Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI PADA ANAK

A. Pengertian Komunikasi
Ada beberapa definisi tentang komunikasi:
1. Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau
ide / gagasan (Oxford Dictionary)
2. Komunikasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang
lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku (Haber, 1987)
3. Komunikasi bisa berbentuk komunikasi verbal, nonverbal, dan
komunikasi abstrak (Champbell dan Glasper, 1995)
Komunikasi adalah suatu ilmu dan seni penyampaian suatu pesan dari
komunikator kepada komunikan, sehingga tercapai suatu penngertian bersama.
Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua oranng atau lebih atau
pertukaran ide, perasaan, dan pikiran (menurut Kozier dan Erb, 1995)
1. Unsur-unsur komunikasi :
a. Komunikator/sender adalah orang yang memprakarsai adanya komunikasi
b. Komunikan/receiver adalah orang yang menjadi obyek komunikasi, pihak
yang menerima berita atau pesan dari komunikator
c. Media/chanel adalah segala sarana yang digunakan untuk komunikator
untuk menyampaikan pesan pada pihak yang lain.
d. Respon atau umpan balik
Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak
atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Umpan balik langsung disampaikan komunikan secara
verbal, yaitu dengan kalimat yang diucapkan langsung dan nonverbal
melalui ekspresi wajah atau gerakan tubuh. Umpan balik secara tidak
langsung dapat berupa perubahan perilaku setelah proses komunikasi
berlangsung, bisa dalam waktu yang relative singkat atau bahkan
memerlukan waktu cukup lama.
e. Pesan/massage adalah segala sesuatu yang disampaikan
2. Sikap dalam Komunikasi
Sikap dalam komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam
membangun efektivitas dari proses komunikasi, dengan sikap yang baik

1
proses komunikasi dapat berjalan dnegan sasaran dan tujuan yang ada.
Menurut Egan tahun 1995 dikutip Kozier dan Erb Tahun 1983 menyampaikan
sikap komunikasi merupakan sesuatu apa yang harus dilakukan dalam
komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang dapat meliputi :
a. Sikap berhadapan
Berhadapan merupakan bentuk sikap dimana seorang langsung bertatap
muka atau berhadapan langsung dengan anak 9seseorang yang diajak
komunikasi), sikap ini mempunyai arti bahwa komunikator siap untuk
berkomunikasi
b. Sikap mempertahankan kontak
Merupkan kegiatan yang bertujuan mennghargai klien dan mengatakan
adanya keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan cara selalu
memperhatikan apa yang diinformasikan atau disampaikan dengan tidak
melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian denngan lainnya.
c. Sikap membungkuk kearah pasien
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi yang
menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu
dengan cara membungkuk sedikit kearah klien
d. Sikap terbuka
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki tidak
melipat, tangan menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi yang
dilakukan selama dalam proses komunikasi, sehingga proses keterbukaan
diri dalam komunikasi dapat dilaksanakan.
e. Sikap tetap rileks
Keseimbangann antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan
respon pada klien selama komunikasi. Sikap ini sanngat diperlukan
sehingga saling memberikan berbagai informasi yang diharapkan tanpa
adanya sebuah paksaan.
Selain beberapa sikap yang ada masih ada beberapa sikap nonverbal
selama komunikasi yang juga masuk dalam kategori sikap, seperti :
1) Gerakan mata

