SKRIPSI
Oleh :
PRASETYONINGSIH
NIM: ST. 13 053
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam,
skripsi yang berjudul : hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang
bimbingan dan motivasi-motivasi dari berbagai pihak niscaya penulis tidak akan
mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
mahasiswanya.
7. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan
ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga skripsi ini dapat
Prasetyoningsih
NIM.ST.13 053
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Prasetyoningsih
Abstrak
Prasetyoningsih
ABSTRACT
PENDAHULUAN
berkembang. Diare diartikan sebagai suatu kondisi buang air besar tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dengan atau tanpa disertai darah atau lendir akibat dari proses inflamasi pada
lambung atau usus (Muslimah, 2010). Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang dengan angka kejadian Diare yang masih tinggi, hal ini dilihat
dari morbiditas dan mortalitasnya. Lima provinsi dengan insiden dan period
prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%),
kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare,
sementara lansia umur 55-65 tahun sebanyak 1,9% dan 3,2% (Kemenkes, RI.,
lahir dan dialami hampir semua makhluk hidup. Tahap manusia yaitu bayi,
anak, remaja, tua kemudian lansia (Nugroho, 2000). Bila seseorang bertambah
1
Semakin bertambahnya jumlah lansia maka semakin banyak pula
masalah yang timbul terutama masalah medis yang mencapai 38%. Masalah
Kesehatan usia lanjut perlu dipelihara oleh karena secara normal akan
penyebab penyakit yang berat atau bahkan kematian. Perilaku sehat dapat
mencegah berbagai penyakit yang mudah terkena pada usia lanjut, walau usila
suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia dimana mencuci tangan
yang negatif dan signifikan antara tingkat pengetahuan lansia tentang mencuci
bahwa pasien mengatakan pernah diare ada juga yang sering, ratarata tidak
tahu sebabnya, buang air besar di jamban baik cemplung atau leher angsa, ada
airnya tapi tidak mengalir, kadang cuci tangan pakai sabun kadang tidak pakai
Wonogiri diketahui bahwa 5 orang diare disebabkan oleh makanan dan yang
lainnya tidak tahu sebabnya apa, mereka yang mengetahui tentang cuci tangan
(60%). Hal yang ditanyakan pada lansia adalah kapan kita perlu cuci tangan,
dengan apa kita cuci tangan dan bagaimana cuci tangan yang benar. Data dari
penderita diare pada tahun 2014 bulan Juni sebanyak 7 orang, bulan Juli
orang dengan usia terbanyak adalah 60-70 yaitu sebanyak 1057 orang.
cuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri.
juga menurun, proses alamiah di atas diikuti dengan menurunnya energi dan
kapasitas pencernaan yang umum dimulai usia 50 tahun, oleh karena itu
Wonogiri?.
1.3 Tujuan Penelitian
Nguntoronadi I Wonogiri.
umur, pendidikan .
Nguntoronadi I Wonogiri
Nguntoronadi I Wonogiri
pada lansia.
lebih luas dan variabel lain yang berhubungan dengan kejadian diare
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Lansia
1. Pengertian Lansia
young old (70 75 tahun), old (75 80 tahun) dan very old (di atas 80
tahun.
7
kesadaran atau luka. Faktor instrinsik yang menyebabkan mudah
jatuh antara lain cahaya ruangan yang kurang terang, lantai licin,
pernafasan.
badan.
saluran pencernaan.
2.1.2. Diare
1. Pengertian Diare
berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar lebih dari satu
kali dengan bentuk encer atau cair (Suradi, 2007). Menurut Muslimah
(2010) diare merupakan suatu kondisi buang air besar tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dengan atau tanpa disertai darah atau lendir akibat dari proses
inflamasi pada lambung atau usus. Diare adalah suatu kondisi dimana
seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih dari tiga kali dalam satu
dengan konsentrasi tinja lembek sampai cair, dapat disertai lendir atau
tidak dan frekuensinya sering lebih dari tiga kali dalam satu hari.
Faktor risiko diare dibagi 3 besar yaitu faktor karakteristik
2. Klasifikasi Diare
enterokiliatis stafilokok.
a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,
parasit).
b. Diare infeksi parenteral atau diare infeksi di luar usus (otitis media,
menjadi:
menahun.
