METODE PENELITIAN
penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Menurut
Susila dan Suyanto (2014: 18), penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba
melakukan analisis dinamika kenapa korelasi antara fenomena antara faktor resiko
dengan faktor efek. Faktor efek merupakan suatu akibat dari adanya faktor resiko,
sedangkan faktor resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek.
Jenis penelitian cross sectional yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian
cross sectional korelasional. Penelitian cross sectional korelasional adalah penelitian yang
bertujuan untuk menyelidiki sejauhmana variasi pada satu variabel berkaitan dengan
variasi pada satu atau dua lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Jenis
penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik tingkat atau derajat hubungan
disebut korelasi (Susila & Suyanto, 2014: 21). Dalam penelitian ini terdapat faktor
49
50
Populasi
Seluruh mahasiswa PSIK FIKES UMM angkatan 2013 - 2015 sebanyak 392 mahasiswa
Teknik Sampling
Teknik sampling: Purposive sampling
Sampel
Pengguna aktif facebook Mahasiswa PSIK FIKES UMM angkatan 2013 -
2015 yang berjumlah 153 mahasiswa
Analisis data
Uji Korelasi Spearman Rank Test
Kesimpulan
H0 : Tidak ada hubungan antara facebook H1 : Ada hubungan antara facebook addiction
addiction terhadap kemampuan terhadap kemampuan komunikasi
komunikasi interpersonal pada interpersonal pada mahasiswa PSIK
mahasiswa PSIK FIKES Universitas FIKES Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Malang Angkatan Malang Angkatan 2013 - 2015
2013 - 2015
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
peneliti (Nursalam, 2014: 169). Adapun yang menjadi populasi di penelitian ini adalah
Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan kehendaki peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian), sehingga sampel
sebelumnya yaitu telah disebutkan dalam kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian
ini :
a. Kriteria inklusi
Menurut Notoatmodjo (2010: 130) kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
b. Kriteria ekslusi
atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena
1) Klien merupakan mahasiswa aktif PSIK 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012
Muhammadiyah Malang.
2) Klien memiliki akun facebook dan menggunakan facebook kurang dari enam
bulan terakhir.
4.3.3 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam
populasi yang ada dan yang kedua sampel harus cukup banyak (Nursalam, 2014: 171).
Menurut Notoatmodjo (2010: 115), sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih
untuk menjadi subjek dalam sebuah penelitian atau sebagai jumlah dari karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Sugiyono (2014: 81) menyebutkan bahwa sampel
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apabila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi
karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
Menurut Soeparto, Putra, dan Haryanto (2000, dalam Nursalam, 2014: 177),
variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap
sesuatu seperti benda, manusia, dan lain sebagainya. Muhidin dan Abdurahman
(2007, dalam Susila & Suyanto, 2015: 60) mendefinisikan variabel adalah karakteristik
berbeda-beda atau memiliki gejala yang bervariasi dari satu satuan pengematan ke
satu satuan pengamatan lainnya atau untuk satuan pengamatan yang sama.
nilai variabel lain (Nursalam, 2014: 177). Menurut Sugiyono (2014: 39),
facebook addiction.
Variabel dependen adalah aspek tingkah laku yang diukur dan diamati
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati dan
diukur secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Nursalam, 2014: 181).
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2015 sampai dengan Juni
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Menurut Notoatmodjo (2010: 87), alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data
pertanyaan), formulir obeservasi, formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data
Peneliti menggunakan 2 kuesioner, yaitu (1) the Bergen Facebook Addiction Scale (BFAS)
dan (2) the Interpersonal Communication Competence Scale (ICCS). Kuesioner BFAS
dikembangkan oleh Andreassen, et al, (2012) pada jurnal pnelitiannya yang berjudul
enam dimensi terhadap fecabook addiction, diantaranya adalah salience, mood modification,
tolerance, withdrawal symptoms, conflict, dan relaps. Menurut Tang, et al, (2015: 105), skor
hasil skala facebook addiction partisipan dibagi menjadi 3 kategori sesuai dengan tingkat
facebook addiction, yaitu di katakan addict jika hasil skor 80, alert 50-79, dan normal
jika 50.
dikembangkan oleh Rubin dan Martin yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan bahwa ICCS terdiri atas 3 item pertanyaan yang mewakili 10 dimensi,
30 item jumlah pertanyaan yang disajikan secara acak dengan menggunakan skala
Rendah X (-1.0)
Tinggi (+1.0) X.
subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2014: 191). Langkah-
4. Mempersiapkan kuesioner.
59
kuesioner.
pengisian kuesioner.
kepada peneliti.
responden.
10. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya dikumpulkan dan dihitung serta
memeriksa kembali jika dalam pengisian ada yang salah atau kurang
lengkap.
disimpulkan hasilnya.
data yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu editing, coding, processing, dan analize
cleaning.
2. Tahap coding adalah tahap jawaban kuisioner diberikan kode pada kolom-
3. Pada tahap cleaning, data yang telah ada diperiksa kembali untuk
komputer.
