Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan
ilmu penyediaan atau pengolahan bahan sumber alam dan bahan sintesis
yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan dan digunakan dalam
pengobatan dan pencegahan suatu penyakit (Ilmu Resep : 1).
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi
sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan.
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai
dalam diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya
sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif
obat, atau jalur pemakaian obat harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk
tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat,
dan status penyakitnya. Untuk membantu pemakaian obat melalui jalur-jalur
pilihannya telah diformulasikan dan disiapkan untuk sediaan yang sesuai
seperti salah satunya suspensi (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 1).
Suspensi (suspensiones) adalah sediaan cair yang mengandung obat
padat, tidak melarut dan terdirspersikan sempurna dalam cairan pembawa,
atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus,
dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam
cairan pembawa yang ditetaapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi,
sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi, yang harus
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan (Formularium Nasional :
333).
Dari uraian di atas sediaan suspensi terbagi atas 2 macam yaitu
suspensi oral dan suspensi topikal, pada beberapa suspensi topikal diberi
etiket sebagai losio. Losio adalah berupa larutan, suspensi atau emulsi
dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit, Pada pembuatan suspensi losio
2

mengunakan metode presipitasi. Metode presipitasi ialah zat yang hendak


didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik, larutan zat ini
kemudian diencerkkan dengan larutan pensuspensi dalam air sedangkan
akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi
(Formularium Nasional : 325 ; Ilmu Resep : 141-142).
I.2. Maksud Percobaan
1. Untuk mempelajari dan memahami teori suspensi secara umum.
2. Untuk memahami sediaan obat berbentuk suspensi dengan pemilihan
suspending agent yang sesuai.
3. Untuk mempelajari bahan-bahan pembuatan sediaan suspensi yang baik.
I.3 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami teori suspensi secara
umum.
2. Mahasiswa dapat memahami metode-metode dalam pembuatan obat
sediaan suspensi
3. Mahasiswa dapat menganalisis zat aktif yang terdapat dalam resep
sediaan suspensi
I.4 Prinsip Percobaan
Prinsip praktikum ini di buat sediaan suspensi topikal dengan tipe
folkulasi,dan menggunakan metode presipitasi
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori


II.1.1. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak
melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan
padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa
zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa
yang di tetapkan (Formularium Nasional : 333).
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut
dalam bentuk halus yang terdispersi kedalam fase cair (Ilmu Resep : 135).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dengan cairan pembawa (FI III :
32).
Suspensi adalah sediaan obat yang terbagi dengan halus yang ditahan
dalam suspensi dengan menggunakan pembawa yang sesuai (Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi : 97).
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV : 17).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tda larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Ilmu
Meracik Obat : 149).
Suspensi farmasi adalah dispersi kasar, di mana partikel padat yang
tak larut terdispersi dalam medium cair (Farmasetika : 141).
II.1.2. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
a. Keuntungan Bentuk Sediaan Suspensi
1) Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia dan
memungkinkan terapi dengan cairan.
2) Suspensi untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai ketimbang
bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena
mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis.
3) Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah untuk
memberikan dosis yang relatif sangat besar.
4

4) Suspensi merupakan sediaan yang lebih aman, mudah diberikan


untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk
anak (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 355).
b. Kerugian Bentuk Sediaan Suspensi
1) Suspensi memiliki kestabilan yang rendah (pertumbuhan kristal
jika jenuh , degradasi, dll)
2) Jika membentuk caking akan sulit terdispersi kembalisehingga
homogenitasnya akan turun
3) Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar dituang
4) Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan
5) Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem
dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jikaterjadi
fluktuasi/ perubahan suhu
6) Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh
dosis yang diinginkan (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 356 ;
Ilmu Resep : 136).
II.1.3. Macam-macam Suspensi
a. Suspensi oral Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu
atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat
langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat
dalam bentuk halus yang harus di konstitusikan terlebih dahulu
dengan pembawa yang sesuai, segera sebelum digunakan. Sediaan ini
di sebut Untuk suspensi oral.
b. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Losion eksternal harus mudah
menyebar didaerah pemakaian, tidak mudah mengalir dari daerah
pemakaian, dancepat kering membentuk lapisan film pelindung.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam
kategori ini.
5

c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-


partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
d. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi ataugoresan pada
kornea. Suspensiobat mata tidak boleh digunakan jika terdapat
massayang mengeras atau terjadi penggumpalan.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi
serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat
jarum suntiknya (syringe ability) serta tidak disuntikkan secara
inravena atau kedalam larutan spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan
yangmemenuhisemua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai (Ilmu Resep : 135-136)
II.1.4. Stabilitas Suspensi
Salah satu masalah yang di hadapi dalam proses pembuatan suspensi
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga
homogenitas partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk
menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas
suspensi ialah:

a. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang
partikel tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu.
Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik
dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang
dengan daya tekan keatas terdapat hubungan linier. Artinya semakin
kecil ukuran partikel semakin besar luas penampangnya (dalam
volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang
6

partikel, daya tekan keatas cairan akan semakin besar , akibatnya


memperlambat gerakan partikeluntuk mengendap sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel.
b. Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya
semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan
tersebutakan memengaruhi pula gerakan turun partikel yang terdapat
di dalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan
atauviskositas cairan, gerakan turun partikel yang di kandungnya akan
di perlambat. Perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh
terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan tuang.
c. Jumlah Partikel (konsentrasi)
Jika didalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar,
maka partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering
terjadi benturan antara partikel tersebut. Oleh benturan iniakan
menyebabkan terbentuknya endapan zat tersebut, oleh karena itu
semakin makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat
(Ilmu Resep : 136-138).

Sedangkan menurut Anief 1993 faktor yang mempengaruhi stabilnya


suspensi adalah:
a. Ukuran partikel
b. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
c. Tolak menolak antar partikel, karena adanya muatan listrik
d. Kadar partikel tersispensi
II.1.5. Bahan Pensuspensi dari Alam
Bahan alam dari jenis gom sering disebut gom atau hidrokoloid.
Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran
tersebut membentuk muchilago atau lendir. Dengan terbentuknya
muchilago, viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah
7

stabilitas suspensi. Kekentalan muchilago sangat dipengaruhi oleh panas,


PH, dan proses fermentasi bakteri.
Golongan Gom Meliputi:
a. Akasia (pulvis Gummi Arabic)
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman Acasia sp., dapat larut
dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifatasam. Viskositas
optimum muchilagonya adalah antara PH 5-9. Jika ada suatu zat yang
menyebabkan PH tersebut menjadi diluar PH 5-9 akan menyebabkan
penurunan viskositas yang nyata. Muchilago Gom Arab dengan
kadar35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin.Gom
ini mudah dirusak olehbakteri sehingga dalam suspensi harus
ditambahkan zat pengawet (preservalive).
b. Chondrus
Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau Gigartina
mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan
bersifat basa. Ekstrak dari Chondrus disebut karagen, yang banyak
dipakai oleh industry makanan. Karagen merupakan derivat dari
sakarida sehingga mudah dirusak oleh bakteri dan memerlukan
penambahan pengawet untuk suspensi tersebut.

c. Tragakan
Merupakaneksudat dari tanaman Astragalus gummifera. Tragakan
sangat lambat mengalami hidrasi sehingga untuk mempercepat
hidrasi biasanya dilakukan pemanasan. Muchilago tragakan lebih
kental dari pada muchilago dari Gom Arab.Muchilago tragakan hanya
baik sebagai stabilisator suspensi, tetapi bukan sebagai emulgator.
d. Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Diperdagangan
terdapat dalam bentuk garamnya, yaitu natrium alginat. Algin
merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi
bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet.
Kadar yang dipakai sebagai bahan pensuspensi umumnya 1-2%.
Bahan Pensuspensi Alam Bukan Gom
8

Suspending agent alam yang bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat
yang sering digunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3
macam yaitu bentonit, hectorite, dan vegum. Jika tanah liat dimasukkan
kedalam air, mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika
dilakukan pengocokkan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena
peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas
suspensi menjadi lebih baik.
Ketiga tanah liat tersebut bersifat tidak larut dalam airsehingga
penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkan
pada campuran suspensi. Keuntungan Penggunaan bahan suspensi dari
tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi
dari bakteri. Karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa argonik,
bukan golongan karbohidrat.
Bahan Pensuspensi Sintesis
a. Derivat selulosa
Termasuk kedalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol,
tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Di
belakang nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor, misalnya
methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan cairan pelarut
untuk meningkatkan viskositasnya. Semakin besarangkanya,
kemampuan semakin tinggi. Golongan ini tidak di absorpsi oleh usus
halus dan tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi
makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga
digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur atau disintegrator
dalam pembuatan tablet.
b. Golongan Organik Primer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah carbophol 934
(nama dagang suatu pabrik). Organik polimer berupa serbuk putih,
bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak
mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya sehingga bahan tersebut
banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh
9

