Anda di halaman 1dari 14

Etika

Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti watak,
adat ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kesediaan
jiwa seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan (Kencana
Syafiie, 1993). Dalam konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia
dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip
dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai
ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun mahluk
sosial (etika sosial)

Beberapa motivasi manusia berprilaku baik dan berprilaku buruk dan jahat.

Motivasi manusia berprilaku baik, antara lain:


a. Karena adanya kesadaran moral (hati nurani). Manusia berbuat baik, untuk kebaikan itu
sendiri (Immanuel .Kant: Imperatif Kategoris).
b. Karena takut akan sanksi yang diterimanya, karena sanksi /hukuman pada hakekatnya adalah
memberikan rasa yang tidak enak, tidak nyaman.
c. Karena merasa bahagia (senang).
d. Karena merasa berguna berguna (bermanfaat), menurut faham Utilitarisme.
e. Supaya dapat pujian, simpatis
f. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
g. Merasakan kedamaian dan ketentraman hidup.
Motivasi manusia berprilaku buruk/ jahat, antara lain:
a. Karena keterpaksaan, merasa tidak ada jalan lain, walaupun sejatinya hidup adalah pilihan.
b. Karena mudah dan cepat mencapai tujuan (menghalalkan segala cara).
c. Tidak takut akan sanksi yang diterimanya
d. Karena kebiasaan dan pengaruh lingkungan
e. Karena tidak tegak dan tegasnya aturan dan sanksi.
f. Meredup dan hilangnya hati nurani sehingga kedap terhadap penderitaan orang lain.

Maka untuk menjaga:

1. Keberadaan dan tumbuhnya hati nurani di dalam hati, supaya kita, mau dan berani untuk
intropeksi, jawa: mulat sariro hangrosowani (mau dan berani memeriksa bathin dan perbuatan
kita, dan sekaligus berani menyalahkan dan memberi hukuman untuk diri sendiri). Jika
melakukan kesalahan, cepat diketahui dan cepat minta maaf dan bertobat serta berjanji tidak
akan mengulangi lagi.
2. Terhindar dari prilaku dosa dan buruk/jahat, kita harus selalu sadar bahwa kita sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk beragama, maka sebagai konsekuensinya harus taat hukum
Tuhan (hubungan secara vertikal antara Tuhan dan manusia).

Selain itu kita juga harus sadar secara kodrati manusia adalah makhluk sosial (Zoon
Politicon, Homo Socius), maka kita harus hidup bersama orang lain, bahkan berbuat
sesuatu untuk kebaikan/kesejahteraan lain orang lain. Konsep mencintai sesama itu bisa kita
temukan dalam filosofis jawa, yakni Asih mring sesamaning dumadi (mencintai sesama
ciptaan Tuhan), dalam agama Kristiani (konsep cinta kasih): Kasihilah sesamamu seperti
dirimu sendiri, dalam agama Hindu: Tat Twam Asi (Itulah Kamu) Ahimsa (tanpa kekerasan
dari Mahatma Gandhi) Sosro Kartono( Tokoh Kebatinan Jawa): Adanya aku karena engkau,
dalam agama Islam: Rahmatan lil alamin( untuk kesejahteraan seluruh umat manusia), Homo
homini sallus: Aku ada, kalau berguna bagi orang lain. Dari konsep ini semua akan
menumbuhkan rasa simpati dan empati pada orang lain, sehingga jika berbuat jahat pada
orang lain, kita akan merasakan sebaliknya, bagaimana kalau kita yang mengalami sendiri,
dalam jawa disebut tepo sliro (seandainya saya sendiri yang mengalami).

Pada dasarnya etika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti
nilai baik dan buruk, nilai susila atau tidak susila, nilai kesopanan, kerendahan hati dan
sebagainya.

1.1 Sumber Kebaikan dan Keburukan


Sumber kebaikan dan keburukan kemauan bebas untuk memilih.