3. Epidemiologi Diare
kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada anak dibawah umur lima
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan diikuti korban yang tidak
setelah buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan
bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6%. Sementara itu
di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada
tahun 2006 sebesar 423 per 1.000 penduduk pada semua umur dan 16
RI, 2005).
a. Penyebaran Kuman
melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada
besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau
b. Faktor Penjamu
lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan
tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
4. Penyebab Diare
a) Escherichia coli
Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan sekitar tahun
b) Salmonella
c) Shigella
d) Vibrio cholera
minum. Pada waktu wabah, terutama anak yang sudah besar dan
orang dewasa diserang karena mobilitasnya yang lebih besar.
e) Vibrio campylobacter
2) Difensiensi imunologi
dan jamur yang masuk dalam usus akan berkembang dengan baik
sehingga bakteri tumbuh dan akibat lebih lanjut diare kronik dan
malabsorsi makanan.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
jamur (Canidaalbicous).
2) Infeksi parenteral
b. Faktor malabsorsi
c. Faktor makanan
d. Faktor psikologis
2008).
4.Gejala klinis
1) Defisit karbohidrat
a) Muntah
2) Defisiensi kalium
a) Lemahotot
b) Aritmiajantung
c) Distensi abdomen
yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat. Bila defisit kurang
satunya gejala yang jelas adalah haus. Bila defisit cairan 5-10%
cairan 10% atau lebih dari berat badan disebut dehidrasi berat
(Suharyono, 2008).
5. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan urin
c. Pemeriksaan feses
6. Pengelolaan diare
cairan dan elektrolit atau dengan berapa banyak penurunan berat badan
akan terjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Mengingat diare bila
yang hilang akibat diare. Prinsip pengobatan diare yang utama ialah
muntah.
b. Makanan dan susu ibu (bagi anak balita) harus terus diberikan
(Inayah, 2006).
kurang dari 10% berat badan) tidak diperlukan cairan intravena, cukup
dan merupakan larutan gula garam (LGG). Dalam hal ini tidak ada
takaran sebagai berikut : masukan 2 sendok teh gula dan teh garam
dalam 1 gelas(200 ml) yang telah diisi air masak. Setelah diaduk
hingga larut kemudian minumkan pada penderita. Kontra indikasi
c. Bayi premature
d. Muntah hebat
(ORS) yang sederhana, efektif dan murah. Cairan ORS dapat diberikan
2011).
demikian tujuan utama infuse yang cepat dan segera diberikan adalah
2.1.3. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan
(Notoatmodjo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
memori jangka pendek, dan terkesan sebagai sering lupa. Pikiran negatif
sendiri.
kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami.
a. Coba-salah (trial and eror). Cara ini digunakan saat orang mengalami
dengan kemungkinankemungkinan.
oleh orang tanpa melalui penalaran apakah hal tersebut baik atau tidak.
d. Melalui jalan pikiran. Dengan cara induksi dan deduksi. Induksi yaitu
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut
angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
(Notoatmodjo, 2010).
dan tingkah laku yang tidak adaptif (Rosenvald, Oei dan Schmidt, 2002).
Prinsip dasar terapi Kognitif-perilaku antara lain : (Westbrook, Kennerly
dan emosinya.
d. Prinsip here-and know: lebih baik berfokus pada proses masa kini dari
dimiliki individu.
empiris.
dengan bagian tubuh sendiri, tubuh orang lain, hewan, atau permukaan
yang tercemar. Walaupun kulit yang utuh akan melindungi tubuh dari
untuk diketahui dan diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun
yang mencuci tangan hanya dengan air sebelum makan, cuci tangan
dengan sabun justru dilakukan setelah makan. Mencuci tangan saja
dan baru dikenal pada akhir abad ke 19. Mencuci tangan dengan air
saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam
lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok
dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang
tangan. Salah satu penyakit yang bisa bersarang dalam tubuh bila
tombol lift, bersalaman, memegang uang, kursi atau barang apa saja.
dari kotoran atau tinja ke mulut. Diare, infeksi mata, infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), flu burung dan flu babi, termasuk dalam
tangan dengan benar. Meski mudah dan murah, cuci tangan yang benar
Bank Dunia, perilaku cuci tangan yang benar dengan sabun menurut
memasukkan cuci tangan dengan air bersih dan sabun dalam elemen
bersih dan sabun oleh manusia agar menjadi bersih dan memutuskan
mata rantai kuman. Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun yang
merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat
ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah
diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil tidak hanya oleh orang tua
di rumah, bahkan ini menjadi salah satu kegiatan rutin yang diajarkan
sekedar menghilangkan bau amis bekas makanan dan lupa atau malas
Fokus HCTPS tahun 2008 ini adalah Anak sekolah sebagai "Agen
Ribuan anak sekolah mencuci tangan pakai sabun pada hari yang sama
positif antar negara peserta serta membuat HCTPS menjadi sebuah hari
2011).
Menurut Subea (2010) cuci tangan pakai sabun yang baik dan
bau wangi dan perasaan segar setelah mencuci tangan pakai sabun, ini
tidak akan kita dapatkan jika kita hanya menggunakan air saja. Tidak
sabun dengan benar pada lima waktu penting dapat mengurangi angka
kejadian diare sampai 45%. Cuci tangan pakai sabun dengan benar
Indonesia adalah penyakit diare dan ISPA. Saat ini, pemahaman dan
dan sektor swasta semakin meningkat. Yang lebih penting lagi adalah
hubungan yang akan terbentuk antara cuci tangan pakai sabun dan
Wonogiri, sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian, tetapi ada beberapa
Dipengaruhioleh :
1. Faktor yang tidak dapat
diubah :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Keturunan
2. Faktor yang dapat diubah:
a. Kegemukan
b. Psikososial dan stres
1.Kurangnya kesadaran
Faktoryang Mempengaruhi perilaku cuci tangan
tingkat Pengetahuan : yang benar
1. Faktor Internal : 2. Tidak ada kemampu
a. Umur an melakukan cuci
b. Jeniskelamin tangan yang benar.
c. Intelegensia
2. FaktorEksternal :
a. Pendidikan
b. Paparan media
massa
c. Ekonomi
d. Hubungansosial
e. Pengalaman
Keterangan :
: yang tidak diteliti
: yang diteliti
2.3.1. KerangkaKonsep
2.3.2. Hipotesis
sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar
Wonogiri.
Wonogiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia
diukur menurut keadaan atau status pada waktu observasi, jadi tidak ada
Wonogiri.
2015.
3.3.1. Populasi
(Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang
pada bulan Juni s/d Desember 2014 yang berjumlah 1.057 orang.
40
3.3.2. Sampel
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2006). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang
sebagai berikut:
N
n=
1+ N d2 ( )
Dimana :
n : besar sampel.
N : jumlah populasi.
% atau 0,1.
1.057
n =
( )
1 + 1.057 d 2
1.057
=
( )
1 + 1.057 0,12
1.057
=
11,57
sejumlah 91 orang.
3.3.3. Teknik Sampling
penelitian ini adalah dengan purposive sampling. Teknik penetapan sampel ini
dilakukan dengan cara memilih sampel diantara populasi dengan kriteria sampel,
1. Kriteria Inklusi
suatu populasi, target yang terjangkau yang akan diteliti Kriteria inklusi
Nguntoronadi I
2. Kriteria Eksklusi
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas adalah
variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan merupakan
variabel bebas (Setiadi, 2007), dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang cuci
tangan yang benar. Adapun variabel yang lain yaitu variabel terikat yaitu variabel
yang diduga nilainya akan berubah karena pengaruh dari variabel bebas (Setiadi,
2007), variabel terikat dalam hal ini adalah kejadian diare pada lansia.
operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Definisi operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Pengetahuan tentang Cuci Tangan yang benar dan
Kejadian Diare.