5. Tahap analize cleaning adalah tindakan mengecek kembali data yang telah
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan apakah suatu alat ukur
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, untuk mengukur korelasi antara skor
korelasi pearson product moment (Notoatmodjo, 2010: 164). Terdapat dua hal penting
yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengkuruan, yaitu instrumen harus
(1) relevan isi dan (2) relevan cara dan sasaran (Nursalam, 2014: 184). Menurut
Singarimbun dan Effendi (1989, dalam Susila & Suyanto, 2015: 124), validitas dapat
digolongkan kedalam beberapa jenis, yakni (1) validitas Konstruk (construct validity), (2)
validitas isi (content validity), (3) validitas prediktrif (predictive validity), (4) validitas
eksternal (external validity), (5) validitas budaya (cross cultural validity), dan (6) validitas
Package for Social Science) versi 22.0. Langkah-langkah untuk menguji dimulai dari
Koefesien validitas hasil diukur berdasarakan korelasi produt moment pada setiap item
pertanyaan (indikator), dikatakan valid jika p-value dengan yang ditentukan oleh
61
peneliti sebesar 0.05 (5%). Sehingga dengan menggunakan software SPSS sebagai suatu
instrumen yang dikatakan valid jika p-value atau r hitung > r tabel (Sujarweni, 2014:
153).
berjumlah 16 pertanyaan dari semula yang berjumlah 18 soal dengan drop out 2
pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor 1 dan 11 setelah dilakukan dua kali usaha uji
ICCS, yaitu berjumlah 26 butir soal dari pertanyaan semula yang berjumlah 30
pertanyaan dengan drop out 4 pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 12, 28, 29, dan
hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan diukur dan diamati
terdapat beberapa cara pengukuran yang dapat digunakan untuk melihat reliabilitas
dalam pengumpulan data, yaitu prinsip (1) stabilitas, mempunyai kesamaan bila
memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama, dan (3) homogenitas
Menurut Susila dan Suyanto (2015: 135), reliabilitas merupakan indeks yang
menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jika
sebuah alat ukur dapat dipakai dua kali atau lebih untuk mengkur gejala yang sama
dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut
SPSS 22.0 dan dapat dilakukan secara bersamaan terhadap seluruh butir pertanyaan
62
(Sujarweni, 2014: 147). Uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada
nilai cronbachs alpha, jika nilai cronbachs alpha >0.60 maka konstuk pertanyaan yang
tetap menghasilkan konsistensi hasil realibilitasnya, yaitu Akter (2014) yang berjudul
social media addiction, resistance, and influence of awareness: measurement of psychology students
resistance to facebook addiction dengan hasil cronbachs alpha 0.95. Tang, et al, (2015) yang
berjudul personality traits, interpersonal relationships, online social support, and Facebook
addiction dengan hasil cronbachs alpha 0.94, dan Satici dan Uysal (2015) yang berjudul
well-being and problematic facebook use dengan hasil alpha cronbach 0.93.
Interpersonal Communication Competence Scale (ICCS) yang dikembangkan oleh Rubin dan
Martin, beberapa jurnal yang menggunakan dan tetap menunjukan hasil yang
konsisten terhadap nilai cronbachs alpha, yaitu Ang, et al, (2013) yang berujudul
scales dengan hasil alpha cronbach 0.71, Ross, et al, (2014) yang berjudul perceptions of
alpha cronbach 0.91 dan Hald, et al, (2015) dengan judul a preliminary psychometric
evaluation of the interpersonal communication competence scale for acquired brain injury dengan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa item kuesioner pada variabel
facebook addiction (X) dan variabel kemampuan komunikasi interpersonal (Y) memiliki
nilai koefisien alpha Cronbach lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan instrumen
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel atau dapat
dihandalkan.
memperoleh gambaran hasil penelitian sesuai dengan yang telah dirumuskan dalam
secara umum. Analisa data dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat.
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Analisis
2010: 182).
Rumus umum :
Keterangan :
p = prosentase
f = frekuensi
64
n = jumlah responden
komunikasi interpersonal pada mahasiswa PSIK Angkatan 2013, 2014, dan 2015
Penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman Rank Test, karena variable
Prosedur dalam menguji dengan uji korelasi Spearman Rank Test dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 22.0 (Statistical Package for Social Science). Menurut
Sujarweni (2014: 58), langkah-langkah untuk menguji dimulai dari memasukkan data
ke SPSS, mengolah data, sampai dengan menentukan hasil. Jika Sig > 0,05 maka H0
diterima artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, dan jika Sig < 0,05 maka H0 ditolak artinya ada hubungan antara variabel
Hadi (2004, dalam Susila & Suyanto, 2014: 221) menyatakan bahwa nilai
koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan suatu
korelasi memiliki bergerak atau memiliki nilai antara 0,000 sampai dengan +1,000
atau diantara 0,000 hingga -1, tergantung pada arah korelasi, nihil, positif, dan negatif.
Koefesien yang bernilai posotif (+) menunjukan arah korelasi yang positif. Koefesien
yang bernilai negatif menunjukan arah korelasi yang negatif. Bila dua variabel
65
mempunyai nilai koefesien korelasi sebesar +1,000 atau -1,000, maka kedua variabel
jika kenaikan nilai variabel X selalu disertai kenaikan yang seimbang (proporsional)
pada nilai-nilai variabel Y. Sebaliknya dalam korelasi sempurna negatif, jika tiap nilai
dengan menggunakan koefisien korelasi Spearman Rank Test atau nilai pada tabel
4.3.
menggambarkan aspek etika apa saja yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Lembar persetujuan
Lembar persetujuan ini diberikan pada subyek yang akan diteliti. Peneliti
diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak
dengan memberi nomor kode atau tanda pada masing masing lembar
3. Kerahasiaan (confidentiality)
dijamin oleh peneliti karena hanya data kelompok tertentu saja yang
disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset penelitian dan data disimpan