PT Medco Energi Internasional Tbk, kadang dikenal sebagai MedcoEnergi (IDX: MEDC),
adalah perusahaan publik energi terpadu di Indonesia dengan fokus pada kegiatan eksplorasi dan
produksi minyak dan gas. Sebagian besar saham MedcoEnergi (50,7 %) dimiliki oleh Encore Energy
Pte. Ltd. (terdiri dari 60,6% Encore International yang dimiliki pendiri dan 39,4% Mitsubishi),
sebagian lagi sahamnya (49,3%) dimiliki oleh publik melalui bursa saham. Perusahaan ini bermula
dari sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di
daratan (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling Co, yang didirikan Arifin Panigoro pada
tanggal 9 Juni 1980.
Medco Energi memiliki operasi di Indonesia, termasuk diantaranya 10 blok minyak dan gas
(block A, rimau, lematang, SSB, jeruk, bawean, tarakan, bengara, simenggaris, senoro-toili,) dan
memiliki partisipasi ekonomi di sebuah lapangan eksplorasi. Produksi minyak bumi sebesar
25,734 BOPD serta gas alam sebesar 159 BBTUPD (tahun 2011). Selain itu pada sektor hilir,
MedcoEnergi juga mengoperasikan beberapa pembangkit listrik tenaga gas dan uap (panaran I dan
II, tanjung jati, sarulla) untuk memasok listrik bagi PLN (Perusahaan Listrik Negara), memiliki unit
usaha pertambangan batu bara serta distribusi gas (LPG) juga diesel. Di luar negeri, MedcoEnergi
beroperasi di Libya, Oman, Papua Nugini, Tunisia, Yaman dan Teluk Meksiko di Amerika Serikat.
ABOUT
STRUCTURE
PT Medco E&P Malaka membuka januari 2015 dengan melakukan penandatanganan jual beli gas
(PJBG) Block A dengan Pertamina, Aceh pada acara Konferensi dan Pameran Indogas 2015
sebagai bentuk komitmen Perseroan untuk terus mengembangkan pasar gas dan memenuhi
kebutuhan gas domestik. Total volume pasokan gas yang ditandatangani mencapai lebih dari 198
Trilyun British Thermal Unit (TBTU), setara dengan nilai kontrak penjualan gas lebih dari US$ 2
milyar, gas Block A diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik di Propinsi Aceh dan
Sumatera Utara utamanya untuk pemenuhan kebutuhan pabrik pupuk dan industri lokal.
MedcoEnergi bersama mitranya telah mengelola Lapangan Gas Blok A sejak awal 2007. Adapun,
sumber gas di Blok A ditemukan pada 1972 silam oleh perusahaan migas asal Kanada yakni
Asameras. Meski kandungan minyak bumi sudah diproduksi, pasokan gas belum terlaksana
karena adanya hambatan infrastruktur dan komersial.
Final Investment Decision akan dilakukan pada semester pertama 2015 dengan target pasokan
gas akan dimulai pada tahun 2017 / kuartal pertama 2018 selama periode 13 tahun, dengan
volume gas sebesar 198 TBTU dan pasokan gas harian sebesar 58 BBTU per hari. Harga gas
yang disepakati adalah US$ 9,45 per Million Metric British Thermal Unit (MMBTU) pada tie-in
point pipa gas Arun Belawan. Selain dengan Pertamina, MedcoEnergi juga berencana untuk
menandatangani PJBG untuk lapangan Block A dengan PT PLN sebesar 5 sampai 15 BBTU per
hari yang akan dilakukan pada semester pertama 2015 untuk pemenuhan kebutuhan listrik Aceh
dan Sumatera Utara.
Pemegang hak partisipasi blok ini adalah MedcoEnergi 41,67% (operator), KrisEnergy 41,66%,
dan Japex 16,67%. Proyek ini adalah salah satu proyek utama Perseroan. Kontrak PJBG ini
diperkirakan akan memberikan pendapatan kepada Pemerintah dan kontraktor PSC sebesar
US$ 2 milyar dengan pembagian kepada Pemerintah sebesar US$ 492 juta, kepada
kontraktor sebesar US$ 209 juta dan juga biaya pengembalian investasi sebesar US$ 1,3 milyar.
Khusus untuk Blok A, Medco menggunakan process clause yang bisa mereduce kandungan H2S
di wilayah proyek tersebut yang cukup tinggi sampai dengan kategori takaran berbahaya bagi
manusia. Kalau misalnya dari facility sendiri, dia bisa merusak pipa-pipa. Kandungan Gas yang
terdapat di wilayah sumur Blok A sekitar 1,2%, sementara konsentrasi gas yang dijual maksimal 20
ppm, 1,2% setara dengan 12.000 ppm. Untuk itu konsentrasinya harus diturunkan dari 12.000
ppm ke 20 ppm.
Menurut Haryo Amiluhur, CPP Engineering dari PT Medco E&P Malaka otomatis kandungan H2S
harus diangkat dan dalam jumlah yang banyak, sementara limbah yang dibuang langsung
merupakan racun bagi manusia. "H2S yang sudah diangkat nanti diolah menjadi sulfur
elemental dengan kemurnian tinggi. Jadi kemudian sulfur yang kita dapatkan tadi kita ubah jadi
padatan kemudian nanti bisa kita kirimkan ke industri, biasanya untuk pupuk chemical.
Roberto Lorato, CEO MedcoEnergi mengatakan, Penandatanganan ini merupakan fase pertama
dari rencana pengembangan dan monetisasi cadangan Blok A.
Lukman Mahfoedz, Presiden Direktur & CEO MedcoEnergi, mengatakan bahwa, Dengan adanya
PJBG ini, keterkaitan pendapatan perusahaan terhadap perubahan harga minyak akan semakin
berkurang karena harga gas ditetapkan tidak bergantung pada harga minyak dunia. Setelah proyek
gas Senoro dan Block A selesai, masing-masing di tahun 2015 dan 2017, maka perbandingan
pendapatan MedcoEnergi dari penjualan minyak dan gas akan berkisar 50:50. Lukman
menambahkan, Pelaksanaan proyek Block A akan memberikan kontribusi penting pada pemerintah
daerah Aceh serta menambah lapangan kerja pada masyarakat sekitar.