Anda di halaman 1dari 24

KWH Meter

KWH meter merupakan suatu alat ukur yang banyak dipakai baik di lingkungan
perumahan, perkantoran maupun industri. Alat ukur ini sudah mengalami
perkembangan yang begitu luar biasa dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada
awalnya, fungsi utama dari KWH meter ialah untuk menghitung pemakaian
energi listrik. Dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, maka KWH meter
berkembang menjadi suatu alat ukur otomatis yang bisa mengirimkan hasil
pengukurannya kepada perusahaan listrik yang bersangkutan.

Fungsi-fungsi dari bargainser adalah :

Pembatas daya yang digunakan oleh pelanggan (sesuai dengan kontrak


pemasangan)

Mencatat daya yang dipakai oleh konsumen. Karena itu ada yang
menyebutnya kWh Meter atau Meteran Listrik (kWh : kilowatt hour)

Saklar utama pemutus aliran listrik bila terjadi kelebihan pemakaian daya
oleh pelanggan, adanya gangguan hubung singkat dalam instalasi listrik rumah
pelanggan atau sengaja dimatikan untuk keperluan perbaikan instalasi listrik
rumah.

BAGIAN BAGIAN KWH METER


DAN FUNGSINYA

1. Badan (body) terdiri dari :

a. Bagian atas

b. Bagian bawah

2. Kumparan arus terdiri dari :

a. Pada kWh meter 1 phasa kumparan arus 1 set

b. Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat kumparan arus 2 set

c. Pada kWh meter 3 phasa 4 kawat kumparan 3 set

Pada kumparan arus dilengkapi dengan kawat tahanan atau lempengan besi
yang

berfungsi sebagai pengatur Cosinus phi (factor kerja)

Kumparan Tegangan terdiri dari :

Pada kWh meter 1 phasa

3. Piringan

Piringan kWh meter ditempatkan dengan dua buah bantalan (atas dan bawah)
yang

digunakan agar piringan kWh meter dapat berputar dengan mendapat


gesekan sekecil

mungkin.

4. Circuit Breaker (MCB)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, MCB inilah komponen yang bertugas


memutus aliran listrik bila terjadi pemakaian daya yang berlebihan oleh
konsumen atau bila terjadi gangguan hubung singkat dari suatu peralatan listrik
di rumah. Pun saat melakukan perbaikan instalasi listrik rumah, komponen ini
sebaiknya dimatikan.

5. Meter Listrik (kWh Meter)

Sebagai penunjuk besarnya daya listrik yang telah digunakan pelanggan.


Satuannya dalam kWh (kilowatt hour). Indikatornya terlihat dari
angka-angka yang tercatat. Petugas pencatat PLN yang rutin berkunjung tiap
bulan selalu mencatat angka-angka ini.

6. Spin Control

Merupakan sebuah komponen yang bekerja dengan berputar bila terjadi


pemakaian daya listrik. Semakin besar daya yang dipakai maka perputaran akan
semakin cepat. Besarnya daya pemakaian akan dicatat oleh meter listrik dan
bila kelebihan akan dibatasi oleh MCB.

7. Pengaman Listrik (Sekering atau Panel Hubung Bagi)

Bagian ini lebih dikenal orang dengan nama Sekering. Asalnya dari bahasa
Belanda Zekering. Dalam bahasa Inggris biasa disebut Fuse.

Fungsi utamanya adalah mengamankan instalasi bila terjadi masalah seperti


hubung singkat di peralatan listrik dengan cara memutus arus listriknya.

Dalam bagian pengaman listrik ini, instalasi listrik rumah dibagi dalam kelompok
atau grup (kadang disebut juga dengan istilah Panel Hubung Bagi). Tujuan paling
utama adalahtentu saja faktor keamanan. Apabila ada masalah pada suatu
peralatan listrik, misal hubung singkat, maka tidak keseluruhan aliran listrik ke
rumah akan terputus. Dan akan lebih mudah mencari bagian dari instalasi listrik
tersebut yang bermasalah. Syaratnya tentu saja pemilik rumah harus tahu
pembagian grup ini.

Pembagian grup dalam suatu instalasi listrik rumah, dalam hal ini adalah yang
paling umum, biasanya per area, misalnya :

Antara bagian depan dan bagian belakang rumah.

Antara sayap kiri atau sayap kanan rumah.

Untuk rumah 2 lantai, bisa dibagi per lantai

Antara berbagai macam beban listrik, seperti pompa air, lampu, stop kontak,
AC dan lain-lain.

Saat ini ada 2 macam bargainser, yaitu analog dan digital. Model analog masih
sangat umum dipakai di perumahan, sedangkan model digital biasanya lebih
digunakan untuk pelanggan PLN pra-bayar (dikenal dengan system pulsa). Untuk
system ini, pelanggan hanya perlu membayar terlebih dahulu sejumlah uang
kepada PLN (bisa melalui ATM dengan memasukkan kode pelanggan yang
diperlukan) dan kemudian mendapatkan kode semacam voucher untuk
dimasukkan dalam bargainser tersebut. Persis seperti membeli pulsa pra-bayar.

Termasuk dalam alat ini adalah sambungan kabel pentanahan (Arde atau
Grounding). Mengenai pentanahan akan dibahas dalam bagian terakhir.

Pengaman lebur (Sekering atau Fuse)

Box tipe pengaman lebur (Sekering)

Merupakan komponen pengaman listrik yang sifat kerjanya meleburkan kawat


yang dipasang didalam komponen tersebut apabila kawat tersebut dilewati
dengan arus hubung singkat tertentu. Jenis kawatnya berbeda-beda untuk tiap
hantar kawat dengan arus nominal tertentu, misal 2A (Ampere), 4A, 6A dst.
Ada dua jenis dari komponen ini, yaitu tipe kawat lebur dan tipe tombol. Untuk
tipe kawat lebur mempunyai prinsip kerja seperti penjelasan di atas dan untuk
menormalkan kembali perlu diganti dengan pengaman lebur yang baru.
Sedangkan untuk tipe tombol (seperti gambar diatas), bila terjadi masalah
hubung singkat maka arus listrik akan terputus dan untuk menormalkan kembali
cukup dengan menekan tombol yang besar tersebut. Tombol kecil berfungsi
untuk memutus aliran listrik.

Komponen pengaman tipe lebur ini mulai jarang digunakan karena ada
kerepotan tersendiri bila putus karena terjadi masalah. Apalagi bila persediaan
sekering di rumah tidak ada. Tetapi secara jujur perlu diakui bahwa komponen ini
akan bekerja sempurna memutus listrik bila terjadi masalah, asal saja komponen
ini original kawatnya tanpa kita rubah sendiri. Berbeda dengan tipe berikut yaitu
MCB yang mempunyai fungsi sebagai pemutus arus lsitrik bila kelebihan beban
atau terjadi hubung singkat, pengaman lebur hanya berfungsi bila terjadi hubung
singkat saja.

Pengaman thermal (MCB atau Circuit Breaker)

Pengaman tipe MCB

Merupakan komponen listrik yang bekerja dengan system thermal atau panas.
Didalamnya terdapat bimetal, dimana bila arus listrik yang mengalir melebihi
ukuran tertentu (karena kelebihan beban atau terjadi hubung singkat) dari MCB
ini, maka bimetal ini secara mekanis akan memutus aliran listrik dan
menggerakkan tuas ke posisi OFF. Untuk menormalkan kembali sangat mudah,
hanya dengan mengembalikan tuas ke posisi ON.

Jenis ini lebih banyak digunakan di instalasi listrik rumah. Hanya saja komponen
ini punya kelemahan, yaitu bila secara mekanis ada masalah maka MCB ini tidak
akan bekerja. Karena itulah perlu memilih MCB dengan kualitas baik dan bukan
melulu yang paling murah.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, mulai dari bagian Pengaman listrik inilah
menjadi tanggung jawab pelanggan. Bagian ini sangat customized, sesuai
dengan permintaan pelanggan dan dipasang oleh instalatir listrik bersamaan
dengan bagian instalasi listrik lainnya. Bila terjadi masalah pada bagian ini,
pelanggan bisa menghubungi instalatir listrik tersebut atau petugas PLN pun
masih bisa membantu bila kondisi darurat seperti malam hari.

Dalam beberapa proyek pemasangan instalasi listrik rumah, instalatir listrik


kadangkala membuat terminal kabel pentanahan atau arde tersambung dalam
box pengaman ini. Sehingga kabel pentanahan dari bargainser PLN akan
dihubungkan di terminal ini.
PERBANDINGAN KEEKONOMISAN KWH METER ANALOG DAN DIGITAL
PADA R1 TAHUN 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern ini, teknologi semakin canggih, semakin lama peralatan-peralatan


konvensional yang dulunya bekerja dengan system manual/digerakkan oleh
tangan manusia kini telah diganti dengan system yang serba otomatis yang
tidak perlu menggunakan tangan manusia lagi. Misalnya, di bidang penggunaan
listrik, kehidupan manusia tidak bisa lepas dari energi listrik. Di Indonesia yang
berwenang sebagai penyedia energi listrik adalah Perusahaan Listrik Negera
(PLN), untuk mengetahui besar energi listrik yang digunakan, dibutuhkan alat
yang disebut kWh meter. Pada awalnya, kWh meter yang digunakan oleh PLN
adalah kWh meter analog, salah satu kelemahan kWh ini adalah system
pembayaran paskabayar, sehingga memungkinkan pelanggan menunggak
tagihan listrik. Oleh karena itu, PLN membuat kWh meter digital dengan system
prabayar, sehingga pelanggan harus membeli voucher khusus untuk
menggunakan listrik dari PLN.

kWh meter digital ini, dirancang sedemikian rupa, sehingga dengan mudah
untuk dapat dioprasikan, serta dapat member informasi yang akurat. Hampir di
seluruh rumah sudah menggunakannya. Akan tetapi, dengan diberlakukannya
system kWh meter prabayar tersebut, sebagian dari masyarakat kurang setuju,
hal ini di sebabkan adanya pemikiran bahwa kWh meter prabayar itu terlalu sulit
untuk di isi ulang dan dugaan atas lebih mahalnya system kWh meter tersebut.

Berdasarkan pemikiran di atas ,maka penulis terinspirasi untuk membuat paper


yang berjudul PERBANDINGAN ANTARA kWh METER ANALOG DENGAN kWh
METER DIGITAL DALAM SEGI KEEKONOMISANNYA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka


terdapat beberapa perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa kelebihan dan kekurangan dari kWh meter analog?


2. Apa kelebihan dan kekurangan dari kWh meter digital?

3. Bagaimana perbandingan antara kWh meter analog dengan kWh meter


digital dilihat dari prinsip kerjanya?

4. Bagaimana perbandingan antara kWh meter analog dengan kWh meter


digital dari segi keekonomisannya?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :

1. Akademis

Agar pennulis dapat mengikuti ujian nasional tingkat SMA sederajat serta
memenuhi salah satu persyaratan pengambilan ijazah.

2. Kognitif

Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang mata pelajaran fisika secara


umum yang menjadi momok di jurusan IPA,serta memahami lebih jelas tentng
kWh meter itu sendiri.

Sedangkan manfaat penulis melakukan penelitihan ini yakni penulis dapat lebih
mengetahui apa itu kWh meter analog dan kWh meter digital, begitu pula
dengan prinsip kerja masing-masing kWh meter tersebut, serta menjawab
problematika masyarakat tentang kualitas yang terbaik antara kedua kWh meter
tersebut.

D. Sistematika Pembahasan

Pada penulisan paper yang berjudul : Perbandingan Keekonomisan kWh Meter


Analog dan Digital Pada R1 Tahun 2013 ini tersusun atas 4 (empat) BAB yaitu :

BAB satu adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB dua merupakan kajian teori yang membahas tentang pengertian kWh
meter, macam-macam kWh meter, prinsip kerja kWh meter, sistem pentarifan,
bagian-bagian kWh meter, dan tabel pentarifan.

BAB tiga berisi tentang analisis data dan pemecahan masalah.

BAB empat adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian kWh Meter

kWh meter adalah sebuah alat yang memiliki instrument yang berfungsi utama
melakukan energy listrik, kWh meter digunakan PLN untuk mendata dan
menganalisa penggunaan energy listrik oleh konsumen.Selain itu, kWh meter
juga di definisikan sebuah alat APP yang digunakan mencatat energy listrik
persatuan waktu dikalikan dengan tariff TDL dan kapasitas daya yang terpasang
pada masing-masing pelanggan.

B. Macam-Macam kWh Meter

1. kWh Meter Analog/Mekanis

KWh meter analog merupakan alat yang digunakan untuk menukur daya listrik,
alat ini sudah dioprasikan oleh PLN sudah sejak lama. OLeh sebab itu, alat ini
digunakan untuk mengukur energy pada industry dan rumah tangga. Setiap
bulan besar tagihan listrik yang digunakan biasanya tertera pada angka-angka
pada kWh meter.

Bagian-bagian utama yang terdapat pada kWh meter ini adalah kumparan
tegangan, kumparan arus, sebuah piringan aluminium magnet, dan sebuah gir
mekanik yang mencatat banyaknya putaran piringan.

2. kWh meter digital /prabayar


Listrik dari PLN yang akan dialirkan ke industry dan rumah tangga (beban)
terlebih dahulu dialirkan melalui MCB yang berfungsi sebagai pembatas arus
sekaligus pengaman jika terjadi short circuit, lalu dialirkan juga ke dalam kWh
meter yang berfungsi menghitung daya yang terpakai. Sistem prabayar tetap
menggunakan kWh meter yang ada, hanya dengan menambah sedikit sensor
dan unit system. Hal ini, bertujuan untuk lebih mendayagunakan peralatan kWh
meter analog yang sudah ada.

C. Prinsip Kerja kWh Meter

1. Prinsip Kerja kWh Meter Analog

Prinsip kerja kWh ini dapat dikatakan seperti motor induksi. Suatu plat aluminium
ditempatkan pada 2 teras yang berbentuk huruf U dan E, dan mempunyai 2
kumparan, kumparan arus dan kumparan tegangan, kumparan arus dililitkan
pada teras U dan di seri dengan beban,sedangkan kumparan tegangan dililitkan
pada teras E dan langsung dihubungkan dengan jala-jala, dan jika pada kedua
kumparan tersebut dialiri arus bolak-balik, maka gaya magnet yang ditimbulkan
berbentuk gelombang sinus sesuai dengan frekuensinya. Arus yang mengalir
pada kumparan arus menghasilkan fluks magnet 1, sedangkan arus yang
mengalir pada kumparan tegangan akan menimbulkan fluks magnet 2, maka
fluks magnet 1 dan 2 akan menembus plat aluminium sehingga timbul arus
putar.