Teori kemauan bebas, yaitu: determinisme dan indeterminisme


a. Determinisme
Manusia sejak semula sudah ditetapkan atau direncanakan
Determinisme materialistis
Manusia serba materi Hukum alam
o Darwinisme: Manusia hasil perkembangan alamiah. Strunggle for life, survival of the
fittest = perjuangan hidup, siapa yang kuat dialah yang hidup terus menerus
o La Mettic ( Mesin), fourbach (atheisme)
Determinisme Religius
Kekuasaan Tuhan menjadi prinsip penetapan tingkah laku manusia
b. Indeterminisme
Manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat dan memilih
Tanpa kemauan bebas manusia tidak mungkin mengetahui moral yang baik
1.2 Kriteria tentang baik dan buruk
a. Hedonisme = Kenikmatan
b. Utilisme = Kemanfaatan
c. Vitalisme = Kekuatan hidup/Kekuasaan
d. Sosialisme = Pandangan Masyarakat
e. Religiusme = Sesuai dengan kehendak Tuhan
f. Humanisme = Kodrat Manusia (human-nature)
Religius dalam Islam memiliki lima kategori
1) Baik Sekali = Wajib
2) Baik = Sunnat
3) Netral = Mubah
4) Buruk = Makruh
5) Buruk Sekali = Haram
Humanisme
Tindakan yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia, tidak mengurangi
atau menentang kemanusiaan.
Kebaikan berdasarkan kodratnya kebaikan kodrati
Kebaikan yang mengatasi kodrat kebaikan adi kodrati/kebaikan wahyu Tuhan
Akal budi penerang baik buruknya tindakan
Hati nurani indeks (petunjuk), indeks (hakim, index (penghukum)

1.3 Pendekatan Etika


a. Normatif Etik : melalui penelaahan dan penyaringan ukuran- ukuran normatif seseorang
berperilaku sesuai dengan norma yang telah disepakati baik lisan maupun tulisan
b. Deskriptif Etik : sadar akan kebaikan etika tapi tidak merasa perlu mentaatinya secara
keseluruhan
c. Practical Etik : sadar memperlakukan etika sesuai status dan kemampuannya
1.4 Norma Dasar Etika (metaethics)
a. Norma ke-Tuhanan (Hablum Minallah)
Manusia berperilaku etika melaksanakan perintah/menjauhi larangan Tuhan

b. Norma kemanusiaan (Hablum Minannas)


Perilaku Etika berakibat baik pada kehidupan bersama

1.5 Prinsip-Prinsip Etika


The Great Ideas : A syntopicon of Great Books of western World. 120 macam ide agung
enam landasan prinsipil etika :
a. Prinsip keindahan (beauty)
Hidup ini indah/ bahagia
Penampilan yang serasi dan indah, penataan ruangan kantor
b. Prinsip persamaan (Equality)
Hakekat kemanusiaan persamaan / kesederajatan
Menghilangkan perilaku diskriminatif
Perlakuan pemerintah terhadap daerah/ warga negara harus sama tinggi rendahnya
urgensi/prioritas
c. Prinsip Kebaikan (Good)
Kebaikan sifat/karakterisasi dari sesuatu yang menimbulkan pujian

Good (baik)
Good persetujuan, pujian, keunggulan atau ketepatan
Kebaikan ilmu pengetahuan objektivitas. Kemanfaatan dan rasionalitas.
Kebaikan tatanan sosial sadar hukum, saling hormat

d. Prinsip Keadilan (justice)


Keadilan kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap

orang apa yang semestinya


Romawi Kuno (justice) Justice est contants et perpetua voluntas jus suum curque

tribuendi
e. Prinsip Kebebasan (library)
Kebebasan keleluasaan untuk bertindak/tidak bertindak berdasarkan

