Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Unggas adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah
didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk
memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging dan telur. Dalam praktikum
Produksi Ternak Unggas Wajib Fakultas Peternakan Semester 4, melaksanakan
melihat sistem pencernaan dan reproduksi pada unggas yaitu mengetahui fungsi
fungsi pencernaan dan reproduksi unggas betina secara seksama, sehingga tahu
siklus pencernaan dalam mengabsorbsi makanan dan mempertahankan hidup dan
meneruskan generasi penerus dengan alat reproduksi yang baik.
Ayam broiler merupakan jenis ayam hasil dari budidaya teknologi
peternakan yang memiliki ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil
daging dengan konversi pakan yang rendah dan siap dipotong pada usia 28-45
hari. Dalam beternak ayam yang perlu diperhatikan antara lain pemberian pakan
ayam yang seimbang dan suhu kandang ayam yang sesuai. Ayam merupakan
termasuk hewan berdarah panas (endotermik) yang suhu tubuhnya diatur suatu
batasan yang sesuai. Menetaskan telur ayam berarti mengeramkan telur agar
menetas dengan tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak ayam
dapat keluar dan dapat hidup. Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu penetasan telur pada induk dan mempergunakan mesin penetas atau
incubator. Oleh karena itu, penetasan telur bertujuan untuk mendorong industri
perunggasan dalan penyediaan bibit unggul dalam jumlah besar.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum anatomi dan morfologi adalah mengetahui dan
memahami tentang anatomi dan morfologi unggas, serta mengetahui dan
memahami sistem pencernaan dan sistem reproduksi unggas serta proses-proses
yang berlangsung di dalamnya.

1.3. Manfaat

1
Manfaat dari praktikum anatomi dan morfologi unggas adalah praktikan
dapat memahami anatomi dan morfologi pada unggas serta sistem pencernaan dan
sistem reproduksi serta proses-proses yang berlangsung di dalamnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Amrullah (2004) menyatakan bahwa Warna kehijauan empedu disebabkan


karena produk akhir destruksi sel darah merah, yaitu biliverdin dan bilirubin.
Amrullah (2004) menyatakan bahwa bentuk paruh pada unggas
disesuaikan dengan bentuk makanannya, paruh runcing jika makanan utamanya
adalah bijian kecil, dan berbentuk runcing bengkok dapat digunakan untuk
menyobek mangsanya dan memecah bijian yang besar yang keras serta berbentuk
seperti sendok sehingga mudah digunakan untuk menyaring dan menangkap
makanan yang bercampur air.
Crompton (1999) menyatakan bahwa sebelum kerongkongan memasuki
rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong
yang dikenal sebagai crop (tembolok).
Frandson (1992) menyatakan bahwa Pada bagian leher infundibulum yang
merupakan bagian klasifikator juga merupakan tempat penyimpanan sperma,
sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina.
Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi
Muljowati (1999) menyatakan bahwa Pepsin, suatu enzim untuk
membantu pencernaan protein, dan hydrochloric acid disekresi oleh glandular cell,
oleh karena pakan berlalu cepat melalui proventriculus maka tidak ada pencernaan
material pakan disini, akan tetapi sekresi enzim mengalir ke dalam gizzard
sehingga dapat bekerja disini.
Nalbandov (1990) menyatakan bahwa Letak ovarium berada diujung
cranial ginjal dan agak ke kiri dari garis tengah daerah sumb lumbal cavum
dadominalisi dan tergantung pada dinding dorsal abdomen oleh suatu lipatan
peritoneum.
Nasution dan Adrizal (2009) menyatakan bahwa berat telur juga
dipengaruhi oleh genetik ayam, dimana ayam buras yang mempunyai kemampuan
genetik rendah hanya akan mampu menghasilkan berat telur optimal sesuai
dengan kemampuan genetiknya.

