Anda di halaman 1dari 21

LP dan Askep ca ovarium

Ca Ovarium
1. Pengertian
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim
(kanker) pada satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008, diakses
tanggal 28 Mei 2009).
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem
getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit di diagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995).

2. Klasifikasi
Jenis kanker ovarium meliputi:
a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium,
pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika
terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas yang merupakan
jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker
ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis tidak jelas teridentifikasi
sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor yang berpotensi
ganas. (Ari, 2008)
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya
bervariasi)
3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan
sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal (Ari,
2008).
Germ cell terdiri atas :
Disgermioma
Mixed germ cell tumor
Teratoma imatur
Koriokarsinoma
Endodermal sinus tumor
Embrional karsinoma
c. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa
tumor. Tipe lainnya adalah sertoli-leydig.
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan
(Ari, 2008).
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation
of Gynecology and Obstetrics
Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
IA Mengenai 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
Mengenai permukaan luar ovarium
IC
Kapsul rupture
Ascites (+)

Stadium II perluasan pada rongga pelvis


II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
Mengenai permukaan ovarium
II C
Kapsul ruptur
Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal
Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium
III A
Mikroskopis : mengenai intraperitoneal
Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB
III B
(-)
Meluas mengenai KGB
III C
Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm
Stadium IV pertumbuhan mengenai 1 / 2 ovarium dengan metastasis
jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga
metastasis ke permukaan liver.
Derajat keganasan kanker ovarium
Derajat 1 : differensiasi baik
Derajat 2 : differensiasi sedang
Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan
lebih baik.

3. Etiologi
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker ovarium. Secara umum, kanker
dimulai ketika sel-sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubah sel normal
menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang biak pada tingkat yang
ditetapkan, akhirnya mati pada waktu yang ditetapkan. Sel-sel kanker tumbuh dan
berkembang di luar kendali, dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel
abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan
terdekat dan dapat pecah dari tumor awal untuk menyebar ke tempat lain dalam
tubuh (metastasis). Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi
kanker ovarium, diantaranya:
Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel
epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.
Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
4. Tanda dan Gejala
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
Haid tidak teratur
Ketegangan menstrual yang terus meningkat
Menoragia
Nyeri tekan pada payudara
Menopause dini
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Dispepsia
Tekanan pada pelvis
Sering berkemih
Flatulenes
Rasa begah setelah makan makanan kecil
Lingkar abdomen yang terus meningkat.

Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70%
penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. Gejala kanker ovarium
yang sering ditemukan :
Nyeri perut
Perut buncit
Gangguan fungsi saluran cerna
Berat badan turun secara nyata
Perdarahan pervaginam yang tidak normal
Gangguan saluran kencing
Rasa tertekan pada rongga panggul
Nyeri punggung
Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut
5. Faktor Resiko Tejadinya Kanker Ovarium
1. Obat kesuburan
2. Pernah menderita kanker payudara
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan rahim
(menunjukkan adanya sindroma Lynch II).
5. Wanita di atas usia 50 tahun
6. Wanita yang tidak memilki anak (nullipara)

6. Patofisiologi
Kebanyakan teori patofisiologi kanker ovarium meliputi konsep yang dimulai
dengan dedifferentiation dari sel-sel yang melapisi ovarium. Selama ovulasi, sel-
sel ini dapat dimasukkan ke dalam ovarium, di mana mereka kemudian
berkembang biak. Kanker ovarium biasanya menyebar ke permukaan peritoneum
dan omentum.
Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, invasi limfatik,
implantasi intraperitoneal, penyebaran hematogen, dan bagian transdiaphragmatic.
Penyebaran intraperitoneal adalah karakteristik yang paling umum dan diakui dari
kanker ovarium. Sel-sel ganas dapat implan di mana saja dalam rongga peritoneal
tetapi lebih cenderung untuk menanamkan di situs statis sepanjang sirkulasi cairan
peritoneum. Seperti dibahas selanjutnya, mekanisme penyebaran mewakili
pemikiran untuk melakukan pementasan bedah, operasi debulking, dan
administrasi kemoterapi intraperitoneal. Sebaliknya, penyebaran hematogen
secara klinis yang tidak biasa pada awal proses penyakit, meskipun tidak jarang
terjadi pada pasien dengan penyakit lanjut.

