Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA


Anatomi organ reproduksi wanita secara garis besar dibagi dalam dua
golongan yaitu: genetalia eksterna dan genetalia interna.
1. Genetalia Eksterna (bagian luar)
Meliputi semua organ-organ yang terletak antara os pubis, ramus
inferior dan perineum.
a. Mons veneris / mons pubis (daerah tumbuhnya rambut)
Merupakan bagian yang menonjol (bantalan) berisi jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat yang terletak di atas shympisis
pubis. Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut-
rambut. Mons veneris berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari
masuknya kotoran selain itu untuk estetika.
b. Labia Mayora (bibir besar)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan
menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan
belakang.Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk
perineum (pemisah anus dengan vulva).
Permukaan perinium terdiri dari :
1) Bagian luar
Tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak) Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia
di dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima
rangsangan.
c. Labia Minora atau Nimfae (bibir kecil)
Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa
rambut.Dibagian atas klitoris, bibir kecil bertemu membentuk
prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk
frenulum klitoridis. Bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d. Clitoris (kelentit/ jaringan yang berisi saraf)
Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan
penis laki-laki. Mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan
pembuluh-pembuluh darah sehingga sangat peka. Letaknya anterior

5 | Page
KEPERAWATAN MATERNITAS I
dalam vestibula. Berfungsi untuk menutupi orga-organ genetalia di
dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung pambuluh
darah dan syaraf.
e. Vestibulum (muara vagina)
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua
bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan
kedua bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang
saluran kelenjar Bartholini, dua lubang saluran Skene. Berfungsi untuk
mengeluarkan cairan yang berguna untuk melumasi vagina pada saat
bersenggama.
f. Kelenjar Bartholini (kelenjar lendir)
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina karena
dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat saat
hubungan seks, dan salurannya keluar antara himen dan labia minora.
g. Hymen (selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh
dan mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari
lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen
tertutup seluruhnya disebut hymen imperforata dan menimbulkan
gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
h. Lubang kencing (orifisium uretra externa)
Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah klitoris.
Fungsinya sebagai saluran untuk keluarnya air kencing.
i. Perineum (jarak vulva dan anus)
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih
4cm.Terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter anus
eksterna daninterna serta dipersyarafi oleh saraf pudendus dan cabang-
cabangnya.
2. Genetalia Interna (bagian dalam)
Genetalia eksterna terdiri dari:
a. Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan. Vagina terletak di antara kandung kemih dan rektum.
Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya
sekitar 11 cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebur rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung)

6 | Page
KEPERAWATAN MATERNITAS I
vagina, menonjol serviks bagian dari uterus. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut porsio.
Porsio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks anterior
(depan), forniks posterior (belakang),forniks dekstra (kanan), forniks
sinistra (kiri). Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina adalah:
1) Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah
pada waktu haid dan sekret dari uterus.
2) Sebagai alat persetubuhan.
3) Sebagai jalan lahir pada waktu partus.
b. Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
terletak di dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan
kandung kencing di depan.
Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya
seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak
hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung.

Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :

1) Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
(perut).
2) Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos
yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya
keluar saat proses persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat
pembuluh darah, pembulh lymfe dan urat syaraf.
3) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal
untuk mempersiapkan jika terjadi pembuahan. Tebalnya
sususnannya dan faalnya berubah secara siklis karena dipengaruhi
hormon-hormon ovarium.

