Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Toksikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia yang merugikan
terhadap organisme hidup.
Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya
menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa
satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif,
kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang
sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya.
Dalam kehidupan sehari hari dapat dijumpai berbagai macam zat kimia yang
menganduk racun (toxic). Zat zat kimia ini dapat ditemukan di lingkungan,pada bahan
makanan, obat obatan dan lain sebagainya.
Zat kimia yang sering kita jumpai dapat berupa padat, cair dan gas.
Zat zat ini jika terpapar pada manusia, maka akan menyebabkan toksisitas atau keracunan
yang berdampak pada kesehatan manusia. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran akan
pentingnnya melindung diri dari bahan bahan yang mengandung zat zat kimia dan juga
dari pola hidup masyarakat yang semakin hari semakin menuju pada arah yang lebih modern
namun sangat beresiko pada kesehatan maunisia itu sendiri.
Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah tentang berbagai
efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek
berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu terjadi.

1
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN BENTUK BENTUK BAHAN KIMIA

Bahan kimia beracun (toxic) adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh
karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada umumnya zat toksik masuk
lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ
tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu
seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam
tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang.
Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, dan
keringat.

Bahan kimia beracun dapat di klasifikasikan menurut keadaan fisik nya yaitu gas, debu
(padat) dan cair.

1. Bahan Kimia Berbentuk Gas


Bahan kimia berbentuk gas berupa :
a. Hidrogen sianida (HCN)
Hidrogen Sianida merupakan gas yang tidak berasa dan memiliki bau pahit yang
seperti bau almond. Kebanyakan orang dapat mencium baunya, tetapi ada beberapa
orang yang karena masalah genetiknya tidak dapat mencium bau HCN. Hidrogen
sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai asam
prussit dan asam hidrosianik. Dalam bentuk cairan, HCN tidak berwarna atau dapat
juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat volatile dan mudah
terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak juga sangat
mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan.
b. Gas NH3 (Amonia)
Gas ini tidak berwarna berbau tajam, sangat korosif dan berbaya terhadap saluran
pernapasan( hidung dan tenggorokan), bersifat korosif bila bereaksi dengan bahan
oksidator, halogen dan asam-asam kuat, cairan NH3 bersifat explosif terhadap
logam berat (Ag,Pb dan Zn) dan garam garam terutama garam halide
Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
pembengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas.
c. Gas Karbonmonoksida (CO)
Gas Karbonmonoksida adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa.
Gas ini adalah gas yang terbentuk ketika terjadi pembakaran yang tidak selesai

2
misalnya pada mesin kendaraan atau di dalam peralatan memasak yang
menggunakan batubara atau bahan bakar fosil lainnya.

2. Bahan Kimia Berbentuk Padat (Debu)


Bahan kimia berbentuk padat biasanya terdapat paling banyak dalam bahan kimia
yang berbentuk logam. Logam ditemukan paling banyak dalam alam, umumnya
logam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, di lain pihak logam juga sangat
berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila terdapat dalam makanan,air dan udara.
Bahan kimia berbentuk padat diantaranya:
a. Timbal
Timbal tersebar luas di alam di banding dengan logam toksik lainnya. Kadar dalam
lingkungan biasanya terdapat karena peleburan, pertambangan, dan penggunaan
dalam industri. Biasanya kadar Pb dalam tanah berkisar antara 5- 25 mg/kg.
Produksi penambangan logam timbal dunia sampai tahun 1974 telah mencapai
hasil 3.844.687 ton logam timbal murni .
Penggunaan timbal dalam industri biasanya digunakan sebagai zat tambahan bahan
bakar dan pigmen timbal dalam cat, yang merupakan penyebab utama
meningkatnya peningkatkan kadar Pb di lingkungan. Air minum dapat tercemar
oleh Pb karena penggunaan pipa berlapis timbal dan pipa PVC. Tima hitam atau Pb
yang ada dalam udara bersumber dari gas buangan kendaraan bermotor. Melalui
buangan mesin kendaraan tersebut unsur Pb yang terbuang ke udara sebagiannya
membentuk partikuler di udara bebas dengan unsur-unsur lain , sedangkan yang
lainnya menempel dan di serap oleh daun tumbuh-tumbuhan yang ada sepanjang
jalan .
Sifat-sifat logam timbal / Pb :
a) Merupakan logam yang lunak sehingga dapat di potong dan di bentuk dengan
tangan .
b) Merupakan logam yang tahan terhadap korosi .
c) Mempunyai kerapatan yang lebih besar di bandingkan dengan logam-logam
biasa.
d) Bukan merupakan penghantar listrik yang baik .
b. Kadmium
Berdasarkan sifat-sifat fisiknya berwarna putih seperti perak. Logam kadmium di
gunakan sebagai bahan stabilisasi pewarna dalam industri plastik dan pada
elektroplating. Penggunaan Cd di temukan dalam industi pencerupan , fotografi dll.
Kadmium terdapat di alam terutama didalam biji timbal dan zink. Logam ini
banyak dilepaskan di daerah dekat tambang dan di daerah peleburan logam-logam.
Kadmiun digunakan sebagai pigmen (misalanya dalam keramik), dalam