Kedua kumparan E dan U mempunyai inti yang bersela, dimana pada sela
tersebut ditempatkan logam.Karena interaksi fluks magnet/medan magnet yang
ditimbulkan oleh kedua kumparan, maka piringan dapat berputar. Perputaran
piringan ini dihubungkan pada roda gigi yang berkolerasi dngan angka (digit)
pembacaan.Semakin besar pemakaiannya semakin cepat pula piringan itu
berputar, begitu pula sebaliknya. Pada piringan biasanya terdapat garis penanda
(biasanya berwarna hitam/merah) yang berfungsi sebagai indicator putaran
piringan, untuk 1 kWh biasanya setara dngan 900 putaran (ada yang 450).
2. Prinsip Kerja kWh Meter Digital

Sebenarnya prinsip kerja kWh ini sama dengan kWh meter analog, hanya saja
dimodifikasi dengan menambahkan sensor dan unit system yang digunakan
untuk mendeteksi garis penanda pada piringan kWh. Selain itu, ditambahkan
pula microcontroller yang berfungsi menghitung putaran dan menampilkan
angka, dan mengontrol relay yang berfungsi memutus tegangan pada kWh
meter jika isi ulang habis. Data atau informasi yang akan diukur bersifat analog.
Blok diagram alat ukur digital terdiri dari komponen sensor penguat sinyal
analog, analog to digital, converter, mikroprocesor, dan alat cetak display digital.

Sensor mengubah besaran listrik dan non elektrik menjadi tegangan, karena
tegangan masih dalam orde mv perlu diperkuat dengan penguat input, sinyal
input analog yang sudah diperkuat dari sinyal analog diubah menjadi sinyal
digital oleh analog to digital convertor (ADC) dan akan diolah oleh
microprosessor dengan program tertentu dan hasilnya disimpan dalam memori
digital. Informasi digital akan ditampilkan dalam display au di cetak dengan
mesin cetak. Display digital akan menampilkan angka distrik 0 sampai 9, dan
sinyal digital ada 2, yakni O dan I. Ketika O maka tidak ada tegangan/off, ketika
sinyal I maka bertegangan/on.

Sedangkan untuk isi ulang, cukuplah mudah yaitu dengan memasukkan 20 digit
angka yang tertera pada struk ATM ke alat meter digital, dengan itu, secara
otomatis kWh meter tersebut akan menunjukkan jumlah kWh sesuai nilai stroom
yang dibeli.
D. Sistem Pentarifan kWh Meter

1. Sistem Pentarifan kWh Meter Analog

Sistem pentarifan yang dipakai dalam kWh ini terjadi pada saat ada beban yang
terpakai, seperti halnya pada prinsip kerja kWh ini, arus listrik yang mengalir
pada kumparan tegangan dan kumparan arus akan menimbulkan fluks magnet
yang mana akan memutarkan piringan yang ada di tengahnya. Piringan ini
dihubungkan dngan roda gigi yang akan berkolerasi dengan angka pembacaan.
Semakin besar pemakaian listrik semakin mahal tarif yang akan di bayar, dan
sebaliknya, jika pekakaiannya kacil maka semakin kecil pula tarif yang akan
dibayar.

Pembiayaan kWh ini dilakukan PLN pada akhir (biasanya akhir bilan) setelah
pengguna menggunakan berapa banyak listrik dri PLN. Hal seperti ini yang
digunakan oleh para pengguna yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan
kecurangan serta pencurian listrik tanpa sepengetahuan pihak PLN, untuk
mengetahui kecurangan-kecurangan tersebut mari kita lihat gambar berikut.
Selain itu, banyak masalah lain yang timbul dari pentarifan kWh ini, yang
membuat PLN rugi mencapai puluhan juta rupiah.

2. Pentarifan kWh Meter Digital

Berbeda dengan kWh meter analog, PLN melakukan system pentarifan kWh ini
berada di awal yaitu sebelum pengguna menggunakan listrik dri PLN. Dengan
sedikit merubah system pembayaran ini, PLN sedikit dapat mengatasi
kecurangan-kecurangan yang dilakuan oleh pengguna listrik, kWh ini memiliki
system pentarifan seperti halnya operator telfon genggam, yakni dengan
membeli pulsa saat pulsa habis. Pelanggan tidak perlu repot untuk mengetahui
apakah stroom yang dimiliki sudah habis/belum, karena kWh ini sudah dilengkapi
dengan tanda otomatis berupa alarm (bip bip) pada setiap menit saat stroom
tersisa 5 kw di kWh meter. Untuk pengisian ulang, saat ini sudah banyak unit
yang bekerja sama dengan PLN.

Berbeda dengan pulsa hp, pulsa ini tanpa ada masa tenggang/kadaluarsa,
meskipun pelanggan membeli dan tidak memakai listrik, pulsa di kWh tersebut
tidak akan berubah.
Harga voucher token isi ulang dapat dibeli mulai harga Rp.50000.00,- s/d
Rp.1000000.00,- dengan kelipatan Rp.50000.00,- dengan daya 35 kw per
Rp.50000.00,- nya, kemudian pelanggan mendapat struk yang berisi 20 digit

untuk di input ke dalam kWh meter

E. Bagian-Bagian kWh Meter

1. kWh Meter analog

a. Peringan : suatu alat yang digunakan untuk menetahui pengukur


listrik yang dipakai.

b. rem magnet : sebagai pengontrol piringan berputar.

c. kumparan tegangan : digunakan sebagai penghasil fluks


magnet 2.

d. kemparan arus : digunakan sebagai penghasil fluks magnet 1.

e. test index : penanda yang ada pada piringan yang nantinya akan
dibaca oleh rem magnet.

f. angka baca : angka yang muncul akibat putaran piringan,digunakan


untuk mengetahui berapa rupiah yang harus dibayar.

g. terminal test : digunakan untuk menyambung atau


memutuskan listrik.
2. kWh Meter Digital

kWh meter digital

Keterangan :

a. tipe kWh meter

b. LED : berfungsi sebagai pengontrol putaran piringan untuk


diketahui berapa watt yang dipakai.

c. power : digunakan sebagai menyalakan/mematikan kWh


meter.

d. cassing : pelindung terluar kWh meter dan sebagai pembeda


antara tipe satu dengan yang lain.

e. layar LCD : digunakan untuk mengetahui berapa listrik yang


digunakan sebagai pendeteksi saat pengisian token.

f. keypet : tombol yang digunakan untuk memasukkan angka


token ke dalam kWh meter saat pengisian ulang listrik memulai kWh meter
setelah diisi atau awal pemakaian.
F. Tabel Pentarifan

1. Tabel Pentarifan kWh analog


2. Tabel Pentarifan kWh Digital
BAB III

ANALISIS DATA

A. Sistem Prabayar dan Pascabayar

Dewasa ini PT. PLN (Persero) telah memberlakukan sistem pembayaran


pemakaian energi listrik (rekening listrik) dengan sistem Prabayar. Sistem ini
bahwa pelanggan listrik PT. PLN (Persero), akan melakukan pembayaran rekening
listrik dimuka sebelum pelanggan memakai energi listrik, dengan cara
melakukan pembelian semacam pulsa Hand Phone (HP), pulsa ini disebut
Token dengan harga satuan seperti pada Tarif Dasar Listrik (TDL), sedangkan
untuk sistem Pascabayar merupakan sistem pembayaran rekening listrik lama
seperti yang telah kita ketahui bersama.

1. Sistem Prabaya

Sistem ini hanya terdiri dari 2 (dua)komponen biaya, yaitu :

a. Biaya pemakaian listrik (Rp./kWh),

b. Biaya Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU).

Keunggulan sistem prabayar yang ditawarkan oleh PT. PLN (Persero) bagi
pelanggan meliputi :

a. Pelanggan dapat dengan mudah untuk mengatur sendiri pemakaian energi


listrik sesuai dengan kebutuhannya,

b. Tidak dikenakan biaya beban (Rp./kVA= 0),

c. Membeli pulsa listrik Token ke Bank-Bank yang direkomendasikan oleh


PT. PLN (Persero),

d. Jika pulsa akan habis, maka akan ada tanda nada tertentu bahwa pulsa
energilistrik akan habis,

e. Jika pulsa telah habis, maka daya listrik dirumah akan secara otomatis
padam dan jika telah dibelik/ditambahkan pulsa baru tidak akan kena denda
seperti pada sistem pascabayar.

2. Sistem Pascabayar

Sistem ini mempunyai beberapa komponenbiaya yang terdiri dari :


a. Biaya beban (Rp./kVA),

b. Biaya pemakaian listrik (Rp./kWh),

c. Biaya Pajak Penerangan Jalan Umum(PPJU),

d. Biaya administrasi,

Berdasarkan ketentuan Tarif Dasar Listrik(TDL.) 2010, merujuk Lampiran


Peratuaran Menteri ESDM Nomor : 07 Tahun 2010, tanggal 30 Juni 2010 masih
berlaku sampai sekarang.