2
Digunakan dalam memberikan perhatian. Gerakan mata merupakan
cara interaksi yang tepat, mengingat proses pendidikan dan sosiallisasi
anak dapat terwujud pada kontak mata
2) Ekspresi muka
Sikap ini termasuk bahasa nonverbal yang banyak dipengaruhi oleh
budaya
3) Sentuhan
Cara interaksi yang mendasar karena dengan sentuhan dapat
memperhatikan perasaan menerima dan menghargai. Ikatan kasih
sayang ditentukan oleh pendengaran dan suara. Sentuhan merupakan
elemen penting dalm pembentukan ego, perasaan dan kemandirian.
3. Sikap Komunikasi Terapeutik
a. Sikap Kesejatian
Merupakan sikap dalam pengiriman pesan pada anak menunjukkan
tentang gambaran diri kita sebenarnya, dan sikap yang dimaksud antara
lain menghindari membuka diri yang terlalu dini smapai dnengan klien
(anak) menunjukkan kesiapan untuk beresppon positif terhadap
ketrbukaan, sikap kepercayaan yang diguanakan untuk menumbuhkan rasa
percaya kita dengan anak dan harus lebih terbuka, sikap menghindari
membuka diri terlalu dini dalam rangka mnipulasi, sikap dengan
memberikan nasehat atau mempengaruhi klien (anak) untuk mendapatkan
apa yang menjadi tujuan kita dalam komunikasi.
b. Sikap Empati
Merupakan bentuk sikap dengan cara menempatakan diri kita pada posisi
anak dan orang tua. Sikap empati ini dpat ditunjukkan denngan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh komunikan denngan maksud
dimengerti, mengatakan pada diri komunikan bahwa kita ingin
mendengarkan apa darinya, menyampaikan respon empati seperti
keakuratan,kejelasan, kehangatan, dan menunjukkan empati secara verbal.
c. Sikap Hormat
Merupakan bentuk sikap yang menunjukkan sikap adanya suatu
kepedulian/perhatian, rasa suka dan menghargai klien. Sikap hormat

3
dalam komunikasi ini dapat ditunjukan denngan melihat kearah klien saat
berkomunikasi, memberikan perhatian yang tidak terbagi dlam
komunikasi, memelihara kontak mata dalam komunikasi, senyum pada
saat yang tepat, bergerak kearah klien saat berkomunikasi, menentukaan
sapaan saat komunikasi, melakukan jabatan tangan atau sentuhan yang
lembut dengan ijin klien.
d. Sikap Konkret
Merupaka bentuk sikap dengan menggunakan terminology yang spesifik
dan bukan abstrak pada saat komunikasi denngan kllien. Sikap konkrett
dapat ditunjukkan dengan menggunakan sesuatu yang nyata seperti
menunjukkan pada hal yang nyata, melalui orang ketiga dalam hal ini
dalah orang tua dan dapat mennggunakan alat bantu seperti gambar,
mainan dan lain-lain.
4. Jenis-jenis komunikasi ada 2 yakni :
a. Komunikasi verbal yaitu dimana komunikasi yang diucapkan dengan kata-
kata atau disampaikan secara tertulis
b. Komunikasi non verbal yaitu suatu pernyataan perasaan yang sebenarnya
yang ditampilkan melalui :
a. Body language seperti ekspresi wajah, pandangan mata, cara berjalan,
duduk, gerakan tubuh dan penampilan
Menurut para pakar komunikasi, komunikasi terbagi menjadi :
a. Komunikasi intra personal
Komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Individu berdialog dengan
dirinya sendiri
b. Komunikasi inter personal
Komunikasi yang terjadi antara 2 orang atau lebih, melibatkan komunikasi
verbal dan non verbal.
B. Teknik Komunikasi pada Anak
Kemampuan komunikasi pada anak merupakan salah satu indikator
perkembangan anak. Dalam berkomunikasi dengan anak, ada beberapa hal yang
akan dibahas yaitu esensial komunikasi, bentuk komunikasi pra-bicara, peran

4
bicara dalam berkomunikasi, komunikasi sesuai tingkat perkembangan anak,
komunikasi terapeutik, dan tehnik komunikasi pada anak sebagai berikut:
1. Esensi Komunikasi
Dua unsur penting dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran
pikiran dan perasaan, yaitu:
a. Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang
mereka ajak berkomunikasi
Contoh: bila menggunakan isyarat seperti menunjukan pada sesuatu
benda yang ingin dilihat orang lain, maka harus dalam bentuk yang
dapat dipahami
Apabila komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan dengan kata
dan struktur tata bahasa yang dapat dipahami anak.
b. Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain.
Misalnya, anak berusia 18 bulan, pembicaraan harus memantapkan kata-
katanya dengan isyarat dan pada saat anak bertambah besar pemahaman
bertambah baik sehingga isyarat kurang diperlukan.
2. Bentuk Komunikasi Pra-Bicara
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan
bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara. Selama satu
setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai
bentuk komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi pra
bicara atau (prespeech) yakni: tangisan, celotehan, isyarat dan ekspresi
emosional.
Bentuk komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga bentuk
komunikasi pra bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaanya
sudah berakhir.
a. Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara
pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia
luar.melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar,
dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Perawat harus
banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu
muda memerlukan bantuan ini.