3
penyepuhan listrik dan pembuatan baterai alkali. Kadarnya diudara biasanya dalam
rentang nanogram/meter kubik, tetapi dapat berjumlah beberapa miligram/meter
kubik di tempat kerja tertentu. Sedangkan kadarnya dalam air sangat rendah
kecuali di daerah yang tercemar. Sebagian besar makanan mengandung sejumlah
kecil kadmium. Padi-padian dan produk biji-bijian merupakan sumber utama Cd.
Daging,unggas dan ikan mempunyai kadar Cd yang relatif rendah, sedangkan
kadar dalam hati, ginjal dan kerang-kerangan sangat tinggi. Kadarnya dalam
lingkungan meningkat karena peleburan dan penggunaannya dalam industri.
Sumber lainnya adalah penggunaan sisa lumpur kotor sebagai pupuk tanaman
pangan. Manusia juga dapat terpajan Kadmium melaui asap rokok.
c. Arsen
Sumber utama pajanan pada manusia adalah makanan yang mengandung kurang
dari 1 mg/kg. Tetapi kadarnya dalam makanan hasil laut mencapai 5 mg/kg. Arsen
merupakan logam yang dengan mudah ditemukan di mana-mana, namun kadar
dalam air dan udara biasanya rendah.
d. Belirium
Menyebar ke dalam lingkungan terutama dalam pembakaran bahan bakar fosil .
Logam ini di gunakan dalam pabrik keramik. Belirium di pakai dalam bidang-
bidang nuklir ruang angkasa dan industri lainnya.
e. Kromium
Terdapat dalam biji tambang . penambangan,peleburan,dan penggunaan industri
cenderung meningkatkan kadarnya dalam lingkungan. Logam ini digunakan untuk
membuat baja anti karat, berbagai aloi dan pigmen. Pabrik berbahan dasar fosil dan
pabrik semen juga menjadi sumber pencemar. Kadarnya dalam air,uadara dan
makanan biasanya sangat rendah sehingga sumber utama pajanan pada manusia
terjadi pada tempat kerja. Kromium dapat masuk dalam air disebabkan oleh faktor
fisika seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Selain itu debu debu partikel
kromium di udara akan di bawah turun oleh air hujan. Sumber sumber lainnya
yaitu melaui aktifitas manusia berupa limbah atau buangan industri sampai
buangan rumah tangga.
f. Nikel
Nikel terdapat dalam biji tambang dan di tempat peleburan serta industri. Nikel
digunakan dalam industri pembuatan kontak lisrik dan baterai listrik. Nikel juga
dilepaskan pada waktu gasifikasi batu bara.
3. Bahan Kimia Berbentuk Cair
Bahan kimia berbentuk cair biasanya terdapat dalam pestisida.

