Anda di halaman 1dari 6

BAB 7 HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PENATAAN RUANG

c. Memperoleh Penggantian yang Layak

Setiap orang berhak untuk memperoleh penggantian yang layak


atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan
yang sesuai dengan RTR. Adapun yang dimaksud dengan 'penggan
tian yang layak' berarti bahwa nilai atau besarnya penggantian tidak
menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang diberi penggantian se
suai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 60 huruf
c UUPR dan penjelasannya). Ada pun kerugian yang timbul/dialami oleh
warga tersebut seperti adanya pemindahan penduduk, atau ada sumber
pencaharian yang hilang akibat penataan ruang tersebut seperti em pang
yang dijadikan areal pelabuhan nelayan, dan kebun yang ditetapkan se
bagai lokasi permukiman. Dalam ha! ini, kerugian yang bersifat imate
riel seperti kehilangan ikatan tanah kelahiran, kekerabatan perlu pula
diperhitungkan.

d. Mengajukan Keberatan

Setiap orang berhak untuk mengajukan keberatan kepada peja


bat yang berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
RTR di wilayahnya (Pasal 60 huruf d UUPR). Konsekuensi atas hak war
ga masyarakat ini ialah mereka harus mengetahui betul RTR dimaksud
dan untuk itu, pemerintah harus mengupayakan agar warga benar-be
nar mengetahui RTR itu secara nyata, seperti di mana untuk kawasan
lindung, kawasan budi daya, dan peruntukan lainnya. Oleh karena itu,
RRTR/RDTR sangat penting untuk diumumkan.

e. Tuntutan Pembatalan lzin


Setiap orang berhak untuk mengajukan tuntutan pembatalan izin
dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan RTR kepada
pejabat yang berwenang (Pasal 60 huruf e UUPR). Tentunya, izin yang
dimaksud ialah izin usaha a tau kegiatan yang berkaitan dengan peman
faatan ruang. Lagi-lagi di sini warga harus mengetahui secara jelas ten
tang RTR dimaksud.

f. Gugatan Ganti Kerugian


Setiap orang berhak untuk mengajukan gugatan ganti kerugian ke
pada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangun-
241PENGANTAR HUKUM TATA
RUANG

an yang tidak sesuai dengan RTR menimbulkan kerugian (Pasal 61 huruf


f UUPR). Khusus ketentuan ini, potensial untuk menimbulkan masalah
dalam pemanfaatan ruang, yakni jika pemanfaatan itu sudah sesuai
dengan RTRW (RUTRW-RRTR/RDTR) namun menimbulkan kerugian
kepada warga masyarakat, misalnya ada daerah/kawasan tertentu yang
menjadi rentan bencana banjir yang sebelumnya aman. Menurut keten
tuan tersebut, yang dirugikan dalam hal yang demikian itu tidak dapat
menuntut ganti kerugian dengan alasan ada pelanggaran atau kesalahan
pihak lain.
Dalam hubungan tersebut, bermanfaat dikemukakan pandangan
Heinhard Steiger, et al. dalam Hardjasoemantri (dalam kaitan dengan
hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat), yang mengemukakan
bahwa apa yang dimaksud dengan 'hak-hak subjektif' (subjective rihgts)
ialah bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang. Hak terse
but memberikan kepada yang mempunyai suatu tuntutan yang sah guna
meminta kepentingannya atas suatu lingkungan hidup yang baik itu
dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung oleh prosedur hukum,
dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan perangkat-perang
kat lainnya. Dikatakan bahwa tuntutan tersebut mempunyai dua fungsi
pokok, yaitu pertama, yang dikaitkan dengan hak membela diri terhadap
gangguan dari luar yag menimbulkan kerugian pada lingkungannya; dan
kedua, yang dikaitkan pada hak menuntut dilakukannya suatu tindakan
agar lingkungannya dapat dilestarikan atau diperbaiki.26 Secara logika,
pandangan atau ajaran ini dapat diterapkan atau bahkan menjangkau
dengan sendirinya persoalan ganti kerugian tersebut oleh karena masa
lah tata ruang pada dasarnya bagian dari masalah lingkungan hidup,
RTR merupakan salah satu instrumen dalam PPLH (Pengawasan Pemba
ngunan dan lingkungan hidup).
Selain hak-hak dalam Pasal 60 UUPR tersebut, khusus mengenai
'kerugian' diatur juga dalam Pasal 66 UUPR ayat:
(1) 'Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ru
ang" dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan.'

26
Hardjasoemantri, Koesnadi, 2009, Op. cit., him. 102.
27
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, clan pengawasan penataan ruang (Pasal 1 butir 6 UUPR).
242

BAB 7 HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PENATAAN RUANG

(2) 'Dalam ha! masyarakat mengajukan gugatan sebagaimana dimak


sud pada ayat (1), tergugat dapat membuktikan bahwa tidak terjadi
penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang.'
Ketentuan ini selain memberikan hak kepada yang menderita kerugian,
juga sebenarnya memberikan hak kepada tergugat untuk membela diri,
bahwa ia tidak melakukan penyimpangan.

2. Kewajiban dalam Penataan Ruang


Kewajiban warga masyarakat dalam penataan ruang, khususnya da
lam pemanfaatan ruang, diatur dalam Pasal 61 UUPR yang menegaskan
bahwa 'dalam pemanfaatan ruang28 setiap orang wajib:
(a) menaati RTR yang telah ditetapkan.
(b) memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang.
(c) mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pe
manfaatan ruang.
(d) memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peratur
an perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum'. Kewa
jiban-kewajtban tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Menaati RTR yang Telah Ditetapkan.