5
Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada usia 6
bulan karena keinginan dan kebutuhan mereka cukup terpenuhi.
b. Ocehan dan celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (cooing) atau
celotehan (babbling). Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal
yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara.
Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti:
merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis, dan mengeluh.
Celotehan merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang dan
sebagian mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian
meningkat cepat antara bulan ke-6 dan ke-8.
Nilai Celoteh:
1) Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi
perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara.
Celoteh mempercepat keterampilan berbicara.
2) Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagian dari
kelompok sosial.
c. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfunsi sebagai pengganti
atau pelengkap bicara.
Contoh:
1) Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
2) Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
3) Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian dan mandi
artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
d. Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman
muka:
Contoh:
1) Gembira: mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki,
tersenyum dan ramah.
2) Marah: menegangkan badan, gerakan membanting tangan/kaki,
roman muka tegang dan menangis.
e. Peran bicara dalam komunikasi

6
Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun adalah menangis
dan menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang
lain. Bicara merupakan keterampilan yang harus dipelajari yang terdiri
dari:
1) Pertama, Kata yaitu aspek motorik bicara, kemampuan
mengeluarkan bunyi tertentu dalam komunikasi.
2) Kedua, mengkaitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek
mental bicara, untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan
koordinasi otot-otot, kemampuan mengait kata-kata, mempelajari
tata bahasa.
Hal penting dalam belajar bicara yang perlu diperhatikan adalah:
1) Persiapan fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan
anak, terutama dalam hal kematangan mekanisme bicara.
Pertumbuhan organ-organ bicara yang kurang sempurna sangat
mempengaruhi kemampuan anak.
2) Persiapan mental
Tergantung pada kematangan otak (asosiasi otak), yang
berkembang antara 1-18 bulan, saat yang tepat diajak bicara.
Meskipun bayi tidak dapat merespon dengan kata-kata, namun
suara atau bicara yang kita tunjukan kepada bayi akan menjadi
stimulasi bayi dan akan direspon dengan bahasanya sendiri,
misalnya dengan senyum atau tertawa.
3) Model untuk ditiru
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah
stimulasi suara. Ucapan-ucapan yang sering kita sampaikan
kepada bayi menjadi model yang bisa ditiru oleh bayi pada
perkembangan bicara selanjutnya. Dengan demikian ucapan-
ucapan yang kita sampaikan hendaknya ucapan yang baik dan
mendidik.
4) Kesempatan praktek/untuk berlatih

7
Agar bayi atau anak dapat segera berbicara, maka bayi perlu
diajarkan atau diberikan kesempatanuntuk menirukan kata-kata
yang sering diucapkan
5) Motivasi dan tantangan
Ajarkan dan dorong bayi untuk mengucapkan apa yang bisa
diucapkan oleh bayi. Dalam hal ini perlu disadari bahwa yang
diucapkan bayi belum sempurna, mungkin yang keluar baru
berupa suara-suara atau kata-kata yang belum jelas sehingga butuh
kesabaran dan ketelatenan dalam mengajarkan bicara kepada
bayi/anak.
6) Bimbingan
Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan
dengan cara: menyediakan model yang baik, mengatakan dengan
perlahan dan jela, serta membentulkan kesalahan yang diucapkan
sianak. Setiap indvidu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata,
tergantung pada kondisi yang mempengaruhi:
a) Faktor kesehatan
b) Kecerdasan
c) Keadaan sosial ekonomi
d) Jenis kelamin
e) Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi
f) Dorongan dari lingkungan
g) Ukuran keluarga dalam hal anak mendapatkan kesempatan
berlatih
h) Urutan kelahiran
i) Metode pelatihan
j) Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk
berkomunikasi hanya dengan saudara kembarnya.

Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian


sosial anak, karena bicara dapat:
1) Memuaskan kebutuhan dan keinginan
2) Meminta perhatian dari orang lain
3) Mengingatkan hubungan sosial

8
4) Menentukan penilaian sosial
5) Sebagai dasar penilaian diri
6) Sebagai prestasi akademik
7) Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain
8) Mempengaruhi perilaku dan perasaan orang lain (berbicara
dengan keyakinan).
1. Komunikasi pada Bayi
a. Bayi ( 1 sampai 12 bulan )
1) Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang tidak
dikenalnya adalah ciri perilaku pada bayi usia lebih dari enam
bulan, dan perhatiannya berpusat pada dirinya dan ibunya. Oleh
karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan
langsung ingin menggendong atau memangkunya karena bayi akan
merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya,
dan / atau mainan yang dipegangnya. Tunjukkan bahwa kita ingin
membina hubungan yang baik dengannya dan ibunya.
2) Komunikasi menggunakan bahasa non verbal dan menangis serta
berespons terhadap tingkah laku komunikasi non verbal orang
dewasa, seperti : Menggendong , Mengayun dan menepuk.
3) Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada
usia minggu ke 8 dimana bayi sudah mampu melihat objek atau
cahaya.
4) Kemudian pada minggu ke 12 bayi sudah mulai melakukan
tersenyum.
5) Pada usia ke 16 bayi sudah menolehkan kepala pada suara yang
asing bagi dirinya.
6) Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan
kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain.
7) Dan pada bulan ke 10 bayi sudah berekasi terhadap panggilan
terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat

9
dalam buku, pada akhir pertama sudah mampu melakukan kata-
kata yang spesifik antara 2 atau 3 kata.
8) Bayi merespons sangat baik terhadap kontak fisik yang lembut
dengan orang dewasa, tetapi bayi yang lebih besar seringkali takut
terhadap orang dewasa selain org tua mereka
9) Menangani bayi yang lebih besar bila dilakukan dengan cara
mengulurkan tangan/membujuk anak tersebut
10) Saat melakukan pengkajian dengan cara yang memungkinkan bayii
dalam pengawasan orang tua/ di gendong oleh orang tua. Bayi
harus diberikan objek-objek yang aman seperti selimut dan dot,
berbicara dengan lembut dan nyaring, dan disertai senyuman akan
memudahkan mendapat kerja sama bayi.
b. Berkomunikasi dengan todler
1) Todler ( 12 bulan 3 tahun ).
a) Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu
mengausai 900 kata dan banyak kata-kata yang digunkaan seperti
mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia
tersebut sifatnya sangat egosentri, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat,
mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi,
sikap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih
belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
b) Anak usia ini belum mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi
secara verbal dengan efektif komunikasi mereka kaya dengan
ungkapan isyarat non verbal dan komunikasi verbal yang
sederhana
c) Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dnegan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami
kurang lebih 10 kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300
kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.

10
d) Anak todler mempunyai kemampuan memori awal dan
membangun rasa percaya, tetapi mereka tidak mampu memahami
hal-hal yang abstrak dan menjadi frustasi serta takut dengan fase-
fase yang tampakk biasa bagi orang dewasa.
e) Dalam komunikasi dengan todler, perawat perlu menggunakan
istilah-istilah yang pendek dan konkret. Penggunaan objek yang
menyenangkan dak akses ke orang tua harus dilakukan selama
pengkajian, seperti halnya untuk bayi.
f) Alat-alat peraga seperti boneka membantu penjelasan.
c. Berkomunikasi dengan anak pra sekolah

Anak usia pra sekolah ( 3 tahun sampai 6 tahun ).