4
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama
yang digunakan secara global dalam produksi makanan, serat dan kayu pengelolaan
tanah masyarakat, pengendalian serangga-serangga pembawa penyakit, hama rumah
tangga dan kebun.
Pestisida di klasifikasikan lagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Insektisida
Insektisida merupakan kelompok pestisda yang tebesar yang terdiri atas beberapa
sub-kelompok kimia yang berbeda. Pada saat ini penggunaan insektisida mencakup
kurang lebih 35% dari seluruh penggunaan pestisida di bidang pertanian.
Sedangkan diluar pasaran pertanian insektisida tetap merupakan pembasmi hama
terpilih. Insektisida terdiri dari :
1) Insektisida organofosfat
Insektisida ini terdiri atas ester asamfosfat atau asam tiofosfat. Insektisida ini
bekerja menghambat asetilkolinesterase (AchE), mengakibatkan akumulasi
asetilkolin (ACh). ACh yang berlebihan mengakibatkan berbagai jenis simtom
dan tanda tanda dengan tingkat penghambatan kolinesterase dalam darah,
tetapi hubungan yang tepat tergantung pada senyawanya.
2) Insektisida Karbamat
Insektisida karbamat merupakan ester asam N/metil karbamat. Zat ini bekerja
menghambat AchE tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut jauh lebih
reversibel daripada efek insektisida organofosfat.
3) Insektisida Organoklorin
Insektisida organoklorin adalah insektisida yang meliputi turunan etena berklor,
siklodien dan heksakloroksikloheksan. Salah satu jenis insektisida ini ini adalah
DDT. DDT dipergunakan karena toksisitas akutnya relatif rendah dan mampu
bertahan lama dalam lingkungan sehingga tidak perlu disemprotkan berulang
kali.
4) Insektisida tanaman dan Insektisida lain
Insektisida ini antara lain nikotin dari tembakau. Zat ini sangat toksik secara
akut dan bekerja pada susunan saraf.
b. Herbisida
Herbisida merupakan zat insektisida yang digunakan untuk membersihkan rumput
liar dari lahan masyarakat sepanjang rel kereta, tambak atau tanggul, sisi jalan,
saluran irigasi, lapangan golf, dan halaman kebun.
c. Fungisida
Fungisida yaitu fungisid yang sangat efektivitas dan telah digunakan secara luas
untuk mengawetkan butir padi padi, apel, kentang, kacang tanah dan tomat.
Fungisida bekerja hanya pada pemukaan sehingga menghanguskan pemakaian
yang berulang ulang pada tanaman baru yang sedang tumbuh.

5
d. Rodentisida
Rodentisida adalah suatu anti koagulan yang bekerja sebagai anti-metabolik
Vitamin K dengan demikian dapat menghambat pembentukan protombin. Bahan
kimia ini telah digunakan secara luas karena toksisitasnya hanya terlihat ketika
setelah termakan berulang kali suatu peristiwa yang tidak mungkin terjadi pada
anak anak dan hewan peliharaan.
e. Fumigan
Fumigan yaitu pestisida yang mencakup beberapa gas cairan yang mudah menguap
dan zat padat yang melepaskan berbagai gas lewat reaksi kimia. Dalam bentuk gas,
zat ini menembus daerah pengimpangan dan tanah untuk mengendalikan serangga-
serangga , hewat pengerat dan nematoda tanah.

B. HUBUNGAN BENTUK FISIK BAHAN KIMIA TERHADAP TOKSISITAS


1. Hubungan Zat Kimia Berbentuk Gas Terhadap Toksisitas
a. HCN (Asam Sianida)
Masuknya sianida ke dalam tubuh tidak hanya melewati saluran pencernaan tetapi
dapat juga melalui saluran pernafasan, kulit dan mata. Jika sianida yang masuk ke
dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi
tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan
berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam
tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu untuk mengubah sianida
menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12. Ketika kita kontak
dengan racun, maka kita disebut terpejani racun. Efek dari suatu pemejanan,
sebagian tergantung pada berapa lama kontak dan berapa banyak racun yang
masuk dalam tubuh, sebagian lagi tergantung pada berapa banyak racun dalam
tubuh yang dapat dikeluarkan. Selama waktu tertentu pemejanan dapat terjadi
hanya sekali atau beberapa kali. Pada dasarnya setelah zat beracun masuk kedalam
tubuh, suatu ketika dapat terdistribusi kedalam cairan ekstrasel dan intrasel.
Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologis yang sama dengan kekurangan
oksigen dari semua kofaktor dalam sitorom dalam siklus respirasi Gas sianida
sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka
waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, Dalam konsentrasi rendah,
sekitar 15-30 menit baru menimbulkan efek terhadap tubuh, sehingga masih bisa di
selamatkan dengan pemberian antidotum. Tanda awal dari keracunan sianida
adalah :
Hiperpnea sementara, Nyeri kepala
Dispnea, Kecemasan

6
Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga
dapat muncul.

