Anda di halaman 1dari 2

Asal muasal nama-nama hari

Ada suatu waktu dalam sejarah awal manusia ketika hari-hari tidak diberi nama! Alasannya
sangat sederhana. Manusia tidak menemukan minggu.

Pada waktu itu, satu-satunya pembagian waktu adalah bulan, dan ada terlalu banyak hari
dalam satu bulan untuk diberi nama sendiri-sendiri. Tetapi ketika manusia mulai membangun
kota-kota, mereka ingin mempunyai hari istimewa untuk berdagang, suatu hari pasar.
Kadang-kadang hari-hari pasar ini ditetapkan setiap hari kesepuluh, kadang-kadang setiap
hari ketujuh atau setiap hari kelima Orang-orang Babilonia memutuskan hari pasar harus
jatuh pada hari ketujuh. Pada hari ini mereka tidak bekerja, tetapi bertemu untuk berdagang
dan mengadakan upacara-upacara keagamaan.

Bangsa Yahudi mengikuti contoh mereka, tetapi mengkhususkan hari ketujuh untuk
keperluaan keagamaan. Dengan demikian hari minggu pun muncul. Hari itu adalah hari
antara hari-hari pasar. Bangsa Yahudi memberi nama untuk masing-masing hari dari ketujuh
hari itu, tetapi sebenarnya itu adalah hitungan setelah hari Sabat (yaitu hari Sabtu). Misalnya,
hari Rabu dinamakan hari keempat (empat hari setelah hari Sabtu).

Ketika Bangsa Mesir menggunakan minggu yang terdiri dari tujuh hari mereka menamakan
hari-hari itu menurut nama kelima planet, matahari dan bulan. Bangsa Romawi menggunakan
nama-nama Mesir untuk hari-hari mereka dalam seminggu: hari Matahari, hari Bulan, hari
planet Mars, hari planet Merkurius, hari planet Yupiter, hari planet Venus, dan hari planet
Saturnus.

Kita memperoleh nama-nama hari bukan dari Bangsa Romawi tetapi dari Bangasa Anglo-
Saxon, yang menamai sebagian besar dari hari-hari menurut nama dewa-dewa mereka, yang
kurang lebih sama dengan dewa-dewa Bangsa Romawi. Hari Matahari menjadi 'Sunnandaeg',
atau Sunday (Minggu). Hari Bulan dinamakan 'Monandaeg', atau Monday (Senin). Hari Mars
menjadi hari Tiw, yaitu dewa perang mereka. Ini menjadi 'Tiwesdaeg', atau Tuesday (Selasa).
Bukannya nama Merkurius, nama Dewa Woden diberikan menjadi Wednesday (Rabu). Hari
Romawi Yupiter, dewa guntur, menjadi hari guntur Dewa Thor, dan ini menjadi Thursday
(Kamis). Hari berikutnya dinamakan Frigg, istri Dewa Odin, dan oleh karena itu kita
mempunyai Friday (Jumat). Hari Saturnus menjadi 'Saeterbsdaeg', terjemahan dari bahasa
Romawi, dan kemudian menjadi Saturday (Sabtu).

Satu hari, biasanya dihitung sebagai jarak antara terbitnya matahari dan terbenamnya
matahari. Bangasa Romawi menghitungnya dari tengah malam sampai tengah malam, dan
kebanyakan bangsa-bangsa modern menggunakan metode ini.

Bangsa Israel merupakan bangsa Timur Tengah yang dikenal pertama kali
memakai sistem satu-minggu-tujuh-hari, walaupun mungkin saja ada bangsa lain
yang mungkin sudah memakai sistem ini. Hal ini karena perintah satu minggu
tujuh hari oleh Tuhan dalam Taurat sesuai urutan Penciptaan. Nama-nama hari
dalam bahasa Ibrani memakai angka satu sampai enam (Yom Echad, Sheni,
Shelishi, Rave'i, Khameshi, Shishi), sedangkan hari ketujuh dikenal sebagai yom
Shabbat (hari rehat). Begitu juga bangsa Arab memakai konsep yang sama:
Yaum al Ahad, Itsnain, Tsalatsa, Arba'a, Khamis. Hari keenam dalam Arab kuna
adalah Yaum al 'Arubat (hari pengagungan) dan diganti dengan yaum al Jumu'ah
(hari berkumpul). Hari ketujuh sama: Yaum al Sabt (hari rehat). Nah dari bahasa
Arablah, melalui penyebaran Islam, nama-nama hari dalam bahasa Indonesia
muncul. Sedangkan hari Ahad (hari pertama) secara umum diganti menjadi hari
Minggu, diambil dari bahasa Portugis Domingo (hari Tuhan). :)

Anda mungkin juga menyukai