Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka rancangan yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Menurut

Susila dan Suyanto (2014: 18), penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba

menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian

melakukan analisis dinamika kenapa korelasi antara fenomena antara faktor resiko

dengan faktor efek. Faktor efek merupakan suatu akibat dari adanya faktor resiko,

sedangkan faktor resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek.

Jenis penelitian cross sectional yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian

cross sectional korelasional. Penelitian cross sectional korelasional adalah penelitian yang

bertujuan untuk menyelidiki sejauhmana variasi pada satu variabel berkaitan dengan

variasi pada satu atau dua lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Jenis

penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik tingkat atau derajat hubungan

disebut korelasi (Susila & Suyanto, 2014: 21). Dalam penelitian ini terdapat faktor

resiko (variabel independen), yaitu facebook addiction sedangkan efeknya (variable

dependen) yaitu kemampuan komunikasi interpersonal.

4.2 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan

untuk mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2014:

155). Kerangka penelitian disajikan pada gambar 4.1 berikut.

49
50

Populasi
Seluruh mahasiswa PSIK FIKES UMM angkatan 2013 - 2015 sebanyak 392 mahasiswa

Teknik Sampling
Teknik sampling: Purposive sampling

Sampel
Pengguna aktif facebook Mahasiswa PSIK FIKES UMM angkatan 2013 -
2015 yang berjumlah 153 mahasiswa

Variabel Independen: Variabel Dependen:


Facebook addiction Kemampuan komunikasi
interpersonal

Alat Ukur: Alat Ukur:


Kuesioner Kuesioner

Skala ordinal Skala ordinal

Analisis data
Uji Korelasi Spearman Rank Test

Kesimpulan

H0 : Tidak ada hubungan antara facebook H1 : Ada hubungan antara facebook addiction
addiction terhadap kemampuan terhadap kemampuan komunikasi
komunikasi interpersonal pada interpersonal pada mahasiswa PSIK
mahasiswa PSIK FIKES Universitas FIKES Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Malang Angkatan Malang Angkatan 2013 - 2015
2013 - 2015

Gambar 4.2 Kerangka Penelitian Hubungan antara Facebook Addiction


terhadap Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada
Mahasiswa PSIK FIKES Universitas Muhammadiyah Malang
Angkatan 2013 2015.
51

4.3 Populasi, Sampling dan Sample Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh

peneliti (Nursalam, 2014: 169). Adapun yang menjadi populasi di penelitian ini adalah

mahasiswa PSIK FIKES Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2013 - 2015

yang berjumlah 392 mahasiswa.

4.3.2 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek

penelitian (Nursalam, 2014: 173). Pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan non-probability sampling dengan teknik purposive sampling, yaitu suatu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai

dengan kehendaki peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian), sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya

(Nursalam, 2014: 174). Berdasarkan karakteristik populasi yang sudah diketahui

sebelumnya yaitu telah disebutkan dalam kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian

ini :

a. Kriteria inklusi

Menurut Notoatmodjo (2010: 130) kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri

yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Klien merupakan mahasiswa aktif PSIK FIKES Universitas

Muhammadiyah Malang Angkatan 2013 - 2015.

2) Klien memiliki akun facebook.


52

3) Klien dengan kondisi sehat jasmani dan rohani.

4) Klien bersedia menjadi responden.

b. Kriteria ekslusi

Nursalam (2014: 172) mendefinisikan kriteria eksklusi adalah menghilangkan

atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

pelbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Klien merupakan mahasiswa aktif PSIK 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012

yang mengulang di Angkatan 2013, 2014, dan 2015 Universitas

Muhammadiyah Malang.

2) Klien memiliki akun facebook dan menggunakan facebook kurang dari enam

bulan terakhir.

3) Klien tidak bersedia menjadi responden.

4.3.3 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam

menetapkan sampel yaitu, pertama representatif dimana sample dapat mewakili

populasi yang ada dan yang kedua sampel harus cukup banyak (Nursalam, 2014: 171).

Menurut Notoatmodjo (2010: 115), sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih

untuk menjadi subjek dalam sebuah penelitian atau sebagai jumlah dari karakteristik

yang dimiliki oleh populasi. Sugiyono (2014: 81) menyebutkan bahwa sampel

merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apabila

populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi

karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang representatif.


53

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa PSIK FIKES Universitas

Muhammadiyah Malang Angkatan 2013 - 2015 yang berjumlah 153 mahasiswa.

