Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

BALITA DI PUSKESMAS MACCINI SOMBALA KOTA MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan pada
anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami
lebih dari satukali kejadian diare. Sebagian dari penderita akan jatuh kedalam
dehidrasi, kalau tidak segera ditolong akan meninggal.
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di
dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun
meninggal setiap tahunnya di dunia dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi
diare (Magdarina, 2010) Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun
2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Angka
kematian balita Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-
negara anggota ASEAN, yakni 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia, selanjutnya 1,3 kali
lebih tinggi dari Filipina. Indonesia menduduki rangking ke-6 tertinggi setelah
Singapura (3 per 1.000), Brunei Darussalam (8 per 1.000), Malaysia (10 per 1.000),
Vietnam (18 per 1.000) dan Thailand (20 per 1.000) (Sadikin, 2011).
Masa balita ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat sehingga
membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi. Dimana pada masa balita merupakan
masa paling penting sekaligus rawan bagi anak sebab anak rentan berbagai gangguan
kesehatan.Sebagai orangtua, tentu tidak hanya ingin membebaskan anak dari
deritanya, tetapi juga ingin memastikan bahwa gejala yang diderita bukanlah penyakit
serius. Beberapa penyakit memang dapat ditangani di rumah, tetapi yang lainnya
membutuhkan perawatan dokter.Orangtua yang cukup pengetahuan punya
kesempatan yang lebih baik untuk mengidentifikasi penyakit dengan tepat dan segera
memberikan penanganan yang semestinya. Namun, para orangtua yang kurang paham
perihal kesehatan anak balita, seringkali panik, bahkan bisa jadi akan memberikan
penanganan yang salah terhadap balitanya. Penanganan yang salah tersebut bisa
membuat penyakit anak bertambah parah (Sudarmoko, 2011).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit Diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%.) Salah satu langkah dalam
pencapaian target MDGs (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3
bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.
Berdasarkan hasil survei Morbiditas Diare yang dilakukan Kementerian
Kesehatan sejak tahun 1996 2010 angka kesakitan diare meningkat dari tahun 1996
hingga 2006, kemudian menurun pada tahun 2010.Pada tahun 2010 angka kesakitan
diare sebesar 441 per 1.000 penduduk.Angka ini mengalami sedikit penurunan
dibandingkan tahun 2006 yaitu 423 per 1.000 penduduk (Wijaya, 2012).
Hasil data Riskesdas 2013, insiden diare ( 2 minggu terakhir sebelum
wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran
menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran
provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok
umur (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar
7% dan pada balita sebesar 10,2%. (Riskesdas, 2013).
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010, dari
594.147 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebanyak 243.214 kasus
atau 44,29% sehingga angka kesakitan Incident Rate (IR) akibat diare per 1.000
penduduk mencapai 18,73%. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2009
yaitu 12,98%. Pencapaian IR ini jauh dibawah target program yaitu 220 per 1.000
penduduk, rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian
penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak
terdata (under-reporting cases). Dari 33 kabupaten/kota yang ada, terdapat 2
kabupaten/kota yang melaporkan tidak ada kasus diare (nol) yaitu Kabupaten
Labuhan Batu Selatan dan Nias Utara. Penemuan dan penanganan kasus diare
tertinggi di Kabupaten Simalungun yaitu 129,39% dan terendah di Kabupaten
Labuhan Batu Utara 2,78% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara , 2011).
Menurut Soegijanto (2002), banyak faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare. Penyebab tidak langsung
atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti:
status gizi, pemberian ASI Eksklusif, lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), dan sosial ekonomi. Penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan
parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun
yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor tidak langsung yang
menyebabkan diare. Perilaku sehat seseorang berhubungan dengan tindakanya dalam
memelihara dan meningkatkan status kesehatan antara lain pencegahan penyakit,
kebersihan diri, pemilihan makanan sehat dan bergizi serta kebersihan lingkungan.
Keadaan kesehatan yang tidak baik mempengaruhi terhadap terjadinya penyakit diare
dibandingkan dalam kesehatan yang baik (Suriadi, 2001).Penyebab langsung diare
antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan
kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan
sayur-sayuran. Faktor risiko yang berhubungan dengan diarepada anak antar alain
tingkat pendidikan, pengetahuan dan tindakan pencegahan terhadap diare (Kamalia,
2005; Sinthamurniwati, 2006; Bintoro, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Khalili di Iran tahun 2006, menemukan
peningkatan risiko rawat inap pasien diare akut disebabkan oleh adanyadarah
dalamtinja, dehidrasi, ASI yang diberikan kurang dari 6 bulan,riwayat rawat inap
sebelumnya, kurangnya akses terhadap air bersih,mempunyai hewan peliharaan.
Khalili juga menjelaskan bahwa salah satu faktor risiko yang menyebabkan pasien
diare dirawat di rumah sakit di Negara berkembang adalah tingkat pendidikan dan
tingkat pengetahuan serta tindakan pencegahan orangtua yang rendah tentangdiare.
Handayani (2008) dan Asiddiqi (2010) menggambarkan tingkat pengetahuan ibu
tentang penanganan diare sebagian besar berada pada kategori rendah sampai sedang.
Menurut Dewi (2008), tingkat pendidikan formal adalah tingkat dalam
pendidikanformal yang telah tercapai, dinyatakan dengan tahun sukses. Tingkat
pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan, khususnya
pengetahuan dibidang kesehatan.Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin
mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakintinggi pula
kesadaran untuk berperilaku hidup sehat. (Notoadmodjo, 2003)
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan atau praktik seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
padaperilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Praktik itu
sendiri merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahuiatau
yang disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2007). Suatu sikap belum otomatis
terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Pengetahuan ibu mengenai diare
meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis, encegahan, dan carapenanganan yang