pilihan yang tersedia


Kebebasan :
Kemampuan menentukan diri sendiri
Kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan
Syarat-syarat yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan pilihan-pilihannya beserta
konsekuensinya
Kebebasan tidak ada tanpa tanggung jawab
Tak ada tanggung jawab tanpa kebebasan
f. Prinsip kebenaran (truth)
Teori-teori kebenaran
Kebenaran dalam pemikiran (truth in the mid)
Kebenaran dalam kenyataan (truth in the reality)
2. Moral
Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan peraturan lisan maupun tertulis tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar mnejadi manusia yang lebih baik.
Moral dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika suatu pemikiran kritis dan
mendasar tetang ajaran-ajaran dan pandangan moral dan etika merupakan ilmu pengetahuan
yang membahas prinsip-prinsip moralitas (Devos, 1987).
Etika merupakan tingkah laku yang bersifat umum universal berwujud teori dan
bermuara ke moral, sedangkan moral bersifat tindakan lokal, berwujud praktek dan berupa
hasil buah dari etika. Dalam etika seseorang dapat memahami dan mengerti bahwa mengapa
dan atas dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu, inilah kelebihan etika
dibandingkan dengan moral. Kekurangan etika adalah tidak berwenang menentukan apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang, sebab wewenang ini ada pada ajaran moral.
3. Norma
Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat atau
kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan dan pengendali sikap dan
tingkah laku manusia. Agar manusia mempunyai harga, moral mengandung integritas dan
martabat pribadi manusia. Sedangkan derajat kepribadian sangat ditentukan oleh moralitas
yang dimilikinya, maka makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang
tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, norma sebagai penuntun,
panduan atau pengendali sikap dan tingkah laku manusia.
4. Nilai
Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, namun
bukan objek itu sendiri.Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, yang kemudian nilai dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam
bersikap dan berperilaku baik disadari maupuin tidak disadari. Nilai merupakan harga untuk
manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, kemanusiaan (Kamus Bhasa
Indonesia, 2000).
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem (sistem
nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.
Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai
sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks
kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam memilih nilai-
nilai menempuh berbagai cara yang dapat dibedakan menurut tujuannya,
pertimbangannya, penalarannya, dan kenyataannya.
Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada segi-
segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik. Disamping teori nilai diatas,
Prof. Notonogoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian
dapat dirinci sebagai berikut
a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta.
b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (karsa,
etika)
d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusia kepada Tuhan
Nilai akan lebih bermanfaat dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka
harus lebiih di kongkritkan lagi secara objektif, sehingga mamudahkannya dalam
menjabarkannya dalam tingkah laku, misalnya kepatuhan dalam norma hukum, norma
agama, norma adat istiadat dll.
B. Etika Pancasila
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan buruk. Ranah
pembahasannya meliputi kajian praktis dan refleksi filsafati atas moralitas secara
normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas sebagai perbuatan sadar yang
dilakukan dan didasarkan pada norma-norma masyarakat yang mengatur perbuatan
baik (susila) dan buruk (asusila). Adapun refleksi filsafati mengajarkan bagaimana tentang
moral filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral tersebut dapat dijawab secara rasional
dan bertanggungjawab.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea keempat.
Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa pokok-pokok
pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan, keadilan, kerakyatan
dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan beradab) dijabarkan ke dalam pasal-pasal
Batang Tubuh. Dan menurut TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber, Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu-satunya sumber nilai
yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-
nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat Pancasila pada
dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut
melekat pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia. oleh
sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan
dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah nusantara.
Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafati; jika memahami
Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap
hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah segisegi fenomenalnya
saja, tanpa menyentuh inti hakikinya.
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan
antara penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak
membedakan unsur lain seperti gender, budaya, dan daerah.
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism,
karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saka. Sekalipun Pancasila
memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima oleh semua
bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai dan
disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral
bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila adalah milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus
menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-
nilai khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya.
Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu
berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Apabila kita
memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang pada
hakikatnya adalah nilai-nilai Pancasila.
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-pokok kaidah
Negara yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula konsep-konsep sebagai
sebagai berikut:
1. Dasar-dasar pembentukan Negara, yaitu tujuan Negara, asas politik Negara (Negara Republik
Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan Negara asas kerohanian Negara (Pancasila).
2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yaitu .. maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam suatu undang-undang dasar Negara Indonesia. Hal ini
menunjukkan adanya sumber hukum.

Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempunyai hakikat
dan kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengna jalan hukum apapun
tidak mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai
dasar yang fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila
tidak dapat diubah secara hukum. Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945.

Tataran nilai yang terkandung dalam Pancasila sesuai dengan system nilai dalam
kehidupan manusia. Secara teoritis nilai-nilai Pancasila dapat dirinci menurut jenjang
dan jenisnya.

