Anda di halaman 1dari 9

CACAR AIR Epidemiologi

Penyakit Menular
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit cacar air mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang mendunia.
Penyakit cacar air merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja, terutama
mereka yang belum mendapatkan imunisasi. Di Indonesia tidak banyak data yang mencatat
kasus cacar airsecara nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemic cacar air pada
daerah tertentu saja.

Data Dinas Kesehatan Kab.Banyumas menyebutkan, selama periode Januari hingga


November 2007, sedikitnya 671 warga terkena penyakit cacar air. Jumlah penderita terbanyak
pada Kec. Kembaran dengan 155 pasien, kemudian kecamatan Kalibagor 79 penderita, dan
kecamatan Karanglewas 75 orang. Kepala Bidang pemberantasan penyakit menular dan
penyehatan Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat lebih dari lima ratus penderita, akan
tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2006. Data Dinkes 2006 mencatat jumlah
penderita cacar air sebanyak 1.771 orang.

Hampir setiap orang pernah mengalami cacar air. Penyakit ini memang tidak pandang bulu,
sebab dapat menyerang semua ras, segala umur, laki-laki atau perempuan, baik di daerah
perkotaan maupun di pedesaan. Orang kulit putih, hitam dan coklat dapat terkena. Anak-anak,
remaja, orang dewasa, semuanya dapat terkena cacar air. Namun, pada umumnya penyakit
ini lebih banyak menyerang anak-anak usia 2-8 tahun. Cacar air bawaan (kongenital) dapat
terjadi pada bayi dalam kandungan ibu yang terserang cacar air. Infeksi cacar air pada bayi
yang baru lahir dari seorang ibu yang sehat, jarang terjadi.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus herpes varicella-zoster dan merupakan penyakit
menular. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung. Kontak
langsung dapat terjadi melalui cairan pernafasan dan kontak langsung dengan kulit penderita.
Ruam pada kulit yang mulai merekah dan pecah sangat menular. Kontak tidak langsung
terjadi melalui udara. Menghirup udara yang mengandung kuman virus herpes varicella-
zoster dapat menyebabkan seseorang terserang cacar air.

B. Rumusan Masalah

Rumusan maslah dari makalah ini adalah Bagaimana etilogi, frekuensi, distribusi dan
determinan penyakit cacar air?

C. Tujuan
Tujuan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui
Bagaimana etilogi, frekuensi, distribusi dan determinan penyakit cacar air.

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Pengertian

Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah
cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama chicken-pox. Varisela adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai oleh erupsi
yang khas pada kulit. Penyakit ini biasanya menyebabkan penyakit yang relatif ringan pada
anak-anak. Cacar air mungkin parah pada orang dewasa dan orang yang mengalami
imunosupresi. Infeksi ketika hamil dapat mengakibatkan kecacatan janin, parut kulit, dan
masalah lain pada bayi. Sebelum vaksinasi rutin mulai pada tahun 2006, cacar air merupakan
penyakit yang sangat umum. Kejadian cacar air mungkin sekali makin menurun makin
banyak orang yang menerima vaksin.

Cacar Air (Varicella, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang sering timbul dan
menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun
menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.

B. Etiologi

Virus varicella zoster dapat menyebabkan infeksi primer, laten, dan rekuren. Infeksi primer
bermanifestasi sebagai varicella (chipkenpox), reaktivasi dari infeksi laten menyebabkan
herpes zoster (shingles).

Chipkenpox dan shingles disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV) dari keluarga herpes
virus sangat mirip dengan herpes simplex virus. Virus ini mempunyai amplop, berbentuk
ikosehedral, dan memiliki DNA berantai ganda yang mengkode lebih dari 70 macam protein.

C. Masa Inkubasi dan Diagnosis

Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar limfe,
kemudian menuju ke hati dan sel-sel mononuclear. VZV yang ada dalam sel-sel mononuclear
mulai menghilang 24 jam sebelum terjadi ruam kulit, pada penderita imunokompromise,
virus menghilang lebih lambat yaitu 24-72 jam setelah timbulnya ruam kulit. Virus-virus ini
bermigrasi dan bereplikasi dari kapiler menuju ke jaringan kulit dan menyebabkan lesi
mokulopapular, vesikuler, dan krusta. Infeksi ini menyebabkan timbulnya fusi dari sel epitel
membentuk sel multinukleus yang ditandai dengan adanya inklusi eosinofilik intranukkear.

Gejalanya mulai timbul (masa inkubasi) dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi. Biasanya
pasien sudah terinfeksi virus selama lebih dari 48 jam sebelum gejalanya muncul. Pada anak-
anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang dan
rasa tidak enak badan, nafsu makan menurun. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada
anak-anak yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat. 24-36 jam setelah
timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian bintik tersebut
menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang
akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan
terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya sudah tidak
terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan
menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari. Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif
lebih sedikit; biasanya banyak ditemukan pada batang tubuh bagian atas (dada, punggung,
bahu). Bintik-bintik sering ditemukan di kulit kepala. Papula di mulut cepat pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus), yang seringkali menyebabkan gangguan menelan. Ulkus
juga bisa ditemukan di kelopak mata, saluran pernafasan bagian atas, rectum dan vagina.
Papula pada pita suara dan saluran pernafasan atas kadang menyebabkan gangguan
pernafasan. Bisa terjadi pembengkaan kelenjar getah bening di leher bagian samping. Cacar
air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada, hanya berupa lekukan
kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan
oleh stafilokokus. Diagnosis cacar air ditegakkan berdasarkan ruam kulit yang khas (makula,
papula, vesikel dan keropeng). Kebanyakan kasus dapat didiagnosis berdasarkan gejala dan
rupa ruam tersebut. Adakalanya diagnosis dikonfirmasikan dengan menguji sampel yang
diambil dari ruam tersebut atau dari darah.

Gejala-gejala cacar air adalah:

1. Munculnya ruam-ruam di kulit

Cacar air ditandai dengan bintik-bintik merah berupa gelembung berisi gelembung cairan
bening yang muncul setelah 24 jam terinfeksi virus herpes varicella-zoster. Bintik-bintik
merah yang muncul di kulit penderita disebut dengan ruam. Ruam tersebut biasanya
menimbulkan rasa gatal. Bekas ruam yang ditimbulkan itu pada umumnya akan hilang, tetapi
ruam yang terkena infeksi dan merusak lapisan kulit biasanya membekas di kulit. Ruam yang
terinfeksi akan bernanah. Lalu akan timbul lepuh kemerahan di punggung dan kepala, yang
mudah pecah. Pecahnya ruam, menyebabkan cairan keluar dan terbentuklah keropeng. Ruam
menyebar ke muka dan jarang ke tungkai dan lengan. Lepuh akan berlanjut 3-4 hari. Kadang-
kadang dijumpai ulkus (luka) pada membran mukosa mulut, alat genital dan mata. Gatalnya
ruam menyebabkan penderita menggaruknya yang menyebabkan infeksi, keropeng dan
menimbulkan infeksi baru.

1. Demam, kepala terasa agak sakit dan tidak enak badan

2. Suhu badan meningkat

3. Nafsu makan menghilang

4. Dalam kondisi parah, ruam-ruam dapat muncul di wajah dan anggota gerak, tangan,
lengan, kaki dan lain-lain.D. Cara Penularan

VZV merupakan virus yang menular selama 1-2 hari sebelum lesi kulit muncul, dapat
ditularkan melalui jalur respirasi, dan menimbulkan lesi pada orofaring, lesi inilah yang yang
memfasiltasi penyebaran virus melalui jalur traktus respiratorius. Pada fase ini, penularan
terjadi melalui droplet kepada membrane mukosa orang sehat misalnya konjungtiva.

Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang
terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai
dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir telah mengering. Karena itu, untuk
mencegah penularan, sebaiknya penderita diisolasi (diasingkan). Jika seseorang pernah
menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air
lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif
kembali dan menyebabkan herpes zoster.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus herpes varicella-zoster dan merupakan penyakit
menular. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung. Kontak
langsung dapat terjadi melalui cairan pernafasan dan kontak langsung dengan kulit penderita.
Ruam pada kulit yang mulai merekah dan pecah sangat menular. Kontak tidak langsung
terjadi melalui udara. Menghirup udara yang mengandung kuman virus herpes varicella-
zoster dapat menyebabkan seseorang terserang cacar air.

E. Pencegahan dan Penanggulangan

Beberapa cara untuk mencegah n menanggulangi penyebaran cacar air, antara lain:

1) Vaksin yang gratis kini dianjurkan untuk semua anak pada usia 18 bulan dan juga untuk
anak-anak pada tahun pertama sekolah menengah, jika belum menerima vaksin cacar air dan
belum pernah menderita cacar air.

2) Vaksin tersebut juga dianjurkan bagi orang yang berusia 14 tahun ke atas yang tidak
mempunyai kekebalan. Ini melibatkan 2 dosis, 1 sampai 2 bulan antaranya. Vaksin ini
dianjurkan khususnya bagi orang yang menghadapi risiko tinggi, misalnya petugas kesehatan,
orang yang tinggal atau bekerja dengan anak kecil, wanita yang berencana hamil, serta
kontak rumah tangga orang yang mengalami imunosupresi.

3) Penderita cacar air harus menjauhkan diri dari orang lain (dan tidak menghadiri
penitipan anak atau sekolah) sampai sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam timbul dan
semua lepuh telah kering.

4) Penderita cacar air harus menutup hidung dan mulutnya sewaktu batuk atau bersin,
membuang tisu kotor, mencuci tangan dengan baik dan tidak bersama-sama menggunakan
alat makan, makanan atau cangkir yang sama.

5) Wanita yang hamil harus menjauhi diri dari siapapun yang menderita cacar air atau
ruam saraf dan harus berjumpa dengan dokternya jika telah berada dekat dengan orang yang
menderita penyakit tersebut.

6) Anak-anak yang menderita kekurangan imunitas (misalnya leukemia) atau sedang


menjalani kemoterapi harus menjauhi diri dari siapapun yang menderita cacar air atau ruam
saraf karena infeksi tersebut mungkin parah sekali.

7) Mengkonsumsi makanan bergizi Makanan bergizi membuat tubuh sehat dan berstamina
kuat sehingga dapat menangkal serangan infeksi kuman penyakit

8) Menghindari sumber penularan penyakit cacar air

9) Imunoglobulin varicella zoster dapat mencegah (atau setidaknya meringankan)


terjadinya cacar air, bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air beberapa saat sebelum
atau sesudah melahirkan

Pengobatan Cacar Air

Pengobatan yang diberikan biasanya berupa pengobatan suportif/ simptomatik dan menjaga
higienis yang baik agar terhindar dari infeksi sekunder. Pada anak usia sekolah sebaiknya
diistirahatkan dulu dirumah, guna mencegah penularan terhadapteman-teman di sekolahnya.
Dan boleh masuk kembali apabila keropengnya sudah mengering dan demamnya sudah
turun. Dapat digunakan obat-obatan antipiretik untuk mengurangi demam, namun sebaiknya
menghindari penggunaan aspirin, karena dapat menyebabkan sindrom Reye. Untuk
mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa
juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol
atau fenol. Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi
bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir.
Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir
biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa
mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam
yang pertama. Obat alernatif lainnya yaitu: Famsiklovir, valasiklovir, vidarabin dan interferon
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:

kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun

menjaga kebersihan tangan

kuku dipotong pendek

pakaian tetap kering dan bersih.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Distribusi dan Frekuensi Cacar Air

Berdasarkan distribusi dan frekuensi cacar air dibagi tiga yakni menurut orang, menurut
tempat, dan menurut waktu.

1) Menurut Orang

Virus varicella zoster ditemukan pada tahun 1995 dengan manusia sebagai satu-satunya
reservoir. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin maupun ras. Sekitar 50% kasus terjadi pada
anak-anak usia 5-9 tahun, banyak pula ditemukan pada usia 1-4 tahun dan 10-14 tahun.
Perinatal varicella dengan kematian dapat terjadi apabila hamil terjangkit varicella pada 5
hari sebelum melahirkan atau 48 jam setelah melahirkan, kematian berkaitan dengan
rendahnya system imunitas pada neonates. Secara keseluruhan, insedensi dari herpes zoster
adalah 215 per 100.000 orang per tahun. Sekitar 75% kasus terjadi pada umur di atas 45
tahun, insiden akan meningkat pada penderita dengan system imun yang rendah. Namun,
pada umumnya penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak usia 2-8 tahun.
2) Menurut Tempat

Berdasarkan tempat penyakit cacar air dapat terjadi dimana saja baik di daerah perkotaan
maupun di pedesaan serta baik Negara berkembang maupun Negara maju. Cacar air menurut
tempat tergambar jelas di dalam peta berikut :