viskositas yang baik diperlukan kadar 1%. Carbophol sangat peka


terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan
penurunan viskositas larutannya (Ilmu Resep : 139-141).
II.1.6. Cara Mengerjakan Obat dalam Suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut.
a. Metode dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan
obat ke dalam muchilago yang telah terbentuk, kemudian baru
diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran
pada saat mendispersikan serbuk kedalam pembawa. Hal tersebut
karena adanya udara, lemak, atau kontaminan ada serbuk. Serbuk
yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi.
Mudah dan sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut
kontak antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudut kontak 90 o,
serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian di
sebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan
permukaan antar apartikel zat padat dengan cairan tersebut perlu
ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
b. Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu kedalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut
organik, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan
pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi
dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah etanol,
propilen glikol, dan polietilen glikol (Ilmu Resep :142-143).
II.1.7. Sistem Pembentukan Suspensi
a. Sistem Flokulasi
Biasanyaa mencegah pemisahan yang sunguh-sunguh tergantung pada
kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada waktu sistem
flokulasi kelihataan kasar akibat terjadinya flokul.
1) Partikel merupakan agre yang bebas
2) Sedimen cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu kumpulan
partikel
10

3) Sedimen terjadi cepat


4) Sedimen terbungkus bebas dan membentuk cake yang keras dan
padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula
5) Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi
cepat dan di atasnya terjadi daerah cairan yang jernih
b. Sistem Deflokulasi
Partikel terdispersi baik dan mengendap sendirian, tetapi lebih lambat
daripada sistem flokulasi, tetapi partikel deflokulasi berkehendak
membentuk sedimen atau cake yang sukar terdispersi kembali.
1) Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
2) Sedimentasi lambat, masing-masing partikel mengendap terpisah
ukurannya minimal.
3) Sedimen terjadi lambat
4) Akhirnya sedimen akan membentuk cake agregat yang sukar
terdispersi kembali
5) Wujud suspensi menyenangkan karena zat tetap tersuspensidalam
waktu relatif lama.meskipun ada endapan cairan atas tetap
berkabut (Farmasetika : 146)
Secara umum sifat partikel flokulasi dan deflokulasi adalah
a. Deflokulasi
Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, akan terjadi agregasi, dan akhirnya terbentuk
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
1) Partikel suspensi dalam keadaan terpisah atau dengan yang
lainnya
2) Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel
mengendap terpisah dan partikel berada dalam ukuran paling
kecil.
3) Sedimen terbentuk lambat
4) Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar
terdispersi kembali
5) Wujud suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif
lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas terkabut.
b. Flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat
mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali.
1) Partikel merupakan agregat yang bebas.
11

2) Sedimentasi terjadi cepat


3) Sedimen terbentuk cepat
4) Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula
5) Wujud suspensi kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata (Ilmu
Resep :142-143)

II.1.8. Formulasi Suspensi


Untuk membuat suspensi stabil secara fisik ada dua cara, yaitu:
1) Penggunaan structured vehicle untuk menjaga partikel deflokulasi
dalam suspensi. Structured vehicle adalah larutan hidrokoloid
sepertitilose, gom, bentonit, dan lain-lain
2) Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok,
meskipun cepat terjadi pengendapan, tetapi dengan pengocokkan
ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi :
1) Partikel diberi zat pembasah dan dispersimedium.
2) Setelah itu ditambahkan zat pemflokulasi, biasanya larutan elektrolit,
surfaktan, atau polimer
3) Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir
4) Jika dikehendaki, agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah structured vehicle.
5) Produk akhir yang diperoleh adalah suspensi flokulasi dalam
structured vehicle.
Bahan pemflokulasi yang dipergunakan dapat berupa larutan
elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif
digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya.
Contohnya, untuk suspensi bismuth subnitrat yang bermuatan positif
digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat
monobasi. Untuk suspensi sulfonamida yang bermuatan negatif digunakan
zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu (aluminium triklorida) (Ilmu
Resep :143-144).
II.1.9. Bahan Pengawet
12

Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah


stabilitas suspensi, antara lain dengan penambahan bahan pengawet. Bahan
ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan
hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butilparabenzoat (1:1250),
etil parabenzoat (1:500), propel parabenzoat (1:4000), nipasol, nipagin
1%.
Disamping itu, banyak pula digunakan garam kompleks
merkurisebagai pengawet, karena hanya diperlukan jumlah yang kecil,
tidak toksis, dan tidak iritasi. Misalnya fenil merkuri nitrat, fenil
merkuriklorida, fenil merkuri asetat (Ilmu Resep : 144).
II.2 Uraian Bahan
II.2.1 RESEP 1
1. Alkohol (FI III : 65 ; HOPE : 17)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, ethyl alcohol, ethyl hydroxide, grain alcohol
Berat molekul : 46,07
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :

Pemerian : CairanH3tak
C berwarnah,
OH jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P
Khasiat : Antiseptic dan Desinfectan
Kegunaan : Mensterilkan alat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya
ditempa sejuk, jauh dari nyala api.
2. Aqua Destillata (FI edisi III : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling, air murni, air steril
Berat molekul :18,02
Rumus molekul : H2O
Struktur kimia :
H H

O
13

Pemerian : Cairan jenuh tidak berwarna, tidak mempunyai rasa.


Kelarutan : Tidak mempunyai kelarutan karena sacara mumnya
air merupakan pelarut dan perbandingan suatu larutan
Khasiat : Zat pelarut.
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Chloramphenicol (FI ed. III : 143)
Nama resmi : CHLORAMPHENICOLUM
Nama lain : Kloramfenikol
Berat molekul : 323,13
Rumus molekul : C11H12CI2N2O3
Struktur kimia : OH H
C C CH2OH

H NHCOCHCl2

O2N
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih
kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus P,
stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,dalam
propilenglikol, dalam aseton dan etil asetat.
Khasiat : Antibiotikum (zat yang mematikan atau menghambat
pembuluh bakteri).
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya

4. Metil Paraben (FI III : 378 ; HOPE : 441-443)


Nama resmi : METHYLIS PARABENUM
Nama lain : Metil Paraben, Nipagin M
Berat molekul : 152,15
14

Rumus molekul : C8H8O3


Struktur kimia :
OH COOCH3

Pemerian : Serbuk hablur halus, hampir tidak berbau, tidak


mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95 %) P dan
dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dala eter P dan
dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian
gliserol P panas, dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Khasiat : Zat pengawet.
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Na CMC (FI ed. III, 401 ; HOPE ; 118)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHILCELLULOSUM
Sinonim : Natrium Karbosimetil Selulosa, Na CMC
Berat molekul : 262,18
Rumus molekul : C8H15NaO8
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih gading; tidak


berbau atau hampir tidak berbau; higroskopis
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspensikoloid; tidak larut dalam etanol (95%) dalam
eter dan dalam pelrut organik lain
Khasiat : Suspending agent
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. Polysorbat-80 (FI ed. III : 509 : HOPE : 549)
Nama resmi : POLYSORBATUM-80
Nama lain : Twen 80, Polisorbataam 80, olethytan 20
Berat molekul : 428,6
Rumus molekul : C64H124O26
15

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan agak kental sepertiminyak, jernih, kuning, bau


khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol (95%) P,dalam setat P
dan dalam methanol P; Sukar larut dalam methanol P
dan dalam minyak biji kapas P.
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
7. Propilenglikol (FI III : 534 ; HOPE : 542-543)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain : Propilenglikol
Berat molekul : 76,10
Rumus molekul : C3H8O2

Rumus struktur : OH

H3C OH

Pemerian : Cairan kental jernih dan tidak berwarna, tidak berbau


rasa agak manis hidroskopis
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan asetat dengan
kloroform larut dalam eter dan dalam beberapa
minyak esensial. Tetapi tidak bercampur dengan
minyak lemak
Kahasiat : Zat Pelarut
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
8. Sukrosa (FI IV : 762 ; HOPE : 703)
Nama resmi : SUKROSUN
Nama lain : Sukrosa, gula tebu, saecharum
Berat molekul : 342,30
Rumus molekul : C12H22O12
Rumus struktur :
16

