Oleh: DUROTUL ALFIYAH G1D013051 COMPREHENSIVE 2 BLOCK SEMESTER VII
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2016 A. DEFINISI Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia yang berarti peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus) (Mansjoer, 2014). Menurut Ngastiyah (2005) bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti jamur, bakteri, virus, dan benda asing. Selain itu, menurut Smeltzer & Bare (2005) bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang mengenai daerah bronkus dan sekitar alveoli. B. ETIOLOGI Menurut Sandra (2001) penyebab bronkopneumoni adalah: 1. Bakteri: Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti: Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. 2. Virus: Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. 3. Jamur: Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. 4. Protozoa: Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. 5. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru. 6. Terjadi karena kongesti paru yang lama. C. PATOFISIOLOGI Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, haemophilus influenza atau karena aspirasi makanan dan minuman (Smeltzer & Bare, 2005). Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut: 1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. D. PATHWAY Bakteri, virus, jamur, atau protozoa
Saluran pernapasan atas
Kuman berlebih di bronkus kuman terbawa di infeksi saluran
saluran pencernaan pernapasan bawah
Proses inflamasi infeksi saluran pencernaan dilatasi PD peningkatan edema
suhu antara Akumulasi sekret peningkatan flora eksudat plasma kapiler dan di bronkus normal dalam usus masuk alveoli septikimia alveoli
bersihan mukus usus dalam plasma metabolisme Bersihan jalan bronkus pengerasan jalan napas meningkat malabsorbsi gangguan evaporasi dinding paru napas Gangguan tidak pertukaran meningkat tidak pertukaran gas efektif bau mulut diare gas efektif penurunan compliance anoreksia paru Gangguan keseimbangan intake keseimbangan cairan dan elektrolit suplai O2 berkurang cairan dan elektrolit menurun
Nutrisi kurang hiperventilasi hipoksia
dari kebutuhan dispneu metabolisme anaerob meningkat retraksi dada/ nafas cuping akumulasi asam laktat hidung fatigue Gangguan pola napas intoleransi Intoleransi aktivitas E. MANIFESTASI KLINIK Menurut Ngastiyah (2005), manifestasi klinik pada bronkopneumonia adalah: 1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan: nyeri pleuritik, nafas dangkal, mendengkur, dan takipnea. 2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi mengecil, kemudian menjadi hilang, krekels, ronkhi, dan egofoni. 3. Gerakan dada tidak simetris. 4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium. 5. Diafoesis 6. Anoreksia 7. Malaise 8. Batuk kental, produktif: Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat 9. Gelisah 10. Sianosis: Area sirkumoral, dan dasar kuku kebiruan. 11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati F. PENATALAKSAAN Penatalaksaan untuk bronkopneumoni menurut Mansjoer (2014) yaitu: 1. Oksigen 1-2 liter per menit. Jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan 2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang nasogastrik dengan feeding drip. 3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transport muskusilier. 4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit. 5. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri. 6. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat. 7. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan e 8. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas. 9. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif. 10. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada bronkopneumoni menurut Mansjoer (2014) dapat digunakan cara: 1. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan darah: Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). b. Pemeriksaan sputum: Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia. e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. 2. Pemeriksaan radiologi a. Rontgen thoraks Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan nafas tersumbat oleh benda padat. H. KOMPLIKASI Komplikasi dari bronchopneumonia menurut Wong (2006) adalah: 1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang. 2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura. 3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang. 4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial 5. 5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. I. PENGKAJIAN FOKUS 1. Pengkajian fokus a. Demografi meliputi; nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. b. Keluhan utama: Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar. c. Riwayat penyakit sekarang: Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturutturut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku. d. Riwayat penyakit dahulu: Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap. e. Riwayat penyakit keluarga: Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok. f. Pola pengkajian 1) Pernafasan Gejala: Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus. Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan hidung) Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk barel), gerakan difragma minimal. 2) Sirkulasi Gejala: Pembengkakan ekstremitas bawah Tanda: Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardi, disritmia, distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit/membrane mukosa : normal atau abu-abu/sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia. 3) Makanan/cairan Gejala: Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema), dan ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan Tanda: Turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali. 4) Aktifitas/istirahat