7 | Page
KEPERAWATAN MATERNITAS I
Dalam kehamilan endometrium berubah menjadi decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi
selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium,
diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum
secara normal terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium
disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum
itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara
normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah
besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar
sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa
pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai,
uterus berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta
keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses
yang dikenal sebagai involusi.

c. Tuba Uterina (saluran telur)


Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas
ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari ostium tuba
internum pada dinding rahim.Tuba fallopi merupakan tubulo muskular,
dengan panjang sekitar 12 cm dan diametrnya 3 dan 8 mm.
Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian:
1) Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim, mulai
dari ostium internum tuba.
2) Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S
4) Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki umbai
yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum
yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum
dan hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula, yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium (indung telur)
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan
dan kiri uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah belakang

8 | Page
KEPERAWATAN MATERNITAS I
oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum
belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi
sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid
sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat
berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam
sel-sel ini, dan cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran
granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan
hormon estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati pengembangan
penuh atau pematangan, letaknya dekat permukaan ovarium, dan
menjadi makin mekar karena cairan, sehingga membenjol, seperti
pembengkakan yang menyerupai kista pada permukaan ovarium.
Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan cairan serta
ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang
berbentuk corong dari tuba uterina. Setiap bulan sebuah folikel
berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat
kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.

B. KONSEP DASAR
1. Definisi Infeksi Puerperalis
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalis setelah
kelahiran Sebelumnya, pernah digunakan sinonim febris puerperalis,
sepsis puerperalis dan childbed fever akan tetapi tidak memuaskan
(Lisnawati Lilis, 2013).
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang terjadi
pada setiap saat antara awitan pecah ketuban (rupture membran) atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua
atau lebih dari hal-hal berikut ini, nyeri pelvik, demam 38,5C atau lebih,
rabas vagina yang abnormal, rabas vagina yang berbau busuk,
keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus (Suherni, 2009).
Infeksi pueperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang
terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga
mencapai 38 derajat C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama

9 | Page
KEPERAWATAN MATERNITAS I
pasca persalianan dengan mengecualikan 24 jam pertama (Mitayani,
2009).
Istilah infeksi puerperium mencakup semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat-alat
genitalia pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi puerperium dapat dibagi dalam dua golongan berikut:
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui
permukaan endometrium).
2. Etiologi Infeksi Puerperalis
Menurut: (Mitayani, 2009)
Melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob pathogen yang
kebanyakan merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin
juga dari luar. Bentuknya bisa berupa kuman anaerob, biasanya berupa
kokus gram positif, seperti: streptokokus, bakteriode, dan klostridium.
Bisa juga berbentuk kuman aerob bakteri gram positif dan E. Coli. Selain
itu, dapat juga diakibatkan oleh: streptokokus hemolitikus aerobikus dan
stafilokokus aureus. Factor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi adalah sebagai berikut:
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti
perdarahan, anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah, dan
imunosupresi,
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
3. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

3. Manifestasi klinik Infeksi Puerperalis


Menurut: (Mitayani, 2009)
Infeksi nifas dibagi atas dua golongan.
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks.
Tanda dan gejala:
1) Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau
tanpa distensi urine.
2) Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.
3) Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat,
suhu sekitar 38 derajat C, dan nadi kurang dari 100 kali per
menit.

10 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
4) Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak
dapat keluar, demam bisa meningkat hingga 39-40 derajat C,
kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis
1) Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah sisa
plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiametra.
2) Pengeluaran lokia bisa banyak/sedikit, kadang-kadang
berbau/tidak, lokia berwarna merah/coklat.
3) Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, sering kali
dengan pola gigi gergaji (38,5-40 C), menggigil, nadi
biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh.
4) Sakit kepala, sulit tidur, dana anoreksia.
5) Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek,
his susulan biasanya mengganggu.
6) Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm3.
2. Penyebaran dari tempat-tempat infeksi melalui vena-vena jalan limfe
dan permuakaan endometrium.
a. Septikemia dan piemia
1) Pada septicemia, dari permukaan ibu sudah sakit dan lemah
sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan cepat.
Biasanya disertai menggigil suhu 39-40 OC. Keadaan umum
cepat memburuk, nadi sekitar 140-160mkali per menit atau
lebih, juga ibu dapat meninggal dalm 6-7 hari postpartum.
2) Pada ibu dengan piemia, ciri khasnya adalah suhu tinggi
disertai menggigil yang terjadi berulang-ulang. Suhu
meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian suhu
turun dan lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia,
dan pleuritis.
b. Peritonitis
1) Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, serta ada defesensif muskuler. Muka
ibu mula-mula kemerahan, kemudian menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin, serta tedapat facishipocratacia.
2) Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak
seberat peritonitis umum ibu demam, perut bawah nyeri, tetapi
keadaan umum tetap baik. Bisa terdapat pembentukan abses.
3) Selulitis pelvis