tepat dari penyakit diare pada balita, berperan penting dalam penurunan angka
kematian dan pencegahan kejadian diareserta malnutrisi pada anak. Pengetahuan juga
mempengaruhi tindakan ibu tentang pencegahan terhadap suatu penyakit khususnya
diare.
Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata
penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga
tergantung pada jenis pekerjaan kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. Jika
pendapatan masih rendah maka kebutuhan pangan lebih dominan dari pada kebutuhan
non pangan. Sebaliknya, jika pendapatan meningkat maka pengeluaran untuk non
pangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan akan pangan sudah terpenuhi
(Husaini et al. 2000 dalam kasman 2003).
Menurut Sajogyo (1994) rendahnya pendapatan merupakan faktor yang
menyebabkan orang tidak mampu membeli dan memilih pangan yang bermutu gizi
baik dan beragam. Sesuai dengan Hukum Bennet, semakin tinggi pendapatan maka
kualitas bahan pangan yang dikonsumsi pun semakin baik yang tercermin dari
perubahan pembelian bahan yang harganya murah menjadi bahan pangan yang
harganya lebih mahal dengan kualitas yang baik. Sebaliknya, rendahnya pendapatan
yang dimiliki oleh seseorang akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan
makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua
kali dalam sehari. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan
terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Rendahnya pendapatan
menyebabkan daya beli terhadap makanan menjadi rendah dan konsumsi pangan
keluarga akan berkurang (Berg 1986, kasman 2007).
Dari Data Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2012, angka
kesakitan diare pada semua golongan umur pada tahun 2011 berjumlah 98.184 kasus
(20,8/1000 penduduk). Jumlah kasus diare pada balita 40.611 kasus sedangkan jumlah
kasus diare yang dilaporkan disarana kesehatan sebesar 92.794 kasus dan jumlah yang
diterima kader 5.390 kasus. Pada tahun 2012 telah terjadi KLB diare dipropinsi
Sulawesi Selatan pada 4 kabupaten dengan jumlah penderita seluruhnya 429 orang
dengan kematian 19 orang (CFR 4,4%).
Profil kesehatan kota Makassar 2013, Kasus diare yang dilaporkan oleh 39
puskesmas se Kota Makassar sampai dengan desember 2013 sebanyak 28.908 kasus.
Angka kesakitan (Incidence Rate/IR) penyakit diare pada tahun 2013 sebesar 21,3 per
1.000 penduduk, angka ini menurun dari tahun 2012 sebesar 21,6 per 1.000 penduduk
dengan jumlah kasus 29.265 kasus.
Profil kesehatan puskesmas Maccini Sombala tahun 2014. Dari 10 jenis
penyakit terbesar di puskesmas Maccini Sombala penyakit diare berada pada posisi ke
6. pada bulan januari 2014 kejadian diare pada balita sebanyak 12 orang, bulan
Februafri 6 orang, bulan Maret 18 orang, bulan April 18 orang, bulan Mei 23 orang,
bulan Juni 11 orang, bulan Juli 20 orang, bulan Agustus 11 orang, bulan Sebtember 19
orang, bulan Oktober 24 orang, bulan November 26 orang, bulan Desember 24 orang.
Berdasarkan uraian diaras maka penelitian ini dilakukan guna untuk
mengetahuui faktor-faktoryang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Maccini Sombala kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita terutama dalam
menganalisis apakah ada hubungan, Kebiasaan Mencuci tangan, pendidikan orangtua,
pengetahuan orangtua dan pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Maccini Sombala kota Makassar 2015?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
balita di puskesmas Maccini sombala kota Makassar.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare
pada balita
Untuk mengetahui hubungan pendidikan orangtua dengan kejadian diare pada
balita
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita
Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada
balita
D. Manfaat Penelitian
Bagi peneliti
Membantu penulis dalam mencari hubungan penyebab kejadian diare pada balita.
Bagi Institusi Kesehatan
Agar dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan tambahan pustaka bagi
institussi kesehatan.
Bagi Masyarakat
Agar menambah pengetahuan masyarakat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian diare pada balita.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
anak di negara berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang
air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga
kali sehari.
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), diare adalah salah penyakit dengan tanda-
tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari.
Jenis-jenis Diare
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari
tujuh hari) yang mengakibatkan dehidrasi sebagai penyebab utama kematian.
Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya yang mengakibatkan
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan kemungkinan terjadinya
komplikasi pada mukosa.
Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus
yang mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolism.
Diare dengan masalah lain adalah anak yang menderita diare (diare akut dan diare
persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti: demam, gangguan gizi
dan penyakit lainnya.
Penyebab Diare
Penyebab diare bermacam-macam antaralain infeksi mikroorganisme seperti bakteri,
virus, parasit, faktor psikologis misalnya, karena ketakutan atau kecemasan, dan
bahkan kadang sama sekali tidak ditemukan mikro organisme penyebab, (Sabrina
Maharani).
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare pada balita, yaitu
(Depkes RI, 2007):
a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada
balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar dari pada yang diberi
ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
b. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencermaran oleh
kuman karena botol susu dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah
dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan
infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri
penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi
diare.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa
jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak
berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.
Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Etiologi atau Faktor penyebab
Penyebab diare berkisar 70% sampai 90% sudah dapat diketahui dengan pasti, dimana
penyebab diare ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Suharyono, 2003).
Penyebab tidak langsung
Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat
terjadinya diare seperti, keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, social budaya, kepadatan
penduduk, social ekonomi dan factor-faktor lain. Ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi 2 golongan yaitu, Suharyono, (2003):