Gejala: Keletihan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-
hari karena sulit bernafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat Tanda: Keletihan, gelisah/insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot 5) Integritas ego Gejala: Peningkatan faktor resiko Tanda: Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang 6) Hygiene Gejala: Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas sehari- hari Tanda: Kebersihan buruk, bau badan. 7) Keamanan Gejala: riwayat alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya infeksi berulang. J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen. 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. 4. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia. K. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan hasil 1 Bersihan Jalan NOC : NIC : Nafas tidak Respiratory status : Airway suction Efektif Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal Respiratory status : suctioning Airway patency b. Auskultasi suara nafas sebelum dan Aspiration Control sesudah suctioning. c. Informasikan pada klien dan keluarga Kriteria Hasil : tentang suctioning a. Mendemonstrasikan d. Minta klien nafas dalam sebelum batuk efektif dan suction dilakukan. suara nafas yange. Berikan O2 dengan menggunakan bersih, tidak ada nasal untuk memfasilitasi suksion sianosis dan nasotrakeal. dyspneu (mampuf. Gunakan alat yang steril sitiap mengeluarkan melakukan tindakan. sputum, mampug. Anjurkan pasien untuk istirahat dan bernafas dengan napas dalam setelah kateter mudah, tidak ada dikeluarkan dari nasotrakeal. pursed lips) h. Monitor status oksigen pasien. b. Menunjukkan jalani. Ajarkan keluarga bagaimana cara nafas yang melakukan suksion. paten(klien tidakj. Hentikan suksion dan berikan oksigen merasa tercekik, apabila pasien menunjukkan irama nafas, bradikardi, peningkatan saturasi O2, frekuensi pernafasan dll. dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas 2 Pola Nafas tidak NOC : NIC : efektif a. Respiratory status : Airway Management Ventilation a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin Definisi : b. Respiratory status : lift atau jaw thrust bila perlu. Pertukaran udara Airway patency b. Posisikan pasien untuk inspirasi dan/atau c. Vital sign Status memaksimalkan ventilasi ekspirasi tidak Kriteria Hasil : c. Identifikasi pasien perlunya adekuat a. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan batuk efektif dand. Pasang mayo bila perlu suara nafas yange. Lakukan fisioterapi dada jika perlu bersih, tidak adaf. Keluarkan sekret dengan batuk atau sianosis dan suction. dyspneu (mampug. Auskultasi suara nafas, catat adanya mengeluarkan suara tambahan sputum, mampuh. Lakukan suction pada mayo bernafas dengani. Berikan bronkodilator bila perlu. mudah, tidak adaj. Berikan pelembab udara Kassa basah pursed lips) NaCl Lembab b. Menunjukkan jalank. Atur intake untuk cairan nafas yang mengoptimalkan keseimbangan. paten(klien tidakl. Monitor respirasi dan status O2 merasa tercekik, irama nafas,Terapi Oksigen frekuensi pernafasana. Bersihkan mulut, hidung dan secret dalam rentang trakea normal, tidak adab. Pertahankan jalan nafas yang paten suara nafasc. Atur peralatan oksigenasi abnormal) d. Monitor aliran oksigen c. Tanda Tanda vitale. Pertahankan posisi pasien dalam rentangf. Onservasi adanya tanda tanda normal (tekanan hipoventilasi darah, nadi,g. Monitor adanya kecemasan pasien pernafasan) terhadap oksigenasi 3 Gangguan NOC : NIC : Pertukaran gas a. Respiratory Status :Airway Management Gas exchange a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin b. Respiratory Status : lift atau jaw thrust bila perlu ventilation b. Posisikan pasien untuk c. Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi Kriteria Hasil : c. Identifikasi pasien perlunya a. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan peningkatan d. Pasang mayo bila perlu ventilasi dane. Lakukan fisioterapi dada jika perlu oksigenasi yangf. Keluarkan sekret dengan batuk atau adekuat suction b. Memelihara g. Auskultasi suara nafas, catat adanya kebersihan paru suara tambahan paru dan bebas darih. Lakukan suction pada mayo tanda tanda distressi. Berikan bronkodilator bial perlu pernafasan j. Barikan pelembab udara c. Mendemonstrasikan k. Atur intake untuk cairan batuk efektif dan mengoptimalkan keseimbangan. suara nafas yangl. Monitor respirasi dan status O2 bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) d. Tanda tanda vital dalam rentang normal 4 Ketidakseimbang NOC : NIC : an nutrisi kurang Nutritional Status : Nutrition Management dari kebutuhan food and Fluid Intake a. Kaji adanya alergi makanan tubuh Kriteria Hasil : b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk a. Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien. dengan tujuan c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan b. Berat badan ideal intake Fe sesuai dengan tinggi d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan badan protein dan vitamin C c. Mampu e. Berikan substansi gula mengidentifikasi f. Yakinkan diet yang dimakan kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk d. Tidak ada tanda mencegah konstipasi tanda malnutrisi g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah e. Tidak terjadi dikonsultasikan dengan ahli gizi) penurunan berat h. Ajarkan pasien bagaimana membuat badan yang berarti catatan makanan harian. i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi k. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A. 2014. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: FKUI.
Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC. Sandra, M. 2001. Pedoman praktik keperwatan. Jakarta: EGC. Smeltzer, dan Bare. 2005. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC. Wong, W. 2006. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC