Etiologi
a iskemia plasenta
b frekuensi meningkat pd primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, mola
c umur ibu lbh dr 35 thn
d obesitas
Pre eklamsia
Tanda tanda umum pre eklamsia
pertambahan berat badan yg berlebihan
oedema
hipertensi
proteinuria
Pencegahan
Perawatan di RS:
1 (Jika pasien datang dengan pre eklampsia berat) beri sedativa yang kuat untuk mecegah
kejang :
a larutan sulfas magnesikus 50% sebanyak 10 ml disuntikkan IM, dapat diulang 2
ml tiap 4 jam.
b lytic cocktai, yakni larutan glukosa 5% sebanyak 500 ml yg berisi petidin 100mg,
klorpromazin 100mg, prometazin 50 mg sebagai infus intravena.
2 perlu obat hipotensif
3 jika oliguria, beri glukosa 20% iv
4 diuretik tdk rutin, hanya bila retensi air banyak
5 setelah bahaya akut berakhir, dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan.
Eklampsia
Harus dirawat di RS. Obat penenang yang cukup saat pengangkutan ke RS (petidin
100 mg). Hindarkan dari rangsangan kejang.
Tindakan Obstetrik
1 setelah kejangan diatasi dan KU diperbaiki
2 mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan
3 persalinan pervaginam adalah cara terbaik bila dapat dilaksanakan dengan cepat dan
aman.
4 pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi dengan amniotomi dan infus pitosin
setelah bebas kejang selama 12 jam dan keadaan serviks mengijinkan.
5 bila serviks masih lancip dan tertutup terutama pd primigravida, kepala janin masih
tinggi, atau ada persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya sesar.
6 jika persalinan sudah pada kala I dilakukan amniotomi untuk mempercepat partus
7 lakukan ekstraksi vakum atau cunam
8 setelah kelahiran pengobatan dan perawatan intensif harus diteruskan untuk 48 jam.
Proses
Bidan harus :
1. Selalu waspada terhadap gejala dan tanda pre eklamsi ringan
(tekanan darah dengan tekanan diastolik 90-110 mmHg dalam dua pengukuran berjarak 1
jam). Pantau tekanan darah ibu hamil pada setiap pemeriksaana antenatal, selama proses
persalinan, dan masa nifas. Pantau tekanan darah, urin (untuk mengetahui protein uria) ibu
hamil dan kondisi janin setiap minggu.
2. Selalu waspada terhadap tanda dan gejala preeklamsia berat
(tekanan diatolik >110 mmHg) yaitu : protein dalam air seni, nyeri kepala hebat, gangguan
penglihatan, mengantuk, tidak enak, nyeri epigastrik.
3. Catat tekanan darah ibu, segeera periksa adanya gejala dan tanda
preeklamsia atau eklamsia. Gejala dan tanda preeklamsia berat (yaitu peningkatan tekanan
darah tiba-tiba, tekanan darah yang sangat tinggi, protein dalam air seni, penurunan jumlah
air seni dalam warna yang menjadi gelap, oedema berat atau edema mendadak pada wajah
atau panggul belakang) memerlukan penanganan yang sangat cepat karena besar
kemungkinan terjadi eklamsia. Kecepatan bertindak sangat penting.
Cara pemberian
Catatan
1. Berikan anti dotum yakni glukonas calcius 1gm IVpelan pelan disertai O 2 dan
biasanya langkah ini sudah cukup untuk mengatasi depresi nafas tersebut.
2. Bila sampai terjadi henti nafas (tidak pernah terjadi pada dosis terapi), lakukan pula
intubasi dan ventilasi aktif.
Keuntungan
. Plasenta Previa
Definisi
Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (Prae = di depan ; vias
= jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah placenta yang implantasinya tidak normal
yakni rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian Ostium Internum. ( Prof. Dr.
Rustam Moctar MPH., 1998).
Plasenta previa ialah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada
segmen bawah rahim (SBR), menutupi ataupun tidak menutupi ostium uteri internum (OUI),
sedangkan kehamilan itu sudah viable atau mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan
>20mg dan atau berat janin >500gr).
Plasenta previa :
d. Letak rendah (plasenta berimplantasi di SBR tetapi tidak ada bagian yang
menutupi OUI).
Kriteria diagnose
Gambaran klinik
1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama
kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan
ketiga.
2. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang
3. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin letak lintang atau letak sungsang
4. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan.
Diagnose differensial
1. Solusio plasenta
2. Vassa previa (pecah).
3. Perdarahan obstetric lainnya.
Pemeriksaaan penunjang
1. Lab : darah lengkap, urin lengkap.
2. KTG, Doppler, Laennec.
3. USG untuk menilai letak/implantasi plasent, usia kehamilan dan keadaan janin secara
keseluruhan.
Perawatan RS
Tata laksana
Langkah langkah tata laksana plasenta previa ditentukan oleh beberapa faktor :
Oleh karena itu tata laksana plasenta previa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Berikan pematangan paru deksametason injeksi 12mg 3x berselang 8 jam atau Oradekson
5mg 2x selang 8 jam, atau deksametason 24mg single dose.
2. Berikan obat tokolitik (papaverin, terbutalin, atau isoksuprina).
3. Prinsipnya kehamilan dipertahankan dulu, kecuali jika perdarahan ulang dilakukan
terminasi (SC).
4. Plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah masih dimungkinkan dilahirkan per
vaginam, dimana terminasi diawali dengan amniotomi (pemecahan selaput ketuban) dan
dilanjutkan dengan pemacuan (oksitosin). Bila perdarahan tetap berlangsung juga,
lakukan SC.
Dilakukan SC, kecuali untuk plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah dilakukan
langkah di atas, bila tetap perdarahan dilakukan SC.
Penyulit
1. Anemia
2. Syok akibat perdarahan banyak
3. Lost koagulopati juga karena kehilangan darah.
Informed consent
Tingkat kewenangan
Untuk partus per vaginam dapat dilakukan oleh dokter umum. Tindakan SC harus
dilakukan oleh dokter spesialis OBGIN.
Lama perawatan
1. Perawatan konservatif 5 hari dan bila perdarahan berhenti, penderita dapat rawat
jalan.
2. Bila dilakukan SC, penderita bias pulang setelah 5 hari.
Masa Pemulihan
Sebelum tersedia darah dan sebelum kamar operasi siap tidak boleh dilakukan
pemeriksaan dalam, karena pemeriksaan dalam ini dapat menimbulkan perdarahan yang
membahayakan. Sementara boleh dilakukan pemeriksaan fornices dengan hati-hati, jika
tulang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah, maka kemungkinan placenta
previa kecil, namun sebaliknya jika antara jari-jari kita dan kepala teraba bantalan (ialah
jaringan placenta) maka kemungkinan placenta praevia besar sekali.
Pemeriksaan ini hanya dapat di lakukan pada persentasi kepala karena pada letak
sungsang bagian depan lunak hingga sukar membedakan dari jaringan lunak.
Diagnosa pasti pada plasenta praevia dibuat dengan pemeriksaan dalam kamar
operasi dan apabila sudah terdapat pembukaan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan
hati-hati supaya tidak menimbulkan perdarahan yang disebabkan perabaan. Bagi pemeriksa
yang kurang berpengalaman bekuan darah dapat disangka jaringan placenta.
Bila pasien datang dengan perdarahan, jangan lakukan vaginal touche atau
memberian tampon, bidan melakukan pengiriman pasien segera ke rumah sakit yang
besar.ketentuan ini di dasarkan atas kenyataan bahwa:
Walaupun begitu ada kalanya dokter atau bidan harus melakukan pemeriksaan dalam
setelah melakukan persiapan yang secukupnya yakni apabila dokter/bidan harus memberi
terapi sendiri misalnya apabila pasien tidak memungkinkan untuk dibawa ke kota besar
apabila perdarahan terjadi dalam jumlah yang sangat banyak.
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang
memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah Segera
melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak serta mengurangi
kesakitan dan kematian.
2. Solusio Plasenta
Pengertian Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin
di atas 500 gram. Walaupun dapat pula terjadi setiap saat pada masa kehamilan, bila terjadi
sebelum kehamilan 20 minggu, akan dibuat diagnosis abortus imminens.