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, maka hablur atau


berbentuk kubus atau serbuk hablur putih, tidak
berbau rasa manis, stabilitas di udara, larut netral
terhadap lakmus
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air amendidih, sukar larut dalam etanol, tidak
larut dalam kloroform dan eter
Khasiat : Zat pemanis
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.2.2 RESEP 2
1. Acid Boric (FI III : 49 ; Martindale : 2268)
Nama resmi : ACIDIUM BORICUM
Nama lain : Asam borat, aerdium boricum, orthoboric acid
Berat molekul : 61,83
Rumus molekul : H3BO3
Rumus struktur : OH
OH B
OH

Pemerian : Hablur, serbuk putih atau sisik mengkilap tidak


berwarna kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan
pahit
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian aair, dalam 3 bagian air
mendidih dalam 16 bagian etanol (95%) dari dalam 5
bagian gliserol
Khasiat : Antiseptikum ekstern (membasmi kuman pada kulit)
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Menthol (FI III : 363)
Nama resmi : MENTHOLUM
17

Nama lain : Mentol, itekahydrothymol, recemie, menthol, mentolis


Berat molekul : 156,30
Rumus molekul : C10H18O
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prismer tidak berwarna


bau tajam sseperti minyak permen, rasa panas
aromatic diikuti rasa dingin
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol (95%) , dalam kloroform P dan dalam eter P,
mudah larut dalam protein cair P dan minyak atsiri
Khasiat : Korigen dan aturitan
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk
3. TALKUM (FI III : 591 ; Buku Pelajaran Teknologi Farmasi : 154)
Nama resmi : TALCUM
Nama lain : Talk, bedak tabur, talkum
Berat molekul : 379,2657
Rumus molekul : Mg11Si32O44(OH)6
Rumus struktur : (SiO)2 O (SiO)2 O (SiO)2 O (SiO)2

(SiO)2 O (SiO)2 O (SiO)2 O (SiO)2

(MgO)2 (MgOH)2 (MgO)2 (MgOH)2 (MgO)2 (MgOH)2 (MgO)2

(SiO)2 O (SiO)2 O (SiO)2 O (SiO)2

(SiO)2 O (SiO)2 O (SiO)2 O (SiO)2

Pemerian : Serbuk hablur sangat halus licin, mudah melekat pada


kain, bebas dari butiran, warna puti ataau putih kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
18

Khasiat : Koratolikum (menebalkan lapsan tanaduk pada kulit)


dan anti fungi (menghilangkan dan membasmi jamur)
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. ZnO (FI III : 636)
Nama resmi : ZINC OXYDIUM
Nama lain : Seng oksida, zincoxid
Berat molekul : 81,38
Rumus molekul : ZnO

Rumus struktur :

Zn = O
Pemerian : Serbuk amorf sangat halus, putih atau putih
kekuningan tidak berbau, tidak berasa, lambat jauh
menyerap karbon dioksida dari udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
larut dalam asam nitrat encer dan dalam larutan alkali
hidroksida
Khasiat : Antiseptikum lokal (membasmi kuman pada daerah
sekitar kulit)
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.3 Farmakologi
IV.1 Resep 1
1. Chloramphenicol (Farmakologi dan Terapi : 700-701)
Absorbsi
Setelah pemerian oral, chloramphenicol diserap dengan cepat.
Kadar puncak dalam darah terapi dalam 2 jam. Untuk anak biasanya
diberikan bentuk ester (kloramfenik palmitat atau stearat).
19

Distribusi
Pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam. Kira-kira
50% kloramfenikol dalam darah terikat albumin. Obat ini
didistribusikan secara baik keberbagai jaringan tubuh, termasuk
jaringan otak cairan (serebro spiral) dan mata.
Metabolisme
Dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan (asam
glukorona) oleh enzim glukuronil transferase. Sebagian kecil
kloramfenikol mengalami reduksi menjadi : senyawa anil-anin yang
tidak aktif lagi.