7. Pathway
8. Manifestasi Klinis

Gejala kanker ovarium tidak spesifik dan lebih mirip gejala-gejala umum
seperti gejala gangguan pencernaan atau kandung kemih. Seorang wanita dengan
kanker ovarium dapat didiagnosis dengan cara membandingkan dengan kondisi
lain sebelum akhirnya memahami dia menderita kanker.
Kunci utama untuk memahami kanker ovarium adalah tanda-tanda dan gejala
yang terus memburuk. Gejala tersebut meliputi gangguan pencernaan, yang
cenderung untuk datang dan hilang atau terjadi dalam situasi tertentu atau setelah
makan makanan tertentu. Kanker ovarium, biasanya fluktuatif, konstan, dan
secara bertahap memburuk.
Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih
mungkin dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami gejala
berikut:
1. Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian
bawah
2. Tekanan pada perut, merasa kenyang, bengkak atau kembung
3. Urinary urgensi
4. Rasa tidak nyaman atau sakit panggul
5. Mual
6. Sembelit
7. Sering buang air kecil
8. Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
9. Peningkatan ketebalan perut atau pakaian ketat pas di pinggang
10. Sakit saat hubungan seksual (dispareunia)
11. Kekurangan energi
12. Punggung sakit
13. Perubahan menstruasi
14. Panggul terasa berat
15. Perdarahan pervaginam
Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan
pertanda awal dari kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut
membesar akibat ovarium yang membesar ataupun karena penimbunan cairan.
Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan berat
badannya menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang
menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara
atau peningkatan pertumbuhan rambut.

9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksan darah lengkap
2. Pemeriksaan kimia darah
3. Serum HCG
4. Alfa fetoprotein
5. Analisa air kemih
6. Pemeriksaan saluran pencernaan
7. Laparatomi
8. CT scan atau MRI perut.
9. Pemeriksaan panggul.
10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan
gambar dari bagian dalam tubuh.
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian
12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel
kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker
ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka.

10. Penatalaksanaan
Pengobatan
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan
operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi,
radioterapi, dan imunoterapi.
1. Operasi
Pada umumnya dilakukan:
Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya
Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba
fallopii
Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang
memanjang dari lambung ke alat-alat perut
2. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga peritoneal
digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal (stadium I dan II).
Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi residual kanker pada rongga
peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm,
merupakan kandidat utama terapi P32 ini.
3. Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara sistematik
menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin, karboplatin,
doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil yang bervariasi
dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi terapi sistematik dengan
takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan respon terapi, angka kesembuhan
atau kemungkinan hidup.

11. Pencegahan
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk:
1. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50
persen, sesuai dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan
risiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat
mengurangi risiko kanker ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki
histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker ovarium
dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk
mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi,
dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk mutasi gen
BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan
kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.
12. Komplikasi
1. Penyebaran kanker ke organ lain
2. Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya
berbagai organ
3. Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut)
4. Intestinal Obstructions Usus Penghalang
Sel-sel dapat implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim, kandung
kemih, usus, lapisan dinding usus (omentum) dan, lebih jarang, ke paru-paru.
a Ovarium

Ca Ovarium

1. Pengertian

Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang

tidak lazim (kanker) pada satu atau dua bagian indung telur

(Conectique.com, 2008, diakses tanggal 28 Mei 2009).

2. Etilologi kanker ovarium (Busmar, 2006:469)


Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan etiologi kanker

ovarium.
a. Hipotesis Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun 1972 yang

menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-

sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan

waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau

trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat

menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.


b. Hipotesis gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan

data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan

tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada

percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di

sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan meningkat. Peningkatan


kadar gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah

besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.


c. Hipotesis androgen
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Risch pada tahun 1998

yang mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam

terbentuknya kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel

ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan invitro

androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan

juga sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel. Dalam penelitian

epidemiologi juga ditemukan tingginya kadar androgen dalam darah

penderita kanker ovarium.


d. Hipotesis progesteron
Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita

pascamenopause akan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium,

sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan

risikonya. Akan tetapi, pemakaian depo medrosiprogesteron asetat

ternyata tidak menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium.


e. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki

risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nullipara,

yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada wanita yang mengalami 4 atau lebih

kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40%

jika dibandingkan dengan wanita nullipara.


f. Pil kontrasepsi
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan

risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54

tahun yang memakai pil kontrasespsi yaitu dengan risiko relatif 0,6.
g. Talk
Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum

dilaporkan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko

relatif 1,9. Akan tetapi, penelitian prospektif yang mencakup kohort 78.000

wanita ternyata tidak mendukung teori di atas.


h. Ligasi tuba
Pengikatan tuba ternyata menurunkan risiko terjadinya kanker

ovarium dengan risiko relatif 0,3.


i. Terapi Hormon Pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause dengan

estrogen saja selama 10 tahun akan meningkatkan risiko relatif 2,2.