a) Umumnya menggunakan komunikasi verbal yang lebih baik


penalaran mereka yang bersifat intuitif.
b) Anak usia pra sekolah untuk memeggang alat menurunkan rasa
takut dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
bagaimana alat tersebut digunakan.
c) Anak usia pra sekolah sering kali sangat sederhana dan
pemeriksaanya juga harus sederhana. Mereka perlu mengetahui
apa yang sebenarnya sedang di periksa dan diberi kesempatan
untuk bertanya . kedekatan dengan orang tua masih penting untuk
kelompok usia ini.
d. Berkomunikasi dengan anak usia sekolah (6-12 tahun)
1) Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau
tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak
mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini
sudah dapat dimulai. Pada usia ke 8 tahun anak sudah mampu
membaca dan sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.
2) Anak usia sekolah ( 6 tahun sampaii 12 tahun ). Berfikir secara
konkret, tetapi pada tingkat yang lebih pintar.

11
3) Anak usia sekolah bergantung pada kualitas masa lalu, mereka
mungkin tampak malu atau ragu-ragu selama pengkajian kesehatan.
Tujuan pengkajian kesehatan harus dihubungkan dengan keadaan
anak. Hal ini berguna untuk menentukan apakah anak telah
mengetahui tentang kesehatan. Diagram diagram medis dan boneka
peraga sangat berguna dalam menjelaskan proses pengkajian, karena
anak pada usia ini seringkali ingin tahu tentang fungsi.
e. Berkomunikasi dengan Remaja
1) Perkembanngan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara
konseptual, sudah mulai menunjukan perasaan malu, pada anak usia ini
sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan
dalam komunikasi. Pada usia ini pola fikir sudah mulai menunjukkan
kearah yang lebih positif, terjadi konsep konstualisasi mengingat masa
ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang
dapat menumbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi
mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa.
2) Remaja (usia 12 tahun lebih) menggunakan komunikasi verbal yang
canggih, meskipun perilaku mereka mungkin belum menunjukkan
tingkat komunikasi, kognitif, atau kematangan lebih tinggi.
3) Remaja bisa berespon terhadap pendekatan-pendekatan verbal satu suku
kata, sikap berdiam diri,marah, atau tingkah laku lain.
4) Keterbukaan dapat terjadi lebih mudah jika remaja dan perawat terlibat
dalam aktivitas bersama
C. Cara Komunikasi dengan Anak
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya

12
digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan.
beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak antara
lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Khususnya menghadapi anak usia bayi dan toddler, hindari berkomunikasi
secara langsung pada anak, melainkan gunakan pihak ketiga yaitu dengan
cara berbicara terlebih dahulu dengan orangtuanya yang sedang berada di
sampingnya, mengomentari mainan yang sedang dipegangnya dan / atau
memuji dan mengomentari pakian yang sedang dikenakannya. Hal ini pada
dasarnya adalah untuk menanamkan rasa percaya anak pada perawat terlebih
dahulu sebelum melakukan tindakan yang menjadi tujuan.
2. Bercerita sebagai alat komunikasi
Dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan tertentu pada anak.
Misalnya, bercerita tentang anak pintar dan soleh yang sedang sakit yang
mematuhi nasihat orangtua dan perawat sehingga diberi kesembuhan oleh
Tuhan. Jadi, isi cerita harus disesuaikan dengan kondisi anak dan pesan yang
ingin kita sampaikan kepada anak. Selama bercerita gunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti anak. Penggunaan gambar gambar yang
menarik dan lucu saat bercerita akan membuat penyampaian cerita lebih
menarik bagi anak sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima
anak secara efektif.
3. Fasilitasi anak untuk berespons
Satu hal penting yang harus diingat, selama berkomunikasi jangan
menimbulkan kesan bahwa hanya kita yang dominan berbicara pada anak,
tetapi fasilitasi juga anak untuk berespon terhadap pesan yang kita
sampaikan. Dengarkan ungkapannya dengan baik, tetapi hati hati dalam
merefleksikan ungkapan yang negative. Misalnya, saat anak bicara, Saya
mau pulang, saya tidak suka tinggal di rumah sakit. Untuk merespons
4. Pilihan pro dan kontra
Cara lain untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak adalah dengan
mengajukan satu situasi, biarkan anak menyimak dengan baik, kemudian