Ekskresi
Masa paruh eliminasinya adalah pada orang dewasa kurang lebih 3
jam. Dalam waktu 24 jam. 80-90% kloramfenikol yang diberikan oral
telah diekskresi melalui ginjal, dari seluruh kloramfenikol yang
diekskresi melalu urin, hanya 5-10% dalam bentuk aktif. Sisanya
terdapat dalam bentuk glukaronat ataua hidrolisat lain tidak aktif.
Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi terutama melalui fitrat
glomerulus sedangkan metabolitnya dengan sekresi tubulus.
Mekanisme Kerja
Dapat menghambat sintesis protein kuman, obat ini terikat pada
ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidin transforase
sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis proses
kuman. Resorpsinya di usus cepat dan agak lengkap dengan 75-90%.
Difusi ke dalam jaringan, rongga dan cairan tubuh baik sekali. Kecuali
ke dalam empedu kadarnya dalam CC 5 hingga sekali dibandingkan
dengan antibiotik lain. Juga bila tidak terdapat meningitis. Dalam hati
90% dan zat ini dirombak menjadi glukurodina/hidrolsat bayi yang baru
lahirbelum mencerna sistem enzim defoksiakasi sehingga mudah
mengalami keracunan dengan akibat total. 80-90% klorampenicol yang
20

diberikan oral di ekskresi melalui ginjal. Dan klorampenikol yang di


ekskresi melalui urin hanya 5-10% dalam bentuk aktif.
2. Propilenglikol (HOPE : 592)
Propilenglikol cepat diserap disaluran pencernaan, ada juga bukti
bahwa itu diserap topikal bahwa itu adalah diserap topikal bila
diterapkan kekulit rusak. Hal ini secara luas dimetabolisme dihati.
Terutama untuk laktat dan asam pirufat dan juga diekskresi dan tidak
berubah dalam urin.
IV.2 Resep 2
1. Acid boric (obat-obat penting edisi keenam : 751)
Asam borat dapat diabsorbsi oleh kulit yang rusak, terutama pada
bayi dan anak kecil untuk kemudian ditimbun dalam tubuh sebagai
racun kumulatif. Oleh karena itu penggunaanya dalam bedak tabur dan
salep tidak dianjurkan lagi. Sebagai obat cuci mata sebaiknya
digunakan larutan 2% (kurang merangsang dari pada 3%) ditambahkan
dengan benzolkanium klorida 0,01% sebagai pengawet.
2. Talkum (HOPE : 730)
Talkum tidak diserap secara sistemik dan tidak untuk konsumsi
oral karena itu dianggap sebagai bahan dasarnya tidak beracun. Namun,
dalam penyalahgunaan produk yang mengandung talk dapat
menyebabkan granuloma dalam jaringan tubuh, terutama paru-paru.
Menghirup talk dapat menyebabkan gangguan pernafasan paa bayi.
Meskipun bedak telah diteliti secara luas untuk karsinigenik yang
potensial genic, dan telah ada peningkatan resiko kanker ovarium pada
wanita, buktinya tidak meyakinkan. Namun, bedak terkontaminasi
dengan asbes memiliki telah terbukti menjadi karsinogenik pada
manusia, dan nilai bebas asbes karena itu harus digunakan dalam
produk farmasi.
3. ZnO (Obat-obat penting edisi keenam : 751 ; farmakologi dan terapi
edisi 5 : 533)
21

Seng oksida tidak dapat digunakan peroral karena terurai oleh


pepsin lambung. Zat ini dirombak dengan cepat terutama dihati, ginjal
dan otot, plasma-t1/2-nya hanya beberapa menit pada orang sehat, pada
diabetici biasa diperpanjang sampai 13 jam,mungkin akibat pengikat
pada antibodies. Kerjanya hanya singkat, lebih kurang 40 menit.
Namun sama seperti halnya serbuk ketika diabsorbsi. ZnO pertama kali
akan menyerap pada stratum corneum dan menembus bagian atau
jaringan kulit lainnya dalam kadar tinggi ZnO dapat bersifat racun dan
mempunyai dampak negatif bagi kesehatan.
22

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Alu
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
4. Lap halus
5. Lumpang
6. Neraca analitik
7. Spatula
8. Sudip
III.1.2 Bahan
a. Resep 1
1. Alkohol 70%
2. Aqua destilata
3. Cholaraampenikol 125 mg
4. Na CMC 50 mg
5. Polysorbatum-80 10 mg
6. Propylenglikol 0,5 g
7. Sirup simpleks 18 mL
b. Resep 2
1. Acid boric 1,5 g
2. Copy resep
3. Etiket
4. Kertas perkamen
5. Menthol 75 mg
6. Talkum 5g
7. Tissue
8. ZnO 5g

III.2 Cara Kerja


III.2.1 Kalibrasi Botol
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diukur air sebanyak 60 mL dengan menggunakan gelas ukur
3. Dimasukan air yang telah diukur ke dalam botol
4. Ditandai batas air dengan menggunakan alat tulis
5. Dibuang air yang berada dalam botol
III.2.2 Sirup Simpleks
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
23

2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%, karena alkohol dapat


membunuh bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk
patogen yang multidrugresistant, mycobacterium tuberculosis,
virus dan jamur (Jurnal Sari Pediatri Vol. 7)
3. Diukur air sebanyak 35 mL menggunakan gelas ukur
4. Ditimbang gula sebanyak 65 g menggunakan neraca analitik
5. Ditimbang metil paraben 0,25 g menggunakan neraca analitik
6. Dipanaskan air yang telah di ukur sampai suhu 100oC
7. Dimasukan metil paraben, di aduk hingga larut
8. Dimasukan gula, di aduk hingga homogen
9. Didinginkan dan di tutup dengan aluminium foil
III.2.3 Cara Kerja Resep 1
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%, karena Alkohol dapat
membunuh bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk
patogen yang multidrugresistant, mycobacterium tuberculosis,
virus dan jamur (Jurnal Sari Pediatri Vol. 7)
3. Ditimbang bahan, Clorampenikol 1,5 g, Na CMC 0,6 g,
Polysorbatum-80 6 g dengan menggunakan neraca analitik
4. Dimasukan Na CMC ke dalam lumpang, di tambahkan air panas,
sedikit demi sedikit sampai terbentuk musilago
5. Dimasukan chorampenikol dan digerus hingga homogen agar
paartikel mengalami agrogasi atau tercampurnany bagian-bagian
yang terpisah (Ilmu Resep : 138)
6. Ditambahkan polysorbatu-80 kemudian digerus hingga homogen
7. Ditambahkan sirup simpleks sebanyak 18 mL dan digerus hingga
homogen
8. Dimasukan batang pengaduk ke dalam botol putih, kemudian
masukan sediaan ke dalam botol dengan hati-hati, fungsi batang
pengaduk di sini yaitu agar sediaan tidak tumpah pada saat sediaan
dimasukan ke dalam botol.
9. Ditambahkan aquades hingga batas kalibrasi
10. Diberi etiket dan copy resep
III.2.4 Cara Kerja Resep 2
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
24

2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%, karena Alkohol dapat


membunuh bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk
patogen yang multidrugresistant, mycobacterium tuberculosis,
virus dan jamur (Jurnal Sari Pediatri Vol. 7)
3. Dimasukan Acid boric ke dalam lumpang terlebih dahulu, karena Acid
boric sangat ringan, mudah bertebrangan, dan merangsang hidung
hingga bersin (Ilmu Resep : 46)
4. Dimasukaan menthol ke dalam lumpang kemudian di gerus
5. Ditambahkan ZnO, kemudian di gerus
6. Ditambahkan Talkum, kemudian di gerus
7. Ditambahkan Spritus dilutus, kemudian di gerus kembali hingga
homogen
8. Dimasukan ke dalam botol putih yang telah dikalibrasi
9. Ditambahkan Aqua destilata sampai batas kalibrasi
10. Diberi etiket biru dan copy resep
25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil

SEDIAAN SUSPENSI

IV.2 Pembahasan
Suspensi merupakan sediaan di mana obatnya mempunyai rasa tidak
enak dan merupakan sediaan yang cocok untuk pengobatan kulit
(Farmasetika : 141).
Pada praktikum kali ini yang di lakukan adalah suspensi untuk losio
(obat luar), langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan
di gunakan, dan dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70% yang
bertujuan untuk membunuh bakteri gram positif dan gram negatif,
termasuk patogen yang multidrugresistant, mycobacterium tuberculosis,
virus dan jamur (Jurnal Sari Pediatri Vol. 7), selanjutnya memasukan Acid
boric ke dalam lumpang, pada bahan Acid boric perlakuannya khusus
karena Acid boric sangat ringan, mudah berterbangan, dan merangsang
hidung hingga bersin (Ilmu Resep : 46), maka penggerusannya secara
perlahan atau jika perlu di tetesi alkohol secukupnya . Kemudian masukan
26