Pemakaian terapi pengganti hormon dengan estrogen yang kemudian

diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan

meningkatnya risiko relatif menjadi 1,5.


j. Obat-obat yang meningkatkan kesuburan
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas akan menginduksi terjadinya

ovulasi atau multipel ovulasi.


k. Faktor herediter
Dari studi metanalisis tahun 1988 ditemukan risiko relatif yang

meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis pertama. Ibu dari

penderita kanker ovarium risiko relatifnya 1,1, saudara perempuan risiko

relatifnya 3,8, anak dari penderita kanker ovarium risiko relatifnya 6.


3. Faktor risiko kanker ovarium
a. Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
b. Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
c. Wanita di atas usia 50 tahun
d. Wanita yang tidak memilki anak (nullipara)
e. Wanita yang memiliki anak lebih dari 35 tahun (Ari, 2008).
4. Patofisiologi kanker ovarium
Penyebab kanker ovarium masih belum diketahui secara pasti, (Ari,

2008). Namun teori yang banyak dianut adalah teori Fathalla yang

menyatakan bahwa diperkirakan pada saat terjadi ovulasi, terjadi

kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang


sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi

lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu

sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor

(Busmar, 2006:469).
Pada kejadian ini, beberapa orang dapat terjadi mutasi gen yang

menjadi karsinogenik. Kejadian mutasi gen akan makin meningkat pada

keluarga yang mempunyai sejarah herediter karsinoma (Manuaba,

2005:461)
5. Gejala kanker ovarium
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih

dari 70% penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. (Busmar,

2006:474).
Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan :
a. Nyeri perut (50,8%)
b. Perut buncit (49,5%)
c. Gangguan fungsi saluran cerna (21,6%)
d. Berat badan turun secara nyata (17,5%)
e. Perdarahan pervaginam yang tidak normal (17,1%)
f. Gangguan saluran kencing (16,4%)
g. Rasa tertekan pada rongga panggul (5,0%)
h. Nyeri punggung (4,9%)
i. Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut (2,8%)
(Yatim, 2008:32).
6. Klasifikasi histologi (Rasjidi, 2007:86).
a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada

umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika

terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas yang

merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian

terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara

mikrokopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai

tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas. (Ari, 2008)


Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya

bervariasi)
3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum,

umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi

ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan

tumor sinus endodermal (Ari, 2008).


Germ cell terdiri atas :
a. Disgermioma
b. Mixed germ cell tumor
c. Teratoma imatur
d. Koriokarsinoma
e. Endodermal sinus tumor
f. Embrional karsinoma
c. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel

granulosa tumor. Tipe lainnya adalah sertoli-leydig.


Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang

memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang

ditemukan (Ari, 2008).


7. Penyebaran kanker oavarium (Busmar, 2006:484)
Kanker ovarium dapat menyebar dengan cara sebagai berikut :
a. Penyebaran transcoelomic
Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul. Selanjutnya

sel-sel tumor yang mengalami eksfoliasi akan menyebar sepanjang

permukaan peritoneum kavum abdomen (trancoelomic) mengikuti aliran

cairan peritoneum. Aliran cairan peritoneum karena pengaruh gerakan

pernapasan akan mengalir dari pelvis ke fossa paracolica, terutama yang

kanan, ke mesentrium dan ke hemidiagfragma kanan. Oleh karena itu,

metastasis sering ditemukan di kavum douglasi, fossa paracolica,


hemidiagfagma kanan, kapsul hepar, peritoneum usus, dan mesentrium,

dan omentum.
b. Penyebaran limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening

yang berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti

pembuluh darah di ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker dapat

menyebar mencapai kelenjar getah bening di sepanjang aorta dan

kelenjar getah bening interkavoartik. Melalui pembuluh getah bening yang

mengikuti pembuluh darah di ligamentum latum dan parametrium, sel-sel

kanker dapat pula mencapai kelenjar getah bening di dinding panggul.

Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti ligamentum rotundum, sel-

sel kanker dapat mencapai kelenjar getah bening di daerah inguinalis.

Metastasis ke kelenjar getah bening ini sangat bergantung pada stadium

penyakit. Dilaporkan pada 78% penderita kanker ovarium stadium III

ditemukan metastasis pada kelenjar getah bening pelvis.


c. Penyebaran hematogen
Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang sekali terjadi. Bila

terjadi, penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan hepar

2-3 % kasus.
d. Transdiagfragma
Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat menembus

diagfragma sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi

sel-sel tumor ganas di rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura.