Gejala yang dapat timbul ketika terpajan racun sianida yaitu :


susah bernafas, denyut nadi cepat
Lemah, Tremor
Mata Terbelalak, kembung dan kadang-kadang terjadi salivasi dan muntah
Kejang-kejang
Lapisan mukosa berwarna merah terang

Jika seseorang telah tertelan dari hidrogen sianida maka menjadi sangat fatal.
Karena sianida sangat mudah masuk ke dalam saluran pencernaan. Dan akan
mengganggu sistem pencernaan dalam tubuh dengan merusak zat-zat dalam tubuh.
Dan tidak perlu melakukan atau merangsang korban untuk muntah, karena sianida
sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran pencernaan.

b. Gas NH3 (Amonia)


Amonia ada di dalam air tanah secara alamiah dengan jumlah kurang dari 0,2 ppm.
Kandungan yang lebih tinggi dijumpai pada air tanah yang berhumus atau dalam
hutan dengan konsentrasi mencapai 3 ppm, sedangkan air permukaan kandungan
amonianya dapat mencapai 12 ppm (Fawel dkk., 1996) Amonia dapat bersifat
racun pada manusia jika jumlah yang masuk tubuh melebihi jumlah yang dapat
didetoksifikasi oleh tubuh. Pada dosis lebih dari 100 mg/kg setiap hari (33,7 mg
ion amoniumper kg berat badan per hari) dapat mempengaruhi metabolisme
dengan mengubah kesetimbangan asam-basa dalam tubuh, mengganggu toleransi
terhadap glukosa dan mengurangi kepekaan jaringan terhadap insulin (Fawel dkk.,
1996)
Amonia dalam bentuk gas bersifat mengiritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan.
Apabila terhirup akan mengiritasi hidung, tenggorokan dan jaringan mukosa. Iritasi
terjadi pada konsentrasi mulai 130 ppm sampai dengan 200 ppm. Pada konsentrasi
400-700 ppm dapat mengakibatkan kerusakan permanen akibat iritasi diorgan mata
dan pernafasan. Toleransi paparan singkat maksimum pada konsentrasi 300-500
ppm selama setengah sampai 1 jam. Paparan pada konsentrasi sebesar 5000-10000
ppm dapat menyebabkan kematian (Brigden dan Stringer, 2000).
c. Karbon Monoksida (CO)

7
Dijuluki sebagai silent killer(pembunuh diam-diam). Keberadaan gas CO akan
sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia karena gas itu akan menggantikan
posisi oksigen yang berkaitan dengan haemoglobin dalam darah. Gars
Karbonmonoksida sering ditemukan pada asap kendaraan bermotor ataupun mobil.
Gas CO akan mengalir ke dalam jantung, otak, serta organ vital. Ikatan antara CO
dan haemoglobin membentuk karboksihaemoglobin yang jauh lebih kuat 200 kali .
dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan haemoglobin. Keracunan gas
karbon momoksida gejala didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, rasa lelah,
berkeringat banyak, pyrexia, pernafasan meningkat, confusion, gangguan
penglihatan, kebinganan, hipotensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit dada
mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada. Kematian
kemungkinan disebabkan karena sukar bernafas dan edema paru. Kematian akibat
keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat
seluler (seluler hypoxia). Sel darah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga
gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel
darah merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO)
dari pada oksigen (O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan
cenderung berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan
dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin
sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat
mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen.
2. Hubungan Zat Kimia Berbentuk Padat Terhadap Toksisitas
a. Timbal (Pb)
Sistem hematopeotik sangat peka terhadap efek Pb. Timbal yang masuk dalam
tubuh dapat menyebabkan anemia klinis. Meskipun anemia klinis hanya tampak
jelas bila terjadi pajanan moderat terhadap Pb dengan kadar dalam darah sekitar 50
mg/dl. Beberapa efek lain dapat diamati pada tingkat pajanan yang jauh lebih
rendah. ambat alat menjadi jelas pada kadar Pb darah sedikit lebih tinggi dari 10
mg/dl dan kadar korfirin eritrosit bebas sebesar 20-25 mg/dl. Susunan saraf juga
merupakan sasaran utama Pb setelah tingkat pajanan tinggi dengan kadar Pb darah
di atas 80 mg/dl, dapat terjadi ensefalogopati. Terjadi kerusakan pada arterior dan
kapiler yang mengakibatkan edema otak, meningkatkan tekanan caira
serebrospinal, degenerasi neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis
kelainan ini di sertai dengan munculnya ataksia, stupor, koma, dan kejang-kejang.
Pada anak anak sindroma klinis ini dapat terjadi pada kadar darah sebesar 70