1. Diare sekresi
a.) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti Shingella, Salmonella,
E.coli, Golongan Vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium, Golongan virus seperti:
Protozoa, Entamoeba histolicia, Giardia lamblia, Cacing perut, Ascaris, Jamur.
b) Hiperperistaltik usus halus yang berasal dari bahan-bahan
makanan, kimia misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,terlalu asam,
gangguan psikik, gangguan syaraf, hawa dingin, alergi.
c) Defisiensi imun yaitu kekurangan imun terutama yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan jamur.
2.) Diare osmotic yaitu malabsorbi makanan, kekurangan kaloriprotein dan berat
badan lahir rendah.
5. Mekanisme Penularan diare
Kuman penyebab diare ditularkan melalui :
Makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja atau muntahan yang mengandung
kuman penyebab diare.
Melalui tangan yang terkontaminasi kotoran dan diprgunakan untuk memasukkan
makanan kedalam mulut.
Alat-alat rumah tangga yang tidak bersih.

Epidemiologi Penyakit Diare


Distribusi Penyakit Diare
Distribusi penyakit diare menurut variable orang
Penyakit diare banyak diderita oleh golongan umur di bawah lima tahun (BALITA),
sekitar 70-80% dari penderita. Pada saat terjadinya wabah penyakit.
Distribusi penyakit diare menurut variable tempat Kejadian penyakit diare dapat di
pengaruhi oleh mobilitas penduduk baik melalui darat maupun laut. Kejadian diare
mengalami kajadian besar setiap tahunnya pada daerah yang 90% rumah tangga
mempunyai air minum yang tidak masak.
Distribusi penyakit menurut variable waktu
Penyakit diare menunjukkan kejadian yang meningkat pada musim kemarau dan pada
awal musim penghujan pada musim kemarau, air yang diperoleh menjadi terbatas
serta penggunaan air yang berulang dan pada musim hujan sumber air menjadi
tercemar.
Frekuensi
Di Amerika serikat pada pusat pemberantasan dan pencegahan penyakit menyatakan
55.000 penderita yang harus dirawat di rumah sakit tiap tahun dengan angka kesakitan
antara 150-300 penderita setiap tahun disebabakan Rotavirus. Salmonella
menyebabkan penderita diare sebesar 5 juta bayi tiap tahunnya.
Wicaksono, dkk (1999) menyatakan bahwa dalam 1 tahun mulai 1 juli 1998 s/d
Agustus 1999 di seluruh Indonesia tercatat 43 bayi dari 90 kasus (47,7%) meninggal
karena Salmonella, angka ini belum termasuk data yang tidak dilaporkan.
Faktor Gizi
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami.
Insiden diare dalam masyarakat golongan berpendapatan rendah dan kurang
pendidikan mulai bertambah pada saat anak mengenal makanan tambahan dan
frekuensi ini makin meningkat, mencapai puncaknya pada saat anak disapih. Makanan
terkontaminasi lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak.
Faktor Ekonomi dan Pendidikan
Hal ini mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare.
Kebanyakan anak menderita berasal dari keluarga besar. Dengan daya beli rendah,
kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi
persyaratan kesehatan, pendidikan orangtua yang rendah dan sikap kebiasaan yang
tidak menguntungkan, karna itu faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare.

Faktor Hygiene dan Sanitasi


Telah diketahui bahwa penyakit diare dituarkan melalui makanan dan minuman dapat
merupakan sumber penularan apabila dicemari oleh tinja atau muntahan penderita.
Kesakitan terjadi karena sesorang yang rentan makan makanan yang mengandung
penyebab penyakit diare dalam jumlah yang melebihi daya tahan tubuh orang yang
bersangkutan. Kejadian diare adalah hasil interaksi antara penyebab penyakit (agent),
tuan rumah (host) dan lingkungan (environment).
Kesehatan lingkungan Indonesia masih merupakan masalah utama dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yang meliputi :
Kurangnya penyediaan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Kurangnya tempat pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan.
Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.
Usaha Hygiene dan sanitasi makanan yang belum menyeluruh.
Belum ditanganinya Hygiene dan sanitasi industry secara baik.
Kurangnya upaya pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan lingkungan.
Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.
Aspek Sosial Budaya
Selain faktor gizi, lingkungan dan pendidikan, faktor sosial budaya juga
mempengaruhi terjadinya diare. Aspek social budaya meliputi anggapan bahwa diare
tidak menular kepada orang lain, atau hanya disebabkan masuk angin biasa, sehingga
apbila terjadi diare tidak segera mencari pertolongan, hanya memberikan obat
tradisional dari dukun.
Manifestasi Klinis Penyakit Diare
Anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badannya meningkat, nafsu makan kurang
atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mengandung darah atau
lendir. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu, anus
dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum dan sesudah diare dan ini dapat disebabkan oleh lambung yang berkontraksi
atau akibat gangguan keseimbangan asam basah dan elektrolit. Bila penderita telah
kehilangan banyak cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung
selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit Nampak kering.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
Gangguan Osmotik
Akibat termakannya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan Osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit keadaan rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, padadinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diaretimbul karena peningkatan
rongga usus.
Gangguan Metabolisme
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila pristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Tanda dan Gejala Penyakit Diare
Beberapa gejala dan tanda diare antaralain:
Gejala umum
Berak air atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
Muntah biasanya disertai diare pada gastroentritis akut
Demem dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis bahkan gelisah.

Gejala spesifik
Vibro cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
Disenteriform:tinja berlendir dan berdarah.
Gejala-gejala Yang Timbul Akibat Diare
Bila terjadi diare akan mengakibatkan kehilangan cairan tubuh dan kehilangan
elektrolit tubuh. Gejala-gejala yang timbul akibat kehilangan cairan tubuh adalah:
Turgor kulit berkurang, nadi lemah atau tidak teraba, taki kardi, mata cekung, ubun-
ubun cekung, suara parau, jari-jari scanosis, mebram mucosa, kering dan anuri.
Sedangkan akibat kehilangan eletrolit tubuh adalah: defesiensi bikarbonat tubuh
(muntah, nafas cepat dan dalam), defesiensi kalium (lemah otot, aritmia, henti
jantung, ileus paralitik) dan hipoglikemia (kejang atau koma).
Upaya Pencegahan Penyakit Diare
Cara pencegahan penyakit diare yang benar-benar efektif yang dapat dilakukan adalah
:
Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam
bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh
bayi.ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4 bulan.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 4 bulan pertama resiko untuk
terkena diare 30 kali ebih besar dari pada yang diberi ASI. Pemberian susu formula
merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk pemberian susu formula,
biasanya menyebabkan resiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya
gizi buruk. Anak diare harus diberi banyuak minuman, jiika anak masih menyusui
tetap diberi ASI. (Hadi Siswanto dalam Amin Rahman Hardi 2012)
Makanan Pendamping ASI
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping
ASI yang lebih baik, yaitu :
Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4 bulan tetapi teruskan pemberian
ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan
makanan lebih sering 4 kali sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin. (Hadi
Siswanto dalam Amin Rahman Hardi 2012).

Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Mencuci Tangan


Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari
penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci
tangan juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku,
tangan , dan lengan (Schaffer, et.al., 2000).
Pentingnya mencuci tangan untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit.
Sebaiknya mengajarkan kebiasaan baik mencuci tangan kepada anak yang masih
kecil, karena salah satu penyakit pembunuh anak nomor 1 di Indonesia adalah diare,
yang dapat dicegah dengan mengajarkan anak untuk mencuci tangan. Karena seperti
yang kita ketahui, sepanjang hari kita akan banyak melakukan kontak langsung
dengan orang-orang, permukaan benda yang terkontaminasi, makanan, bahkan
binatang dan kotoran binatang. Hal itu tentunya akan menyebabkan menumpuknya
bibit penyakit pada tangan khususnya telapak tangan. Maka dari itu juga kita tidak
mencuci tangan cukup sering, maka kita dapat tertular berbagai penyakit lewat
sentuhan (misalnya: tanpa sadar kita menyantuh mata, hudung,mulut dengan telapak
tangan). Hal itu tentunya akan mengakibatkan kuman-kuman dan bakteri-bakteri yang
melekat pada telapak tangan akan berpindah ke mata, mulut atau hidung dan tentunya
akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Tanpa kita sadari, kita juga dapat
menyebarkan penyakit ke orang lain lewat sentuhan langsung atau lewat media
permukaan benda yang mereka sentuh.
Kebersihan diri daripada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku mencuci tangan
setiap makan, merupakan sesuatu yang baik.Dimana sebagian besar kuman infeksi
diare ditularkan melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
kedalammulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalkan dari air
minum dan makanan.Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan adalah bagian
penting dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan tidak mencuci
tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan
dengan sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan
dan minuman, telah dibuktikan memiliki dampak dalam kejadian diare dan mencari
sasaran utama pendidikan tentang kebersihan.Penularan 14-48% terjadinya diare
diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan dan perbaikan kebiasaaan
(Depkes, 2000).
Macam-Macam Cara Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan air
Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan dibawah
air yang mengalir, karena air dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci
tangan yang kotor bisa menjadi tempat sup kuman karena berkumpulnya kotoran yang
mungkin mengandung kuman penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan
diangkat dari wadah mencuci tangan tersebut.
Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan yang paling umum
dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan
dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai
kuman, namun pada praktiknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal di antaranya,
meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan sebagai ungkapan
rasa sayang pada anak.
Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci tangan bertujuan untuk
melepaskan atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman) dalam mencegah
perpindahan mereka pada pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak
efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak,
minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik.
Karena itu para staf medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi
diharuskan mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam
sabunnya (sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau deterjen. Untuk profesi-profesi
ini pembersihan mikro organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka
harus bisa memastikan bahwa mikro organisme yang tidak bisa "bersih" dari tangan,
mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung dalam sabun. Aksi pembunuhan
mikroba ini penting sebelum melakukan operasi dimana mungkin terdapat organisme-
organisme yang kebal terhadap antibiotik.
Cara Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar
Mencuci tangan umumnya dilakukan :
Saat sebelum makan,
Sebelum menyiapkan makanan,
setelah memegang daging mentah,
Sebelum dan setelah menyentuh orang sakit,
Sesudah menggunakan kamar mandi,
Setelah batuk atau bersin atau membuang ingus,
setelah mengganti popok atau pembalut,
Sebelum dan setelah mengobati luka,
Setelah membersihkan atau membuang sampah,
Setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan, dll.
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyiapkan makan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
c. Perilaku Cuci Tangan
Kebersihan diri daripada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku mencuci tangan
setiap makan, merupakan sesuatu yang baik.Dimana sebagian besar kuman infeksi
diare ditularkan melalui jalur fecal oral.Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
kedalammulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalkan dari air
minum dan makanan.Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan adalah bagian
penting dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan tidak mencuci
tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan
dengan sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan
dan minuman, telah dibuktikan memiliki dampak dalam kejadian diare dan mencari
sasaran utama pendidikan tentang kebersihan. Penularan 14- 48% terjadinya diare
diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan dan perbaikan kebiasaan
(Depkes, 2000).

