Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partai komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang terbesar


di seluruh dunia diluar Tiongkok dan Uni Soviet. Pada tahun-tahun sebelum
peristiwa 1 Oktober 1965, Partai Komunis Indonesia tampak berkembang pesat.
Dari sebuah partai kecil dengan latar belakang yang diragukan iktikat baiknya
karena berperan dalam pemberontakan Madiun pada tahun 1948, ia tumbuh
menjadi partai massa yang hebat. Pengaruhnya dapat dirasakan disetiap lapangan
kehidupan sosial politik. Wakil-wakil partai itu duduk di kabinet, dalam Dewan
Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Disamping kedalam
bidang politik, jalur partai pun merembes ke bidang ekonomi, pendidikan,
kesenian, dan kesusastraan.

Semua itu dicapai berkat pimpinan licik dari D.N Aidit, yang menjadi
ketua partai pada tahun 1951. Bukan melalui cara bersekongkol, sembunyi-
sembunyi, atau bergerak dibawah tanah, melainkan jalan parlementerlah yang
dipilih Aidit untuk memperoleh kekuasaan. Faktor tunggal terpenting yang
menyebabkan Aidit mencapai sukses, adalah persahabatannya dengan presiden
Soekarno, yang diperkokoh selama masa Demokrasi Terpimpin. Dengan pengaruh
kharismatiknya yang luar biasa terhadap seluruh bangsa, Presiden Soekarno
memberikan perlindungan kepada PKI dalam menghadapi musuh-musuhnya.1

Pada bulan Juli 1959, parlemen dibubarkan dan Soekarno menetapkan


konstitusi dibawah Dekrit Presiden dengan dukungan penuh dari PKI. Ia
memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jenderal militer
ke posisi yang penting. Soekarno menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin. PKI
menyambut Demokrasi Terpimpin Soekarno dengan hangat dan anggapan bahwa
dia mempunyai mandat untuk persekutuan konsepsi yaitu antara Nasionalis,
Agama, dan Komunis yang dinamakan dengan Nasakom.

1 Nugroho Notosusanto, Tragedi Nasional Percobaan KUP G 30 S/PKI di


Indonesia, Jakarta:Intermasa, 1968, hlm. 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tugas inti pimpinan PKI?
2. Bagaimana gambaran peristiwa G 30 S/PKI?
3. Bagaimana bentuk kontroversi istilah G 30 S/PKI?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tugas inti pimpinan PKI.
2. Menjelaskan gambaran peristiwa G 30 S/PKI.
3. Menguraikan bentuk kontroversi istilah G 30 S/PKI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tugas Inti Pimpinan PKI

Tugas pokok pimpinan PKI di masa pra-G 30.S, sebagai nama yang
dikenal orang selanjutnya untuk menyebut percobaan kup, terdiri dari suatu usaha
dengan tiga tujuan:
1. Memperbaiki pengaruh dan kekuasaan mereka di Angkatan Bersenjata.
2. Bersiap-siap menghadapi saat-saat presiden Soekarno tidak berkuasa
lagi.
3. Meneruskan usaha menyebarkan pengaruh mereka di semua sektor
masyarakat Indonesia.

Mengenai tugas yang pertama, pihak PKI sudah cukup puas dengan hanya
melakukan kasak-kusuknya di Angkatan Udara, karena Menteri/Panglima
Angkatan Udara Omar Dhani cenderung bersimpati kepada PKI. Dimata PKI,
Angkatan Laut tidak dianggap sebagai suatu kesatuan yang penting, sedangkan
kepolisian mengalami perpecahan dalam tubuhnya sendiri, dan karena itu, tidak
dapat diharapkan berfungsi efektif pada saat-saat darurat. Alhasil, hanya Angkatan
Darat saja yang betul-betul memusingkan pimpinan PKI.

Dari hasil pemilihan umum tahun 1955, ketika para anggota Angkatan
Bersenjata memberikan suara berdasarkan hak pemilihan tersendiri, PKI
mendapat kesimpulan, bahwa pengaruh mereka di jajaran berpangkat rendah
cukup besar. Namun korps perwira yang sebenarnya menjadi sasaran mereka,
tidak bersikap simpatik pada partai tersebut. Oleh karena itu PKI tentu berpikir
bahwa mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk mengganti pimpinan Angkatan
Darat dengan tokoh-tokoh yang lebih memperlihatkan simpati terhadap mereka.
Tentu tidak masuk akal, untk mengharap seorang agar simpatisan PKI akan
menjabat Panglima Angkatan Darat jika Soekarno tidak bekuasa lagi. Akan tetapi
seorang Soekarnois* kiranya cukup memenuhi harapan partai. Yang diperlukan
PKI ketika itu ialah waktu untuk mengembangkan kekuatannya secara pelan-pelan
sesuai dengan siasat Aidit.

