Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CA NASOFARING

Untuk Memenuhi Tugas Departemen Surgical di Ruang 23 Infeksi

Oleh:
TIM PKRS

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


RUMAH SAKIT UMUM dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Ca Nasofaring

Untuk Memenuhi Tugas Departemen Surgical di Ruang 23 Infeksi

Oleh:
PSIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KELOMPOK 1
Muhammad Badrus Solikhin 150070300011127
Eriska Pratiwi 150070300011126
Ayu Rindu Lestari 150070300011130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik penyuluhan : Ca Nasofaring


Hari/Tanggal : Jumat, 7 April 2017
Waktu : 30 menit/ 08.00-08.30 WIB
Tempat : Ruang 23i RSSA
Sasaran : Pasien yang menjalani perawatan di ruang 23i dan keluarga
Penyuluh : Mahasiswa

I. LATAR BELAKANG
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring
dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.Keganasan ini termasuk 5
besar bersama kanker mulut rahim, payudara, kulit dan getah bening sedangkan pada
laki-laki merupak tumor yang paling banyak ditemukan (Roezin, 2003).
Karsinoma nasofaring merupakan keganasan yang mempunyai predisposisi rasial
yang sangat mencolok. Insidennya paling tinggi pada ras Mongoloid terutama pada
penduduk di daerah Cina bagian selatan, Hongkong, Singapura, Malaysia dan
Indonesia. Di Indonesia penyakit ini ditemukan pertamakali oleh Banker pada tahun
1926, kemudian laporan kasus dalam jumlah cukup banyak baru setelah tahun 1953.
Keganasan ini ditemukan lebih banyak pada laki-laki dari perempuan dalam
perbandingan 2,5:1.
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan
makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997). Selain itu faktor
geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial
ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan
timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma
nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan
titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).

II. TUJUAN UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien di ruang 23i RSSA
mengetahui tentang ca nasofaring.

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga pasien mampu :
1. Memahami Pengertian ca nasofaring
2. Memahami Penyebab ca nasofaring
3. Memahami Tanda dan Gejala ca nasofaring
4. Memahami Penatalaksanaan ca nasofaring
5. Memahami Pencegahan ca nasofaring

IV. MATERI
1. Pengertian ca nasofaring
2. Penyebab ca nasofaring
3. Tanda dan Gejala ca nasofaring
4. Penatalaksanaan ca nasofaring
5. Pencegahan ca nasofaring

V. METODE
Ceramah dan Tanya Jawab

VI. MEDIA
1. Leaflet dan PPT

VII. SETTING TEMPAT

Keterangan:
Presenter Pembimbing
Klinik
Moderator
Audience
Observer
Fasilitator

VIII. JOB DESK


1) Moderator
Job Description:
a) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan diberikan
e) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
f)Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
g) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
h) Mengatur waktu kegiatan penyuluhan
2) Presenter
Job Description:
a) Menggali pengetahuan keluarga tentang CA NASOFARING
b) Menjelaskan materi mengenai pertolongan pertama pada CA NASOFARING
c) Menjawab pertanyaan peserta
3) Fasilitator
Job Description:
a) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
b) Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
c) Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan
d) Memotivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
e) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
f) Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan
4)Observer
Job Description:
a) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
penyuluhan berlangsung
c) Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil
penyuluhan

IX. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahapan waktu Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta


1 Pembukaan 1. Mengucapkan 1. Menjawab
(5 menit) salam 2. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan memperhatikan
diri 3. Menyetujui
3. Kontrak waktu dan 4. Mendengarkan dan
aturan PKRS memperhatikan
4. Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
5. Mengali
pengetahuan awal
tentang CA
nasofaring
2 Kegiatan Inti 1 Menjelaskan 1. Mendengarkan dan
( 20 menit ) tentang pengertian memperhatikan
ca nasofaring
2 Menjelaskan 2. Mendengarkan dan
Penyebab ca memperhatikan
nasofaring
3 Menjelaskan Tanda
dan Gejala ca 3. Mendengarkan dan
nasofaring memperhatikan
4 Menjelaskan 4. Mendengarkan dan
Penatalaksanaan memperhatikan
Ca nasofaring
5 Menjelaskan 5. Mendengarkan dan
Pencegahan ca memperhatikan
nasofaring
6 Memberikan
kesempatan 6. Peserta bertanya
peserta untuk
bertanya
3 Penutup 1. Kesimpulan dari 1. Mendengarkan dan
5 menit pembelajaran memperhatikan
2. Salam penutup 2. Mendengarkan.

X. EVALUASI
a. Struktural
1. Peserta hadir di tempat penyuluhan
2. Penyelenggaraan Penyuluhan dilakukan di Ruang tunggu R.23i
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 hari
sebelumnya (Satuan Acara Penyuluhan)
4. Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai
b. Proses
1. Masing-masing anggota tim bekerja sesuai dengan tugas
2. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan, serta peserta yang terlibat
aktif dalam penyuluhan 50% dari yang hadir
c. Hasil
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh
yaitu sesuai dengan tujuan khusus.

MATERI PENYULUHAN
CA NASOFARING
A. PENGERTIAN
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring
dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring.Karsinoma nasofaring
merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001)
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.Keganasan ini termasuk 5 besar bersama
kanker mulut rahim, payudara, kulit dan getah bening sedangkan pada laki-laki merupak
tumor yang paling banyak ditemukan (Roezin, 2003).
Karsinoma nasofaring merupakan keganasan yang mempunyai predisposisi rasial
yang sangat mencolok. Insidennya paling tinggi pada ras Mongoloid terutama pada penduduk
di daerah Cina bagian selatan, Hongkong, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia
penyakit ini ditemukan pertamakali oleh Banker pada tahun 1926, kemudian laporan kasus
dalam jumlah cukup banyak baru setelah tahun 1953. Keganasan ini ditemukan lebih banyak
pada laki-laki dari perempuan dalam perbandingan 2,5:1.
Nasofaring sendiri merupakan bagian nasal dari faring yang mempunyai struktur
berbentuk kuboid.Banyak terdapat struktur anatomis penting di sekitarnya.Banyak syaraf
kranial yang berada di dekatnya, dan juga pada nasofaring banyak terdapat limfatik dan
suplai darah.Struktur anatomis ini mempengaruhi diagnosis, stadium, dan terapi dari kanker
tersebut.

B. ETIOLOGI
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan,
lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997). Selain itu faktor geografis, rasial,
jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi
kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi
sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-
barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi
(Efiaty & Nurbaiti, 2001).

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain:
1. Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor
sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)
2. Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa
Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat sumbatan pada tuba eustachius seperti tinitus,
tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
3. Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum
yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling,
eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran
melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak
terkena disebut sindrom unialteral.Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang
tengkorak.
4. Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang
akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong
pasien untuk berobat.Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring
atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti
pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada
daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun tahun akan menjadi karsinoma
nasofaring.
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Radioterapi
Sebelumnya persiapan pasien dengan oral hygiene, dan apabila infeksi/kerusakan gigi
harus diobati terlebih dahulu. Dosis yang diberikan 200 rad/hari sampai 6000-6600 rad untuk
tumor primer, sedangkan kelenjar leher yang membesar diberi 6000 rad. Jika tidak ada
pembesaran kelenjar diberikan juga radiasi efektif sebesar 4000 rad. Ini dapat diberikan pada
keadaan kambuh atau pada metastasis tulang yang belum menimbulkan keadaan fraktur
patologik. Radiasi dapat menyembuhkan lesi, dan mengurangi rasa nyeri.

2. Pengobatan tambahan
yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang
pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang
yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor
transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
4. Kemoterapi
Sebagai terapi tambahan dan diberikan pada stadium lanjut.Biasanya dapat
digabungkan dengan radiasi dengan urutan kemoterapi-radiasi-kemoterapi. Kemoterapi yang
dipakai yaitu Methotrexate (50 mg IV hari 1 dan 8); Vincristin (2 mg IV hari1); Platamin
(100 mg IV hari 1); Cyclophosphamide (2 x 50 mg oral, hari 1 s/d 10); Bleomycin (15 mg IV
hari 8). Pada kemoterapi harus dilakukan kontrol terhadap efek samping fingsi hemopoitik,
fungsi ginjal dan lain-lain.

5. Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca
radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan bersih.

E. PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal didearah dengan
resiko tinggi.Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah dengan resiko tinggi ketempat
lainnya. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan
untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya, penyuluhan mengenai
lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial/ekonomi dan berbagai hal
yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologik
lgA-anti VCA dan lgA anti EA secara massal dimsa yang akan datang bermanfaat dalam
menemukan karsinoma nasofaring secara lebih dini.

Anda mungkin juga menyukai