Anda di halaman 1dari 4

A31114025

REYNALDI SAPUTRA
MATA KULIAH : TEORI AKUNTANSI

ACCOUNTING THEORY CONSTRUCTION

Salah satu cara terbaik untuk memahami teori akuntansi adalah dengan
mengklasifikasikannya kedalam asumsi awal bagaimana teori akuntansi itu sendiri
dipercayai, bagaimana teori tersebut diformulasikan serta pendekatan yang digunakan dalam
menjelaskan dan memprediksi fenomena kejadian yang aktual. Beberapa dari klasifikasi yang
telah dibuktikan dan digunakan secara umum sebagai pendekatan adalah teori pragmatis,
sintaksis, semantic, normative, positif, dan alami.

A. Teori Pragmatis
Pendekatan Pragmatis Deskripsi
Pendekatan Pragmatis Deskripsi terhadap teori akuntansi adalah pendekatan yang
bersifat induktif, hal ii didasarkan pada pengamatan yang berkelanjutan terhadap sikap
daripada akuntan dalam kondisi bagaimana mereka menerapkan prosedur dan ketentuan-
ketentuan akuntansi yang mereka pahami. Teori ini dapat dirasakan secara langsung
melalui pengamatan terhadap tindakan akuntan, dalam kenyataan, serta tindakan yang
didasarkan pada ketentuan akuntansi. Metode ini sejatinya disebut pendekatan
Antropologikal (Anthropological approach).
Meski demikian terdapat beberapa kritik terhadap pendekatan ini, yakni :
Pendekatan pragmatis deskripsi tidak memiliki penilaian logis terhadap
kualitas tindakan akuntan
Pendekatan ini tidak menyediakan teknik yang dapat dijadikan tantangan
terhadap akuntansi sehingga dianggap tidak berkontribusi terhadap perubahan
dan pengembangan akuntansi kedepannya.
Pendekatan pragmatis deskripsi memiliki focus perhatian terhadap perilaku
akuntan, bukan dalam pengukuran komponen keuangan perusahaan seperti
asset, utang, dan laba.
Pendekatan Psikologikal Pragmatis
Bertolak belakang terhadap pendekatan pragmatis deskripsi yang mana lebih focus
terhadap perilaku akuntan, pendekatan psikologikal pragmatis lebih condong dalam teori
yang berusaha menjelaskan respon para pengguna jasa akuntan terhadap laporan yang
dihasilkan seperti laporan keuangan.

B. Teori Sintaksis dan Semantik


Teori sintaktis berusaha menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana
akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan peristiwa
tertentu. Teori akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas
masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah
dirumuskan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam
bentuk laporan keuangan. Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur
yang memebentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu
negara yaitu manajemen, entitas pelapor, pemakai informasi, sistem akuntansi,dan
pedoman penyusunan laporan.
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau
peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Teori akuntansi semantik
menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan
perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi (elemen statement akuntansi)
sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisik perusahaan tanpa harus secara
langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menemukan dan
merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan sehingga teori ini banyak
membahas pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut, dan
penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai sebuah atribut.
Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki 3
komponen di atas, pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka teoris
yang diperlukan untuk mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus
mempertimbangkan faktor berikut ini:
pernyataan tentang sifat entitas akuntansi dan lingkungannya.
pernyataan tentang tujuan dasar akuntansi keuangan.
evaluasi terhadap kebutuhan pemakai dan batasan kemampuan pemakai dalam
memahami, menginterpretasikan, dan menganalisis informasi yang disajikan.
pemilihan tentang apa yang seharusnya disajikan.
evaluasi terhadap proses pengukuran untuk mengkomunikasikan informasi.
evaluasi terhadap batasan yang berkaitan dengan pengukuran dan gambaran
perusahaan.
pengembangan prinsip atau proposisi umum yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam merumuskan prosedur dan aturan.
perumusan struktur dan format pencarian dan pemrosesan data, peringkasan dan
pelaporan informasi yang relevan.