3
Neil (1991) menyatakan bahwa berat crop ayam berkisar antara 8 sampai
12 gram.
Setiowati (2007) menyatakan bahwa burung memiliki tubuh yang ditutupi
bulu. Bulu tersebut dibedakan menjadi tiga yaitu plumae, filoplumae, dan
plumulae. Plumae adalah bulu yang terdapat pada bagian sayap dan ekor.
Filoplumae adalah bulu burung yang halus yang menutupi seluruh permukaan
tubuh.
Suprijatna (2005) menyatakan bahwa Albumin pada sebutir telur terdiri
dari 4 lapisan. Masing-masing adalah chalazae (27.0 %), putih kental (57.0 %),
putih telur encer (17.3%) dan putih telur encer bagian luar 23.0%). Keempat
lapisan tersebut diproduksi pada magnum, tetapi putih telur encer luar (outer thin
white) tidak lengkap sampai air ditambahkan di uterus.
Suprijatna (2005) menyatakan bahwa Isthmus merupakan tempat
pembentukan kerabang tipis dan tempat terjadi plumping, kandungan pada masa
ini tidak secara lengkap mengisi membran kerabang dan telur menyerupai sebuah
kantung hanya sebagian yang terisi air.
Suprijatna (2005) menyatakan bahwa Warna kerabang telur terdiri
atas phorpirin yang terbentuk dibagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur.
Yuwanta (2004) menyatakan bahwa Dalam getah empedu terdapat asam
empedu yang berfungsi membantu digesti lemak, mengaktifkan lipase pankreas
dan membantu penyerapan asam lemak, kolesterol dan vitamin yang larut dalam
lemak.
Yuwanta (2004) menyatakan bahwa di dalam seka terjadi pencernaan
mirobiologi, karena pencernaan serat kasar dilakukan oleh bakteri pencerna serat
kasar.
Yuwanta (2004) menyatakan bahwa Fungsi usus besar yaitu untuk
perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi
feses yang kemudian juga tercampur dengan urine membentuk ekskreta. Feses dan
urine sebelum dkeluarkan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%.
Usus besar mempunyai panjang 7 cm.
Yuwanta (2004) menyatakan bahwa Kloaka merupakan tempat keluarnya
eksreta karena urodenum dan cuprodeum terletak berhimpitan.

4
Yuwanta (2004) menyatakan bahwa mulut menghasilkan saliva yang
mengandung amylase dan maltase saliva dan produksi saliva 7 sampai 30 ml/ hari
tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva dipacu oleh syaraf parasimpatik.
Yuwanta (2004) menyatakan bahwa Oesophagus menghasilkan mukosa
yang berfungsi untuk membantu melicinkan pakan menuju tembolok.
Yuwanta (2004) menyatakan bahwa pencernaan pada ayam terdiri dari
bagian-bagian utama seperti mulut/paruh, esofagus, tembolok (crop),
proventrikulus, empedal (gizzard), duodenum, jejunum, ileum, seka (usus buntu),
rektum, kloaka. Sedangkan organ pencernaan tambahan yaitu hati, getah empedu
dan pankreas.

5
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum Produksi Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Minggu, Maret


2017 mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai yang bertempat di Kandang
Percobaan Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

3.2. Materi

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum anatomi dan morfologi
unggas serta sistem pencernaan dan sistem reproduksi unggas adalah baki atau
nampan, pita ukur, timbangan, pisau bedah, gunting, pinset, dan ayam ras petelur
afkir.