Tinjauan Umum tentang Pendidikan


Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar, pendidikan dapat diperoleh dari
pendidikan formal (pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi).
Berdasarkan pendidikan dasar Sembilan tahun pendidikan yang paling rendah adalah
bila tamat sekolah menengah pertama (SMP) atau sederajat, serta pendikan tinggi
yaitu apabila seorang menamatkan pendidikan sampai sekolah menengah atas (SMA)
atau sederajat keatas (fatah, 2001). Jenjang pendidikan memegang peran cukup
penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan kesehatan masyarakat yang rendah
menjadikan mereka yang sulit diberi tahu mengenai pentingnya hygiene perorangan
dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, diantaranya
diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak
peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular (Sander, 2005,dalam Nuraeni
2012).
Tingkat pendidikan yang cukup merupakan dasar pengembangan wawasan serta
sarana untuk memudahkan seseorang termotivasi dalam turut menentukan cara
berpikir seseorang menerima pengetahuan, sikap dan prilaku baru.
Pendidikan adalah suatu proses alamiah yang harus terjadi pada manusia, seseorang
anak manusia dapat berkembang menjadi manusia karena adanya pendidikan
merupakan suatu condition since quanon dan telah ada sejak lahir (Depdikbud,2008).
Prevalensi diare pada keluarga dengan tingkat pendidikan terendah lebih tinggi
daripada tingkat pendidikan yang lebih baik. Karena dari analisis lebih dari 50%
balita adalah dari keluarga (Bapak dan Ibu) yang tidak tamat SD. Resiko kesakitan
diare balita dari keluarga dengan pendidikan terendah (Emiliana Tjitra, dkk, 1994)
Di Indonesia tingkat pendidikan dapat dibedakan mejadi (Notoatmojo, 1993kasman,
2004):
Pendidikan formal adalah pendidikan yang melalui proses belajar diatur dan sadar
dilakukan dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sejak lahir sampai mati dalam keluarga,
pekerjaan atau pengalaman.
Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi
tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat (pendidikan yang berlangsung dalam
masyarakat).
Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
sesuai dengan kondisi prinitif suatu masyarakat di dalam pasti terjadi atau belangsung
proses pendidikan. Secara umum pendidikan sangat dipengaruhi terhadap status
kesehatan seseorang. (Samsunir Adam, 1998).

D. Tinjauan UmumTentang Pengetahuan


1). Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah manusia melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Teori pengetahuan berkaitan dengan
sumber-sumber pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia melalui indra yang dimilikinya
baik mata, hidung, telinga dan sebagainya (Notoadmojo 2005). Pengetahuan
merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat.Informasi tersebut
bisa berasal dari pendidikan formal maupun non formal, percakapan, membicara,
mendengarkan radio, menonton televisi dan pengalaman hidup. (Rudi Haryono 2014).
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan peginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Menurut Notoadmodjo 2003.

2).Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya
suatu tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo (2003), dimana tingkat pengetahuan
didalam domain kognitif, meliputi :
a) Tahu (Know)
Pengetahuan (tahu) yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk didalam pengetahuan yang paling rendah dengan cara menyebutkan,
mendefinisikan dan menyatukan sesuatu. Pengetahuan ibu balita tentang diare yang
baik akan mempengaruhi ibu balita dalam memahami tentang bahaya dari diare bagi
anaknya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek untuk materi, harus dapat menjelaskan, contohnya ibu
balita dapat memahami dan mengetahui cara penanganan diare yang benar.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasidisini dapat diartikan penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam kondisi yang lain,
misalnya ibu balita dapat menggunakan cara pencegahan atau tindakan awal dalam
mencegah terjadinya diare pada balita serta dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah dalam penanganan diare.
d) Analisis (analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen, tetapi didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-
kata kerja yang dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, serta
mengelompokkan tentang penanganan diare.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat
menyusun, merencanakan, menyesuaikan. Dimana pada ibu yang memilki balita yang
diare maka dapat melakukan penanganan secara benar agar diare dapat berhenti.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengaruh pengetahuan terhadap seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup
pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan serta kesehatan setiap anggota keluarganya, Notoadmodjo, (2003).
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), yaitu :
a) Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan
menyesuaikan hal-hal yang baru.
b) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan
yang lebih jelas.
c) Kultur Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi
yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada ibu balita
melakukan penanganan terjadinya diare sesuai dengan apa yang mereka lihat
dilingkungannya.
d) Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada remaja
dengan umur yang bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan
dalam menyerap informasi yang diberikan serta besikap lebih bijak. Pengalaman ibu
balita dengan kejadian diare mempengaruhi dalam penanganan diare selanjutnya.

4) Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner,
untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden. Pengetahuan
yang ingin diketahui oleh peneliti dapat disesuaikan dengan tingkat responden yang
ada. Notoadmodjo, (2003).
5) Cara Mencari Pengetahuan
Ada berbagai cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah yang dikelompokkan sebagai berikut:
Cara Tradisonal
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang
memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk
metode penemuan secara sistematik dan logis. Notoadmodjo, (2003).
Cara coba-salah (trial and error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya
peradaban.Pada seseorang yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih
sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara
memecahkan masalah. Notoadmodjo, (2003).