Ini dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk memiliki
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebelum melak
sanakan pemanfaatan ruang (Pasal 61 huruf a dan penjelasannya). Hal
ini dapat dimengerti oleh karena dengan izin, dapat ditetapkan syarat
syarat yang harus dipenuhi oleh pemegang izin sehingga tercipta ke
tertiban dalam pemanfaatan, baik sebagai wadah maupun ruang sebagai
sumber daya.

b. Memanfaatkan Ruang Sesuai dengan lzin Pemanfaatan Ruang


dari Pejabat yang Berwenang
Ini dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk melaksana-

28
Pemanfaatan ruang yaitu upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaan
nya (Pasal 1 butir 14. UUPR).
243

PENGANTAR HUKUM TATA RUANG

kan memanfaatkan ruang sesuai dengan fungsi ruang yang tertera da


lam izin pemanfaatan ruang (Pasal 61 huruf b UUPR dan penjelasannya).
Penekanan ini dimaksudkan agar semua pemanfaatan ruang benar-be
nar sesuai dengan peruntukannya sebagaimana ditetapkan dalam RTRW
(terutama dalam RRTR dan/atau RDTR).

c. Mematuhi Ketentuan yang Ditetapkan dalam Persyaratan lzin


Pemanfaatan Ruang
Mematuhi ketentuan ini dimaksudkan sebagai kewajiban setiap
orang untuk mematuhi ketentuan amplop ruang dan kualitas ruang
(Pasal 61 huruf c dan penjelasannya). Amplop ruang, berkaitan dengan
zonasi dalam RRTR dan/atau RDTR yang sudah menunjukkan tata
ba ngunan dan syarat pemanfaatan ruang pada zona/blok yang
bersangkut an, yakni koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar
bangunan, lantai uangunan, dan garis sempadan bangunan (Pasal 35
UUPR dan penjelas annya). Koefisien di sini lebih diartikan sebagai
(angka-angka) perban dingan luasan, volume, dan garis batas
pemanfaatan ruang.

d. Memberikan Akses Terhadap Kawasan yang oleh Ketentuan


Peraturan Perundang-undangan Dinyatakan sebagai Milik
Urn um

Memberikan akses dimaksudkan untuk menjamin agar masyarakat


dapat mencapai kawasan yang dinyatakan dalam peraturan perun
dang-undangan sebagai milik umum. Kewajiban memberi akses ini
dilakukan apabila memenuhi syarat: (a) untuk kepentingan umum; dan/
atau (b) tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud. Adapun yang
termasuk kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum, antara lain
sumber air dan pesisir pantai.
Kewajiban yang tertuang dalam Pasal 61 UUPR tersebut, secara
analog diperluas/diperinci dalam Pasal 120 jo. Pasal 85 PPTR mengenai
'arahan sanksi' yang merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terha
dap: (a) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur
dan pola ruang; (b) pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi
sistem nasional; (c) pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW; (d) pemanfatan ruang
tidak se suai dengan izin pemanfaatan ruang, atau pelanggaran
ketentuan yang

244
BAB 7 HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PENATAAN RUANG

ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan


berdasarkan RTRW; (e) pemanfaatan ruang yang menghalangi akses ter
hadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan
sebagai milik umum; dan/atau (f) pemanfaatan ruang dengan izin yang
diperoleh dengan prosedur yang tidak benar. 29 Di sini tersirat tiga ke
wajiban tambahan yang bersifat teknis, yaitu kewajiban: (1) mematuhi
arahan aturan zonasi sistem nasional; (2) mematuhi persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan (3) mamatuhi prosedur perolehan izin peman
faatan ruang.
Pelanggaran salah satu dari keempat kewajiban pokok dalam pena
taan ruang tersebut, mengandung konsekuensi berupa sanksi adminis
tratif (Pasal 62- 64 UUPR) seperti teguran lisan, penghentian sementara
kegiatan, penghentian sementara pelayanan umum, penutupan lokasi,
pencabutan izin, pembatalan izin, pembongkaran bangunan, pemulihan
fungsi ruang, dan/atau denda administratif.
Penghentian sementara 'pelayanan umum' tersebut seperti pemu
tusan sambungan listrik, saluran air bersih, dan saluran limbah yang
menunjang suatu kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
RTR. Sementara 'pembongkaran bangunan' dimaksud dapat dilakukan
secara sukarela oleh yang bersangkutan atau dilakukan (secara lang
sung) oleh instansi yang berwenang. 30
Se lain sanksi administratif ini, pelanggaran ketentuan tersebut juga
diancam dengan sanksi pidana (Pasal 69-72 UUPR). Sanksi pidana di
maksud seperti tidak menaati RTR yang telah ditetapkan yang mengaki
batkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling
Jama tiga tahun dan denda paling banyak_Rp 500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah).
Dengan adanya hak bagi warga yang dirugikan untuk mengajukan
tuntutan ganti kerugian kepada pihak yang menimbulkan kerugian,
maka dengan sendirinya kewajiban yang diatur dalam UUPR ini juga
mengandung sanksi perdata. Adapun mengenai penerapannya dalam
kehidupan masyarakat senyatanya, tentu harus memerhatikan
kondisi

29
Untuk lengkapnya lihat muatan Pasal 85 clan Pasal 120 PPTR (PP No. 26 Tahun 2008)
30
Lihat Pasal 63 UUPR clan penjelasannya.
245

Anda mungkin juga menyukai