3.3. Metode

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum anatomi dan morfologi unggas
yaitu tempatkan ayam di atas baki atau nampan dan usahakan dalam keadaan
tenang, gambar ayam secara utuh. Gambar kepala dan bagian-bagiannya, amati
bagian kepala seperti jengger, paruh, piah, lubang telinga, dan mata. Amati
seluruh badan ayam yang berbulu, bedakan dibagian mana terdapat bulu kontur,
plumulae, dan filoplumulae. Pada bulu sayap, perhatikan bagian mana yang
merupakan bulu sekunder, primer, dan bulu axial kemudian gambarkan. Cabut
salah satu bagian bulu sayap kemudian gambar dan tulis bagian-bagiannya.
Gambarkan bagian kaki dan sebutkan bagiannya. Amati pigmentasi pada kaki.
Ukur panjang shank.
Cara kerja pada praktikum alat pencernaan yaitu sembelih objek
praktikum (ayam ras petelur afkir) sesuai dengan prosedur. Bedah ayam dengan
cara menyayat bagian abdomen di atas kloaka, kemudian potong seluruh tulang
rusuk bagian kiri atau kanan sampai persendian antara tulang scapula dengan
coracoids. Gunting kulit leher bagian depan sehingga isi rongga badan dapat
terlihat seluruhnya. Keluarkan sistem pencernaan dari rongga badan mulai dari
bagian oesophagus sampai kloaka beserta alat-alat aksesorisnya. Perhatikan dan

6
catat kondisi bagian-bagian sistem pencernaan yang telah terpisah, lalu gambar
dan ukur panjang setiap bagian saluran pencernaan.
Cara kerja pada alat reproduksi betina adalah pada objek yang sama,
pisahkan sistem reproduksi dari rongga badan ayam. Urutkan hingga memanjang
mulai dari infundibulum sampai kloaka. Perhatikan dan catat kondisi bagian-
bagian sistem reproduksi. Ukur dan gambar saluran reproduksi. Cara kerja pada
alat reproduksi jantan adalah sembelih objek praktikum (ayam jantan) sesuai
prosedur. Keluarkan saluran pencernaan dengan hati-hati jangan sampai merusak
saluran reproduksi. Biarkan saluran reproduksi jantan menempel pada rongga
badan. Gambar dan catat kondisi bagian-bagian sistem reproduksi jantan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Seluruh Badan

Gambar 1. Morfologi Ayam Secara Utuh.

Ayam sebagai hewan ternak tentu memiliki beberapa bagian organ


eksterior. Bagian organ ayam yang tampak dari luar adalah bagian kepala, leher,
tubuh bagian depan, dan tubuh bagian belakang. Paruh, mata, kelopak mata,
jengger, dan pial terdapat di bagian kepala sementara tubuh bagian depan terdapat
dada dan sayap. Tubuh bagian belakang terdapat punggung, perut, ekor, paha, dan
cakar (Suprijatna dkk, 2008).
Paruh, jari, dan taji bersifat menulang, tersusun atas keratin. Paruh ayam
berbentuk runcing dan kecil karena disesuaikan dengan pakan yang terhadap
hormon berupa biji-bijian. Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap hormon
seksual sehingga dapat dijadikan indikator karakteristik secondary sex. Jengger
ayam jantan lebih besar daripada ayam betina. Sepasang pial terdapat pada bagian
kedua sisi rahang bawah di bagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging
tebal yang merupakan penjuluran dari corium yang padat dan terbungkus oleh
epidermis yang sangat tebal. Kelenjar minyak (glandula uropygal) yang terdapat
di bagian atas ekor ayam berukuran sebesar kacang kapri (Rasyaf, 2000).

8
4.2. Kepala

Gambar 2. Kepala Ayam

Bagian kepala dari ayam layer yaitu terdapat jengger, jengger ini terdiri
dari points, serration, blade. Jengger pada ayam layer yaitu bentuknya single
comb karena jengger dengan bentuk ini lebih memudahkan dalam hal perkawinan
sehingga diperoleh fertilitas yang tinggi.Pada bagian kepala juga terdapat eye
ring, beak (paruh), wattle, ear lobe, dan ear. Jengger yang ada pada ayam layer
yang diamati yaitu tidak tegak atau lembek yang menandakan ayam layer ini
betina.