Cara Kekuasaan atau otoritas


Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut
baik atau tidak.Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi
berikutnya.Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu
opengetahuan.Notoadmodjo, (2003).
Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan.Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat
menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan
berpikir kritis dan logis.Notoadmodjo, (2003).
Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun
ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan
deduksi. Notoadmodjo, (2003).
Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian.Cara ini mula-
mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau
kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan
diklarisifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.Notoadmodjo, (2003).
Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa penyakit diare banyak
disebabkan karena bertambahnya kepandaian anak, salah makan, masuk angin.Hal ini
dikarenakan ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan kurangnya mendapat
informasi atau tidak mengetahui tentang penyebab terjadinya diare. Orangtua
berpengaruh terhadap perilaku makan anak. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
orangtua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan kesukaan
makanan anak dan membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana,
dengan siapa, dan berapa banyak ia makan.
Tinjauan Umum Tentang Pendapatan Keluarga
Definisi Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh para anggota masyarakat
untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang
mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produk nasional. Menurut
Reksoprayitno, pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang
dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga, dan laba termasuk juga
beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun. (Reksoprayitno, 2009).
Ada 3 kategori pendapatan yaitu :
a) Pendapatan berupa uang yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi.
b) Pendapatan berupa barang adalah segala pendapatan yang sifatnya reguler dan
biasa, akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan
jasa.
c) Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah segala penerimaan yang
bersifat transfer redistributive dan biasanya membuat perubahan dalam keuangan
rumah tangga. (Sunuharjo, 2009)
Dalam Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang
dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya,
bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya. Senada
dengan definisi di atas, dalam Websters juga disebutkan bahwa pendapatan adalah
uang yang diperoleh dari hasil bekerja, pelayanan diri, gaji, upah dan lain-lain.
Timmer, dkk (1983) dalam Nihla (2006) mengemukakan teori mengenai kaitan antara
pendapatan keluarga dengan pengeluaran untuk pangan sebagai berikut:
Teori Consumer Choise: mengatakan klompok yang berpenghasilan cukup maka akan
menyediakan dana yang cukup dan seimbang untuk belanja pangan dan non pangan,
tetapi pergeseran tersebut akan tetap berada pada batas-batas keseimbangan pangan
dan non pangan.
Teori Budget Consrain bahwa ketika menentukan belanja untuk pangan dan non
pangan, maka kelompok miskin akan dihadapkan dua kendala yaitu: pertama berapa
total pendapatan yang dapat di belanja, kedua harga relatif dari komoditas yang di
beli.
Dari kedua teori ini nampak jelas perbedaaan tingkat pengeluaran untuk makanan
pada kelompok yang berpendapatan tinggi dan pada kelompok berpenghasilan rendah.
Makin banyak mempunyai uang berarti makin baik makanan yang diperoleh.Jika
simiskin menikmati sedikit kenaikan penghasilan maka biasanya mereka
memanfaatkan penambahan tersebut untuk pembelian pangan.
Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula presentasi dari pendapatan yang
diperlukan untuk membeli sayur, buah dan berbagai pangan lainnya, maka pilihan
makanan akan akan berubah pada makanan yang lebih bersih dan proses lebih baik
dan menyenangkan. Jika penghasilan perkapita suatu bangsa bertambah besar, maka
kedudukan bahan pangan protein bertambah pula (Alan Berg 1987).Jadi penghasilan
merupakan faktor penting bagi kualitas dan kuantitas makanan.
2. Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan
lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Zaidin,
2010d dalam kasman, 2004).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergantung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup di dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Syafrudin, 2009 dalam kasman, 2004).
3. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah
tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan
dalam rumah tangga.
Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh
karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi. Secara konkritnya
pendapatan keluarga berasal dari :
1) Usaha itu sendiri : misalnya berdagang, bertani, membuka usaha sebagai
wiraswastawan
2) Bekerja pada orang lain: misalnya sebagai pegawai negeri atau karyawan
3) Hasil dari pemilihan: misalnya tanah yang disewakan dan lain-lain.
Pendapatan bisa berupa uang maupun barang misal berupa santunan baik berupa
beras, fasilitas perumahan dan lain-lain. Pada umumnya pendapatan manusia terdiri
dari pendapatan nominal berupa uang dan pendapatan ril berupa barang.(Gilarso,
2008).
Apabila pendapatan lebih ditekankan pengertiannya pada pendapatan rumah tangga,
maka pendapatan merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, informal
dan pendapatan subsistem. Pendapatan formal adalah segala penghasilan baik berupa
uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa. Pendapatan informal
berupa penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan
pokoknya. Sedangkan pendapatan subsistem adalah pendapatan yang diperoleh dari
sektor produksi yang dinilai dengan uang dan terjadi bila produksi dengan konsumsi
terletak disatu tangan atau masyarakat kecil. (Nugraheni, 2007).
BAB III
KERANGKA KONSEP

DasarPemikiranVariabel Yang Diteliti.