4.4 Variabel Penelitian

Menurut Soeparto, Putra, dan Haryanto (2000, dalam Nursalam, 2014: 177),

variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu seperti benda, manusia, dan lain sebagainya. Muhidin dan Abdurahman

(2007, dalam Susila & Suyanto, 2015: 60) mendefinisikan variabel adalah karakteristik

yang diobservasi dari satuan pengamatan. Karakteristik dalam pengamatan nilainya

berbeda-beda atau memiliki gejala yang bervariasi dari satu satuan pengematan ke

satu satuan pengamatan lainnya atau untuk satuan pengamatan yang sama.

Karakteristik dapat berubah menurut waktu dan tempat.

1. Variabel bebas (independen)

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi dan menentukan

nilai variabel lain (Nursalam, 2014: 177). Menurut Sugiyono (2014: 39),

variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, dan

antecendent. Variabel independen dapat juga disebut variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

facebook addiction.

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel dependen adalah aspek tingkah laku yang diukur dan diamati

untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel

bebas (Nursalam, 2014: 178). Sugiyono (2014: 39) menyatakan bahwa

variabel dependen sering disebut sebagai output, kriteria, dan konsekuen.

Variabel dependen merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang


54

menjadi akibat, karena adannya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kemampuan komunikasi interpersonal.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati dan

diukur secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Nursalam, 2014: 181).

Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan antara Facebook Addiction


terhadap Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Variabel Definisi Parameter Instrumen Skala Hasil Ukur
Operasional Data
Independen Perilaku 1. Salience Kuesioner Ordinal Addict 80-100
Facebook kompulsif, adanya 2. Mood modification Alert 50 - 79
addiction ketergantungan, 3. Tolerance. Normal 50
dan kurangnya 4. Withdrawal
kontrol. 5. Conflict. Di katakan addiction
6. Relaps jika hasil dari jawaban
pertanyaan 80
Sumber:
Andreassen, et al, (2012) Sumber:
Tang, et al, (2015)
Dependen keterampilan 10 dimensi kemampuan Kuesioner Ordinal Baik X 95
Kemampuan seseorang secara komunikasi interpersonal Cukup 61 X < 95
Komunikasi efektif untuk meliputi : Rendah X < 61
Interpersonal berkomunikasi 1. Self-disclosure
dengan orang lain. 2. Empathy Di katakan memiliki
3. Social relaxation kemampuan
4. Assertiveness komunikasi
5. Interaction management interpersonal yang
6. Altercentrism baik jika X 95
7. Expressiveness
8. Supportiveness Sumber:
9. Immediacy Azwar, (2015: 149)
10. Environmental control
Sumber:
Ross, et al, (2014)
55

4.6 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang Kampus II.


56

4.7 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2015 sampai dengan Juni

2016, sedangkan waktu pengambilan dan pengolahan data pada tanggal 4

Januari 3 Februari 2016.

4.8 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2014: 102) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu

alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Menurut Notoatmodjo (2010: 87), alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data

disebut instrument penelitian. Instrument penelitian dapat berupa: kuesioner (daftar

pertanyaan), formulir obeservasi, formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data

dan sebagainya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner. Nursalam (2014: 188) menyatakan bahwa kuesioner merupakan sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.

Peneliti menggunakan 2 kuesioner, yaitu (1) the Bergen Facebook Addiction Scale (BFAS)

dan (2) the Interpersonal Communication Competence Scale (ICCS). Kuesioner BFAS

dikembangkan oleh Andreassen, et al, (2012) pada jurnal pnelitiannya yang berjudul

Development of a Facebook Addiction Scale. Kuesioner ini bertujuan untuk mecerminkan

enam dimensi terhadap fecabook addiction, diantaranya adalah salience, mood modification,

tolerance, withdrawal symptoms, conflict, dan relaps. Menurut Tang, et al, (2015: 105), skor

hasil skala facebook addiction partisipan dibagi menjadi 3 kategori sesuai dengan tingkat

facebook addiction, yaitu di katakan addict jika hasil skor 80, alert 50-79, dan normal

jika 50.

Ross, et al, (2014: 02) menyatakan bahwa instrumen kuesioner ICCS

dikembangkan oleh Rubin dan Martin yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menggambarkan kemampuan komunikasi interpersonal. Ross, et al, (2014: 02)


57

menjelaskan bahwa ICCS terdiri atas 3 item pertanyaan yang mewakili 10 dimensi,

yaitu self-disclosure, social relaxation, supportiveness, expressiveness, empathy, assertiveness,

environmental control, interaction management, altercentrism dan immediacy, sehingga terdapat

30 item jumlah pertanyaan yang disajikan secara acak dengan menggunakan skala

likert, mulai dari 1 untuk tidak pernah sampai 5 untuk selalu.

Azwar (2015: 147) mendefinisikan kategorisasi sebagai upaya untuk

menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang.

Peneliti melakukan pengkategorisasian ICCS yang terbagi atas 3 kategori, yaitu

rendah, sedang dan tinggi yang berdasarkan kategorisasi ordinal, yaitu:

Rendah X (-1.0)

Sedang (-1.0) X < (+1.0)

Tinggi (+1.0) X.

Peneliti menggunakan informed consent untuk meminta informasi dari

informant dan menjaga kerahasiaan data hasil penelitian.


58

Tabel 4.2 Kisi-kisi Kuesioner

PERTANYAAN NO SOAL JUMLAH SOAL


Kuesioner facebook addiction, yaitu :
1. Salience 1,2, 2 Soal
2. Tolerance 3,4,5 3 Soal
3. Mood modification 6,7,8 3 Soal
4. Relaps 9,10, 2 Soal
5. Withdrawal 11,12,13 3 Soal
6. Conflict 14,15,16 3 Soal
JUMLAH 16 Soal
Kuesioner tentang kemampuan komunikasi
interpersonal, yaitu :
1. Self-disclosure 6,15 2 Soal
2. Empathy 2,10,17 3 Soal
3. Social relaxation 1,20 2 Soal
4. Assertiveness 7,13,23 3 Soal
5. Altercentrism 11,16,25 3 Soal
6. Interaction management 3,12,26 3 Soal
7. Expressiveness 5,21 2 Soal
8. Supportiveness 4,8,18 3 Soal
9. Immediacy 19,22 2 Soal
10. Environmental control 9,14,24 3 Soal
JUMLAH 26 Soal

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2014: 191). Langkah-

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan dan mengidentifikasi populasi.

2. Menentukan teknik sampling yang sesuai.

3. Screening sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

4. Mempersiapkan kuesioner.
59

5. Melakukan pendekatan dan memastikan bahwa responden bersedia untuk

dilakukan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan

meminta tanda tangan responden.

6. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan petunjuk pengisian

kuesioner.

7. Mendampingi dan memberikan pengarahan kepada responden pada saat

pengisian kuesioner.

8. Setelah pengisian kuesioner selesai, lembar kuesioner dikumpulkan

kepada peneliti.

9. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang diberikan oleh

responden.

10. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya dikumpulkan dan dihitung serta

memeriksa kembali jika dalam pengisian ada yang salah atau kurang

lengkap.

11. Data yang telah terkumpul selanjutnya ditabulasi, dianalisis, dan

disimpulkan hasilnya.

4.10 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010: 176), analisa data dilakukan melalui pengolahan

data yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu editing, coding, processing, dan analize

cleaning.

1. Tahap editing merupakan tahap pemeriksaan kelengkapan dan ketetapan

dari jawaban setiap kuisioner yang telah terisi.

2. Tahap coding adalah tahap jawaban kuisioner diberikan kode pada kolom-

kolom yang telah disediakan untuk memudahkan pengelolaan data.


60

3. Pada tahap cleaning, data yang telah ada diperiksa kembali untuk

menghindari adanya kesalahan data.

4. Tahap processing ini merupakan tahap pemasukan data ke dalam program

komputer.

5. Tahap analize cleaning adalah tindakan mengecek kembali data yang telah

dimasukkan ke dalam program komputer.

4.11 Validitas dan Reliabilitas

4.11.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan apakah suatu alat ukur

benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, untuk mengukur korelasi antara skor

masing-masing pertanyaan dengan skor total dapat dilakukan dengan menggunakan

korelasi pearson product moment (Notoatmodjo, 2010: 164). Terdapat dua hal penting

yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengkuruan, yaitu instrumen harus

(1) relevan isi dan (2) relevan cara dan sasaran (Nursalam, 2014: 184). Menurut

Singarimbun dan Effendi (1989, dalam Susila & Suyanto, 2015: 124), validitas dapat

digolongkan kedalam beberapa jenis, yakni (1) validitas Konstruk (construct validity), (2)

validitas isi (content validity), (3) validitas prediktrif (predictive validity), (4) validitas

eksternal (external validity), (5) validitas budaya (cross cultural validity), dan (6) validitas

rupa (face validity).

Prosedur dalam menguji validitas instrument dilakukan dengan uji korelasi

pearson product moment dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical

Package for Social Science) versi 22.0. Langkah-langkah untuk menguji dimulai dari

memasukkan data ke SPSS, mengolah data, sampai dengan menentukan hasil.

Koefesien validitas hasil diukur berdasarakan korelasi produt moment pada setiap item

pertanyaan (indikator), dikatakan valid jika p-value dengan yang ditentukan oleh
61

peneliti sebesar 0.05 (5%). Sehingga dengan menggunakan software SPSS sebagai suatu

instrumen yang dikatakan valid jika p-value atau r hitung > r tabel (Sujarweni, 2014:

153).

Hasil validitas pada variabel facebook addiction berdasarkan BFAS, yaitu

berjumlah 16 pertanyaan dari semula yang berjumlah 18 soal dengan drop out 2

pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor 1 dan 11 setelah dilakukan dua kali usaha uji

validitas. Kuesioner variabel kemampuan komunikasi interpersonal berdasarkan

ICCS, yaitu berjumlah 26 butir soal dari pertanyaan semula yang berjumlah 30

pertanyaan dengan drop out 4 pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 12, 28, 29, dan

30 yang telah dilakukan dua kali usaha uji validitas.

4.11.2 Uji Reabilitas

Nursalam (2014: 185) menyebutkan bahwa reliabilitas merupakan kesamaan

hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan diukur dan diamati

berkali-kali dalam waktu yang berbeda. Dalam Penelitian keperawatan (psikososial)

terdapat beberapa cara pengukuran yang dapat digunakan untuk melihat reliabilitas

dalam pengumpulan data, yaitu prinsip (1) stabilitas, mempunyai kesamaan bila

dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda, (2) ekuivalen, pengukuran

memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama, dan (3) homogenitas

(kesamaan), instrumen yang dipergunakan harus mempunyai isi yang sama.

Menurut Susila dan Suyanto (2015: 135), reliabilitas merupakan indeks yang

menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jika

sebuah alat ukur dapat dipakai dua kali atau lebih untuk mengkur gejala yang sama

dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut

reliabel. Dalam mengukur reliabilitas suatu instrument dapat menggunakan software

SPSS 22.0 dan dapat dilakukan secara bersamaan terhadap seluruh butir pertanyaan
62

(Sujarweni, 2014: 147). Uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada

nilai cronbachs alpha, jika nilai cronbachs alpha >0.60 maka konstuk pertanyaan yang

merupakan dimensi variabel adalah reliabel (Sujarweni, 2014: 154).

Instrumen facebook addiction (BFAS), beberapa jurnal yang menggunakan dan

tetap menghasilkan konsistensi hasil realibilitasnya, yaitu Akter (2014) yang berjudul

social media addiction, resistance, and influence of awareness: measurement of psychology students

resistance to facebook addiction dengan hasil cronbachs alpha 0.95. Tang, et al, (2015) yang

berjudul personality traits, interpersonal relationships, online social support, and Facebook

addiction dengan hasil cronbachs alpha 0.94, dan Satici dan Uysal (2015) yang berjudul

well-being and problematic facebook use dengan hasil alpha cronbach 0.93.

Sedangkan alat ukur kemampuan komunikasi interpersonal menggunakan the

Interpersonal Communication Competence Scale (ICCS) yang dikembangkan oleh Rubin dan

Martin, beberapa jurnal yang menggunakan dan tetap menunjukan hasil yang

konsisten terhadap nilai cronbachs alpha, yaitu Ang, et al, (2013) yang berujudul

evaluating communication in healthcare: systematic riview and analysis of suitable communication

scales dengan hasil alpha cronbach 0.71, Ross, et al, (2014) yang berjudul perceptions of

student paramedic interpersonal communication competence: a cross-sectional study dengan hasil

alpha cronbach 0.91 dan Hald, et al, (2015) dengan judul a preliminary psychometric

evaluation of the interpersonal communication competence scale for acquired brain injury dengan

hasil cronbachs alpha 0.86.

Tabel 4.4. Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Kuesioner


Variabel Koefisien Alpha Keterangan

Facebook Addiction (X) 0,950 Reliabel

Kemampuan Komunikasi Interpersonal (Y) 0,960 Reliabel


63

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa item kuesioner pada variabel

facebook addiction (X) dan variabel kemampuan komunikasi interpersonal (Y) memiliki

nilai koefisien alpha Cronbach lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan instrumen

pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel atau dapat

dihandalkan.

4.12 Analisis Data

Nursalam, (2014: 199) menjelaskan bahwa analisis data dilakukan untuk

memperoleh gambaran hasil penelitian sesuai dengan yang telah dirumuskan dalam

tujuan penelitian, membuktikan hipotesis penelitian, dan memperoleh kesimpulan

secara umum. Analisa data dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat.