4.3. Bulu

Gambar 3. Bulu Pada Ayam

Bagian bulu yang terdapat pada sayap ayam menurut letaknya terdiri atas
Remiges, Rectrices, Tectrites, Parapterium, dan Alaspuria. Pada bulu remiges ini
terdapapt tiga bagian yaitu bulu primer, bulu sekunder dan axial. Kegunaan
pembedaan bagian bulu pada sayap ini untuk menentukan saat molting atau luruh
bulu. Molting ini terjadi dengan alamiah. Pada ayam petelur molting terjadi 2
kali. Molting terjadi karena produktivitasnya rendah dan masa memperbaiki

9
bagian eksterior dan interior ayam tersebut. Adanya bulu pada sayap itu berguna
untuk melindungi tubuh dari cuaca dan lingkungan serta digunakan untuk
terbang. Sayap atau bulu ini disusun oleh keratin. Bulu pada unggas menunjukan
bangsa (breed, spesies, varietas) dan jenis kelamin. Pada saat praktikum pada
ayam petelur yang diamati terdapat 3 jenis struktuur bulu yaitu Plumulae yaitu
bulu yang berada dibawah bulu countur, Contur yaitu bulu yang menutupi tubuh,
Filoplumae yaitu bulu yang lebih kecil dan berada dibagian kepala. Menurut
pendapat Setiowati (2007) yang menyatakan bahwa burung memiliki tubuh yang
ditutupi bulu. Bulu tersebut dibedakan menjadi tiga yaitu plumae, filoplumae,
dan plumulae. Plumae adalah bulu yang terdapat pada bagian sayap dan ekor.
Filoplumae adalah bulu burung yang halus yang menutupi seluruh permukaan
tubuh.

4.4. Kaki

Bagian kaki yang terlihat adalah shank, shank pada ayam layer yang
diamati yaitu berwarna pucat. Warna yang pucat ini disebabkan karena ayam
mengkonsumsi pakan yang kurang dengan kandungan -karoten yang
menghasilkan warna kuning dari bahan pakan jagung.

4.5. Alat Pencernaan

Tabel 1. Pengamatan Karkas, Non Karkas, dan Alat Pencernaan.


Bobot Tembolok 14 gram
Bobot Gizard 31 gram
Bobot Hati 21 gram
Bobot Jantung 6 gram
Bobot Limfa 1 gram
Bobot Pankreas 2 gram
Bobot Duodenum 4 gram
Bobot Jejenum 12 gram
Bobot Ileum 8 gram
Bobot Caeca 15 gram dan 13 gram; rata-rata 14 gram
Panjang Duodenum 32 cm

10
Panjang Jejenum 68 cm
Panjang Ileum 45 cm
Panjang Caeca 20 cm dan 17 cm; rata-rata 17,5 cm

Dari data di atas didapatkan bahwa berat limfa sebesar 1 gram, yang dapat
diartikan bahwa persentase bobot limfa adalah 0,135 % dari bobot badan. Hal ini
dapat dikatakan kecil, karena menurut pendapat Putnam (1991) bahwa persentase
bobot limfa berkisar antara 0,18 - 0,23%. Limfa merupakan salah satu organ yang
berperan dalam sirkulasi darah yaitu sebagai daerah penampung darah (Frandson
1992).
Persentase bobot jantung terhadap bobot badan pada praktikum ini adalah
0,813%. Jantung adalah organ yang memegang peranan penting dalam peredaran
darah dari jantung ke semua sel di dalam tubuh.

Gambar 4. Sistem Pencernaan Ayam.

1. Mulut

Mulut unggas umumnya disebut dengan paruh. Mulut sangat penting


untuk proses pengambilan makanan. Bentuk paruh unggas bermacam-macam
menyesuaikan dengan makanan utamanya. Unggas akan memilih-milih makanan
sesuai dengan ukuran mulut atau paruhnya. Menurut Amrullah (2004) bentuk
paruh pada unggas disesuaikan dengan bentuk makanannya, paruh runcing jika
makanan utamanya adalah bijian kecil, dan berbentuk runcing bengkok dapat
digunakan untuk menyobek mangsanya dan memecah bijian yang besar yang

11
keras serta berbentuk seperti sendok sehingga mudah digunakan untuk menyaring
dan menangkap makanan yang bercampur air. Mulut pada unggas ditandai dengan
tidak adanya bibir, pipi, dan gigi. Pengganti fungsi gigi pada mulut unggas
terdapat pada lidah dan juga paruh
Terjadi proses pencernaan enzimatis dimulut dengan bantuan enzim saliva
dalam jumlah sedikit. Ezim dikeluarkan dalam mulut juga untuk membantu pada
proses penelanan. Makanan selama dalam mulut tidak terjadi mastikasi, karena
makanan lewat dengan cepat masuk lewat oesophagus. Menurut Yuwanta (2004),
mulut menghasilkan saliva yang mengandung amylase dan maltase saliva dan
produksi saliva 7 sampai 30 ml/ hari tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva
dipacu oleh syaraf parasimpatik.

2. Oesophagus

Oesopagus membentang disepanjang leher dan thorax, kemudian berakhir


di proventriculus, merupakan penghubung antara dasar mulut (pharynx) dengan
crop dan ventriculus. Oesophagus menghasilkan mukosa yang berfungsi untuk
membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004).

3. Tembolok (crop)

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui berat tembolok ayam


adalah 14 gram. Menurut Neil (1991), berat crop ayam berkisar antara 8 sampai
12 gram. Menurut Crompton (1999) sebelum kerongkongan memasuki rongga
tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang
dikenal sebagai crop (tembolok). Tembolok merupakan modifikasi
dari oesophagus yang berperan sebagai tempat penyimpanan pakan, pakan
disimpan dalam tembolok hanya sementara. Dalam tembolok sedikit bahkan tidak
terjadi proses pencernaan, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang
dilanjutkan aktifitasnya di tembolok

4. Proventriculus.

12
Proventriculus adalah suatu peleburan dari kerongkongan sebelum
berhubungan dengan gizzard (empedal). Biasanya disebut glandula stomach atau
true stomach, tempat gastric juice diproduksi. Pepsin, suatu enzim untuk
membantu pencernaan protein, dan hydrochloric acid disekresi oleh glandular cell,
oleh karena pakan berlalu cepat melalui proventriculus maka tidak ada pencernaan
material pakan disini, akan tetapi sekresi enzim mengalir ke dalam gizzard
sehingga dapat bekerja disini (Muljowati, 1999).

5. Gizzard.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui Gizzard ayam


memiliki panjang berat 31 gram. Data ini sesuai dengan data yang menyatakan
berat gizzard adalah 25 sampai 30 gram. Pada unggas yang hidup secara
berkeliaran, empedal lebih kuat daripada ayam yang dipelihara secara terkurung
dengan pakan yang lebih lunak (Yuwanta, 2004).
Gizzard disebut juga muscular stomach (perut otot) atau empedal.
Lokasinya berada diantara ventriculus dan bagian atas usus halus. Fungsi utama
empedal adalah melumatkan pakan dan mencampur dengan air menjadi pasta
yang dinamakan chymne. Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh
kebiasaan makan ayam tersebut. Ayam yang dipelihara empedalnya lebih kuat
daripada ayam yang dikurung (Yuwanta, 2004).

6. Usus halus

Organ tubuh ini menghubungkan gizzard dengan usus besar. Di dalam


rongga perut usus halus digantungkan oleh selaput penggantung yang disebut
mesentrium. Usus halus berfungsi dalam digesti, absorpsi, penyerapan zat
makanan yang larut dalam garam organik. Usus halus secara anatomis dibagi
menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Segmen yang pertama,
duodenum, bermula dari ujung distal gizzard. Bagian ini berbentuk kelokan,
disebut sebagai duodenal loop. Pankreas mensekresikan pancreatic juice yang
mengandung enzim amylase, lipase, dan tripsin. Panjang dari duodenum adalah
32 cm dengan berat 4 gram. Jejunum dan ileum merupakan segmen yang sulit
dibedakan pada saluran pencernaan ayam. Beberapa ahli menyebut kedua segmen

13
ini sebagai usus halus bagian bawah (Suprijatna, 2005). Berat pada jejunum pada
praktikum yaitu 12 gram dengan panjang 68 cm, sedangkang berat ileum adalah 8
gram dengan panjang 45 cm.

7. Seka

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui panjang


seka ayam adalah 20 cm dan 18 cm dengan berat 5 gram. Menurut Nell
(1991), berat coecum berkisar antara 6 sampai 8 gram. Ayam memiliki
berat coecum diatas kisaran normal. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan
individu serta pakan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pakan mengandung serat
kasar tinggi, maka seka akan berkembang karena seka berfungsi untuk mencerna
serat kasar. Seka terdiri atas dua coeca atau saluran buntu yang berukuran panjang
20 cm. Di dalam seka terjadi pencernaan mirobiologi, karena pencernaan serat
kasar dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar (Yuwanta, 2004).

8. Usus Besar
Fungsi usus besar yaitu untuk perombakan partikel pakan yang tidak
tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses yang kemudian juga tercampur
dengan urine membentuk ekskreta. Feses dan urine sebelum dkeluarkan
mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%. Usus besar mempunyai
panjang 7 cm (Yuwanta, 2004).

9. Kloaka
Kloaka merupakan penghubung usus besar dan anus, dan muara bagi sisa-
sisa hasil metabolism dalam bentuk materi feses dari usus besar, telur dari oviduct
dan urin dari ureter. Kloaka merupakan tempat keluarnya eksreta karena
urodenum dan cuprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004).

10. Organ Tambahan

a. Hati

14
Organ ini terdiri dari dua lobus yang berwarna cokelat dan terletak pada
daerah gizzard dan duodenum yang menghasilkan empedu berwarna kehijauan
dan bersifat alkali karena untuk menetralkan asam lambung. Hati berkerja sebagai
filter zat makanan yang telah diserap yang kemudian masuk ke dalam sirkulasi
darah. Fungsi utama hati dalam pencernaan dan absorpsi adalah produksi
empedu. Dalam getah empedu terdapat asam empedu yang berfungsi membantu
digesti lemak, mengaktifkan lipase pankreas dan membantu penyerapan asam
lemak, kolesterol dan vitamin yang larut dalam lemak (Yuwanta, 2004). Warna
kehijauan empedu disebabkan karena produk akhir destruksi sel darah merah,
yaitu biliverdin dan bilirubin (Amrullah, 2004).
Berat hati ayam adalah 21 gram, sedangkan berat badan adalah 969 gram.
Menurut Yuwanta (2004), berat hati adalah 3% dari berat badan. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa berat hati tidak sesuai dengan kisaran normal
karena kurang dari 3% berat badan.

b. Pankreas

Pankreas mensekresikan insulin dan getah pankreas yang berfungsi dalam


pencernaan pati, lemak, dan protein (Yuwanta, 2004). Berdasarkan praktikum
yang dilakukan diketahui berat pankreas ayam adalah 2 gram. Pankreas adalah
sebuah (glandula tubule alveolar) yang memiliki bagian endokrin dan eksokrin.
Bagian endokrin dari pankreas menghasilkan hormon
insulin (sel beta) dan glukagon (sel alfa). Bagian eksokrin menghasilkan getah
pencernaan yang menghasilkan enzim pepsinogen, tripsinogen (Frandson, 1992).
Pankreas mensekresikan getah pankreas (pancreatic juice) yang berfungsi dalam
pencernaan pati, lemak, dan protein. Hati mensekresikan getah empedu yang
disekresikan ke dalam duodenum.

c. Limfa
Limfa berada di sebelah kiri dan kanan duodenum, sedikit di atas empedu
dan berwarna kemerah-merahan.Organ ini fungsinya belum diketahui secara pasti,
tetapi menurut Yuwanta (2004), limfa berfungsi membantu memecah sel darah
merah dan sel darah putih.Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui berat

15
limpa ayam adalah 2 gram. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan
morfologi ayam.

4.6. Alat Reproduksi Betina

Alat reproduksi pada ayam betina terdiri dari ovarium, ovum,


infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina, dan kloaka.

