Anda di halaman 1dari 4

9 NSAID adalah suatu kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi enzim

cyclooxygenase (COX). NSAID berefek pada pengurangan rasa sakit (Binfar, 2006)
Ketentuan penggunaan NSAIDs pada OA:
1. Ketika parasetamol dan NSAIDs topikan tidak efektif lagi untuk mengatasi nyeri,
dapat diganti dengan NSAID/COX-2 inhibitor oral
2. Ketika parasetamol dan NSAIDs topikan tidak efektif lagi untuk mengatasi nyeri,
dapat ditambahkan NSAID/COX-2 inhibitor oral bersama dengan parasetamol
3. Gunakan oral NSAIDs pada dosis efektif terendah untuk jangka waktu singkat
4. Pilihan pertama obat golongan NSAID adalah obat-obat standar NSAID. Selain itu,
dapat juga diberikan bersama obat golongan PPI dengan harga terendah
5. Sebelum pemberian obat golongan NSAIDs, sebaiknya mempertimbangkan terlebih
dulu kondisi pasien dan resiko pasien terhadap organ GI, hati, jantung, dan ginjal.
Selain itu, perlu juga memperhatikan umur pasien. Monitoring setelah penggunaan
obat golongan NSAID juga perlu dilakukan
6. Jika pasien OA perlu menkonsumsi aspirin dengan dosis rendah, perlu
dipertimbangkan obat analgesic lain sebelum mengganti atau menambahkan NSAID
(dengan PPI) jika nyeri tidak dapat dihambat
(NICE, 2014)
(NICE, 2014)

NSAIDs Contoh Obat Dosis


Nonselektif Aspirin 325-650 mg setiap 4-6
jam untuk mengatasi
nyeri
Ibuprofen 1200-3200 mg/ hari
dalam 3-4 dosis terbagi
Diklofenak 100-150 mg/hari dalam
dosis terbagi
Naproksen 250-500 mg 2x sehari
Ketoprofen 150-300 mg/hari dalam
3-4 dosis terbagi
Indometasin 25 mg 2-3x sehari; 75
mg SR sekali sehari
Piroxicam 10-20 mg sehari
Selektif Celecoxib 100 mg 2x sehari atau
200 mg sehari
(Dipiro et al.,
2011)
Mekanisme NSAID dan COX-2 inhibitor

Gambar I. Sintesa Prostaglandin dan Leukotrin


(Sumber: Binfar, 2006)
Prinsip kerja obat-obat golongan NSAID sebagai analgesic adalah inhibisi sintesa
prostaglandin melalui inhibisi cyclooxygenase (enzim COX-1 dan COX-2). COX-1 adalah
enzim yang terlibat dalam produksiprostaglandin gastroprotektif dan berada secara terus
menerus di mukosa gastrik. Sedangkan COX-2 tidak selalu ada di dalam jaringan, tetapi akan
muncul apabila dirangsang oleh mediator inflamasi. Blockade enzim COX-1 akan
menyebabkan peningkatan resiko perdarahan karena ada hambatan agregasi platelet.
Blockade COX-2 akan memiliki efek antiinflamasi dan analgesic (Binfar, 2006).
Farmakokinetik
Beberapa obat golongan NSAIDs memiliki kesamaan farmakokinetik, yakni avaibilitas oral
tinggi, protein binding tinggi, dan merupakan parent drug (kecuali sulindac dan nabumetone).
Adanya perbedaan nilai t1/2 pada obat-obat NSAID akan berpengaruh pada frekuensi
pemberian obat. Obat-obat golongan ini banyak dieliminasi di hati (Dipiro et al., 2011).
Efikasi
Setiap individu menimbulkan respon yang berbeda-beda untuk tiap obat dalam golongan
tersebut. Untuk menilai efikasi obat, pasien perlu diberi satu macam obat selama 2-3 minggu.
Bila gagal, diberikan obat lain dengan golongan sama hingga ditemukan obat yang effektif.
Kombinasi dua obat golongan NSAID akan meningkatkan resiko efek samping tanpa
meningkatkan efikasi. Obat-obat golongan COX-2 selektif inhibitor memberikan efikasi yang
sama dengan obat-obat NSAID tradisional (Dipiro et al., 2011).
Efek Samping
a. Efek NSAID pada lambung
Semua obat-obat golongan NSAID memiliki kecenderungan untuk menyebabkan
perdarahan pada saluran pencernaan, salah satunya adalah mukosa lambung. Hel
tersebut dapat disebabkan obat-obat golongan NSAID menghambat pembentukan
prostaglanding yang berfungsi sebagai gastrikprotektor
b. Efek COX-2 inhibitor pada lambung
COX-2 inhibitor mengurangi resiko toksisitas pada GI apabila dibandingkan dengan
obat-obat golongan NSAID nonspesifik. Semua obat golongan COX-2 inhibitor
selektif mampu menurunkan resiko endoscopic ulcer dan menurunkan gejala GI
seperti dyspepsia dan nausea (Dipiro et al., 2011)

Gambar 2. Alogaritma
Penggunaan Terapi NSAID
Jangka Panjang Berdasarkan
Resiko GI dan Kardiovaskular
Pada Pasien
(Sumber: Dipiro et al., 2011)

c. Resiko Kardiovaskular COX-2 Selektif Inhibitor


Peningkatan resiko kardiovaskular terjadi pada rofecoxib. Sedangkan pada celecoxib
200 mg/hari atau bahkan 400 mg/hari tidak memperlihatkan adanya peningkatan
resiko kardiovaskular (Dipiro et al., 2011).
d. Toksisitas Lain NSAID
NSAID dapat menyebabkan penyakit ginjal, termasu insufisiensi renal akut,
hyperkalemia, nekrosis papilari ginjal. COX-2 inhibitor juga berpotensi menyebabkan
toksisitas ginjal (Binfar, 2006).
Interaksi Obat-obat
Penggunaan obat fluconazole akan meningkatkan konsentrasi celecoxib di dalam tubuh.
Celecoxib mampu menghambat CYP2D6 sehingga dapat meningkatkan konsentrasei
beberapa agen seperti agen antidepresan. Penggunaan ibuprofen 400 mg atau lebih bersama
aspirin, dapat menghambat kerja aspirin apabila digunakan sebelum aspirin. Oleh karena itu,
sebaiknya ibuprofen digunakan 30 menit setelah aspirin atau aspirin dikonsumsi 8 jam setelah
menggunakan ibuprofen (Dipiro et al., 2011).
Binfar, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik, Departemen
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Jakarta.
Dipiro, J. T., Talber, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M, 2011,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, McGraw-Hill, New York, pp.1607-
1612.
NICE, 2014, Osteoarthritis: care and management, nice.org.uk/guidance/cg177, diakses
pada tanggal 24 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai