Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BAB 3
Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
3
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BAB III
Contoh :
PT Indoil sebuha perusahaan minyak sawit berkedudukan di
Indonesia memiliki penyertaan saham pada Palmoil Sdn. Bhd.
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan
sawit yang bertempat kedudukan di Malaysia. Pada tahun
2015 Palmoil Sdn. Bhd. Membayar deviden tunai senilai Rp
300.000.000 kepada PT Indoil. Sesuai dengan ketentuan pajak
di Malaysia atas deviden yang diterima oleh PT Indoil
dikenakan pemotongan pajak dengan tariff 28% atau sebesar
Rp 84.000.000. Atas penghasilan berupa deviden yang
diterima PT Indoil sesuai dengan ketentuan UU PPh akan
dikenakan pajak di Indonesia digabung dengan penghasilan
dari dalam negeri lainnya, dan dikenakan pajak sesuai tariff
pasal 17 UU PPh sebesar 25%. Akibatnya, PT Indoil akan
dikenakan pajak dua kali dan menanggung beban pajak total
53%, yaitu 28% untuk pajak yang dikenakan di Malaysia
ditambah 25% pajak yang dikenakan di Indonesia. Kondisi ini
tentu saja tidak adil bagi PT Indoil.
4
Untuk mengatasi dampak pajak berganda tersebut, Negara-
negara di dunia membuat metode penghindaran pajak berganda
internasional. Metode penghindaran pajak berganda ini dituangkan
dalam aturan domestik Negara tersebut. Adapun metode
penghindaran pajak berganda yang sering digunakan di kebanyakan
Negara adalah metode pembebasan (exemption method) dan
metode kredit (credit method).
Contoh :
Mr. John seorang duta besar perwakilan Negara X ditempatkan
dan bertugas di Negara Y. Selama bertugas dinegara Y
penghasilan Mr. John berupa gaji dibayar oleh negaranya (Negara
X).
5
Contoh :
Mr. Smith seorang wajib pajak dalam negeri (WP DN) Negara X.
penghasilan yang diperoleh Mr. Smith di dari dalam negeri
sebesar Rp 100.000.000. Selain itu, Mr. Smith juga memperoleh
penghasilan dari luar negeri yang bersumber dari Negara Y
sebesar Rp 20.000.000.
Contoh:
6
Pajak yang kurang dibayar
50.000.000
Contoh :
7
b. Metode kredit pajak biasa (ordinary atau normal credit)
Contoh :
8
dapat mengkreditkan pajak sebesar pajak yang dikenakan
seandainya tidak ada fasilitas.
Contoh :
9
Pajak yang dibayar di Negara Y (luar negeri)
(0% x 200.000.000) Rp -
Jumlah pajak yang dibayar Rp
52.000.000
Contoh:
PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z
Inc. di Negara X. Z Inc. tersebut dalam tahun 2015
memperoleh keuntungan sebesar US$ 1000.00. Pajak
penghasilan yang berlaku di negara X adalah 48% dan pajak
dividen adalah 38%.
10
yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh di luar negeri, dalam ilustrasi di atas, yaitu jumlah
sebesar US$ 19,760.00.
Contoh :
11
PT A perusahaan berkedudukan di Indonesia mempunyai
penyertaan saham di B Sdn. Bhd, yang berkedudukan di
Malaysia. Apabila B Sdn. Bhd. membayarkan dividen, maka
sumber penghasilan dianggap dari Malaysia. Apabila atas
dividen tersebut dikenai PPh di Malaysia maka atas PPh yang
dibayar di Malaysia dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak
di Indonesia.
12
Malaysia (BUT) dikenai pajak di Malaysia maka atas pajak
tersebut dapat dikreditkan di Indonesia.
13
dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut
ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Contoh :
PT. A di Jakarta dalam tahun pajak 2011 menerima dan
memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri sebagai
berikut
(a) Hasil usaha di Singapura dalam tahun pajak 2011 sebesar Rp
800.000.000.
(b) Dividen atas pemilikan saham pada "X Ltd." di Australia
sebesar Rp 200.000.000, yaitu berasal dari keuntungan
tahun 2008 yang ditetapkan dalam rapat pemegang saham
tahun 2010 dan baru dibayar dalam tahun 2011.
(c) Dividen atas penyertaan saham sebanyak 70% pada "Y
Corporation" di Hong Kong yang sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp 75.000.000, yaitu
berasal dari keuntungan saham 2010 yang berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun
2011.