B. Tarif Dasar Listrik (TDL)

Berdasarkan ketentuan TDL, pemakaian energi listrik dibagi menurut kategori


golongan tarif seperti berikut :

1. Golongan Tarif Pelayanan Sosial,dengan klasifiasi berikut : S-1/TR 220 Volt


Ampere (VA),abonemen Rp. 14.000/kVA/bulan.S-2/TR 450 VA, biaya beban
Rp.10.000/kVA/bulan, Blok I : 0 s/d 30 kWh = Rp.123,00/kWh, Blok II : > 30kWh
s/d 60 kWh = RP. 265,00/kWh, Blok III : > 60 kWh = Rp.360, Prabayar
Rp.325,00/kWh.S-2/TR 900 VA, biaya beban Rp.15000/kVA/bulan, Blok I : 0 s/d
20kWh = Rp.200,00/kWh Blok II : > 20kWh s/d 60 kWh = Rp. 295,00/kWh,Blok
III : > 60 kWh = Rp.360,00/kWh,Prabayar Rp.455,00/kWh. S-2/TR 1300 VA biaya
beban*), biaya perpemakaian Rp605,00/kWh, Prabayar Rp.605,00/kWh. S-2/TR
2200 VA biaya beban*), biaya pemakaian Rp.650,00/kWh, prabayarRp.
650,00/kWh.S-2/TR 3500 s/d 200 kVA biaya beban*), biaya pemakaian
Rp.755,00/kWh,prabayar Rp. 755,00/kWh.S-3/TM > 200 kVA biaya beban
**)biaya pemakaian: Blok WBP = K x P xRp. 605,00/kWh, Blok LWBP = P xRp.
605,00/kWh, kVAh = Rp.650,00****).

2. Golongan Tarif Rumah Tangga,dengan klasifikasi berikut : R-1/TR 450 VA,


biaya beban Rp.11.000,00/kVA/bulan biaya pemakaian: Blok I : 0 s/d 30 kWh =
169, Blok II : > 30 kWh s/d 60 kWh = 360, Blok III :> 60 kWh = 495, prabayar
Rp.415,00/kWh.R-1/TR 900 VA, biaya beban Rp.20.000,00/kVA/bulan, biaya
pemakaian : Blok I : 0 s/d 20 kWh =275, Blok II : > 20 kWh s/d 60 kWh =445,
Blok III : > 60 kWh = 495, prabayar Rp.605,00/kWh. R-1/TR 1300 VA, biaya
beban*), biaya pemakaian : Rp.790,00/kWh, prabayar Rp.790,00/kWh. R-1/TR
2200 VA, biaya beban*), biaya pemakaian Rp. 795,00/kWh, prabayar
Rp.795,00/kWh
R-2/TR 3500 VA s/d R-2/TR 5500 VA, biaya beban Rp. 890,00/kWh, prabayar
Rp.890,00/kWhR-3/TM 6600 VA, biaya beban**), biaya pemakaian : Blok I : H 1 x
Rp.890,00/kWh, Blok II : H 2 x Rp.1380,00/kWh, prabayar Rp.1330,00/kWh.

3. Golongan Tarif Binis, dengan klafisikasi berikut : B-1/TR 450 VA, biaya
beban Rp.23.000,00/kVA/bulan, biaya pemakaian : Blok I : 0 s/d 30 kWh =Rp.
160,00/kWh, Blok II : > 30 kWh s/d 60 kWh = Rp.395,00/kWh, prabayar,
Rp.535,00/kWh. B-1/TR 900 VA, biaya beban Rp.26.500,00/kVA/bulan, biaya
pemakaian : Blok I : 0 s/d 30 kWh = Rp.315,00/kWh Blok II : > 30kWh s/d 60 kWh
= Rp.465,00/kWh, prabayar Rp.630,00/kWhB-1/TR 1300 VA, biaya beban*), biaya
pemakaian Rp.795,00/kWh, prabayar Rp.795,00/kWh.B-1/TR 2200 VA s/d 5500
VA, biaya beban*), biaya pemakaian Rp.905,00/kWh, prabayar Rp.905,00/kWh.B-
2/TR 6600 VA s/d 200 kVA, biaya beban*), biaya pemakaian : Blok I : H1 x Rp.
900,00/kWh, Blok II : H 2 xRp. 1380,00/kWh, prabayar Rp.1100,00/kWhB-3/TM >
200 kVA, biaya beban**), biaya pemakaian: Blok WBP = K x Rp.800,00/kWh ,
kVArh = Rp. 905,00****).

4. Golongan Tarif Industri, denganklafisikasi berikut : I-1/TR 450 VA, biaya


beban Rp.26.000,00/kVA/bulan, biaya pemakaian : Blok I : 0 s/d 30 kWh =Rp.
160,00/kWh, Blok II : di atas 30kWh = Rp. 395,00/kWh, prabayar
Rp.485,00/kWh.I-1/TR 900 VA, biaya beban Rp.31.500,00/kVA/bulan, biaya
pemakaian: Blok I : 0 s/d 72 kWh =Rp.315,00/kWh, Blok II : di atas 72kWh =
Rp.405,00/kWh, prabayar Rp.600,00/kWh.I-1/TR 1300 VA, biaya beban*), biaya
pemakaian Rp.765,00/kWh, prabayar Rp.765,00/kWh.I-1/TR 2200 VA, biaya
beban*), biaya pemakaian Rp.790,00/kWh, prabayar Rp.790,00/kWh. I-1/TR 3500
s/d 14 kVA, biaya beban*), biaya pemakaian Rp.915,00/kWh, prabayar
Rp.915,00/kWh.
I-2/TR > 14 kVA s/d 200 kVA, biaya beban**), biaya pemakaian : Blok WBP = K x
Rp.800,00/kWh, Blok LWBP = Rp.800,00/kWh kVAh = Rp.875,00 ****) I-3/TM >
200 kVA, biaya beban**), biaya pemakaian : Blok WBP = K x Rp. 680,00/kWh
BlokLWBP= Rp.680,00/kWh kVAh = Rp.735,00****)I-4/TT > 20.000 kVA, biaya
beban***), biaya pemakaian : Blok WBP dan Blok LWBP = Rp.605,00/kWh kVAh =
Rp.605,00 ****).

5. Golongan Tarif Kantor Pemerintah dan Penerangan Jalan Umum, dengan


klafisikasi berikut : P-1/TR 450 VA, biaya beban Rp.20.000,00/kVA, biaya
pemakaian Rp.575,00/kWh, prabayar Rp.685,00/kWh.P-1/TR 900 VA, biaya beban
Rp.24.000,00/kVA, biaya pemakaian Rp.600,00/kWh, prabayar Rp.760,00/kWh P-
1/TR 1300 VA, biaya beban*), biaya pemakaian Rp.880,00/kWh, prabayar
Rp.880,00/kWh. P-1/TR 2200 VA s/d 5500 VA, biaya beban *), biaya pemakaian
Rp.885,00/kWh, prabayar Rp.885,00/kWh.P-1/TR 5500 s/d 200 kVA, biaya
beban**), biaya pemakaian : Blok I : H 1 x Rp.885,00/kWh Blok II : H 2 x
Rp.1300,00/kWh, prabayar Rp.1200,00/kWh P-2/TM > 200 kVA, biaya beban***),
biaya pemakaian : Blok WBP = K x Rp. 750,00/kWh Blok LWBP = Rp.750,00/kWh
kVArh = Rp.825,00 ****) P-3/TM, biaya beban**), biaya pemakaian Rp.
820,00/kWh, prabayar Rp. 820,00/kWh.

6. Golongan Tarif Traksi, denganklasifikasi berikut : T/TM > 200 kVA, biaya
beban Rp.25.000,00/kVA/bulan*), biaya pemakaian : Blok WBP = K x
Rp.390,00/kWh, Blok LWBP = Rp.390,00/kWh, kVArh = Rp.665,00****).

7. Golongan Tarif Curah (Bulk), dengan klasifikasi berikut : C/TM > 200 kVA.
Biaya beban Rp.25.000,00/kVA/bulan *), biaya pemakaian : Blok WBP = K x
Rp.390,00/kWh, Blok LWBP = Rp.390,00/kWh, kVArh = Rp. 505,00****)
Keterangan :

*) Pada semua golongan tarif, kecuali Traksi, Curah dan layanan Khusus :
Diterapkan Rekening Minimum (RM) : RM 1 = 40 (Jam Nyala) x Daya Tersambung
(kVA) x Biaya Pemakaian (kWh).

**) Pada golongan Tarif Pelayanan Sosial dan Industri : Diterapkan


Rekening Minium (RM) : RM 2= 40 (Jam Nyala) x Daya Tersambung (kVA) x Biaya
Pemakaian Blok LWBP.

***) Pada golongan Tarif Bisnis dan Kantor Pemerintahan dan Penerangan
Jalan Umum : Diterapkan Rekening Minium (RM) : RM 3= 40 (Jam Nyala) x Daya
Tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian Blok WBP dan LWBP. Jam Nyala : kWh
perbulan dibagi kVA tersambaung.*) Pada Golongan Tarif Traksi : Perhitungan
biaya beban didasarkan pada tarif pengukuran daya maksimum bulanan untuk:
a. Daya maksimum bulanan > 0,5 dari daya tersambung, biaya beban dikenakan
sebesar daya maksimum terukur. b. Daya maksimum bulanan 0,5 dari daya
tersambung, biaya beban dikenakan 50% daya tersambung terukur.*) Pada
Golongan Tarif Layanan Khusus : Sebagai tarif maksimum. Di dalam
mengimplementasikan angka tarif ini dikalikan terhadap faktor pengali
Ndengan nilai N tidak lebih dari 1.

****) Pada Tarif Pelayanan Sosial, Bisnis,Industri, Kantor Pemerintahan dan


Penerangan Jalan Umum, Traksi dan Curah (Bulk). Biaya kelebihan pemakaian
daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor daya rata-rata setiap bulan
kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus) K : Faktor perbandingan antar
harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sitem kelistrikan
setempat (1,4 x K 2).P : Faktor kali untuk pembeda antar S-3 bersifat sosial
murni dengan S-3 bersifai sosial komersial, untuk pelanggan S-3 sosial murni P =
1, untuk pelanggan S-3 yang bersifat sosial komersial P = 1,3.H 1: Persentase
batas hemat terhadap Jam Nyala rata-rata nasional x daya tersambung (kVA) H
2: Pemakaian listrik (kWh) H 1 WBP : Waktu Beban Puncak. LWBP : Luar Waktu
Beban Puncak.

