Anda di halaman 1dari 28

Majapahit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Untuk kegunaan lain dari Majapahit, lihat Majapahit (disambiguasi).

Majapahit

12931527

Bendera Surya Majapahit*

Peta wilayah kekuasaan Majapahit berdasarkanNagarakertagama;

keakuratan wilayah kekuasaan Majapahit menurut penggambaran orang

Jawa masih diperdebatkan.[1]

Ibukota Majapahit, Wilwatikta (Trowulan)

Bahasa Jawa Kuno, Sanskerta

Agama Siwa-Buddha (Hindu danBuddha), Keja


wen,Animisme

Pemerinta Monarki
han

Raja
1295-1309 Kertarajasa Jayawardhana
-

1478-1498 Girindrawardhana
-

Sejarah

Penobatan 10 November 1293 1293


-Raden
Wijaya

Invasi De 1527
-mak

Mata uang Koin emas dan perak, kepeng (koin


perunggu yang diimpor dari Tiongkok)

*Surya Majapahit adalah lambang yang umumnya dapat ditemui di


reruntuhan Majapahit, sehingga Surya Majapahit mungkin
merupakan simbol kerajaan Majapahit

Artikel ini bagian dari seri


Sejarah Indonesia

Lihat pula:

Garis waktu sejarah Indonesia


Sejarah Nusantara

Prasejarah

Kerajaan Hindu-Buddha

Kutai (abad ke-4)

Tarumanagara (358669)

Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)

Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)


Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)

Kerajaan Medang (7521006)

Kerajaan Kahuripan (10061045)

Kerajaan Sunda (9321579)

Kediri (10451221)

Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)

Singhasari (12221292)

Majapahit (12931500)

Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)

Kerajaan Islam

Penyebaran Islam (1200-1600)

Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)

Kesultanan Ternate (1257sekarang)

Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)

Kesultanan Malaka (14001511)

Kerajaan Inderapura (1500-1792)

Kesultanan Demak (14751548)

Kesultanan Aceh (14961903)

Kesultanan Banten (15271813)

Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)

Kesultanan Mataram (15881681)

Kesultanan Siak (1723-1945)

Kerajaan Kristen

Kerajaan Larantuka (1600-1904)

Kolonialisme bangsa Eropa

Portugis (15121850)

VOC (1602-1800)

Belanda (18001942)

Kemunculan Indonesia

Kebangkitan Nasional (1899-1942)

Pendudukan Jepang (19421945)


Revolusi nasional (19451950)

Indonesia Merdeka

Orde Lama (19501959)

Demokrasi Terpimpin (19591965)

Masa Transisi (19651966)

Orde Baru (19661998)

Era Reformasi (1998sekarang)

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar
tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang
menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari
tahun 1350 hingga 1389.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai
salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Menurut Negarakertagama, kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Historiografi

2 Sejarah

o 2.1 Berdirinya Majapahit

o 2.2 Kejayaan Majapahit

o 2.3 Jatuhnya Majapahit

3 Kebudayaan
4 Ekonomi

5 Struktur pemerintahan

o 5.1 Aparat birokrasi

o 5.2 Pembagian wilayah

6 Raja-raja Majapahit

7 Warisan sejarah

o 7.1 Legitimasi politik

o 7.2 Arsitektur

o 7.3 Persenjataan

8 Kesenian modern

o 8.1 Puisi lama

o 8.2 Komik dan strip komik

o 8.3 Roman/novel sejarah

o 8.4 Film/Sinetron

9 Referensi

o 9.1 Bibliografi

10 Lihat pula

11 Pranala luar

Historiografi[sunting | sunting sumber]

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, [4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber
utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa
Kawi dan Nagarakretagama[6] dalam bahasa Jawa Kuno.[7] Pararaton terutama menceritakan Ken
Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya
Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan
Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[8] Selain itu,
terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-
negara lain.[8]

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-
sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua
naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa
depan.[9] Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut
dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan
kerajaan yang tampak cukup pasti.[5]. Tahun 2010 sekelompok pengusaha Jepang dipimpin Takajo Yoshiaki
membiayai pembuatan kapal Majapahit atau Spirit Majapahit yang akan berlayar ke Asia. Hal ini dilakukan
menurut Takajo adalah untuk mengenang kerjasama Majapahit dan Kerajaan Jepang melawan Kerajaan China
(Mongol) dalam perang di Samudera Pasifik.[10] Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National
University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatera danSingapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak
bangunan, candi, patung dan seni.[11] Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal
dari Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari
Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Filipina, Singapura, Malaysia dan Selatan Thailand. [12]

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Berdirinya Majapahit[sunting | sunting sumber]
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnusebagai penggambaranKertarajasa. Berlokasi semula di Candi
Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia.

