Disusun Oleh
Universitas Papua
Manokwari
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1. Pembentukan
Cekungan Belakang Busur di Pulau Sumatra
(Barber dkk, 2005).
Pulau Sumatra diinterpretasikan dibentuk oleh kolisi dan suturing dari mikrokontinen
di Akhir Pra-Tersier (Pulunggono dan Cameron, 1984; dalam Barber dkk, 2005).
Sekarang Lempeng Samudera Hindia subduksi di bawah Lempeng Benua Eurasia
pada arah N20E dengan rata-rata pergerakannya 6 7 cm/tahun. Konfigurasi
cekungan pada daerah Sumatra berhubungan langsung dengan kehadiran dari
subduksi yang menyebabkan non-volcanic fore-arc dan volcano-plutonik back-arc.
Sumatra dapat dibagi menjadi 5 bagian (Darman dan Sidi, 2000):
Sunda outer-arc ridge, berada sepanjang batas cekungan fore-arc Sunda dan yang
memisahkan dari lereng trench.
Cekungan
Fore-arc Sunda, terbentang antara akresi non-vulkanik punggungan outer-
arc dengan bagian di bawah permukaan dan volkanik back-arc Sumatra.
Cekungan Back-arc Sumatra, meliputi Cekungan Sumatra Utara, Tengah, dan
Selatan. Sistem ini berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian
bawah Bukit Barisan.
Bukit Barisan, terjadi pada bagian axial dari pulaunya dan terbentuk terutama
pada Perm-Karbon hingga batuan Mesozoik.
Intra-arc Sumatra, dipisahkan oleh uplift berikutnya dan erosi dari daerah
pengendapan terdahulu sehingga memiliki litologi yang mirip pada fore-
arc dan back-arc basin.
Fase kompresi yang berlangsung dari Jurasik awal sampai Kapur. Tektonik
ini menghasilkan sesar geser dekstral WNW ESE seperti Sesar Lematang,
Kepayang, Saka, Pantai Selatan Lampung, Musi Lineament dan N S trend.
Terjadi wrench movement dan intrusi granit berumur Jurasik Kapur.
Gambar 3 Fase Kompresi Jurasik Awal Sampai Kapur dan Elipsoid Model
Fase ketiga yaitu adanya aktivitas tektonik Miosen atau Intra Miosen
menyebabkan pengangkatan tepi-tepi cekungan dan diikuti pengendapan
bahan-bahan klastika. Yaitu terendapkannya Formasi Talang Akar, Formasi
Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air Benakat, dan Formasi Muara Enim.
Pada akhir Miosen, Pulau Sumatera mengalami rotasi searah jarum jam. Pada
zaman Pliopleistosen, arah struktur geologi berubah menjadi barat daya-timur
laut, di mana aktivitas tersebut terus berlanjut hingga kini. Hal ini disebabkan
oleh pembentukan letak samudera di Laut Andaman dan tumbukan antara
Lempeng Mikro Sunda dan Lempeng India-Australia terjadi pada sudut yang
kurang tajam. Terjadilah kompresi tektonik global dan lahirnya kompleks
subduksi sepanjang tepi barat Pulau Sumatera dan pengangkatan Pegunungan
Bukit Barisan pada zaman Pleistosen.
Pada akhir Miosen Tengah sampai Miosen Akhir, terjadi kompresi pada Laut
Andaman. Sebagai akibatnya, terbentuk tegasan yang berarah NNW-SSE
menghasilkan patahan berarah utara-selatan. Sejak Pliosen sampai kini, akibat
kompresi terbentuk tegasan yang berarah NNE-SSW yang menghasilkan sesar
berarah NE-SW, yang memotong sesar yang berarah utara-selatan.
Di Sumatera, penunjaman tersebut juga menghasilkan rangkaian busur pulau
depan (forearch islands) yang non-vulkanik (seperti: P. Simeulue, P. Banyak, P.
Nias, P. Batu, P. Siberut hingga P. Enggano), rangkaian pegunungan Bukit Barisan
dengan jalur vulkanik di tengahnya, serta sesar aktif The Great Sumatera Fault
yang membelah Pulau Sumatera mulai dari Teluk Semangko hingga Banda Aceh.
Sesar besar ini menerus sampai ke Laut Andaman hingga Burma. Patahan aktif
Semangko ini diperkirakan bergeser sekitar sebelas sentimeter per tahun dan
merupakan daerah rawan gempa bumi dan tanah longsor.
Pulau Sumatera tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh
keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan
lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan
sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer (Hamilton,
1979).Sejarah tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan dimulainya
peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar
45,6 juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari
pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar
lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India-
Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi
40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. (Char-shin Liu et al,
1983 dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai
sekitar 76 milimeter/ tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan
ini pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar sebelah timur
India.
Dari Tersier sampai sekarang, subduksi terus mundur ke arah barat melewati
kepulauan yang terdapat di sebelah barat Sumatra dan menerus ke timur di selatan
melewati Pulau Jawa (Gambar 3.4). Busur gunung api di sepanjang zona subduksi
tersebut terdapat di Pegunungan Barisan di Sumatera dan menerus ke Pulau Jawa.
Volkanisme basalt hadir di Sukadana, Sumatra Selatan dan diperkirakan berhubungan
dengan pensesaran ekstensi dalam yang dihasilkan sebagai interaksi dari lempeng-
lempeng Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik.
Gambar 3.5 Skema Tektonik Pulau Sumatra dan sekitarnya saat ini
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pulau Sumatera dicirikan oleh tiga sistem tektonik. Berurutan dari barat ke
timur adalah sebagai berikut: zona subduksi oblique dengan sudut penunjaman
yang landai, sesar Mentawai dan zona sesar besar Sumatera. Zona subduksi di
Pulau Sumatera, yang sering sekali menimbulkan gempa tektonik, memanjang
membentang sampai ke Selat Sunda dan berlanjut hingga selatan Pulau Jawa.
Subsuksi ini mendesak lempeng Eurasia dari bawah Samudera Hindia ke arah
barat laut di Sumatera dan frontal ke utara terhadap Pulau Jawa, dengan kecepatan
pergerakan yang bervariasi. Puluhan hingga ratusan tahun, dua lempeng itu saling
menekan. Namun lempeng Indo-Australia dari selatan bergerak lebih aktif.
Pergerakannya yang hanya beberapa millimeter hingga beberapa sentimeter per
tahun ini memang tidak terasa oleh manusia. Karena dorongan lempeng Indo-
Australia terhadap bagian utara Sumatera kecepatannya hanya 5,2 cm per tahun,
sedangkan yang di bagian selatannya kecepatannya 6 cm per tahun. Pergerakan
lempeng di daerah barat Sumatera yang miring posisinya ini lebih cepat
dibandingkan dengan penyusupan lempeng di selatan Jawa.
Pola tektonik yang berkembang di Pulau Sumatera dipengaruhi oleh aktivitas
tektonisme yang bekerja yaitu subduksi. Ada 2 (dua) subduksi yang bekerja di
Pulau Sumatera yaitu utara dan selatan. Ada 3 sistem tektonik yang terdapat di
Pulau Sumatera yaitu sistem subduksi Sumatera, sistem sesar Mentawai
(Mentawai Fault System) dan sistem sesar Sumatera (Sumatera Fault System).
Sumatra dapat dibagi menjadi 5 bagian (Darman dan Sidi, 2000):
Sunda outer-arc ridge, berada sepanjang batas cekungan fore-arc Sunda dan yang
memisahkan dari lereng trench.
Cekungan Fore-arc Sunda, terbentang antara akresi non-vulkanik
punggungan outer-arc dengan bagian di bawah permukaan dan volkanik back-
arc Sumatra.
Cekungan Back-arc Sumatra, meliputi Cekungan Sumatra Utara, Tengah, dan
Selatan. Sistem ini berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian
bawah Bukit Barisan.
Bukit Barisan, terjadi pada bagian axial dari pulaunya dan terbentuk terutama
pada Perm-Karbon hingga batuan Mesozoik.
Intra-arc Sumatra, dipisahkan oleh uplift berikutnya dan erosi dari daerah
pengendapan terdahulu sehingga memiliki litologi yang mirip pada fore-
arc dan back-arc basin.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI
http://ceritageologi.wordpress.com/2013/02/01/evolusi-tektonik-pulau-sumatera/
(Diakses pada 24 Maret 2017 20.00 WIT)
http://one-geo.blogspot.com/2010/01/sejarah-terbentuknya-pulau-sumatera.html
(Diakses pada 24 Maret 2017 20.00 WIT)
http://smile-nd.blogspot.com/2012/12/kondisi-fisis-dan-potensi-fisik-pulau.html
(Diakses pada 24 Maret 2017 20.00 WIT)
http://smiatmiundip.wordpress.com/2012/05/17/perkembangan-tektonik-pulau
sematera/ (Diakses pada 24 Maret 2017 20.00 WIT)