11:2007
R 3
Rancangan Standar Nasional Indonesia 3
Daftar isi
i
RSNI3 7119.11:2007
Prakata
Dalam usaha untuk menyeragamkan teknik pengujian kualitas udara ambien maka dibuatlah
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pengujian parameter-parameter kualitas udara.
Metode ini merupakan hasil kaji ulang dari SNI 19-1499-1989, Cara uji kadar hidrogen
sulfida (H2S) di udara. Metode ini telah melalui uji coba di laboratorium pengujian dalam
rangka verifikasi metode, uji presisi dan uji temu balik, serta dikonsensuskan oleh Subpanitia
teknis Kualitas Udara dari Panitia Teknis 13-03, Panitia Teknis Kualitas Lingkungan dan
Manajemen Lingkungan dengan para pihak terkait.
Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan para peserta yang
mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi terkait, dari pusat maupun daerah pada
tanggal 14 Desember 2005 di Serpong, Tangerang Banten. Dengan ditetapkannya SNI ini,
maka penerapan SNI 19-1499-1989 dinyatakan tidak berlaku lagi.
ii
RSNI3 7119.11:2007
Udara ambien Bagian 11: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H2S) udara ambien
dengan metode biru metilen secara spektrofotometri
1 Ruang lingkup
Standar ini digunakan untuk penentuan kadar hidrogen sulfida udara ambien dengan
menggunakan metode biru metilen. Lingkup pengujian meliputi:
a) Cara pengambilan contoh uji gas hidrogen sulfida dengan menggunakan larutan
penjerap.
b) Cara penentuan kadar hidrogen sulfida udara ambien menggunakan metode biru metilen
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 670 nm dengan kisaran konsentrasi
2,2 g/m3 sampai dengan 200 g/m3 (1,6 ppb sampai dengan 144 ppb) di udara.
2.1
udara ambien
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya
2.2
g/Nm3
satuan ini dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik, notasi N menunjukkan pada
kondisi normal (25oC, 760 mmHg)
2.3
midget impinger (botol penjerap)
botol tempat pengambil contoh uji yang dilengkapi dengan ujung silinder gelas yang berada
di dasar labu dengan maksimum diameter dalam 1 mm
2.4
larutan induk
larutan standar konsentrasi tinggi yang digunakan untuk membuat larutan standar
konsentrasi lebih rendah
2.5
larutan standar
larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui untuk digunakan sebagai pembanding di
dalam pengujian
2.6
kurva kalibrasi
grafik yang menyatakan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan hasil
pembacaan serapan sesuai Hukum Lambert-Beer
2.7
larutan penjerap
larutan yang dapat menjerap analat
1 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
2.8
blanko analitik laboratorium
larutan penjerap yang diperlakukan sebagai kontrol kontaminasi selama preparasi dan
penentuan contoh uji di laboratorium
2.9
blanko analitik perjalananan dan lapangan
larutan penjerap yang diperlakukan sebagai kontrol kontaminasi selama dalam perjalanan
dan pengambilan contoh uji
2.10
Pengendalian mutu
kegiatan yang bertujuan untuk memantau dan meminimalkan kesalahan pengambilan contoh
uji dan pengujian
3 Cara uji
3.1 Prinsip
Hidrogen sulfida dari udara ambien yang telah dijerap oleh larutan penjerap kadmium
sulfat pada saat pengambilan contoh uji di lapangan, direaksikan dengan p-amino
dimetil anilin dan besi III klorida dalam suasana asam kuat sehingga membentuk senyawa
biru metilen yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 670 nm.
3.2 Bahan
a) Larutkan masing-masing secara terpisah 4,3 g CdSO4.8H2O dan 1,8 g NaOH dalam 250
mL air suling. Campurkan kedua larutan tersebut ke dalam gelas piala 1000 mL,
kemudian tambahkan 10 g arabinogalaktan;
b) Encerkan larutan dengan air suling hingga 1000 mL lalu aduk hingga homogen.
Larutkan 500 mL H2SO4 pekat ke dalam gelas piala 1000 mL yang telah berisi 400 mL air
suling, encerkan dengan air suling hingga 1000 mL lalu aduk hingga homogen.
a) Masukkan 50 mL H2SO4 pekat (97% - 98%) ke dalam gelas piala 100 mL yang berisi 30
mL air suling;
b) Tambahkan 12 g N,N-dimetil-p-fenilendiamin dihidroklorida dalam larutan tersebut di
atas, lalu aduk hingga homogen.
Pipet 25 mL larutan induk pada butir 3.2.3 ke dalam labu ukur 1000 mL dan tepatkan sampai
tanda tera dengan larutan H2SO4 50%, lalu kocok hingga homogen.
2 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
a) Larutkan 100 g FeCl3.6H2O ke dalam 30 mL air suling dan 9 mL HCl pekat (37%) dalam
gelas piala 100 mL;
b) Tambahkan air suling sampai 100 mL lalu diaduk hingga homogen.
Larutkan 40 g diamonium fosfat dengan air suling dan tepatkan dalam labu ukur 100 mL,
kocok hingga homogen.
a) Larutkan 24,82 g Na2S2O3.5H2O dengan 200 mL air suling dingin yang telah dididihkan
dalam gelas piala dan tambahkan 0,1 g Na2CO3;
b) Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL kemudian tepatkan sampai tanda tera dengan
air suling;
c) Diamkan larutan ini selama 1 hari sebelum dilakukan standarisasi.
a) Masukkan 10 mL H2SO4 pekat (97% - 98%) ke dalam gelas piala 400 mL yang telah
berisi 30 mL air suling dan letakkan dalam wadah berisi air es;
b) Tambahkan 20 mL air suling lalu aduk hingga homogen (hati-hati reaksi eksotermis).
a) Larutkan 40 g KI dengan 400 mL air suling dalam gelas piala 500 mL, kemudian
tambahkan 13 g kristal I2 dan aduk hingga homogen;
b) Tambahkan 3 tetes HCl 37% (secara hati-hati), kemudian pindahkan ke dalam labu ukur
1000 mL dan encerkan dengan air suling sampai tanda tera lalu kocok hingga homogen.
a) Larutkan 0,4 g kanji sedikit demi sedikit kedalam 200 mL air lalu dipanaskan sampai
mendidih dan menjadi jernih;
b) Dinginkan dan pindahkan ke dalam botol pereaksi.
Larutkan 3,077 g Na2S.9H2O dengan air suling di dalam labu ukur 100 mL, encerkan sampai
tanda tera lalu kocok hingga homogen.
Diambil sejumlah tertentu larutan induk H2S (sesuai perhitungan hasil standardisasi) ke
dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan air suling sampai tanda tera lalu kocok hingga
homogen.
3 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
Pipet 0,5 mL larutan standar H2S ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan larutan
penjerap sampai tanda tera lalu kocok hingga homogen.
3.3 Peralatan
Keterangan gambar:
A adalah botol penjerap volume 30 mL; D adalah flow meter yang
mampu mengukur laju alir 2 L/menit;
B adalah perangkap uap; E adalah kran pengatur;
C adalah penyerap air (glasswool atau F adalah pompa hisap.
silica gel);
Untuk pelaksanaan pengambilan contoh uji diperlukan tahapan kerja sebagai berikut:
4 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
a) Larutkan 0,89 g kalium iodat yang telah dipanaskan pada suhu 1200C selama 2 jam
dengan air suling ke dalam labu ukur 250 mL, encerkan hingga tanda tera lalu kocok
hingga homogen.
b) Pipet 25 mL larutan standar KIO3 pada langkah 3.5.1 butir a) dan masukkan ke dalam
labu Erlenmeyer bertutup, tambahkan air suling hingga 100 mL.
c) Tambahkan 2 g KI dan 5 mL H2SO4 (1:5) ke dalam labu Erlenmeyer tersebut.
d) Titrasi larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan natrium tiosulfat sampai warna larutan
kuning muda.
e) Tambahkan 5 mL indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir titrasi (warna biru
tepat hilang), catat volum larutan penitar. (x)
f) Hitung faktor larutan natrium tiosulfat tersebut dengan rumus sebagai berikut:
b 25 1
f a
100 250 x 0,003567
dengan pengertian:
a) Pipet 10 mL larutan induk H2S pada langkah 3.2.12 ke dalam Erlenmeyer 100 mL;
b) Pipet 25 mL larutan iodin ke dalam Erlenmeyer di atas dan tambahkan pula 1 mL asam
klorida (HCl p) melalui dinding Erlenmeyer;
c) Diamkan 10 menit dalam ruang gelap, titrasi larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan
natrium tiosulfat sampai warna larutan kuning muda;
d) Tambahkan 5 mL indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir titrasi (warna biru
tepat hilang), catat volum larutan penitar;
e) Lakukan langkah 3.5.2 butir a) sampai d) dengan menggunakan 10 mL air suling sebagai
blanko;
f) Hitung volum larutan induk H2S yang harus dipipet untuk membuat larutan standar H2S
sesuai rumus sebagai berikut:
5 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
89,3
V
Vb Va f
dengan pengertian:
3.7 Perhitungan
Volum contoh uji gas yang diambil, dihitung pada kondisi normal (250C, 760 mmHg) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Pa 298
V s F t
Ta 760
dengan pengertian:
Vs adalah volum contoh udara yang dihisap dalam kondisi normal pada 250C. 760 mmHg (L);
F adalah laju alir (L/menit);
t adalah waktu pengambilan contoh uji (menit);
6 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
a1 - ab
C1
Vs
dengan pengertian:
34
C2 C1
24,45
dengan pengertian:
4 Jaminan mutu
7 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
Lampiran A
(informatif)
Uji presisi dan uji temu balik
Uji presisi cara uji kadar hidrogen sulfida (H2S) dengan metode biru metilen secara
spektrofotometri telah dilakukan dalam satu laboratorium dengan analis yang berbeda, waktu
yang berbeda dan alat yang sama; memberikan simpangan baku (standar deviasi) masing-
masing 2,75% dan 1,85%.
Uji temu balik (recovery test) dilakukan terhadap contoh uji di laboratorium (larutan tes)
dengan penambahan larutan baku Natrium Sulfida, Na2S dengan kadar sebanding dengan
1 L H2S memberikan nilai masing-masing 108% dan 109%.
8 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
Lampiran B
(normatif)
Pelaporan
9 dari 10
RSNI3 7119.11:2007
Bibliografi
APHA, Lodge, James. 1988. Methods of Air Sampling and Analysis, Third edition,
Washington. p 701.
Japan Industrial Standard (JIS) Handbook JIS K 0108 1995, Analytical methods for
determination of hydrogen sulfide in exhaust gas, Japan Standards Association.
10 dari 10