Penyebab
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
kondisi yang menjadi predisposisi :
Kelas 1 ringan Tidak ada atau sedikit perdarahan dari vagina yang
(Rupturan sinus marginalis warnanya kehitam-hitaman
atau sebagian kecil plasenta Rahim yang sedikit nyeri atau terus menerus agak
yang tidak berdarah tegang
banyak) Tekanan darah dan frekuensi nadi ibu yang normal
Tidak ada koagulopati
Tidak ada gawat janin
Kelas 2 sedang Tidak ada hingga adanya perdarahan dari vagina
(Plasenta lepas lebih dari dalam jumlah yang sedang
1/4-nya tetapi belum sampai Nyeri pada uterus yang bersifat sedang hingga berat,
2/3 luas permukaannya) bisa disertai kontraksi tetanik. Nyeri perut dirasakan
terus menerus, uterus teraba tegang dan nyeri tekan
Takikardi pada ibu dengan perubahan ortostatik
pada tekanan darah dan frekuensi nadi. Ibu dapat
jatuh ke dalam keadaan syok
Gawat janin
Hipofibrinogenemia (50 250 mg/dL), mungkin
terjadi kelainan pembekuan darah
Kelas 3 berat Tidak ada hingga perdarahan vagina yang berat
(Plasenta telah terlepas Kontraksi tetanik uterus yang sangat nyeri
lebih dari 2/3 luas Syok pada ibu
permukaannya) Hipofibrinogenemia (<150 mg/dL)
Koagulopati
Kematian janin
Kriteria diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Dinding perut teraba tegang dan keras (wooden abdomen), Seringkali dengan nyeri tekan
Perdarahan kehitaman berasal dari ostium uteri
Dengan vaginal toucher teraba kulit ketuban yang tegang
Diagnosis Banding
Plasenta previa
Vassa previa
Pemeriksaan Penunjang
USG : menilai letak plasenta, usia kehamilan, dan keadaan janin secara
keseluruhan.
Penanganan
A. Terapi Medik
Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis,
yaitu:
B. Terapi Bedah
1. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.
2. Seksiosesarea atas indikasi medik.
3. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi
dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya
boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.
Tata laksana
Konservatif
Hanya untuk solusio plasenta derajat ringan dan janin masih belum cukup bulan, apalagi
jika janin telah meninggal
Transfuse darah (1x24 jam) bila anemia (Hb <10,0%)
Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10 IU dalam larutan saline 500 cc,
kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam
Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai lahir.
Dengan langkah ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik
(90%), sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC emergency.
Aktif / Operatif
Dilakukan untuk solusio plasenta derajat sedang sampai berat tanpa memandang usia
kehamilan, dimana kala II tidak dapat diharapkan dalam waktu singkat (maksimal 6 jam).
Diawali dengan pemecahan ketuban dilanjutkan dengan pemacuan seperti diatas.
Tindakan operatif SC dilakukan apabila 6 jam setelah pemacuan ternyata tidak tercapai
kala II dan bayi masih hidup.
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya
distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal
interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik ,
pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval
waktu tersebut lebih dari 60 detik.
Penatalaksanaan
1. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi
curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
2. Lakukan episiotomi.
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan
bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah
pada kepala janin.
2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William A
Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari
penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha
menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar,
rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan
mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran
panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul
cenderung untuk membebaskan bahu depan yang
terhimpit.
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana terlihat
pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan (panah
vertikal)
A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan
kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan
posisi fleksi siku
B. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
C. Lengan posterior dilahirkan
5. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
1 Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada
abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
2 Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan
kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak
sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari sympisis pubis.
Maneuver Rubin II
A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong
kearah dada anak sehingga diameter bahu mengecil
dan membebaskan bahu anterior yang terjepit
6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.
7. Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan
melalui SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan
PPL yang sudah terjadi.Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan
mendorong kepala kedalam vagina.
8.Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
9. Simfisiotomi.
Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas.
Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :
Penyulit
Pada ibu
1. Partus lama dengan segala akibatnya : infeksi intra partum, rupture uteri,
perlukaan jalan lahir, fistula (post partum).
2. Partus kasep dengan konplikasi seperti halnya partus lama, tetapi dengan angka
kekerapan yang lebih tinggi.
Pada bayi
1. Asfiksia
2. Cedera
3. Kematian
Lama perawatan
Persalinan pervaginam : 3-4 hari
SC : 4-5 hari, tergantung keadaan setelsh pembedahan.
Masa pemulihan
Sekitar 42 hari untuk partus per vaginam.
3-4 bulan untuk SC.