Diarea dalah salah penyakit dengan tanda tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Berdasarkan konsep
pemikiran tersebut di atas, maka variabel yang ditelitia dalah sebagai berikut:
KebiasaanMencucitangan
Perilaku mencuci tangan setiap mau makan, merupakan sesuatu yang baik. Dimana
sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur fecal oral. Mereka dapat
ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja, misalkan dari air minum dan makanan. Kebiasaan yang berhubungan
dengan kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare, dengan
mengubah kebiasaan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat
memutuskan penularan.
Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar, Jenjang pendidikan memegang peran
cukup penting dalam kesehatan masyarakat. Dengan sulitnya mereka menerima
penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit
menular
Pengetahuan
Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya
suatu tindakan seseorang. Pengetahuan ibu balita tentang diare yang baik akan
mempengaruhi ibu balita dalam memahami tentang bahaya dari diare bagi anaknya.
Contohnya ibu balita dapat memahami dan mengetahui cara penanganan diare yang
benar.
Pendapatan
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan rildari seluruh anggota rumah tangga
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam
rumah tangga. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula presentasi dari
pendapatan yang diperlukan untuk membeli sayur, buah dan berbagai pangan lainnya.
Jadi penghasilam merupakan faktor penting bagi kualitas dan kuantitas makanan.

Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita sangat banyak. Untuk itu kerangka
konsep ini hanya mengambil beberapa factor saja karena keterbatasan dalam hal biaya
dan waktu. Oleh karena itu kerang kakonsepnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Keterangan: : variable independen
: variable dependen

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif


1. Diarepada balita
diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air
besar yang terus-menerus dalam bentuk cair atau mencret dengan frekuensi lebih dari
3 kali sehari yang di alami balita.
Kriteria objektif:
Menderita Diare : berdasarkan hasil diagnosa dokter dan balita pernah mengalami
diare dalam kurun waktu satu tahun terakhir pada saat penelitian.
Tidak diare: yaitu jika tidak sesuai dengan keriteria diatas.
2. Menguci tangan
Adalah: Kebiasaan ibu mencuci tangan dengan sabun menggunakan air yang mengalir
setiap mau makan atau memberi makan pada balita
Keriteria objektif:
Baik : jika akan memberikan makanan pada balita selelu cuci tangan dengan sabun
menggunakan air yang mengalir.
Buruk : jika tidak mencuci tangan saat akan memberikan makan balita.
3. Pendidikan
Adalah: Jenjang sekolah tinggi yang pernah ditamatkan oleh responden
Keriteria objektif:
Tinggi : jika menamatkan sampai kejenjang atas (SMA) atau perguruan tinggi
Rendah : jika menamatkan sampai jenjang sekolah menengah pertama (SMP)
4. Pengetahuan
Adalah: kemampuan responden untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang diare
pada anak balita yang terdiri dari pengertian diare, faktor penyebab diare, tanda dan
gejala diare, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaannya.
Keriteria objektif:
Tinggi : jika total skor jawaban yang dicapai oleh responden 75% dari seluruh
pertanyaan.
Rendah: jika total skor jawaban yang dicapai oleh responden 75% dari seluruh
pertanyaan

5. Pendapatan keluarga
Adalah: jumlah penghasilan yang diperoleh anggota keluarga selama satu bulan yang
diukur selama satu bulan.
Kreriteria objektif:
Tinggi : apabila penghasilan rata-rata sama atau diatas upah minimum kota (UMK)
kota makassar Rp.2.075.000
Rendah: apabila penghasilan rata-rata dibawah UMK

Hipotesis Penelitian
Seperti yang telah digambarkan dalam kerang kakonsep, maka rumusan hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis alternative (Ha)
Ada hubugan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada balita Di
puskesmas Maccini Sombala kota Makassar
Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita Di puskesmas
Maccini Sombala kota Makassar
Ada hubungan antara Pengetahuan Orangtua dengan kejadian diare pada balita di
puskesmas Maccini Sombala kota Makassar
Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita di
puskesmas Maccini Sombala kota Makassar
Hipotesa Null (Ho)
Tidak ada hubugan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di
puskesmas Maccini Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita Di
puskesmas Maccini Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara Pengetahuan Orangtua dengan kejadian diare pada balita
di puskesmas Maccini Sombala kota Makassar
Tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita di
puskesmas Maccini Sombala kota Makassar

Anda mungkin juga menyukai