menthol ke dalam lumpang dan di gerus hingga homogen, penambahan


menthol pada sediaaan ini untuk memberikan rasa dingin pada saat
pemakaian (Kembali Sehat Dengan Obat : 16). Selanjutnya menambahkan
ZnO dan Talkum ke dalam lumpang dan di gerus, Zinc Oxide mampu
menjaga kelembapan kulit sehingga sangat cocok digunakan pada sediaan
topikal atau penggunaan pda daerah kulit seperti sediaan serbuk tabur,
salep ataupun losio. Pada proses penggerusannya harus secara marata
sampai bahan-bahannya homogen agar tidak menimbulkan iritasi dan
terdistribusi merata ketika digunakan (Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 2), dan
ditambahkan spritus dilutus (alkohol 70%) sebanyak 5 mL, dan kemudian
dimasukaan ke dalam botol yang telah dikalibrasi. Kalibrasi botol
bertujuan agar kita dapat mengatahui volume dalam botol atau wadah yang
akan digunakan. Karena botol atau wadah yang di gunakan pada saat
praktikum belum ditentukan ukurunnya, oleh karena itu dilakukan
kalibrasi.
Cara pemakaian, suspensi perlu di kocok setiap kali sebelum
digunakan untuk menjamin distribusi zat padat yang meratakan dalam
pembawa sengga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam
(Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 363).
Untuk suspensi losio (obat luar) menggunakaan etiket biru sebagai
penandaan untuk penggunaan obat luar atau obat yang di gunakan melalui
kili, mata, hidung, telinga, vaagina, rektum, dan termasuk pula obat
parenteral/injeksi obat suntik dan obat kumur (Ilmu Resep : 31). Secara
umum perjalanan sediaan topikal (losio) diaplikasikan melewati
permukaan kulit, atau di serap ke lapisan kulit, biasanya jumlah yang
diadsorbsi pada umumnya tidak beracun, sehingga pengaruh adsorbsi tidak
diketahui. Kemudian melewati stratum korneum (lapisan tanduk), Stratum
korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah
unsur pada obat masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum
berpenetrasi tetapi tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok atau
terhapus oleh pakaian. Di bawah lapisan tanduk secara teratur ada (lapisan
27

penghalang) epidermis yang masih hidup atau stratum germinativum, dan


dermis atau kulit sesunggunya. Dan ekskresi obat atau hasil metabolitya
pada urin , feses dan dalam keringat (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi :
489-491 ; Jurnal Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi vol.
39).
Supensi harus di simpan dalam wadah yang tertutup rapat dan
terlindungi dari pembekuan, panas yang berlebihan, dan cahaya (Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi : 363).
Jangka waktu penyimpanan obat tergantung dari susunan dan cara
penyimpanan. Tablet, kapsul dan serbuk jauh lebih lama karena (hampir)
tidak mengandung air di bandingkan dengan obat yang mengandung cairan
paling cepat terurai karena bakteri dan jamur dapat bertumbuh baik di
lingkungan lembab. Oleh karena itu, terutama obat tetes mata, telinga dan
hidung, larutan, sirup dan krem yang mengandung air sangat pendek
jangka waktu kadarluarsanya. Untuk sediaan suspensi jangka waktu
penyimpanannya hanya 6 bulan (Obat-Obat Sederhana Gangguan Sakit
Sehari-Hari : xx-xxi).
28

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak
melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa.
2. Dalam pembuatan suspensi, digunakan 2 metode yakni: Metode
dispersidan Metode Presipitasi.
3. Dalam resep ini, bahan aktif yang digunakan adalah acid boric yang
berkhasiat sebagai koratolukm dan antifungi dan Kloramfenikol, yang
umumnya bersifat bakteriostatik.
V.2. Saran
Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan dan
dirawat lagi agar pada saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan
maksimal tanpa ada kekurangan.
Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan
bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum
yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
Untuk asisten
Diharapkan memberikan bimbingan serta motivasi kepada praktikan.
Untuk praktikan
Diharapkan agar lebih mengasah lagi kemampuannya dalam membuat
sediaan suspensi, dimana sediaan suspensi merupakan sediaan yang
membutuhkan ketelitian dalam peracikannya.

Anda mungkin juga menyukai