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi
perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[13] ke
Singhasari yang menuntutupeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk
membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.
[13][14]
Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria
Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan,
Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. [15] Jawaban dari surat diatas disambut
dengan senang hati.[15] Raden Wijayakemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa
baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut.
Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan
Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu
Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena
mereka berada di negeri asing.[16][17] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap
angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden
Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10
November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi
masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak
melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh
Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini
tersebut disebutkan dalam Pararaton.[18] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang
melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi
dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan
dipenjara, dan lalu dihukum mati.[17] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat
lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da
Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya,
Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih
mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana
Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai
Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan
rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama
kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan
Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh
putranya,Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit[sunting | sunting sumber]


Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakanemasapsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan
dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.


Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada
masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah
perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan


Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[19]. Sumber ini menunjukkan
batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Makam Putri Campa di Trowulan (foto diambil pada tahun 1870-1900)

Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut
tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh
perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja [20]. Majapahit juga memiliki hubungan
dengan Campa, Kamboja, Siam, Birmabagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya
ke Tiongkok.[2][20]

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin
persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat
mempersunting Citraresmi(Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya.[21] Pihak Sunda
menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga
dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk.
Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah
Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak
terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan
akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.
[22]
Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela
pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya.[23] Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam
naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan.
Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung,
anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan
yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang
dari Sumatera kePapua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di
Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan
langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya
semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas
mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat
mengundang reaksi keras.[24]

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk
menumpas pemberontakan di Palembang.[2]

Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang
menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan
mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar
agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

Jatuhnya Majapahit[sunting | sunting sumber]

Pasukan Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah
wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan
takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri,
pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga
menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun
1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali
Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh
laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405
sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab
di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam
pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.[25]

Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang
memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang
juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik
laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan
gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga
tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia
kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi
memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit. [8].

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara.
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada
saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai
muncul di bagian barat Nusantara[26]. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa
lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat
Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan
Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Sebuah tampilan model kapal Majapahit diMuseum Negara Malaysia, Kuala Lumpur,Malaysia.

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu
kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun
1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu
kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana.
Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan
kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka,
berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan [27])
hingga tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun
1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah sirna hilanglah kemakmuran bumi. Namun demikian
yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11
Majapahit, oleh Girindrawardhana[28].
[28]
Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan
memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak,
karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.
[29]
Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali.
Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama
ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal
abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit [30]. Demak dibawah pemerintahan Raden
(kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah
Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan
seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah
terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa
dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M[28].

Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di
tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya
tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian
barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali.
Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger,
kawasan Bromo dan Semeru.

Kebudayaan[sunting | sunting sumber]


Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih
tegak berdiri di Trowulan.

"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi

tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak

bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan

bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".

Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra
yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap
hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke
istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis:
keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara
langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan
Nusantara yang menikmati otonomi luas.[31]

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang
diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha,Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk
Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali
tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana
muslim saat itu.[2]

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling
ahli menggunakannya[32]. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan
getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih
dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa
elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar,
gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini
masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali.

".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau

terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat

besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini

Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil

mengalahkannya."

Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[33]


Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan
Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia
mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia
dikirimPaus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi
Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju
kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia
melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi.
Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat
banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa
sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan
raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan
Jawa yang disebutkan di sini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-
1330 pada masa pemerintahanJayanegara.

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Celengan zaman Majapahit, abad 14-15Masehi Trowulan, Jawa Timur. (KoleksiMuseum Gajah, Jakarta)

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan[20]. Pajak dan denda dibayarkan
dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa
kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada
masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008
sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang
penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin
tersebut berasal dari era Majapahit.[34] Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan
dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi
Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistemmata uang Majapahit agar dapat
digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat
dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal. [31]

Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan
prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa
tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[31] Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan
berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual
minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak
zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar
pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.

Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu
ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya
adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari
campuran perak, timah putih,timah hitam, dan tembaga[35]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone,
biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja
Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.[36]

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan
Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit
membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-
pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan
untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-
rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit. [31]

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang
asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing
terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional.
Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu
kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa [37].

Struktur pemerintahan[sunting | sunting sumber]


Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumertaTribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda Hayam Wuruk.

Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan
[38]
sejarahnya . Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politiktertinggi.

Aparat birokrasi[sunting | sunting sumber]


Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan
kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di
bawahnya, antara lain yaitu:

Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja

Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan

Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan

Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan
Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-
sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam
dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara
Saptaprabhu.

Pembagian wilayah[sunting | sunting sumber]


Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari [17], terdiri atas beberapa
kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut
Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan.
Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan
mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan
daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola
oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai
berikut:

1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja

2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau
bangsawan)

3. Watek: dikelola oleh wiyasa,

4. Kuwu: dikelola oleh lurah,

5. Wanua: dikelola oleh thani,

6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Hubungan
No Provinsi Gelar Penguasa
dengan Raja

Kahuripan (atau Janggala, Bhre


1 Tribhuwanatunggadewi ibu suri
sekarang Surabaya) Kahuripan

bibi
2 Daha (bekas ibukota dari Kediri) Bhre Daha Rajadewi Maharajasa sekaligus ibu
mertua

3 Tumapel (bekas ibukota Bhre Kertawardhana ayah


dari Singhasari) Tumapel

paman
Bhre
4 Wengker (sekarang Ponorogo) Wijayarajasa sekaligus
Wengker
ayah mertua

suami dari
Bhre
5 Matahun (sekarang Bojonegoro) Rajasawardhana Putri Lasem,
Matahun
sepupu raja

Bhre
6 Wirabhumi (Blambangan) Bhre Wirabhumi1 anak
Wirabhumi

Bhre saudara laki-


7 Paguhan Singhawardhana
Paguhan laki ipar

Bhre anak
8 Kabalan Kusumawardhani2
Kabalan perempuan

Bhre keponakan
9 Pawanuan Surawardhani
Pawanuan perempuan

Lasem (kota pesisir di Jawa Bhre


10 Rajasaduhita Indudewi sepupu
Tengah) Lasem

Bhre saudara
11 Pajang (sekarang Surakarta) Rajasaduhita Iswari
Pajang perempuan

Bhre keponakan
12 Mataram (sekarang Yogyakarta) Wikramawardhana2
Mataram laki - laki

Catatan:
1
Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak

diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan

Nagawardhani, keponakan perempuan raja.


2
Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja),
pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi
menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[39] Daerah-daerah
bawahan tersebut yaitu:

Kahuripan (no. 1)

Daha (no. 2)

Tumapel (no. 3)

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa
negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya,
konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:

Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama
selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini
adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan
pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang
dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.

Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh
kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya
memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah
dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya
di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan
pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara
termasuk di dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan
juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.

Nusantara, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam
koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas
dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya
atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan
Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan
kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, danSemenanjung
Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit
juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:

Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu
menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan
sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa
asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si
Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan
Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).[40] Mitreka Satata dapat dianggap sebagai
aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk
dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua
bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian diidentifikasi oleh
sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti
kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa
integrasi administratif lebih lanjut.[41] Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala
Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa
daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini
meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri
tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala
ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta
mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit[sunting | sunting sumber]


Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.
[42]

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri
Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa
Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana
(penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang
memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok [8].

Nama Raja Gelar Tahun

Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana 1293 - 1309

Kalagamet Sri Jayanagara 1309 - 1328

Sri Gitarja Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328 - 1350


Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 - 1389

Wikramawardhana 1389 - 1429

Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu 1429 - 1447

Kertawijaya Brawijaya I 1447 - 1451

Rajasawardhana Brawijaya II 1451 - 1453

Purwawisesa atau Girishawardhana Brawijaya III 1456 - 1466

Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa Brawijaya IV 1466 - 1468

Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 - 1478

Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 - 1498

Patih Udara 1498 - 1518

Warisan sejarah[sunting | sunting sumber]


Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir. Koleksi Museum fr Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada
abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik[sunting | sunting sumber]

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas
kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya
melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan
sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan.
Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri
memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah
memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga
kerajaan Majapahit sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting
dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat
pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati
kebudayaan Majapahit.[32]

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan
Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya,
sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara
Republik Indonesia saat ini.[20] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis
Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari
Majapahit yang diromantiskan.[43] Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan
bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi
kekuasaan negara.[44] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas
dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera
kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal
dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Angkatan
Laut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional
Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari"Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular,
seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur[sunting | sunting sumber]

Sepasang patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur (Museum of Asian Art, San
Francisco)

Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia.
Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam
kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa
serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini. Meskipun bata merah sudah
digunakan jauh lebih awal, para arsitek Majapahitlah yang menyempurnakan teknik pembuatan
struktur bangunan bata ini.

Beberapa elemen arsitektur kompleks bangunan di Jawa dan Bali diketahui berasal dari masa
Majapahit. Misalnya gerbang terbelah candi bentar yang kini cenderung dikaitkan dengan arsitektur
Bali, sesungguhnya merupakan pengaruh Majapahit, sebagaimana ditemukan pada Candi Wringin
Lawang, salah satu candi bentar tertua di Indonesia. Demikian pula dengan gapura paduraksa (kori
agung) beratap tinggi, dan pendopo berlandaskan struktur bata. Pengaruh citarasa estetika dan gaya
bangunan Majapahit dapat dilihat pada kompleks Keraton Kasepuhan di Cirebon, Masjid Menara
Kudus di Jawa Tengah, dan Pura Maospait di Bali. Tata letak kompleks bangunan berupa halaman-
halaman berpagar bata yang dihubungkan dengan gerbang dan ditengahnya terdapat pendopo,
merupakan warisan arsitektur Majapahit yang dapat ditemukan dalam tata letak beberapa
kompleks keraton di Jawa serta kompleks puri (istana) dan pura di Bali.

Persenjataan[sunting | sunting sumber]

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik


pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan
dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak
masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris.
Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan
meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.

Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak dan meriam kapal
sederhana yang disebut Cetbang. Saat ini salah satu koleksi Cetbang Majapahit tersebut berada di
The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika.

Kesenian modern[sunting | sunting sumber]

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi
tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya untuk menuangkan kreasinya, terutama di
Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

Puisi lama[sunting | sunting sumber]

Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama
pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah
tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama
sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.
Komik dan strip komik[sunting | sunting sumber]

Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar
belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik
seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa Rani.

Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.

Komik Majapahit karya R.A. Kosasih

Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar "Kompas" edisi
Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Alex Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi dalam latar
peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M.
Roman/novel sejarah[sunting | sunting sumber]

Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit,
karya Sanusi Pane.

Pelangi Di langit Singasari (1968 - 1974), roman sejarah dengan setting zaman kerajaan Kediri
dan Singasari, karya S. H. Mintardja.

Bara Di Atas Singgasana, roman sejarah dengan setting zaman kerajaan singasari dan
Majapahit, karya S. H. Mintardja

Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit,


karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.

Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari,
masa Majapahit, dan berakhir pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu
Mona/Hasbullah Parinduri.

Senopati Pamungkas (1986/2003), cerita silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal
berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.

Arus Balik (1995), sebuah epos pasca kejayaaan Nusantara pada awal abad 16,
karya Pramoedya Ananta Toer.

Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005), roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah
Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.

Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada
dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.

Jung Jawa (2009), sebuah antologi cerita pendek berlatar Nusantara, karya Rendra Fatrisna
Kurniawan, diterbitkan Babel Publishing dengan ISBN 978-979-25-3953-0.
Film/Sinetron[sunting | sunting sumber]
Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar
belakang Singhasari pada pemerintahan Kertanegara hingga Majapahit pada
pemerintahanJayanagara.

Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada
kurun dasawarsa pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus
pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.

Walisanga, sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit pada masa Brawijaya
V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.

Puteri Gunung Ledang, sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat cerita berdasarkan
legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti
Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan
Malaka.

Anda mungkin juga menyukai