3) Menurut Waktu

Berdasarkan waktu cacar air menurut data Dinas Kesehatan Kab.Banyumas menyebutkan,
selama periode Januari hingga November 2007, sedikitnya 671 warga terkena penyakit cacar
air. Jumlah penderita terbanyak pada Kec. Kembaran dengan 155 pasien, kemudian
kecamatan Kalibagor 79 penderita, dan kecamatan Karanglewas 75 orang. Kepala Bidang
pemberantasan penyakit menular dan penyehatan Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat
lebih dari lima ratus penderita, akan tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun
2006. Data Dinkes 2006 mencatat jumlah penderita cacar air sebanyak 1.771 orang.

Berdasrkan data tersebut dapat dilihat bahwa cacar air tidak memiliki waktu yang tetap kapan
perkembangan ataupun kapan melonjaknya penderita cacar air karena cacar air dapat terjadi
pada waktu kapan saja baik musim kemarau maupun hujan.

1. B. Determinan Cacar Air

Berdasarkan determinan cacar air dibagi atas tiga yaitu host (pejamu) yang terdiri atas umur,
jenis kelamin, umur pemberian vaksin, pendidikan, status gizi, imunisasi dan imunitas, agent
( penyebeb penyakit), serta lingkungan.

a) Host (pejamu)

Host adalah faktor-faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan host tersebut
terhadap faktor agent.

1) Umur

Cacar air banyak terjadi pada anak-anak usia 5-9 tahun, banyak pula ditemukan pada usia 1-4
tahun dan 10-14 tahun. Namun, pada umumnya penyakit ini lebih banyak menyerang anak-
anak usia 2-8 tahun.

2) Jenis kelamin

Orang yang terserang cacar air tidak terdapat perbedaan jenis kelamin baik laki-laki maupun
perempuan dan ras .

3) Vaksinasi

National Health and Medical Research Council (Dewan Penelitian Kesehatan dan Medis
Nasional, atau NHMRC) menganjurkan satu dosis tunggal vaksin variola diberikan kepada:

Semua anak yang berumur 18 bulan, kecuali jika mereka telah menerima satu dosis
vaksin variola atau telah mempunyai sejarah klinis cacar air.
Anak-anak berumur 10-13 tahun, kecuali jika mereka telah menerima satu dosis
vaksin variola atau telah mempunyai sejarah klinis cacar air.

Di NSW vaksin ini diberikan kepada para siswa kelas satu sekolah lanjutan Anak-
anak yang pernah menderita cacar air dianggap kebal dan tidak perlu divaksinasi.

Vaksin Variola tidak boleh diberikan kepada:

Orang-orang yang sedang hamil kehamilan sebaiknya dihindari selama satu bulan
setelah vaksinasi Orang-orang dengan kekebalan rendah yaitu: Penderita AIDS,
Orang-orang yang sedang menerima, atau telah menerima terapi steroid (termasuk
steroid mulut dosis tinggi) dan/atau terapi imunosupresif (termasuk radiasi) dalam
waktu 3 bulan terakhir.

Mereka dengan reaksi anafilaksis terhadap komponen apapun dari vaksin ini.

Orang-orang yang telah menerima transfusi darah / injeksi imunoglobulin dalam 3


bulan terakhir.

Orang-orang yang telah menerima vaksin hidup dalam 4 minggu terakhir (misalnya
Demam Kuning, MMR, BCG dan OPV).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang akan mempengaruhi peningkatan derajat


kesehatannya, dengan memiliki pengetahuan seseorang akan menjaga kesehatannya dan
mencegah diri mereka agar tidak terserang penyakit khususnya cacar air serta apabila sudah
terkena cacar air dengan tanda-tanda awal dari penyakit tersebut maka dapat diobati sesegera
mungkin sehingga tidak berakibat fatal, hal ini dapat dilakukan apabila seseorang memiliki
pengetahuan dan pendidikan seseorang.

5) Status gizi

Status gizi seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kerentanan akan terkena cacar air
karena dengan status gizi yang buruk akan mempercepat penularan penyakit cacar air. Oleh
karena itu, di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan bergizi karenamakanan bergizi
membuat tubuh sehat dan berstamina kuat sehingga dapat menangkal serangan vius cacar air.