(d) Bunga kwartal IV tahun 2011 sebesar Rp 100.000.000 dari "Z
Sdn. Bhd." di Kuala Lumpur yang baru akan diterima bulan
Juli 2012.
14
PT A di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun
2010 sebagai berikut.
Penghasilan dalam negeri Rp
1.000.000.000
Penghasilan luar negeri
(dengan tarif pajak 20%) Rp
1.000.000.000
Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri
adalah sebagai berikut.
1. Penghasilan luar negeri Rp
1.000.000.000
Penghasilan dalam negeri Rp
1.000.000.000(+)
Jumlah penghasilan Rp
2.000.000.000
2. Apabila jumlah neto penghasilan neto sama dengan
penghasilan kena pajak, maka sesuai tarif Pasal 17 ayat
(1), pajak penghasilan yang terutang Rp 500.000.000
3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah:
Rp 1.000.000.000 x Rp 500.000.000 Rp 250.000.000
Rp 2.000.000.000
15
2. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan penghasilan
kena pajak, maka sesuai tarif Pasal 17 ayat (1), pajak
penghasilan yang terutang sebesar Rp 200.000.000
3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah:
Rp 1.000.000.000 x Rp 200.000.000 = Rp 250.000.000
Rp 800.000.000
Contoh :
PT C di Jakarta dalam tahun 2015 memperoleh penghasilan
neto sebagai berikut.
Penghasilan dalam negeri = Rp
2.000.000,000
Penghasilan dari negara X
(dengan tarif pajak 40%) = Rp
1.000.000.000
Penghasilan dari negara Y
(dengan tarif pajak 30%) = Rp
2.000.000.000 (+)
jumlah penghasilan neto = Rp
5.000.000.000
16
Rp 5.00.000.000
Contoh :
PT "D" di Jakarta dalam tahun 2015 memperoleh penghasilan
sebagai
berikut.
Penghasilan dari negara Z (dengan tarif pajak 30%) Rp
2.000.000.000
Penghasilan dalam negeri Rp 3.500 000.000 (penghasilan
dalam negeri ini termasuk penghasilan dikenai PPh Final
sebesar Rp 500.000.000).
1. Penghasilan kena pajak PT "D" sebesar Rp 2.000.000.000
(Rp 3.500.000.000 - Rp 500.000.000) = Rp 5.000.000.000.
2. Sesuai tarif Pasal 17, pajak penghasilan yang terutang
sebesar: Rp 1.250.000.000.
3. Batas maksinium kredit pajak luar negeri adalah:
Rp 2.000.000.000 x Rp 1.250.000.000 = Rp 500.000.000
Rp 5.000.000.000
Walaupun misalnya pajak yang terutang di negara Z sebesar
Rp 600.000.000, namun maksimum kredit pajak yang dapat
dikreditkan sebesar Rp 500,000,000.
Contoh :
PT B di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam taliun
2015 sebagai berikut.
17
Di Megara X, memperoleh penghasilan (laba) Rp
1.000.000.000, dengan tarif pajak sebesar 40% (Rp
400.000.000).
Di Negara Y memperoleh penghasilan (laba) Rp
3.000.000.000, dengan tarif pajak sebesar 25% (Rp
750.000.000).
Di negara Z, menderita kerugian Rp 2.500.000.000.
Penghasilan usaha di dalam negeri Rp 4.000.000.000.
Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut.
1. Penghasilan luar negeri :
a. Laba di negara X = Rp 1.000.000.000
b. Laba di negara Y = Rp 3.000.000.000
c. Laba di negara Z = Rp
0(+)
d. Jumlah penghasilan luar negeri = Rp
4.000.000.000
18
a. tidak dapat diperhitungkan dengan pajak penghasilan yang
terutang tahun berikutnya,
b. tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang
penghasilan, dan
c. tidak dapat dimintakan restitusi.
Contoh:
Dalam tahun 2014, wajib pajak mendapat pengurangan pajak
atas penghasilan luar negeri tahun pajak 2013 sebesar Rp
5.000.000 yang semula telah termasuk dalam jumlah pajak yang
dikreditkan terhadap pajak yang terutang untuk tahun pajak
2013, maka jumlah sebesar Rp 5.000.000 tersebut ditambahkan
pada pajak penghasilan yang terutang dalam tahun pajak 2014.
19