8
mg/dl. Pada kadar yang lebih rendah lagi 40-50 mg/dl anak-anak dapat
menunjukan hiperaktifitas berkurangnya masa perhatian dan skor IQ sedikit
menurun. Manifestasi yang begitu tidak nyata ini mungkin akibat kerusakan fungsi
neuron transmiter dan ion kalsium.
Timbal menyebabkan degenerasi sel schwann di ikuti dengan deeliminasi dan
mungkin juga degenerasi akson. Sindroma ini terjadi di antara pekerja pabrik.
b. Kadmium (Cd)
Efek akut pajanan Cd terutama mengakibatkan iritasi lokal. Setelah termakan,
manifestasi klinisnya berupa mual, muntah dan nyeri perut. Setelah penghirupan,
efek yang di timbulkannya antara lain: edema paru-paru dan pneumonotis kimia.
Kadmium dieksresi sangat lamban dngan waktu paruh 30 tahun. Setelah pajanan
lama kerusakan ginjal menonjol tempat kerja utamanya di tubulus proksimal.
Kerusakan di tubulus ini biasanya setelah mencapai kadar 200 g/g. kerusakan
tubulus ini mengakibatkan ketidakmampuan untuk menyerap protein molekul
kecil. Efek pada system pernafasan disebabkan oleh pajanan lewat penghirupan.
Bronkitis kronis, fibrosis progresif pada saluran nafas bagian bawah,dan
pecahnya sekat antara alveoli yang menyebabkan emfisema. Efek lain adalah
hipertensi yang merupakan akibat retensi natrium, hiperreninemia dan kanker
prosat menyerang para pekerja terutama pria.
c. Arsen (As)
Sumber utama pajanan manusia adalah makanan, yang mengandung kurang dari
1 mg/kg, tetapi kadarnya dalam makanan hasil laut dapat mncapai 5 mg/kg.
Kanker paru-paru dapat terjadi pada karyawan yang terpajan di tempat peleburan
tembaga dan pabrik yang memproduksi pestisida yang mengandung As.
As tidak besifat karsingenik bagi hewan. Efek lain mencakup toksisitas pada
parenkim hati yang secara klinis menyebabkan ikterus pada stadium awal dan
berikutnya sirosis dan asites. Ecara akut senyawa As dalam dosis sangat besar
menyebakan kelainan pada saluran cerna dengan muntah-muntah dan diare
berdarah, kejang otot dan kelainan jantung (WHO 1981).
d. Berilium
Efek toksiknya pada paru-paru ditandai oleh garnuloma yang kemudian menjadi
jaringan fibrotic setelah terjadi kontak dengan kulit berilium menyebabkan
sensasi hipersensitifitas kulit.
e. Kronium
Kronium dapat menyebabkan kanker paru-paru bagi pekerja yang terpapar logam
ini. Kromium penyebab kanker bersiat korosif dan tidak larut dalam air.
f. Nikel
Nikel menyebabkan kanker pada paru-paru pada laring, lambung dan ginjal.

9
3. Hubungan Zat Kimia Berbentuk Cair Terhadap Toksisitas
Penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus -menerus
akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi
pada produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan
produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak
buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami keracunan baik akut maupun
kronis yang berdampak pada kematian. Salah satu dampak dari keracunan pestisida
organofosfat dan karbamat adalah anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar hemoglobin dalam darah berkurang dari normal, yang berbeda untuk setiap
jenis kelompok usia dan jenis kelamin. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah
gelisah, diaforesis (keringat dingin), sesak nafas, kolaps sirkulasi yang prosesif cepat
atau syok. Kejadian keracunan akibat pestisida pada petani dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor baik oleh faktor lingkungan maupun faktor perilaku petani itu sendiri
dalam setiap kontak dengan pestisida. Kejadian keracunan pestisida dan anemia tidak
memiliki tanda dan gejala yang spesifik. Deteksi dini mengenai keracunan pestisida
dan kejadian anemia sangat perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya gangguan
kesehatan yang kronis dan mematikan

10
11

Anda mungkin juga menyukai