanta

406148030

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

PERIODE 28 MARET 30 APRIL 2016

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI BOGOR


RESUME JOURNAL

Judul journal : Various factors affecting the bacterial corneal ulcer healing: a 4-years
study in referral tertiary eye hospital in Indonesia. Med J Indones. 2015;24:150-155

Sumber : Medical Journal of Indonesia tahun 2015 edisi 24 halaman 150-155.

Latar belakang : Ulkus kornea merupakan salah satu penyebab utama gangguan
penglihatan dan kebutaan diseluruh dunia. Ulkus kornea dapat disebabkan oleh bakteri,
jamur, virus ataupun parasit. Di Indonesia angka kejadian ulkus korena bakteri juga
cukup tinggi yaitu 88 dari 202 kasus ulkus kornea.

Tujuan : mengevaluasi faktor predisposisi, demografi pasien, karakteristik klinis,


organisme penyebab, sensitivitas antibiotik dan resistensi, serta hasil pengobatan ulkus
kornea bakteri di RSCM. Penelitian ini akan memperoleh bukti empiris yang akan
menjadi pedoman dalam mengobati ulkus kornea.

Metodologi : Semua data diambil secara retrospektif berdasarkan rekam medis pasien
ulkus selama 4 tahun (2008-2011) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Dilakukan apusan kornea untuk pemeriksaan gram dan/atau kultur. Hasil terapi ulkus
dianalisis menggunakan uji kai kuadrat dan one-way ANOVA, serta post-hoc analysis.

Kriteria inklusi dan eksklusi : semua pasien yang memberikan hasil positif pada
pemeriksaan gram dan kultur dari usapan kornea (inklusi). Ulkus yang bukan disebabkan
oleh infeksi bakteri tidak diikutsertakan (eksklusi).

Hasil : Sebanyak 220 kasus ulkus kornea bakteri ditemukan berasal dari 216 pasien.
Faktor risiko ulkus yang paling sering ditemukan adalah trauma okuler (45,8%). Kokus
gram-positive ditemukan pada 65,7% kasus. Pseudomonas sp. (25,0%) dan
Staphylococcus epidermidis (18,4%) merupakan spesies yang paling banyak ditemukan,
dan sensitif terhadap hampir semua jenis antibiotik. Sekitar 83,0% (106 kasus) membaik
dengan pemberian antibiotik saja, sisanya tidak membaik dan memburuk. Rerata masa
penyembuhan ulkus yang sempurna adalah 17,5 8,9 hari dan ulkus ringan mengalami
masa penyembuhan tercepat. Ulkus yang diterapi dengan tetes mata fluorokuinolon
menyembuh lebih cepat dari regimen lain yaitu dalam waktu 14 hari.

Kesimpulan : Trauma okuler merupakan faktor risiko ulkus kornea yang paling sering.
Penyebab mikroorganisme tersering adalah Pseudomonas sp. Sebagian besar kasus
membaik dengan pemberian antibiotik saja. Kasus yang diberikan fluorokuinolon
menyembuh lebih cepat dibanding jenis lain. Rerata masa penyembuhan ulkus adalah
sekitar 17,5 hari.
Rangkuman dan hasil pembelajaran : Ulkus kornea karena bakteri adalah penyebab
utama kehilangan penglihatan dan kebutaan di Indonesia. Rasio perbandingan laki-laki
dan perempuan adalah 2:1. Hal ini dimungkinkan karena laki-laki lebih banyak
beraktifitas diluar dibanding wanita sehingga lebih mudah terkena trauma okular dan
terpapar benda asing.

Salah satu faktor predisposisi pada studi ini juga adalah trauma okular. Penelitian
menunjukkan ulkus kornea biasa terjadi pada umur 40 tahun atau pada usia dewasa muda.

Trauma okuli adalah salah satu faktor predisposisi yang paling banyak pada studi ini.
Tetapi berbeda dengan studi di Australia dimana faktor predisposisi tertinggi adalah
penggunaan kontak lens. Bakteri penyebab paling banyak pada studi ini adalah
Pseudomonas sp.

Penelitian ini menemukan bahwa Pseudomonas sp. sebagai bakteri yang paling sering
ditemukan, sebagian besar sensitif terhadap gentamisin, ciprofloxacin, ceftazidime,
gatifloksasin, dan levofloxacin.

Hasil perbaikan klinis pada pengobatan mencapai 80%. Yang paling umum digunakan
dalam penelitian kami fluorokuinolon topikal dan tetes mata aminoglikosida dengan
konsentrasi yang tepat. Fluorokuinolon juga sering digunakan karena sensitivitas yang
baik untuk semua kelompok bakteri. Rata-rata waktu epitelisasi kornea adalah 15 hari,
pada studi ini didapatkan rata-rata waktu epitelisasi kornea adalah 17,5 hari.

Anda mungkin juga menyukai