6) Imunisasi

Imunisasi jangka pendek dengan imunoglobulin varicella-zoster (VZIG) yang dibuat dari
antibodi dalam darah yang disumbangkan dapat mencegah penyakit di kalangan orang yang
menghadapi risiko tinggi komplikasi. Imunisasi ini harus diberikan dalam waktu 96 jam
setelah eksposur terhadap virus supaya efektif. Orang yang menghadapi risiko tinggi
komplikasi setelah eksposur termasuk wanita hamil yang belum menderita cacar air dan
belum diimunisasi, bayi baru lahir dan sebagian

pasien yang mengalami imunosupresi.


7) Imunitas

Cacar air dapat membahayakan dan menimbulkan kematian pada penderita kanker dan orang
yang mengalami defisiensi sistem imun (penurunan fungsi sistem imunitas/kekebalan tubuh).
Turunnya fungsi sistem imunitas tubuh tersebut menyebabkan tubuh tidak mempunyai
kekebalan dan sistem ketahanan untuk melawan serangan virus penyebab cacar, sehingga
kondisi penderita melemah yang pada akhirnya dapat mengakibatkan sesuatu yang fatal.

Pada anak yang diberi beberapa jenis obat yang berefek pada menurunnya sistem imunitas
tubuh, cacar dapat menyebabkan kematian, sebab tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan
untuk menghancurkan virus penyebab cacar. Penyakit ini juga membahayakan seorang ibu
dan bayi yang dikandungnya.

b) Agent

Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup yang kehadirannya atau
ketidakhadiranny, apabila diikuti kontak yang efektif dengan manusia yang rentan dalam
keadaan yang memungkinkan, akan menjadi stimuli untuk menginisiasi dan memudahkan
terjadinya suatu proses penyakit.

Agent dari cacar air (variola) adalah virus varicella-zoster. Virus ini ditularkan melalui
percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari
lepuhan kulit. Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai
lepuhan yang terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya
penderita diisolasi (diasingkan). Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan
memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur
di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.

c) Lingkungan

Lingkungan (environment) adalah elemen-elemen ekstrinsik yang mempengaruhi


keterpaparan pejamu terhadap faktor agent. Cacar air dapat berada pada lingkungan dimana
saja baik perkotaan maupun pedesaan, tetapi penderita cacar air lebih dominan terdapat di
lingkungan yang tidak bersih dan padat penduduk.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan
istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama chicken-pox. Varisela
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai
oleh erupsi yang khas pada kulit.

2. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar
limfe, kemudian menuju ke hati dan sel-sel mononuclear.
3. Berdasarkan distribusi dan frekuensi cacar air dibagi tiga yakni menurut orang,
menurut tempat, dan menurut waktu.

4. Berdasarkan determinan cacar air dibagi atas tiga yaitu host (pejamu) yang terdiri atas
umur, jenis kelamin, umur pemberian vaksin, pendidikan, status gizi, imunisasi dan
imunitas, agent ( penyebeb penyakit), serta lingkungan.B. SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui bagaimana itu cacar air
(varisela) sehingga masyarakat dapat lebih meningkatkan derajat kesehatannya, menjaga
kebersihan diri dan lingkungannya serta apabila sudah terkena gejala awal dari cacar air dapat
mengobatinya sesegera mungkin . kuncinya adalah lebih baik mencegah daripada pengobati.

DAFTAR PUSTAKA

Fisher RG, Edwar KM. Varisella-Zoster.Pediatrick in Rewiew.1998;19:62-67

Notoatmodjo, soekidjo. Kesehatan Masyarakat ilmu dan seni.Jakarta.Rineka Cipta.2007.

Parker SP,Quinlivan M, Taha, Breuer J. Genotyping of Varicella-zoster virus and the


discrimination of oka vaccine strains by taqman real-time PCR. Journal of clinical
microbiology 2006;44:33911-3914

Pusat data dan informasi departeman kesehatan republic Indonesia. 22 november 2007.

Soedarmo SSP,Garna H,Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu kesehatan anak infeksi dan
penyakit tropis. Edisi ke-1. Jakarta :Balai penerbit FKUI ;2002.h.152-159

Timreck Phd, Thomas C. Epidemiologi suatu pengantar edisi-2. Jakarta. EGC. 2004.

Warenham DW,Breuer J.Herpes Zoster.BMJ 2007;334:1211-1215

Anda mungkin juga menyukai