4.12.1 Uji Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Analisis

univariat menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari variable bebas

(independent) yaitu facebook addiction dan variable terikat (dependent) yaitu

kemampuan komunikasi interpersonal. Misalnya distribusi frekuensi responden

berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010: 182).

Rumus umum :

Keterangan :

p = prosentase

f = frekuensi
64

n = jumlah responden

4.12.2 Uji Bivariat

Analisis bivariat merupakan kelanjutan dari analisis univariat. Analisis bivariat

digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel (Notoatmodjo, 2010:

183). Peneliti ingin menganalisis hubungan facebook addiction terhadap kemampuan

komunikasi interpersonal pada mahasiswa PSIK Angkatan 2013, 2014, dan 2015

Universitas Muhammadiyah Malang.

Penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman Rank Test, karena variable

merupakan non-parametrik dengan skala data berbentuk ordinal dan ordinal.

Prosedur dalam menguji dengan uji korelasi Spearman Rank Test dilakukan dengan

menggunakan software SPSS 22.0 (Statistical Package for Social Science). Menurut

Sujarweni (2014: 58), langkah-langkah untuk menguji dimulai dari memasukkan data

ke SPSS, mengolah data, sampai dengan menentukan hasil. Jika Sig > 0,05 maka H0

diterima artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen, dan jika Sig < 0,05 maka H0 ditolak artinya ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Hadi (2004, dalam Susila & Suyanto, 2014: 221) menyatakan bahwa nilai

koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan suatu

hubungan antar variabel yang menyatakan besar-kecilnya suatu hubungan. Koefisien

korelasi memiliki bergerak atau memiliki nilai antara 0,000 sampai dengan +1,000

atau diantara 0,000 hingga -1, tergantung pada arah korelasi, nihil, positif, dan negatif.

Koefesien yang bernilai posotif (+) menunjukan arah korelasi yang positif. Koefesien

yang bernilai negatif menunjukan arah korelasi yang negatif. Bila dua variabel
65

mempunyai nilai koefesien korelasi sebesar +1,000 atau -1,000, maka kedua variabel

tersebut dikatakan mempunyai korelasi yang sempurna. Berkorelasi sempurna positif,

jika kenaikan nilai variabel X selalu disertai kenaikan yang seimbang (proporsional)

pada nilai-nilai variabel Y. Sebaliknya dalam korelasi sempurna negatif, jika tiap nilai

variabel X selalu disertai penurunan yang seimbang pada nilai variabel Y.

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel dapat dilihat

dengan menggunakan koefisien korelasi Spearman Rank Test atau nilai pada tabel

4.3.

Tabel 4.3 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Spearman

No Parameter Nilai Interpretasi


0,00 0,199 Sangat Rendah
0,20 0,399 Rendah
Kekuatan korelasi
1 0,40 0,599 Sedang
Spearman Rank Test (
0,60 0,799 Kuat
0,80 1,000 Sangat Kuat
P < 0.05 Terdapat korelasi yang signifikan antara
dua variabel
2 Nilai p
P > 0.05 Tidak terdapat korelasi yang signifikan
antara dua variabel
+ (positif) Searah, semakin besar nilai suatu variable
semakin besar nilai variabel lainnya
3 Arah Korelasi
- (negatif) Berlawanan arah, semakin besar nilai
variabel, semakin kecil nilai variabel lain

4.13 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010: 206), etika penelitian ini untuk

menggambarkan aspek etika apa saja yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Lembar persetujuan

Lembar persetujuan ini diberikan pada subyek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Jika

responden bersedia untuk diteliti, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan tersebut. Jika calon responden menolak untuk untuk


66

diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak

calon responden (Notoatmodjo, 2010: 206).

2. Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Cukup

dengan memberi nomor kode atau tanda pada masing masing lembar

tersebut (Notoatmodjo, 2010: 206).

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Menurut Notoatmodjo (2010: 206), kerahasiaan informasi responden

dijamin oleh peneliti karena hanya data kelompok tertentu saja yang

disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset penelitian dan data disimpan

dalam bentuk flashdisk khusus yang disediakan oleh peneliti.

4. Tanpa paksaan (voluntary)

Notoatmodjo (2010: 206) menjelasakan bahwa dalam penelitian tidak ada

unsur paksaan dari pihak manapun untuk menjadi responden. Responden

juga boleh mundur dari proses pengumpulan data sewaktuwaktu bila

yang bersangkutan menginginkannya.

Anda mungkin juga menyukai