No Variabel Definisi Operasional Indikator penilaian Skala Alat Ukur
1 Pengetahuan Pengetahuan cuci Pertanyaan dalam Ordinal Kuesioner
cuci tangan tangan yang benar tingkat
yang benar merupakan anggapan pengetahuan
lansia tentang cuci jumlah 20 soal
tangan yang benar dengan kategori:
sehingga mereka 1.Baik
akan dapat Jumlah Benar:
melakukan cuci 15-20 (76-100%)
tangan yang benar. 2.Cukup
Jumlah Benar:
8-14 (56-75% )
3.Kurang
Jumlah Benar:
1-7 (<56%)
No Variabel Definisi Operasional Indikator penilaian Skala Alat Ukur
2 Kejadian Kejadian diare pada 1. Diare Nominal Lembar
diare pada lansia merupakan 2. Tidak diare Kuesioner
lansia timbulnya penyakit
diare yang dialami
para lansia dalam 3
bulan terakhir.
4 untuk soal unfavorable yaitu soal nomor 10, 12, 14 dan 19. Adapun
pada variabel kejadian diare ada satu pertanyaan terbuka yang hanya
tidak.
a. Uji Validitas
saja yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas tiap item digunakan
rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan
N XY - ( X )( Y )
rXY =
{(N X 2 - ( x ) }{N Y2 2
- ( Y )
2
}
Keterangan:
denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhitung > rtable pada taraf
program komputer.
untuk variabel tingkat pengetahuan tentang cuci tangan yang benar nilai
dan nilai validitas tertinggi sebesar 0,771 dengan nilai r-value sebesar
0,000. Oleh karena nilai rhitung > rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai r-
value 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan
16, 17, 18, 19, dan 20) dan instrumen yang tidak valid adalah nomor 9
item yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian (Hasil terlampir).
b. Uji Reliabilitas
(Suharsimi, 2010)
K S i2
ri =
( K -!) S t2
Keterangan:
ri = koefisien reliabilitas
K = jumlah item pernyataan
S = mean kuadrat kesalahan
i
2
cronbach lebih besar dari 0,60. Hasil uji reliabilitas untuk variabel tingkat
pengetahuan tentang cuci tangan yang benar diketahui sebesar 0,824. Hal
2. Alat tulis
berikut:
1. Tahap persiapan
Puskesmas Nguntoronadi I
2. Tahap pelaksanaan
penelitian.
responden.
dijawab.
f. Calon responden yang setuju diminta tanda tangan pada lembar surat
oleh keluarganya.
jawabannya.
1. Editing
lengkapi.
2. Coding
penting untuk dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data
- Perempuan =2
4) Pekerjaan : - Pensiunan =1
- Petani =2
- Swasta =3
b. Pengetahuan : - Kurang =1
- Cukup =2
- Baik =3
- Tidak Diare = 2
3. Scoring
4. Tabulating
kuesioner.
5. Entri data
2. Analisis Data
a. Univariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis univariat ini untuk melihat mean (rata-rata) dari usia dan
responden berupa pendidikan dan jenis kelamin dan pekerjaan. Selain itu
hubungan antara dua variabel yang diduga ada hubungan antara pengetahuan
tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia di
Hasil pengukuran dari dua variabel yang diteliti dikumpulkan dan diolah
dalam bentuk tabel maupun paparan. Data dengan sampel besar dilakukan uji
hubungan antar variabel dengan syarat datanya berbentuk ordinal dan nominal
dengan kriteria lebih dari satu. Untuk menjawab hipotesa yang telah dibuat,
b. Ho diterima bila c2hit c2tab atau nilai r > 0.05, yang berarti tidak ada
Setelah diketahui apakah ada hubungan signifikan atau tidak, maka perlu
diketahui pula seberapa kekuatan hubungan tersebut, untuk itu maka dilakukan
uji Odd Ratio (OR). Uji OR bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ukuran
tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data berupa angka
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tersebut yang akan
HASIL PENELITIAN
1. Umur
tahun dengan umur terendah 60 tahun dan umur tertua adalah 70 tahun
2. JenisKelamin
53
3. Pendidikan akhir
4. Pekerjaan
(30,8%).
orang (62,6%) dan sebagian yang lain tidak terjadi diare yaitu sebanyak
34 pasien (37,4%).
hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian
value < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar
Wonogiri. Adapun dilihat dari nilai odds ratio = 0,118 dengan nilai
pengetahuan cukup akan lebih beresiko 0,118 kali lipat terkena diare dari pada
PEMBAHASAN
diamati dalam bab IV sebelumnya yang berupa variabel pengetahuan tentang cuci
tangan yang benar dan kejadian diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I
5.1.1 Umur
tahun dengan umur terendah 60 tahun dan umur tertua adalah 70 tahun.