11 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa
nyeri di kiri atau kanan. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba
tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus. Dalam keadaan ini,
suhu yang mula-mula tinggi menetap menjadi naik turun
disertai menggigil. Ibu tampak sakit, nadi cepat, dan perut
nyeri.

4. Pemeriksaan Diagnostik Infeksi Puerperalis


Menurut: (Mitayani, 2009)
a. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah sel darah putih (SDP) normal atau tinggi dengan
pergeseran diferensial ke kiri.
2. Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah (SDM)
sangat meningkat dengan adanya infeksi.
3. Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada
keadaan anemia.
4. Kulkur (aerobic/anaerobik) dari bahan intrauterus atau
intraservikal atau drainase luka atau perwarnaan gram di uterus
mengidentifikasi organisme penyebab.
5. Urinalis dan kulkur mengesampingkan adanya fragmen-fragmen
plasenta yang tertahan melokalisasi abses perineum.
6. Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta
yang tertahan melokalisasi abses perineum.
7. Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan local nyeri pelvis,
massa atau pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan
trombosis.

5. Penatalaksanaan Infeksi Puerperalis


Menurut: (Mitayani, 2009)
a. Pencegahan
1) Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang
baik.
2) Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
3) Selam persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir, jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan
trauma sedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan
penyakit dan petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan

12 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dana ats
tindakan tepat.
4) Selama nifas rawat hygiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat
ibu dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam
nifas yang sehat.
b. Penanganan Medis
1) Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
2) Berikan terapi antibiotic prokain penisilin 1,2-2,4 juta unit 1M
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6
jam 1 M ditambah dengan ampisilin kapsul 4x250 mg per oral.
3) Perhatikan diet ibu: diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
4) Hati-hati bila ada abses, hjaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga peritoneum.

C. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


Menurut: (Mitayani, 2009)
1. Pengkajian Infeksi Puerperalis9
a. Pengkajian Awal
1. Dimulai sejak kehamilan yang meliputi keadaan prenatal dan
setelah persalinan berlangsung.
a) G, P, A, H.
b) Usia kehamilan dalam minggu.
c) Penyakit kehamilan yang menyertai jika ada.
d) Lama proses persalianan.
2. Perawatan dan kemajuan selama 1 jam postpartum.
a) HPP.
b) Preeklampsia.
c) Depresi mental.
d) Keadsan umum ibu.
e) Kontraksi dan tinggi fundus uterus.
f) Warna, jumlah, dan bau lokia.
g) Peritoneum.
h) Rektum.
i) Apakah vesika urinaria penuh atau tidak.
3. Pada waktu pengkajian dilihat bagaimana status emsoi ibu,
pengetahuan ibu tentang self care, perawatan bayi, dan sosial
budaya.
b. Pengkajian berikutnya
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
komplikasi dengan mengevaluasi system dalam tubuh. Pengkajia ini
meliputi:
1. Keadaan umum dan tanda-tanda awal.

13 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
a) Aktivitas/istirahat: malaise; letargi (persalinan lama, stressor
postpartum multiple).
b) TTV: nadi lebih dari 100 kali per menit, pernapasan cepat dan
dangkal (berat atau proses sistemik), serta suhu 38 OC atau
lebih.
2. Sistem vascular
a) Perdarahan diobservasi setiap 2 jam selama 8 jam. 1 jam
pertama kemudian tiap 8 jam berikutnya.
b) Tekanan darah diawasi setiap 8 jam.
c) Apakah ada tanda-tanda thrombosis, kaki sakit, bengkak, dan
merah.
d) Hemoroid diobservasi setiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalannya.
3. Sistem reproduksi
a) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat kali
postpartum, kemudian setiap 8 jam selama 3 hari meliputi
tinggi fundus uterus dan posisinya serta konsistensinya.
b) Lokia diobservasi setiap 8 jam terhadap warna banyak dan
bau.
c) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda
infeksi luka jahitan dana pakah ada jahitan yang lepas.
d) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak.
e) Payudara dilihat apakah ada edema atau tidak.
4. Traktus urinarius
Diobservasi setiap 2 jam selama 2 hari pertama, meliputi miksi
lancer/tidak, spontan /tidak.
5. Traktus gastrointestinal.
a) Observasi terhadap nafsu makan, anoreksia, mual/muntah,
haus, dan membran mukosa kering.
b) Apakah ada obstiapsi, diare, bising usus mungkin tidak ada
bila terjadi paralisis usus.
c) Distensia abdomen, nyeri lepas (peritonitis).
6. Nyeri/ketidaknyamanan.
a) Nyeri local, disuria, dan ketidaknyamanan abdomen.
b) Afterpain berat/lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta
nyeri tekan dengan guarding (endometritis).
c) Nyeri atau kekakuan abdomen unilater atau bilalater
d) Sakit kepala
7. Status psikologi/status psikososial
a) Ansietas jelas (peritonitis)
b) Status sosial ekonimo rendah dengan stressor bersamaan
Prioritas tindakan keperawatan

14 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
2. Diagnosa Keperawatan Infeksi Puerperalis
Menurut: (Mitayani, 2009)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Nyeri atau ketidak nyamanan b/d respon tubuh pada agen tidak
efektif, sifat infeksi (miksedema kulit atau jaringan, eritema)
2. Resiko tinggi komplikasi b/d adanya infeksi, kerusakan kulit dan atau
jaringan yang trauma, vaskularisasi tinggi pada area yang sakit,
prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan lingkungan,
penyakit kronis
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intek yang tidak
adekuat, anoreksia, mual, muntah, pembatasan medis.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua yang b/d infeksi
pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada
kehidupan sendiri.

3. Rencana Keperawatan Infeksi Puerperalis


Menurut: (Mitayani, 2009)

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1 Nyeri atau Setelah diberikan 1. Kaji lokasi dan 1. Membantu d
ketidaknyamanan asuhan keperawatan sifat diagnosis ban
b/d respon tubuh 3 x 24 jam ketidaknyamanan keterlibatan jari
pada agen tidak diharapkan nyeri atau nyeri. pada proses infek
2. Berikan intruksi 2. Meningkatkan
efektif, sifat infeksi dapat berkurang
mengenai kesejahteraan um
(miksedema dengan kriteria
membantu dan pemu
kulit/jaringan, hasil :
mempertahankan menghilangkan
eritema)
-Nyeri berkurang kebersihan dan ketidaknyamanan
dengan skala nyeri 3. Memfokuskan
kehangatan
4 dari (0-10) kembali perhatian
-Pasien tidak terlihat serta meningka
meringis dan prilaku yang po
3. Intruksi ibu
dapat merasa lebih dan kenyamanan.
dalam melakukan
nyaman
teknik relaksasi 4. Mencegah
dengan ketidaknyamanan