Penemuan sel tumor ganas pada cairan efusi pleura merupakan salah

satu kriteria untuk menetapkan penderita kanker ovarium di stadium IV.


8. Prognosis
Prognosis tergantung pada gambaran histologik dan stadium klinik

tumor. Angka harapan hidup dalam 5 tahun :


a. Stadium I : 90%
b. Stadium II : 80%
c. Stadium III : 15%
d. Stadium IV : 5% (health.meanschatzi.com, 2006, diakses tanggal 30

April 2009).
9. Stadium kanker ovarium (Abeloff, 2004:2313).
Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Obstetrics

and Gynecology (FIGO).


a. Stadium I
Pertumbuhan terbatas pada ovarium
1) Ia : pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh,

tidak ada pertumbuhan pada permukaan luar.


2) Ib : pertumbuhan pada 2 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada

pertumbuhan pada permukaan luar.


3) Ic : pertumbuhan terbatas pada 1 atau 2 ovarium dengan tumor pada

permukaan, kapsul ruptur, dan ascites atau bilasan peritoneum yang

mengandung sel ganas.


b. Stadium II
Perluasan ke panggul
1) IIa : penyebaran ke uterus atau tuba.
2) IIb : penyebaran ke jaringan panggul lainnya.
3) IIc : stadium IIa dan IIb dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur, dan

ascites atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas.


c. Stadium III
Implantasi peritoneum di luar panggul dan/atau adanya nodus

retroperitoneal atau inguinal.


1) IIIa : tumor terbatas pada panggul sejati, tanpa nodus, penyebaran

mikroskopis pada peritoneum abdomen.


2) IIIb : implantasi pada peritoneum abdominal 2 cm, tanpa nodus.
3) IIIc : terdapat implantasi abdominal > 2 cm dengan adanya nodus

retroperitoneal dan inguinal.


d. Stadium IV
Metastase jauh
10. Diagnosa
a. Anamnesis
1) Umur pasien
2) Jumlah paritas
3) Umur pertama kali memiliki anak
4) Riwayat keluarga yang mengalami kanker ovarium, kanker kolon, kanker

endometrial, dan dan kanker payudara.


5) Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
6) Nafsu makan dan penurunan berat badan
7) Nyeri abdomen bagian bawah
8) Benjolan pada perut bagian bawah
9) Perdarahan pervaginam
10) Perkemihan
11) Nyeri pada punggung
b. Pemeriksaan pelvik
1) Teraba tumor padat
2) Tumor bersifat ireguler dan terfiksir
3) Terdapat asites
c. Radiologi
1) USG transvaginal (Ultrasonografi Transvaginal)
Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan ketajaman diagnosis

karena mampu menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik.

Morfologi tumor ovarium yang diperiksa terdiri atas tiga kategori, yaitu

volume tumor, struktur dinding tumor, dan struktur septum tumor.

Pemakaian USG transvaginal dapat membedakan tumor ovarium jinak

dengan tumor ovarium ganas.


2) CT Scan (Computed Tomography Scanning)
Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat

bermanfaat. Dengan CT-scan dapat diketahui ukuran tumor primer,

adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites, dan

penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi, CT-scan kurang disenangi

karena risiko radiasi, risiko alergi terhadap zat kontras, kurang tegas

dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, serta biayanya

mahal.
3) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam hal

diagnostik. CT-scan lebih dianjurkan dalam mengevaluasi kanker ovarium.


d. Tes darah khusus
1) CA-125
CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel

amnion. Permukaan epitel ovarium fetus dan dewasa tidak menghasilkan

CA 125, kecuali kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami

metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan papiler. Kadar normal yang

paling tinggi untuk CA 12 adalah 35 U/ml. Pada 83% penderita kanker

ovarium epitelial, kadar CA 125 adalah 35 U/ml. kadar CA 125 yang

meningkat ditemukan pada 50% kanker ovarium stadium I dan pada 90%

penderita kanker ovarium epitelial stadium lanjut.


2) CA 72-4 atau TAG 72
Cancer Antigen 72 atau Tumor Associated Glycoprotein adalah suatu

glycoprotein surface antigen yang ditemukan pada kanker kolon, kanker

gaster, dan kanker ovarium. Terutama meningkat pada tumor jenis

musinosum.
3) M-SCF
Serum macrophage colony-stimulating factor (factor yang menstimulasi

koloni makrofrag) adalah sitokin yang dihasilkan oleh epitel ovarium

normal dan neoplastik. Kadarnya meningkat pada 68% penderita kanker

ovarium.
4) OVX1
Adalah antibody monoklonal. Kombinasi pemeriksaan OVX1 dengan M-

SCF dan CA 125 akan meningkatkan sensivitas pada penderita kanker

ovarium jika disbanding pemeriksaan CA 125 saja.


5) LPA
Lysophostidic acid (LPA) adalah suatu fosfolipid bioaktif. Peningkatan LPA

ditemukan pada 9 dari 10 penderita kanker ovarium stadium I dan pada

semua penderita kanker ovarium stadium IV.


6) Proteasin
Kombinasi pemeriksaan dengan CA 125 meningkatkan sensivitas menjadi

92% dan spesifitas menjadi 94% dalam deteksi kanker ovarium jenis

mukinosum. (Busmar, 2006:490)


7) Osteopontin
8) Inhibin
9) Kallikrein
10) LDH
11) HCG
12) AFP (penanda tumor sel germinal)
e. Laparoskopi
f. Laparotomi
g. Foto rontgen dada dan tulang
h. Scan kelenjar getah bening
i. Scan traktus urinarus
(detak.org, 2008, diakses tanggal 13 Januari 2009.).
11. Diagnosa banding
a. Kanker lambung
b. Kanker kolon
c. Asites
d. Kehamilan ektopik
e. Kandung kemih yang menggembung (health.meanschatzi.com, 2006,

diakses tanggal 30 April 2009).


12. Pengobatan
a. Stadium IA dan IB
Pembedahan :
1) Ooforektomi + reseksi tumor
2) Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi
b. Stadium IC
1) Pembedahan
a) Ooforektomi + reseksi tumor
b) Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi
2) Terapi radiasi : radoisotop intraperitoneal
3) Kemoterapi : kombinasi Cis platinum dan endoxan
c. Stadium II
1) Pembedahan
a) Ooforektomi + reseksi tumor
b) Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi, eksisi,adhesi,

biopsi diagfragma dan pelvis


2) Terapi radiasi defenitif pada seluruh abdomen/pelvis
3) Kemoterapi
d. Stadium III
1) Pembedahan : sitoreduktif
2) Terapi radiasi paliatif
3) Kemoterapi
e. Stadium IV
1) Pembedahan : debulking
2) Terapi radiasi paliatif
3) Kemoterapi
f. Relaps dan rekuren
1) Pembedahan : second look laparatomy
2) Terapi radiasi paliatif
3) Kemoterapi
(health.meanschatzi.com, 2006, diakses tanggal 30 April 2009).
13. Pencegahan
Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar

terhindar dari kanker ovarium. Upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi:


a. Pemeriksaan klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya kista atau

pembesaran ovarium.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk

mendeteksi aliran darah.


c. Pemeriksaan petanda tumor (tumor marker).
d. Pemeriksaan CT Scan/MRI bila dianggap perlu
Pemeriksaan tersebut di atas sangat dianjurkan terutama terhadap

wanita yang mempunyai risiko akan terjadinya kanker ovarium, yaitu :


a. Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
b. Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
c. Wanita penderita kanker payudara dan kolon
(berbagisehat.com, 2008, diakses tanggal 26 Mei 2009).

Referensi:
- Anonim, 2008, A-Z Kanker Indung Telur , http://www.Conetique.com

diakses 28 Mei 2008


- Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku

Acuan Nasional Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono. Jakarta.
- Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat

dengan Tingkat Kesuburan yang Rendah. http://www.berbagisehat.com

diakses tanggal 26 Mei 2009.


- Ari. 2008. Karsinoma Ovarium. http://www.detak.org diakses tanggal 13

Januari 2009.
- Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi.

Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta


- Rasjidi, Imam, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi

Berdasarkan Evidence Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


- Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler

Obor. Jakarta.
- Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier

Churchill Livingstone. United States of America.


Daftar Pustaka
- Anonim, 2008, A-Z Kanker Indung Telur , http://www.Conetique.com

diakses 28 Mei 2008


- Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku

Acuan Nasional Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono. Jakarta.
- Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat

dengan Tingkat Kesuburan yang Rendah. http://www.berbagisehat.com

diakses 4 November 2015


- Ari. 2008. Karsinoma Ovarium. http://www.detak.org diakses tanggal 4

November 2015
- Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi.

Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta


- Rasjidi, Imam, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi

Berdasarkan Evidence Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


- Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler

Obor. Jakarta.
- Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier

Churchill Livingstone. United States of America.

Anda mungkin juga menyukai