(Suharyono, 2008).
57
5.1.2 Jenis Kelamin
bentuk pola tubuh dan penurunan hormon estrogen. Hal ini akan
kecemasan dan gugup maka akan timbul terjadinya diare pada lansia
5.1.3 Pendidikan
seseorang pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat
ada kesalahan yang sama dalam menjawab kuesioner yang peneliti buat.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fajar, NA
aktivitas fisik masuk dalam gangguan fungsi kognitif. Selain itu juga
kemunduran daya ingat dan kelambanan motorik sederhana, sifat ini sangat
2010).
5.2.2 Kejadian Diare
59orang (62,1%) dan sebagian yang lain tidak terjadi diare yaitu sebanyak
bahwa dari 43 lansia yang menjadi responden yang mengalami diare 74,4 %
tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air
adalah diare akut. Hal ini biasanya disebabkan infeksi, intoleransi makanan.
Kurang lebih 34% diare pada lansia disebabkan virus, sedangkan kurang
lebih 14% disebabkan bakteri. Diare yang dikarenakan virus mempunyai
onset lebih pendek sekitar satu sampai lima hari, sedangkan diare yang
feces (Phipps and Steinberg, 2006). Diare pada lansia juga dapat disebabkan
karena infeksi nosokomial. Sebagian besar diare ini disebabkan oleh bakteri
signifikan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian
semakin baik dan meningkat pengetahuan tentang cuci tangan yang benar
Nguntoronadi I Wonogiri.
sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare
harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air
kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka
masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang
pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia, yang
Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian oleh Palancoi (2014),
bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang cuci tangan maka kejadian diare
bahwa kebersihan pribadi dan sanitasi yang buruk tetap menjadi perhatian
dalam kesehatan masyarakat di sebagian besar negara. Hasil penelitian ini juga
6.1 Simpulan
40orang (44,0%).
6.2 Saran
65
mengenaikesehatan tersebut dapat dijangkau keseluruh pelosok daerah,
2. Bagi puskesmas
penyuluhan tentang cuci tangan yang benar pada lansia sehingga dapat
keluarga dan penyakit diare pada lansia dapat dicegah sedini mungkin.
yang lebih banyak atau dengan metode penelitian yang berbeda serta alat
Anggrainy R. (2010). Cuci Tangan Pakai Sabun Untuk Menurunkan Angka Diare
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Program Mendukung Perilaku
Hidup Bersih. From http://www.perilakuhidupbersih(PHBS).com. Diakses
12 November 2014.
Dekawati, Wahyu. (2014). Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA dan
Diare pada Lansia di Puskesmas Musuk I Boyolali. Eprint.ums.ac.id.
Depkes. RI. (2011). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Dirjen PPM dan
PLP. Jakarta.
Fazlin, S. Suriadi, dan Sianturi, RN. (2013). Tingkat Pengetahuan Siswa tentang
teknik Mencuci Tangan yang benar terhadap Kejadian Diare di SDN 01
Pontianak Utara. Jurnal Keperawatan. Sumut: USU.
Kemenkes, RI, (2011). Buku Saku Cuci Tangan Pakai Sabun di Masyarakat untuk
Petugas/Kader. Jakarta: Kemenkes, RI.
Murniwaty, Sintha. Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada balita (Studi Kasus
di Kabupaten Semarang). Thesis Program Pasca Sarjana. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang. 2006
Negara, A,J, dkk (2014).Pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap
kejadian diare di SDN 003 Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis. Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014. STIKES Nani
Hasanudin.
Plassman, BC, Havlik, RJ, Steffens,DC, et al. (2000). Documented Head Injury
in Early Adulthhood and Risk of Alhzeimer is Disease and Other
Dementia,Neurology.
Suharyono. (2008). Diare Akut, Klinik dan Laboratorik. Cetakan Kedua. Jakara:
Rineka Cipta.
Syahputri. (2011). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun. From http://www.perilaku hidup
bersih (PHBS).com. diakses 13 November 2014.