1. Menurut jenjangnya sebagai berikut:


Nilai Religius ;
Nilai ini menempati nilai yang tertinggi dan melekat / dimiliki Tuhan Yang Maha Esa
yaitu nilai yang Maha Agung, Maha Suci, Absolud yang tercermin pada Sila pertama
Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nilai Spiritual ;
Nilai ini melekat pada manusia, yaitu budi pekerti, perangai, kemanusiaan dan
kerohanian yang tercermin pada sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Nilai Vitalitas;
Nilai ini melekat pada semua makhluk hidup, yaitu mengenai daya hidup,
kekuatan hidup dan pertahanan hidup semua makhluk. Nilai ini tercermin pada sila
ketiga dan keempat dalam Pancasila yaitu Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
Nilai Moral;
Nilai ini melekat pada prilaku hidup semua manusia, seperti asusila, perangai, akhlak,
budi pekerti, tata adab, sopan santun, yang tercermin pada sila kedua Pancasila yaitu
Kemanusiaan yang adil dan Beradab.
Nilai Materil;
Nilai ini melekat pada semua benda-benda dunia. Yang wujudnya yaitu jasmani,
badani, lahiriah, dan kongkrit. Yang tercermin dalam sila kelima Pancasila yakni
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Menurut jenisnya sebagai berikut:
Nilai Ilahiah
Nilai yang dimiliki Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat pada manusia yaitu
berwujud harapan, janji, keyakinan, kepercayaan, persaudaraan, persahabatan.
Nilai Etis
Nilai yang dimiliki dan melekat pada manusia, yaitu berwujud keberanian,
kesabaran, rendah hati, murah hati, suka menolong, kesopanan, keramahan.
Nilai Estetis
Nilai yang melekat pada semua makhluk duniawi, yaitu berupa keindahan, seni,
kesahduan, keelokan, keharmonisan.
Nilai Intelek
Nilai yang melekat pada makhluk manusia, berwujud ilmiah, rasional, logis,
analisis, akaliah. Selanjutnya secara konsepsional nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila terdiri dari nilai dasar, nilai instrumental, nilai praksis.
Nilai dasar
Merupakan prinsip yang bersifat sangat Abstrak, umum-universal dan tidak terikat
oleh ruang dan waktu. Dengan kandungan kebenaran bagaikan Aksioma, berkenaan
dengan eksistensi, sesuai cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya yang pada
dasarnya tidak berubah sepanjang zaman.
Nilai dasar Pancasila bersifat Abadi, Kekal, yang tidak dapat berubah, wujudnya ialah
sila-sila Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Juga dapat ditemukan dalam 4 alinea pembukaan UUD 1945 dan pokokpokok pikiran
yaitu;
Dalam pembukaan UUD 1945 :
Alinia 1= mencerminkan keyakinan kemerdekaan ialah hak segala bangsa,
perikemanusian dan perikeadilan. Konsekuensi logisnya adalah penghapusan penjajahan
diatas muka bumi.
Nilai Instrumental :
Berupa penjabaran nilai dasar, yaitu arahan kinerja untuk kurun waktu tertentu dan
kondisi tertentu. Sifat kontektual, harus disesuaikan dengan tuntutan jaman. Nilai
Instrumental berupa kebijakan, strategi, system, rencana, program dan proyek.
Pelaksanaan umum dari nilai dasar, biasanya dari wujud norma sosial ataupun norma
hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga- lembaga yang bersifat
dinamik. Menjabarkan nilai dasar yang umum kedalam wujud kongkrit, sehingga dapat
sesuai dengan perkembangan jaman, merupakan semacam tafsir politik terhadap nilai
dasar umum tersebut.
Nilai instrummental terpengaruh oleh waktu, keadaan, dan tempat, sehingga sifat
dinamis, berubah, berkembang, dan enovatif. Kontektualisasi nilai dasar harus dijabarkan
secara kreatif dan dinamik kedalam nilai instrumental penjabaran nilai dasar terwujud ke
dalam:
TAP MPR, PROPENAS UNDANG-UNDANG, DAN PERATURAN PELAKSANAAN.
Nilai Praksis
Nilai yang dilaksanakan dalam kenyataan hidup sehari-hari, istilah PRAKSIS tidak
seluruhnya sama maknanya dengan istilah PRAKTEK. Praksis harus selalu Pased on
Values, sedangkan Praktek bisa bersifat Value Free, maka secara hierarkhis praksisi berada
dibawah nilai instrumental dan menjabarkan nilai instrumental tersebut secara taat asas
(konsisten).
Merupakan interaksi antara nilai instrumental dengan situasi kongkrit
padatempat dan waktu tertentu.juga merupakan gelanggang pertarungan antara idealisme
dengan realitas, yang tidak dapat sepenuhnya kita kuasai, ada kalanya justru kondisi
objektif itu yang jauh lebih kuat dari nilai praksis berupa nilai yang sebenarnya kita
laksanakan dalam kehidupan kenyataan sehari-hari, contohnya = memelihara
persahabatan.
Berbagai wujud penerapan Pancasila dalam kenyataan sehari-hari, baik oleh para
penyelenggara Negara maupun oleh masyarakat Indonesia sendiri, misalnya dalam
kerukunan hidup beragama, praksisnya: silahturahmi antar umat beragama, melakukan
dialog antar umat beragama, toleransi dan saling menghormati.antar umat beragama.
Aktualisasi Pancasila sebagai dasar etika tercermin dalam sila-silanya, yaitu:

a. Sila pertama: menghormati setiap orang atau warga negara atas berbagaikebebasannya dalam
menganut agama dan kepercayaannya masing- masing, serta menjadikan ajaran-ajaran
sebagai anutan untuk menuntun ataupun mengarahkan jalan hidupnya.
b. Sila kedua: menghormati setiap orang dan warga negara sebagai pribadi (personal)
utuh sebagai manusia, manusia sebagai subjek pendukung, penyangga, pengemban,
serta pengelola hak-hak dasar kodrati yang merupakan suatu keutuhan dengan eksistensi
dirinya secara bermartabat.
c. Sila ketiga: bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi segmentasi- segmentasi
atau primordialisme sempit dengan jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal Ika-bersatu
dalam perbedaan dan berbeda dalam persatuan.
d. Sila keempat: kebebasan, kemerdekaan, dan kebersamaan dimiliki dan dikembangkan
dengan dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan secara jujur dan terbuka dalam
menata berbagai aspek kehidupan.
e. Sila kelima: membina dan mengembangkan masyarakat yang berkeadilan sosial yang
mencakup kesamaan derajat (equality) dan pemerataan (equity) bagi setiap orang atau
setiap warga negara.

Sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan integral dan integrative menjadikan
dirinya sebagai sebagai referensi kritik sosial kritis, komprehensif, serta sekaligus evaluatif
bagi etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa ataupun bernegara. Konsekuensi dan
implikasinya ialah bahwa norma etis yang mencerminkan satu sila akan mendasari dan
mengarahkan sila-sila lain.

Etika Kehidupan Berbangsa (Tap MPR No 01/MPR/2001)