Dengan memperhatikan TDL, yang berlaku, dapat dipahami bahwa sistem


pembayaran rekening listrik Pascabayar, selain ada tambahan pembayaran Pajak
Penerangan Jalan Umum juga pelanggan diwajibkan membayar biaya beban
(batas daya) yang digunakan (Rp./kVA) tiap bulan dan bagi para pelanggan
golongan Tarif Bisnis, Tarif Industri, Tarif Kantor Pemerintahan dan Penerangan
Jalan Umum, Tarif Traksi dan Tarif Curah (Bulk) masih diwajibkan membayar
Waktu Beban Puncak (WBP), Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dan Energi Reaktif
kVArh, Sedangkan dengan menggunakan sistem Prabayar, pelanggan hanya
membayar pemakaian energi listrik dalam satuan tarif Rp./kWh dan Pajak
Penerangan Jalan Umum (TDL., 2010), berkisar antara 5% s/d 10%, ditentukan
oleh perda masing-masing daerah.
C. Perhitungan Rekening Listrik

Contoh perhitungan rekening listrik yang wajib dibayar pelanggan golongan tarif
rumah tangga klasifikasi R-1/TR.

BEBA TARIF BB+BP 9% BB+BP BIAYA BAYAR


BANYAK
N N
PEMAKAI PASK PR PASK PR PASK PASK
O BIAY PRA PRA
AN A A A A A A
A

41 42 38. 196. 464.


1 11 1 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


2 11 3 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


3 11 5 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


4 11 7 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


5 11 15 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


6 11 17 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


7 11 19 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


8 11 21 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


9 11 23 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


10 11 25 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


11 11 27 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 38. 196. 464.


12 11 29 169 5 180 6 16.2 34 2 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


13 11 31 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


14 11 33 360 5 371 6 9 34 39 34
41 42 33.3 38. 404. 464.
15 11 35 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


16 11 37 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


17 11 39 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


18 11 49 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


19 11 51 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


20 11 53 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


21 11 55 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


22 11 57 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 33.3 38. 404. 464.


23 11 59 360 5 371 6 9 34 39 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


24 11 61 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


25 11 63 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


26 11 65 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


27 11 67 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


28 11 69 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


29 11 71 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


30 11 73 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


31 11 75 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


32 11 79 495 5 506 6 4 34 54 34
41 42 45.5 38. 551. 464.
33 11 85 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


34 11 87 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


35 11 89 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


36 11 91 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


37 11 93 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


38 11 95 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


39 11 97 495 5 506 6 4 34 54 34

41 42 45.5 38. 551. 464.


40 11 99 495 5 506 6 4 34 54 34

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemakaian kWh meter analog
(paskabayar) dan digital (prabayar) golongan tarif R-1 akan lebih mahal prabayar
jika pemakaian 1-60 kWh, begitu pula akan lebih mahal paskabayar jika
pemakaian di atas 60 kWh.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak problem masyarakat yang mempermasalahkan keekonomisan antara


kWh meter analog (paskabayar) dan kWh meter digital (prabayar), disini penulis
dapat sedikit menjawab problem tersebut dengan analisa paper ini.

Sebetulnya sama antara kedua kWh meter tersebut, tinggal konsumen pintar-
pintar mengetahui berapa banyak konsumen itu memakai listrik, jika konsumen
memakai di bawah 60 kWh maka kWh meter prabayarlah yang akan lebih mahal,
akan tetapi jika pemakaian di atas 60 kWh paska bayarlah yang akan lebih
mahal.

B. Saran

1. Penulis berharap agar di masyarakat tidak ada lagi problem tentang


perbedaan keekonomisan kWh meter analog dan kWh meter digital, masyarakat
harus mendukung program pln untuk mempersempit tindak kecurangan oknum-
oknum tidak bertanggung jawab.

2. Kepada pembaca, penulis jugaberharap agar paper ini bisa bermanfaat dan
menambah pengetahuan tentang kWh meter, sehingga dapat
mempertimbangkan dampak-dampaknya.

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi taufik
serta hidayahNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul
Perbandingan Keekonomisan kWh Meter Analog dan Digital pada R1 Tahun
2013.
DAFTAR PUSTAKA

1. antara][esdm.go.id

2. WWW.MECINDO.COM

3. www.itron.com

4. https://www.google.com/search?
q=kWh+meter+analog+dan+digital&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=uGtpU
62dFImQrQfjj4GADw&ved=0CAcQ_AUoAg&biw=1280&bih=699

5. http://repo.eepis-its.edu/1131/1/makalahQ.pdf

6. http://www.pln.co.id/ntb/?p=108

Anda mungkin juga menyukai