Gambar 5. Alat Reproduksi Ayam Betina

a. Ovarium dan Ovum

Letak ovarium berada diujung cranial ginjal dan agak ke kiri dari garis
tengah daerah sumb lumbal cavum dadominalisi dan tergantung pada
dinding dorsal abdomen oleh suatu lipatan peritoneum (Nalbandov, 1990).

b. Infundibulum

Infundibulum mempunyai fungsi menangkap ovum (yolk) dan tempat


terjadinya fertilisasi. Infundibulum mempunyai lubang yang disebut ostium
abdominal yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah masak. Panjang
infundibulum adalah 9 cm dan kuning telur (ovum) berada pada infundibulum ini
selama 15 sampai 30 menit (Yuwanta, 2004). Pada bagian
leher infundibulum yang merupakan bagian klasifikator juga merupakan tempat
penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus
dan vagina. Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi
(Frandson, 1992).

c. Magnum

16
Magnum tesusun dari glandula tubuler yang sangat sensibel. Mukosa dari
magnum tesusun dari sel gobelet yang berfungsi dalam mensekresikan putih telur
kental dan cair. Magnum merupakan bagian terpanjang dari oviduct. Diperlukan
waktu sekitar 3,5 jam bagi telur yang sedang berkembang untuk melalui
magnum. Albumin pada sebutir telur terdiri dari 4 lapisan. Masing-masing adalah
chalazae (27.0 %), putih kental (57.0 %), putih telur encer (17.3%) dan putih telur
encer bagian luar 23.0%). Keempat lapisan tersebut diproduksi pada magnum,
tetapi putih telur encer luar (outer thin white) tidak lengkap sampai air
ditambahkan di uterus (Suprijatna, 2005).

e. Isthmus

Isthmus merupakan tempat pembentukan kerabang tipis dan tempat


terjadi plumping, kandungan pada masa ini tidak secara lengkap mengisi
membran kerabang dan telur menyerupai sebuah kantung hanya sebagian yang
terisi air (Suprijatna, 2005).

f. Uterus

Telur yang berkembang tinggal di uterus sekitar 18-20 jam, lebih lama
daripada dibagian lain dari oviduk. Uterus memiliki fungsi sebagai tempat
pembentukan kerabang telur dan pewarnaan kerabang. Warna kerabang telur
terdiri atas phorpirin yang terbentuk dibagian ini pada akhir mineralisasi kerabang
telur (Suprijatna, 2005).

g. Vagina

Pada vagina, kutikula ditimbun pada kerabang untuk mengisi sebagian


pori-pori kerabang. Secara normal, telur tinggal dalam vagina selama beberapa
menit, tetapi dalam keadaan tertentu dapat tinggal beberapa jam (Suprijatna,
2005). Selain itu, vagina juga berfungsi untuk penempatan telur sebelum
dikeluarkan (ovoposition).

h. Kloaka

17
Kloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu kuprodeum atau saluran keluarnya
feses, urodeumatau saluran keluarnya urin dan protodeum atau saluran keluarnya
sperma atau sel telur (Frandson, 1992). Telur juga dikeluarkan lewat kloaka yang
bermuara di protodeum. Meningkatnya kandungan protein dalam pakan dengan
kandungan energi yang sama dapat meningkatkan produksi telur, tetapi tidak
berpengaruh terhadap berat telur. Berat telur yang berkurang diantaranya
disebabkan oleh defisiensi protein dan asam amino untuk pembentukan sebutir
telur. Selain faktor tersebut berat telur juga dipengaruhi oleh genetik ayam,
dimana ayam buras yang mempunyai kemampuan genetik rendah hanya akan
mampu menghasilkan berat telur optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya
(Nasution dan Adrizal, 2009).

4.7. Alat Reproduksi Jantan

Sistem reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis, sepasang


saluran deferens, papilla dan kloaka.

Gambar . Alat Reproduksi Ayam Jantan.