Tugas kedua dari pimpinan PKI berkaitan erat dengan tugasnya yang
pertama. Bersiap-siap menghadapi situasi, pada saat Soekarno tidak ada lagi,
berarti berjaga-jaga untuk mencegah kemungkinan partai ditaklukan oleh
kekuatan musuh, dalam hal ini adalah Angkatan Darat. Kalau dapat dipastikan,
bahwa politik NASAKOM Soekarno tidak akan dijalankan terus sesudah Presiden
tidak berkuasa lagi, PKI tidak akan lagi melanjutkan cara damai guna meraih
kekuasaan dan terpaksa mengubah strateginya.

B. Peristiwa G 30 S/PKI

Peristiwa naas yang mengubah jalan sejarah Republik Indonesia terjadi


pada waktu subuh, 1 Oktober 1965, namun masyarakat umum memperingati
kejadian ini pada tanggal 30 September. Para pelaku juga menyebut kegiatan
mereka sebagai Gerakan 30 September. Pada setiap tanggal 30 September
bendera setengah tiang dikibarkan dan hari berikutnya dinaikkan ke ujung tiang
sebagai tanda kegagalan G 30 S dan kemenangan Orde Baru, yang disebut
presiden Soekarno dengan Gestok.2

Jakarta, 1965. Malam 30 September menjelang subuh 1 Oktober, enam


perwira tinggi pimpinan Angkatan Darat dan seorang perwira pemuda diculik dan
dibunuh. Pada pukul 07.20, RRI menyiarkan berita bahwa Gerakan 30 September
telah berhasil melindungi presden dari Dewan Jenderal yang berencana akan
melancarkan coup kontra-revolusi pada tanggal 5 Oktober. Tetapi nasib para
Jenderal yang telah diculik dan dibunuh itu tidak diberitakan. Siaran itu juga
mengatakan bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi Letkol. Untung, pemimpin
G 30 S, akan menyampaikan pengumuman pertama. Pengumuman itu
menyatakan bahwa Dewan Revolusi telah terbentuk, dan sekaligus menyampaikan
nama-nama anggota dewan yang baru terbentuk itu.

2 Taufik Abdullah dkk, Malam Bencana 1965 dalam Belitan Krisis Nasional,
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012, hlm. 86
Tetapi pengumuman itu tidak sama sekali mengatakan apapun tentang
kedudukan Presiden Soekarno. Jangankan ditempatkan pada tempat yang khusus
dan terhormat, nama sang pemimpin besar revolusi itu sendiri tidak termasuk
dalam daftar itu. Pengumuman tersebut hanya menyatakan bahwa pemerintahan
resmi tidak lagi berfungsi, karena telah digantikan oleh Dewan Revolusi. Dengan
keluarnya pengumuman ini maka pembunuhan dan penculikan para jenderal tidak
lagi bisa dianggap sebagai sekedar kejahatan politik. Usaha coup dtat telah
terjadi.

Peristiwa di malam menjelang subuh yang naas itu telah dengan begitu
saja membawa Indonesia memasuki periode baru dari sejarah kontemporernya.
Peristiwa tragis itu telah mendirikan tonggak batas sejarah yang kokoh. Kini,
setelah lebih dari empat dasawarsa belalu, tampaklah bahwa peristiwa tragis
menjelang subuh itu sesungguhnya hanya satu dari sangat sedikit batas sejarah
yang berdiri disaat peristiwanya masih berjalan. Batas sejarah ini otentik pada
dirinya. Batas itu hadir begitu saja tanpa campur tangan siapa pun juga.

Peristiwa yang yang terjadi pada malam tanggal 30 September 1965


sampai pagi harinya sangat menentukan dalam sejarah Indonesia. Gerakan yang
sering disebut sebagai percobaan kudeta yang abortif itu menimbulkan dampak
yang tidak terbayangkan oleh siapa saja, termasuk oleh segelintir pelakunya.
Malam itu beberapa perwira militer diculik dan dibunuh. Dr. Taufik Abdullah
dalam bebagai kesempatan menyebut malam itu sebagai malam jahanam

Anda mungkin juga menyukai