C. Teori Normatif
Teori normatif yaitu teori akuntansi yang mengharuskan dan menggunakan kebijakan
nilai yang mengandung minimum sebuah premis. Teori ini berusaha menjelaskan
informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada para pemakai informasi dan
bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Teori normatif sering disebut sebagai teori
a priori (dari sebab ke akibat) yang menggunakan penalaran deduktif dan dihasilkan
bukan dari penelitian empiris tetapi hanya sebatas semi research. Teori ini hanya
menyebutkan hipotesis tentang bagaimana seharusnya akuntansi dipraktekkan tanpa
menguji hipotesis itu.
Teori akuntansi normatif mendasarkan konsep ekonomi klasik tentang laba dan
kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Teori ini
disebut juga teori pengukuran akuntansi. Teori normatif didasarkan pada anggapan
berikut:
akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran
laba dan nilai dapat diukur secara tetap
akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
pasar tidak efisien dalam pengertian ekonomi)
akuntansi konvensional tidak efisien
ada beberapa pengukur laba yang unik.
Meskipun demikian, anggapan tersebut jarang diuji melalui penelitian empiris.
Pendukung teori ini biasanya menggambarkan sistem akuntansi yang dihasilkan
sebagai sesuatu yang ideal dan merekomendasikan penggantian sistem akuntansi
kos historis.

D. Teori Positif
Teori positif mulai berkembang pada tahun 1970-an. Positivisme atau empirisme
berarti menguji atau menghubungkan hipotesis akuntansi dengan praktik sebenarnya.
Teori positif menggambarkan, menjelaskan, atau memprediksi fenomena yang diamati
seperti mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan. Teori akuntansi positif
dikelompokkan menjadi dua tahap (Godfrey at al, 1997 dalam Anis dan Iman, 2003
dalam Indira Januarti 2004) sebagai berikut:
Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal
Penelitian untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi antar
perusahaan yang difokuskan pada alasan oportunistik dalam hal perusahaan
memilih metode akuntansi tertentu atau pada alasan efisiensi.

E. Pendekatan Neuralistik
Perlu bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa yang digunakan dalam
penelitian serta alternatif pendekatan apa yang lebih sesuai, pendekatan ilmiah atau
pendekatan naturalistik.
Pendekatan naturalistik mempunyai dua pengertian, yaitu:
Peneliti tidak mempunyai asumsi atau teori awal
Peneliti memfokuskan penelitian pada masalah spesifik perusahaan.
Pendekatan naturalistik dilakukan secara fleksibel, melalui pengamatan
langsung studi kasus secara mendetil, tanpa menitikberatkan pada analisis
matematis, tes statistik, survey, ataupun tes laboratorium. Karena
pendekatan dilakukan melalui studi kasus (spesifik), hasil penelitian akan
sulit untuk digeneralisasi. Tomkins and Groves berpendapat bahwa
pendekatan naturalistik adalah cara yang tepat untuk menghadapi perbedaan
asumsi ontologi.
F. Perbandingan penelitian ilmiah dan naturalistic

Penelitian ilmiah

Asumsi Ontologi
Melihat realita secara objektif dan konkret (berwujud)
Melihat akuntansi sebagai objek.
Melihat realita sebagai hasil konstruksi sosial dan imajinasi manusia
Melihat akuntansi sebagai konstruksi.

Pendekatan Epistemologi

Pengembangan pengetahuan secara sedikit demi sedikit


Reduksionisme (realita terdiri dari jumlah minimum dari beberapa jenis
entitas atau substansi)
Pengujian hipotesis individu
Hukum yang dapat tergeneralisasi
Holistik (realita sebagai sesuatu yang utuh, bukan merupakan kesatuan
dari bagian-bagian yang terpisah
Kompleksitas dunia tidak bisa dipecahkan melalui reduksionisme
Hukum tidak dapat direduksi
Metodologi

Anda mungkin juga menyukai