a. Tanda-tanda mundurnya pelaksanaan etika berbangsa


1) Konflik sosial berkepanjangan
2) Berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam kehidupan sosial
3) Melemahnya kejujuran dan sikap amanah
4) Pengabaian ketentuan hukum dan peraturan
b. Faktor-faktor penyebab mundurnya pelaksanaan etika
1) Faktor internal :
Lemahnya penghayatan dan pengamalan agama
Sentralisasi di masa lalu
Tidak berkembangnya pemahaman/penghargaan kebinekaan
Ketidakadilan ekonomi
Keteladanan tokoh/pemimpin yang kurang
Penegakan hukum yang tidak optimal
Keterbatasan budaya lokal merespon pengaruh dari luar
Meningkatnya prostitusi, media pornografi, perjudian dan narkoba
2) Faktor Eksternal :
Pengaruh globalisasi
Intervensi kekuatan global dalam panutan kebijakan nasional
c. Pokok-Pokok Etika Berbangsa
1) Etika sosial budaya
2) Etika politik pemerintahan
3) Etika ekonomi dan bisnis
4) Etika penegakan hukum
5) Etika keilmuan
6) Etika lingkungan
d. Good Governance Sebagai Etika Pemerintahan
1) Partisipasi
2) Aturan Hukum (rule of law)
3) Transparansi
4) Daya tanggap (responsiveness)
5) Berorientasi konsensus (Consensus Orientation)
6) Berkeadilan (Equity)
7) Akuntabilitas (Accountability)
8) Bervisi strategis (Strategic vision)
9) Efektifitas dan efisiensi
10) Saling keterkaitan (interrelated)
e. Strategi/pendekatan peningkatan etika
1) Pendekatan larangan (Dont Approach)
2) Pendekatan Untung-rugi (Cost Benefit Approach)
3) Pendekatan sistem (system approach)
4) Pendekatan kerjakan (Do Approach)
C. Pancasila sebagai Solusi Problem Bangsa
Pakar etika politik Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa Pancasila dicetuskan
sebagai solusi dalam menghadapi berbagai masalah bangsa yang tersirat dalam lima sila di
dalamnya.
Pancasila yang dirumuskan oleh tokoh-tokoh besar pendiri bangsa ini merupakan
pedoman yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi problem atau permasalahan bangsa.
Masing-masing sila memiliki makna khusus yang sejatinya merupakan solusi pemecahan
masalah bangsa ini.
Pancasila yang lebih kita kenal sebagai ideologi dan dasar negara. Dimana di dalam
butir-butir Pancasila terdapat nilai-nilai yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat
Indonesia. Namun, nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dinilai belum
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. sehingga di era reformasi ini
masih banyak rakyat Indonesia yang belum dapat merasakan makna Pancasila yang
sebenarnya, yaitu menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan, kesatuan dan mensejahterakan
rakyat.
Kemiskinan, pendidikan yang mahal, keadilan yang diperjual-belikan, korupsi yang
merajalela serta tidak adanya kebebasan memeluk agama merupakan sedikit polemik yang
dihadapi rakyat pada saat sekarang ini. Banyak kesan yang didapat rakyat dari masalah-
masalah tersebut, namun mereka tidak sanggup untuk mengungapkannya. Sehingga seolah-
olah rakyat tidak dapat merasakan adanya Pancasila.
Pancasila lebih sering kita dengar di dalam upacara bendera, dan dijadikan syarat pokok
yang tidak boleh terlupakan didalam pelaksanaan upacara bendera. Dimana dapat kita sadari
bahwa Pancasila tersebut Mengandung nilai-nilai penting, yang apabila diimplementasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat mewujudkan sebuah Negara yang berdaulat
dan bermatabat, yaitu Negara yang menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan dan kesatuan.
Banyak kasus-kasus pada saat ini yang bertitik tolak dengan nilai-nilai yang terkandung
di dalam Pancasila seperti kasus mpok minah yang divonis 1,5 bulan kurungan dengan masa
percobaan 3 bulan akibat mencuri tiga buah kakao. Melihat dari kasus Mpok Minah tersebut
teringat oleh kita salah satu butir Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab. Dimana butir Pancasila tersebut Mengandung makna bahwa setiap warga Negara
mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum.
Tetapi bandingkan dengan kasus-kasus besar yang terjadi di Indonesia. Seperti korupsi
yang menjadi budaya di masyarakat kita. Birokrasi yang korup yang menjadikan masyarakat
kita terdidik secara tak langsung. Semua urusan bisa lancar apabila ada uang suap. Masalah
jeratan hukum bisa dibantu dan direkayasa dengan bantuan uang.
Bukan hanya masalah hukum, terdapat berbagai macam permasalahan dan persoalan
lainnya. Merosotnya moral bangsa, kerusakan lingkungan, kasus narkoba, dan sebagainya.
Pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.
Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna bahwa
Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama diakui di Indonesia) untuk
menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada paksaan dari siapa pun
untuk memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau
kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap warga
Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia berdasarkan atas
Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang
berlaku di masyarakat.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia
adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan
hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya mementingkan
segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan anarkisme. tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan
putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.
e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud bahwa
setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan
amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap
sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang merata bagi
seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama
menurut potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk
perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.
Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan dalam hal
mengenyam pendidikan.

Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di implikasikan di


dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita namanya
ketidak adilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah
tercemin semuanya norma-norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara.
Sehingga tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi
jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu-satunya sumber nilai
yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-
nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat Pancasila pada
dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut
melekat pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia. oleh
sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan
dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah nusantara.
Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafati; jika memahami
Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap
hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah segisegi fenomenalnya
saja, tanpa menyentuh inti hakikinya.
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan
antara penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak
membedakan unsur lain seperti gender, budaya, dan daerah.
Keberadaan Pancasila merupakan oase bangsa ini untuk tetap mempertahankan
keutuhan Negara Kesatuan Indonesia Raya. Semangat Pancasila yang menyakini bahwa
keutuhan berbangsa dan bernegara merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Namun, Pancasila juga memiliki keluasan makna yang dalam jika dikaji dengan mendalam
dan komprehensif.
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila lainnya.
Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri.
B. Saran
Penulis hanya lah seorang warga atau rakyat biasa. Saran yang diberikan pun hanya berupa
saran sederhana sesuai pola pikir rakyat kecil. Di antara saran penulis antara lain:
1. Hendaknya setiap warga negara lebih memahami makna yang terkandung di dalam Pancasila
2. Sebagaimana kita ketahui bahwa Pancasila sebagai solusi problem bangsa. Maka diharapkan
elemen bangsa ini ikut berperan serta dalam pengoptimalan Pancasila sebagai Solusi Problem
Bangsa.
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila baiknya harus diaplikasikan di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai