Anda di halaman 1dari 5

Nama : Achmad Jamal Tanggal Kegiatan : 5 April 2017

NPM : 1506746342 Paraf Asisten :


Kelompok : 03
Topik Pemicu : Perpindahan Kalor Konveksi

I. OUTLINE:
1. Variabel yang menentukan kinerja heat exchanger
2. Faktor yang mempengaruhi kinerja heat exchanger
3. Cara mengoptimalkan kinerja heat exchanger
4. Menjelaskan lapisan batas termal

II. PEMBAHASAN
1. Variabel yang menentukan kinerja heat exchanger
Koefisien overall perpindahan panas (U) menyatakan mudah atau tidaknya panas
berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas
menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.
Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas. Karena luas
perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih luas perpindahan
panas berdasarkan luas dinding bagian luar.
Selisih temperatur rata-rata logaritmik (T LMTD). LMTD : perbedaan temperatur
yang dipukul rata-rata setiap bagian HE. Karena perbedaan temperatur di setiap
bagian HE tidak sama.

2. Faktor yang mempengaruhi kinerja heat exchanger


Koefisien overall perpindahan panas (U) menyatakan mudah atau tidaknya panas
berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas
menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.

Fouling factor (Rd)


Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di permukaan
Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer.
Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi.

Penyebab terjadinya fouling :


- Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi.
- Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak keras.

Akibat fouling :
- mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya, baik
investasi, operasi maupun perawatan.
- ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energy meningkat, waktu
shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.

Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :


- Kecepatan Linier Fluida (Velocity)
Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah kemungkinan terjadinya fouling.
Sebagai batasan dalam rancangan dapat digunakan nilai-nilai berikut:
1). Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3 6 ft/s
2). Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5 8 ft/s
3). Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat terjadinya fouling adalah 10
15 ft/s
4). Kecepatan fluida shell adalah 1 3 ft/s.
- Temperature Permukaan dan Temperature Fluida. Kecepatan terbentuknya fouling
akan meningkat dengan meningkatnya temperatur.

Pressure drop
Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan yang
dimilikinya selama fluida mengalir.Pressure drop disebabkan oleh 2 hal :
- Friksi aliran dengan dinding
- Pembelokan aliran
Jika P terlalu besar:
- Disebabkan jarak antar buffle yang terlalu dekat
- Aliran menjadi lambat
- Perlu tenaga pompa yang besar
Jika P terlalu rendah
-Perpindahan panas tidak sempurna

3. Cara mengoptimalkan kinerja heat exchanger


Memilih material heat exchanger dengan material yang memiliki nilai konduktivitas
tinggi. Perpindahan kalor yang terjadi pada heat exchanger dipengaruhi oleh besarnya
koefisien perpindahan panas keseluruhan. Apabila nilai koefisien perpindahan
keselruhan makin besar maka kalor yang berpindah juga semakin besar pula. Nilai
koefisien perpindahan panas keseluruhan akan semakin besar jika nilai tahanan
konduksi pada material tube semakin kecil. Perpindahan panas yang terjadi di dalam
heat exchanger seperti pada gambar berikut

Gambar 1. Perpindahan panas keseluruhan pada heat exchanger


Sumber : J. P. Holman, Heat Transfer, Tenth Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, 2010
page 523

Dimana nilai tahanan konduksi pada material tube merupakan x/kA . Apabila
digunakan material dengan konduktivitas yang tinggi maka tahanan konduksi akan
semakin kecil dan perpindahan panas akan semakin maksimal.

Meningkatkan kecepatan fluida alir akan meningkatkan reynold number sehingga


bilangan nussel juga semakin meningkat. Meningkatnya bilangan nussel juga
sebanding dengan meningkatnya koefisien perpindahan panas konveksi (h) mengikuti
persamaan berikut
d
Nu=h
k

Dengan meningkatnya koefisien perpindahan panas konveksi maka perpindahan kalor


konveksi yang terjadi akan maksimal.

Cara meningkatkan kinerja heat exchanger juga dapat dilakukan dengan secara rutin
membersihkan heat exchanger dari fouling ( pengotor) minimal 1 tahun sekali.
Adanya zat pengotor yang terbawa oleh aliran fluida akan menempel pada luas
permukaan kontak antara fluida dengan padatan sehingga zat pengotor tersebut akan
menjadi tahanan bagi perpindahan panas konduksi.

Dengan memperbesar luas area yang tegak lurus dengan perpindahan panas (luas area
tube) maka perpindahan panas yang terjadi di dalam heat exchanger akan menjadi
maksimal sehingga panjang dari desain heat exchanger yang digunakan akan semakin
pendek dan akan menghemat ruang dan biaya.

4. Menjelaskan lapisan batas termal


Lapisan batas termal adalah daerah didalam aliran dimana terjadi gradient suhu
.Perbedaan gradient suhu ini terjadi karena interaksi antara fluida dengan padatan
(dinding). Profil temperature didalam termal boundary layer mengikuti gambar
berikut

Gambar 2. Profil Temperatur Didalam Thermal Boundary layer


Sumber : J. P. Holman, Heat Transfer, Tenth Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, 2010
page 232

Termal boundary layer merupakan hambatan didalam perpindahan panas konveksi


sehingga diharapkan suatu aliran dalam heat exchanger memiliki termal boundary
layer yang tipis. Termal boundary layer yang tipis akan didapatkan dengan
meningkatkan aliran fluida hingga mencapai aliran turbulen. Boundary layer pada
aliran turbulen lebih kecil bila dibandingkan dengan boundary layer aliran laminar.
Dengan boundary layer yang kecil maka termal boundary layernya akan semakin
kecil pula. Hubungan antara boundary layer () dengan termal boundary layer (t)
adalah sebagai berikut

Semakin kecil suatu boundary layer maka termal boundary layernya juga akan
semakin kecil sehingga perpindahan panas akan semakin baik.

III. DAFTAR PUSTAKA


Holman, J. Heat transfer in SI units. New Dehli: McGraw-Hill, 2008
James R. Welty, Charles E. Wicks, Gregory Rorrer - 2009
Foust, A.S., et a1., Principles of Unit Operations, John Wiley & Sons, New York, 1980.
Geankoplis, C.J., Transport Process and Unit Operations, A11yn and Bacon Inc., 1987.

Anda mungkin juga menyukai