1. Testis

Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat
pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum
mesorchium,berdekatan dengan aorta dan vena cava atau di belakang paru-paru
bagian depan dari ginjal. Meskipun ekat dengan rongga udara, temperatur testis

18
selalu 41oC sampai 43oC karena spermatogenesis akan terjadi pada temperatur
tersebut. Testis ayam terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan,
lapisan albuginea yang lunak. Bagian dalam dari testis terdiri atas tubuli
seminiferi (85% sampai 95% dari volume testis), yang merupakan tempat
terjadinya spermatogenesis dan jaringan interstitialyang terdiri atas sel glanduler
(sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron.
Besar testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan (Yuwanta,
2004). Spermatozoamenunjukkan bagian ujung kepala yang panjang diikuti oleh
satu ekor yang panjang. pH semen sekitar 7 sampai 7,4. Volume ejakulasi selama
satu kali perkawinan mencapai 1 ml pada permulaan hari itu dan berkurang sedikit
setelah beberapa kali perkawinan (Suprijatna et al., 2005).

2. Vas Deferens

Vas Deferens (ductus deferens) merupakan sebuah saluran yang berfungsi


mengalirkan sperma keluar dari tubuh. Masing-masing ductus deferens bermuara
ke dalam sebuah papilla kecil yang bersama berperan sebagai
organ intromittent (Suprijatna et al., 2005). Saluran duktus deferens dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma testis serta
bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan
dinamakan saluran deferens. Saluran deferens ini akhirnya akan bermuara di
kloaka pada daerah proktodeum yang bersebelahan dengan urodeum dan
koprodeum. Sperma di dalam saluran deferens mengalami pemasakan dan
penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma
terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens (Yuwanta, 2004).

3. Papilla

Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis) yang mengalami


rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12 sampai 18 cm.

19
Papila memproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat
terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004).

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum anatomi dan morfologi unggas yaitu pada


ayam terdapat kepala, bulu, dan shank. Pada kepala terdapat jengger, paruh, pial,
lubang telinga, dan mata. Bulu pada ayam ada tiga yaitu bulu kontur, plumulae,
dan filoplumulae. Alat pencernaan pada unggas terdiri dari mulut, oesophagus,
proventrikulus, ventrikulus (gizzard), usus halus (duodenum, jejunum, ileum),
seka, usus besar, dan kloaka. Alat reproduksi pada ayam betina meliputi ovarium,
ovum, infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina, dan kloaka. Alat
reproduksi pada ayam jantan meliputi sepasang testes, vas deferens, dan papilla.

5.2. Saran

Semoga praktikum produksi ternak unggas ini dapat meningkatkan daya


analisis praktikan yang dapat dijadikan bekal sebagai pedoman dalam berbisnis
mendatang dan semoga bermanfaat sebagai peningkat daya analisis praktikan
dalam mengenal dan memahami fisiologi reproduksi maupun sistem reproduksi
unggas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi IPB.


Bogor.

Crompton, D.W. 1999. A study of the growth of the alimentary tractof the young
cockerel. Br. Poult. Sci

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Collage of Veteraning Medicine


Colorado State University fort calling, New York.

Muljowati, S, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Unsoed. Purwokerto.

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. UGM
Press Yogyakarta.

Nasution, Saddat, dan Adrizal. 2009. Pengaruh Pemberian Level Protein Energi
Ransum yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur Ayam Buras.Universitas
Andalas. Padang.

Neil, A. C. 1991. Biology 2nd edition. The Benjamin Coming Publishing


Company Inc. Pec Wood City.

Setiowati, Tetty, Deswaty Purqonita. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka

Suprijatna, E., Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, E., Dulatip Natawihardia. 2005. Pertumbuhan Organ Reproduksi


Ayam Ras Petelur Dan Dampaknya Terhadap Performans Produksi Telur
Akibat Pemberian Ransum Dengan Taraf Protein Berbeda Saat Periode
Pertumbuhan. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta : Kasinius

22

Anda mungkin juga menyukai