2 Perdarahan Pada Kehamilan (KET, Abortus, HPP, Plasenta Previa)
2 Perdarahan Pada Kehamilan (KET, Abortus, HPP, Plasenta Previa)
-Epidemiologi
1% dari semua kehamilan
15% dari semua kematian ibu
Angka kematian= 3,5/10.000 kasus
-Etiologi
Salpingitis (penyebab paling sering)
o risiko 6% setelah 1 x PRP
o risiko 12% setelah 2x PRP
o risiko 22% setelah 3x PRP
Kehamilan ektopik sebelumnya
o risiko 15% setelah 1 x ektopik
o risiko 30% setelah 2x ektopik
o risiko 50% setelah 3x ektopik
Ligasi tuba bilateral dengan fulgurasi (50%)
AKDR (5%)
PKO progesteron tunggal (5%)
Pajanan DES maternal (5%)
Pengobatan induksi ovulasi (13%)
Kehamilan heterotopik (116000)
Terjadi pada 1/70 ektopik
-Lokasi implantasi
Tuba (90%)
Kebanyakan di pertengahan distal
Kornu (<1%)
Abdomen (<1%)
Ovarium (51%)
Serviks (51%)
- Patofisiologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai
endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba
dan mengalami beberapa proses seperti kehamilan pada umumnya.
Kehamilan tuba
Fertilisasi dapat terjadi di bagian mana saja di tuba falopii. Oleh karena
lapisan submukosa di tuba falopii tipis, memungkinkan ovum yang telah
dibuahi dapat segera menembus sampai ke epitel, zigot akan segera
tertanam dilapisan muskuler.
Abortus tuba
Adanya perdarahan menyebabkan plasenta dan membran terlepas dari
dinding tuba. Jika plasenta terlepas seluruhnya, semua produk konsepsi
dapat keluar melalui fimbria ke rongga abdomen.
Ruptur tuba
Saat rupture semua hasil konsepsi keluar dari tuba. Jika hasil konsepesi
keluar ke rongga abdomen pada awal kehamila, implantasi dapat terjadi di
daerah mana saja di rongga abdomen, asal terdapar sirkulasi darah yang
cukup.
- Diagnosis
Tanda dan Gejala
o Nyeri abdomen: 90%
o Amenorea: 80%
o Perdarahan 'spotting per vaginam: 60%
o Massa adneksa yang dapat diraba: 50%
o Keluarnya jaringan: 10%
o Demam: 10%
o Hemoperitoneum: 50%
25% kasus >500cc
Pemeriksaan penunjang
o Kadar HCG (biasanya <6500 mIU/L)
30% memperlihatkan peningkatan normal 48 jam
Kadar bukan merupakan prediksi ukuran ektopik
o Progesteron Serum
Kebanyakan mempunyai kadar <15 ng/ml
o Kuldosentesis dengan jarum no. 18
Aspirasi cul-de-sac posterior jika darah tidak membeku + Ht > 15%
Temuan (+) pada 90% ektopik
o Gambaran ultrasonografi transvaginal
Kemungkinan pseudosac: Akibat reaksi desidua
Kemungkinan hemoperitoneun
Kemungkinan massa adneksa
Kemungkinan adneksa normal 20% ektopik
- Terapi
Penanganan medis dengan Methotrexate
o Kriteria inklusi
Stabilitas hemodinamik
DPL normal
Kesediaan pasien
50 mg/m2 IM x 1 dosis
Angka kegagalan 5%
Penatalaksanaan Bedah
Laparoskopi vs Laparotomi
Komplikasi
Bila rupture tuba berlangsung lama (4-6 minggu) perdarahan berulang
Infeksi
Sub ileus karena massa pelvis
Abortus tuba / rupture tuba
2. Abortus
- Definisi
Epidemiologi
15% dari semua kehamilan yang diketahui
Rekurensi
20% jika terdapat riwayat 1 SAB sebelumnya
- Etiologi
Faktor Genetik (50%)
Adhesi intrauterin
Antibiotik x 7 hari
Inkompetensi serviks
Antibodi Penghambat
Hipotiroidisme, Diabetes
Infeksi (10%): sulit untuk diagnosis
Faktor Lingkungan (5%)
- Patologi
- Klasifikasi
Abortus Menurut Terjadinya
1. Abortus Spontan
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan atau
abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak
didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan
faktor alamiah.