13
mintalah anak untuk menuliskan hal yang positif dan negatif menurut
pendapatnya dari situasi tersebut.
5. Penggunaan skala peringkat
Skala peringkat digunakan untuk mengkaji kondisi tertentu, misalnya
mengkaji intensitas nyeri. Skala peringkat dapat berkisar antara 0 pada suatu
titik ekstrem dan 10 pada titik ekstrem lainnya. Nilai tingkat neyri anak
dengan menggunakan gambar ekspresi wajah anak satu sampai 5. Kemudian
kita tentukan kondisi anak berada pada angka berapa saat mengungkapkan
perasaan sedih, nyeri, dan cemas tersebut.
6. Minta anak untuk menulis
Ada anak yang pada saat sedih, marah, jengkel, atau cemas lebih banyak
diam dan tidak mau bicara. Bantu anak mengekspresikan perasaan tersebut
dengan cara memintanya untuk menulis tentang apa yang ingin ia tulis.
Berikan kebebasan pada anak untuk menulis sebanyak banyaknya. Cara ini
tentu saja hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah dapat menulis. Kita
bisa meminta anak untuk bercerita lewat tulisannya atau menulis surat untuk
teman di sekolahnya, fasilitasi anak agar dapat menyampaikan surat tersebut
melalui orangtuanya atau teman yang membesuknya.
7. Minta anak untuk menggambar
Cara lain selain meminta anak untuk menuliskan perasaannya adalah dengan
meminta anak untuk menggambar atau melukis apa saja yang diinginkannya.
Sama prinsipnya dengan menulis, minta anak untuk menggambar sebebas-
bebasnya. Untuk itu hasil gambarnya kita analisis, apa objek yang
dilukiskannya dan bagaimana cara mewarnainya serta warna apa yang
dipilihnya. Sebagai contoh pengalaman yang didapat penulis di ruang rawat
anak, apabila anak menggambar bola sepak dan diwarnainya dengan pilihan
warna hitam kelam, saat ditanyakan pada anak apa yang dimaksud dengan
gambarnya, anak bercerita bahwa ia senang bermain bola dan sekarang ia
benci rumah sakit karena tidak bisa bermain bola lagi dan harus tinggal di
rumah sakit. Atau pernah juga penulis menemukan anak yang sedang
menggambar orang, tetapi gambarnya dicoret-coret dengan warna hitam.

14
Saat ditanya, anak bercerita bahwa gambar itu adalah ayahnya dan ia
membenci ayahnya karena tidak dating membesuknya ke rumah sakit. Jadi,
perhatikan dengan saksama dan analisis hasil gambar yang dibuat anak maka
kita akan mendapatkan pesan yang ingin disampaikan anak saat itu.
8. Laksanakan program bermain
Kegiatan bermain di rumah sakit sangat efektif dilakukan untuk memantau
tingkat perkembangan anak. Selain itu, apabila ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan sosial anak, permainan akan menjalin hubungan
interpersonal antar anak dan perawat, anak dan orangtua, orangtua dan
perawat, anak dan anak di anatara orangtua. Perawat harus memfasilitasi
terjalinnya hubungan interpersonal tersebut selama melakukan permainan.
Satu hal penting yang harus diingat bahwa permainan yang dilaksanakan
pada anak di rumah sakit dapat membantu anak mengekspresikan perasaan
cemas, takut, sedih, dan stress. Jadi, reaksi anak saat melakukan permainan
adalah komunikasi nonverbal yang menunjukkan pesan tertentu yang
disampaikan anak, yang harus dicermati oleh perawat dan orangtua.
9. Biblioterpi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan dengan menceritakn isi buku atau majalah yyang
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
10. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta
anakuntuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
didapatkan dan keingin tersebut dapat menunjukan perasaab dan pikiran saat
itu.

15
Daftar Pustaka

Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik : Seri Pedoman Praktis,Edisi 4. Jakarta :


EGC

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta :


Salemba Medika

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :EGC

16

Anda mungkin juga menyukai