15 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
memberikan dari pembes
aktifitas pengalih payudara,
seperti radio, meningkatkan
televisi, bacaan. keadekuatan s
4. Anjurkan
asih pada
keseimbangan
menyusui.
menyusui saat
kondisi ibu
Kolaborasi
memungkinkan.
Karena nya 5. Pemberian analg

anjurkan dan dan antipi

berikan intruksi menurunkan

dalam ketidaknyamanan

menggunakan akibat infeksi


6. Kompres p
pompa payudara
meningkatkan
listrik atau
vasodilatasi,
manual.
meningkatkan
Kolaborasi: sirkulasi pada
5. Berikan analgesik
yang sakit,
atau antipiretik
6. Berikan kompres meningkatkan

panas lokal kenyamanan lok

dengan
menggunakan
lampu pemanas
atau redam duduk
sesuai indikasi
2 Resiko tinggi Setelah diberikan 1. Meninjau ulang 1. Mengidentifikasi
komplikasi b/d asuhan keperawatan catatan pranatal, faktor-faktor
adanya infeksi, diharapkan intrapartum, dan menempatkan
kerusakan kulit dan kebutuhan nutrisi postpartum. pada kategori re
atau jaringan yang terpenuhi dengan tinggi terh
2. Mempertahankan
trauma, kriteria hasil : terjadinya
kebijakan

16 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
vaskularisasi tinggi - Makanan habis mencuci tangan penyebaran in
pada area yang 1 porsi. dengan ketat pospartum
2. Mempertahankan
sakit, prosedur untuk staf, klien,
- Mencapai BB kebijakan men
invasive dan atau dan pengunjung .
normal tangan memb
peningkatan
3. Demonstrasikan mencegah
pemajanan - Nafsu makan
masase fundus kontaminasi silan
lingkungan, meningkat. (belum)
yang tepat, tinjau 3. Meningkatkan
penyakit kronis
ulang kontrakstilitas u
kepentingannya juga meningka
dan waktu involusi dan
prosedur. untuk frak
plasenta
4. Demontrasikan
tertahan.
atau anjurkan 4. Pembersihan
pembersihan perineum yang b
perineum yang dapat melepa
benar setelah kontaminasi urin
berkemih dan fekal. Pengga
defekasi, pembalut
anjurkan agar menghilangkan m
sering mengganti lembab
pembalut menguntungkan
pertumbuhan bak
Kolaborasi:
Kolaborasi
5. Anjurkan
penggunaan 5. Air meningka
pemanasan yang pembersihan. P
lembab dalam merupakan med
bentuk redam pembuluh d
duduk, dan untuk perineum
pemanasan yang meningkatkan a
kering dengan darah lokal
menyinari meningkatkan

17 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
perineal selama pemulihan.
6. Penggunaan
15 menit 2-3x
anti biotik perin
sehari.
6. Demontrasi membasmi organ
penggunaan krim infeksius l
anti biotik menurunkan re
perineum sesuai penyebaran infeks
kebutuhan.

3 Perubahan nutrisi Setelah diberikan 1. Kaji adanya alergi 1. Menghindarka


kurang dari asuhan keperawatan makanan pemberian
2. Monitor kalori
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam makanan
dan intake nutrisi
b/d intek yang tidak diharapkan membuat pa
pasien
adekuat, anoreksia, perubahan nutrisi alergi
3. Anjurkan pasien
2. Mengetahui
mual, muntah, kurang dari
makan sedikit
membantu
pembatasan medis. kebutuhan dapat
namun sering
memenuhi
teratasi dengan
Kolaborasi: kebutuhan k
kriteria hasil:
pasien
-Tidak ada tanda- 4. Kolaborasi 3. Makan se
tanda malnutrisi dengan ahli gizi namun sering d
-Mual dan muntah untuk menentukan mengurangi mu
berkurang atau Kolaborasi:
jumlah kalori
4. Dengan kolab
tidak mual dan yang dibutuhkan
dapat menge
muntah pasien.
jumlah kebut
nutrisi
dibutuhkan klie

4. Implementasi Keperawatan
Menurut: (Mitayani, 2009)
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan

18 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut: (Mitayani, 2009)
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil
tujuan yang hendak dicapai.

19 | P a g e
KEPERAWATAN MATERNITAS I

Anda mungkin juga menyukai