2. Abortus Provokatus
Abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut
abortus provokatus.
Abortus provokatus dibagi menjadi :
Abortus provokatus medisinalis
Disebut medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan
dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini pertimbangan
dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis, yaitu spesialis
kebidangan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, dan
spesialis jiwa.
Abortus provokatus kriminalis
- Jenis Abortus
- Komplikasi
Perdarahan : mengakibatkan anemi dan syok hipovolemik
Infeksi : menyebabkan abortus infeksi dan sepsis
- Diagnosis Banding
1. KET
2. Hipermenorrhea
3. Abortus mola hidatidosa
- Epidemiologi
Menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama post partum
68-73% dalam satu minggu post partum
82-88% 2 minggu post partum
-Etiologi
1. Atonia uteri
-Klasifikasi
a. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan
yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum
sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik,
atau sisa plasenta yang tertinggal.
- Diagnosis
Ditegakkan setelah setelah bayi dan plasenta lahir dan perdarahan
masih aktif dan banyak, bergumpal, dan pada palpasi didapatkan fundus
uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Gejala
yang sering terjadi pada hemorrhage postpartum :
1. Perdarahan yang tidak dapt dikontrol
2. penurunan tekanan darah
3. peningkatan detak jantung
4. penurunan sel darah merah ( hematokrit )
5. Pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar
perineum.
- Terapi
Masase uterus manual
Oksitosin 40u/liter IV dengan cepat
Methergin 0,2 mg IM
Dapat diberikan setiap 1 jam x 5 dosis
Kontraindikasi Hipertensi
Hemabate 0,25 mg IM
Dapat diberikan setiap 15 menit x 8 dosis
Kontraindikasi asma, penyakit jantung
Ligasi O'Leary bilateral
Arteri uterina asendens
Ligasi arteria hipogastrika
Efektivitas tidak jelas pada atonia
Embolisasi arteri uterina
Memerlukan konsultasi radiologik
Memakan waktu ~ 2 jam
Histerektomi jika usaha yang lain gagal
- Komplikasi
Syok perdarahan
4. Plasenta Previa
- Definisi
Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu padasegmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (OUI)
- Epidemiologi
- Faktor Predisposisi
a. Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun)
b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat
perubahan atrofik dan inflamatorotik
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(SC, Kuret,dll).
d. Chorion leave persisten
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi
f. Konsepsi dan nidasi terlambat
g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
- Etiologi
Multiparitas
S.C sebelumnya (1%)
Kehamilan dengan jarak dekat
- Patofisiologi
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi sedikit banyak mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Pada tempat laserasi akan
terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dariruangan
intervillus dari plasenta.
- Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik
melainkan fisiologik. Seiring dengan perkembangan ehamilan, pendataran
serta pembukaan servix, klasifikasi plasenta previa dapat berubah. Secara
umum plasenta previa diklasifikasikan menjadi:
a. Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu bila plasenta menutupi seluruh
ostium uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis, bila plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
c. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada pinggir ostium
uteri internum.
d. Plasenta letah rendah, bila tepi bawah plasenta berada pada jarak kurang
lebih 2 cm dari ostium uteri internum.
- Diagnosis
Anamnesis:
Perdarahan pervaginam sedikit dan berhenti sendiri, berulang, tanpa rasa
nyeri pada akhir trimester kedua ke atas
Pemeriksaan fisik
Palpasi abdomen janin masih di atas simfisis
VT obs
Pemeriksaan penunjang
Transabdominal USG sangat sensitif
MRI
(+) palsu: kandung kemih penuh, bekuan darah
- Terapi
Pasien rawat jalan: jika stabil & preterm
Aterm: S.C
Preterm: istirahat, Mg, steroid
Kemungkinan SC + histerektomi jika terjadi akreta
- Komplikasi
Gawat janin/kematian janin
Syok perdarahan ibu
Invasi plasenta (10%): Akreta inkreta perkreta
Risiko jika sebelumnya pernah di SC (25%)
DAFTAR PUSTAKA