Anda di halaman 1dari 11

1

PENGARUH EKSTRAK BIJI BUNGA MATAHARI TERHADAP DIAMETER


TUBULUS SEMINIFERUS TESTIS MENCIT
(Mus musculus) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

Shinta Rizkiasih Santoso1), S.B. Widjokongko2), Mujosemedi3)


E. Listyaningsih S.2), Vicky Eko N.H.4)

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian


ekstrak biji bunga matahari terhadap diameter tubulus seminiferus testis pada mencit
(Mus musculus) yang dipapar asap rokok.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental laboratorik


dengan the posttest-only with control group design. Dua puluh delapan mencit jantan
galur Swiss webster dengan umur 3 bulan dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok
pertama sebagai kontrol, kelompok P1 diberi paparan asap rokok saja, sedangkan
kelompok P2 dan P3 diberi paparan asap rokok serta ekstrak biji bunga matahari
dengan dosis 0,09 gr/20 gr BB dan 0,18 gr/20 gr BB. Perlakuan diberikan selama 20
hari berturut-turut. Pada hari ke-21, mencit dikorbankan dan diambil testisnya untuk
dibuat preparat histologis dengan metode pengecatan HE. Pengamatan dilakukan
dengan mengukur panjang diameter tubulus seminiferus dan membandingkannya
pada tiap kelompok. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis yang
dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan diameter tubulus seminiferus yang bermakna


antara kelompok P1 (77,02 m) dan P2 (98,81 m), demikian pula antara P1 (77,02
m) dengan P3 (100,08 m). Sedangkan, perbedaan diameter tubulus seminiferus
kelompok P2 (98,81 m) dan P3 (100,08 m) tidak bermakna secara statistik.

Simpulan Penelitian: Ekstrak biji bunga matahari mempunyai efek yang mampu
mengurangi risiko penyusutan diameter tubulus seminiferus testis mencit yang
dipapar asap rokok.

Kata Kunci: Biji bunga matahari, tubulus seminiferus, asap rokok.


1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2)
Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3)
Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
4)
Bagian I K THT-KL, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2

EFFECT OF SUNFLOWER EXTRACT TO THE DIAMETER OF


SEMINIFEROUS TUBULE IN THE TESTIS OF MICE
(Mus musculus) EXPOSED BY CIGARETTE SMOKE

Shinta Rizkiasih Santoso1, S.B. Widjokongko2, Mujosemedi3


E. Listyaningsih S.2, Vicky Eko N.H.4

Objective: To evaluate the effect of sunflower extract to the diameter of seminiferous


tubule in the testis of mice exposed by cigarette smoke.

Methods: This was a laboratory experimental study with the posttest-only with
control group design. Twenty eight adult male Swiss webster mice were grouped into
four groups. K was control group without treatment, P1 (exposed by cigarette smoke),
P2 (exposed by cigarette smoke and treated by sunflower extract 0,09 gr/20 gr body
weight), P3 (exposed by cigarette smoke and treated by sunflower extract 0,18 gr/20
gr body weight). The treatments were given in 20 days. Then, all the animals were
sacrificed. The testes were processed and stained with HE. The diameter of
seminiferous tubules was measured and compared each groups. The result of
research was analyzed using Kruskal-Wallis test, then followed by Mann-Whitney
test.

Results: There was a significant difference of diameter of seminiferous tubules


between P1 (77,02 m) and P2 (98,81 m), as well as P1 (77,02 m) and P3 (100,08
m). While, the diameter between P2 (98,81 m) and P3 (100,08 m) was not
significantly different.

Conclusion:. Sunflower extract supplementation may prevent the reduction of


diameter of seminiferous tubules in the testis of mice exposed to cigarette smoke.

Keywords: Sunflower extract, diameter of seminiferous tubule, cigarette smoke


1)
Student, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
2)
Departement of Histology, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
3)
Departement of Biology, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
4)
Departement of Otorhinolaryngology-Head and Neck, Faculty of Medicine, Sebelas Maret
University, Surakarta.
3

PENDAHULUAN
Kebiasaan merokok kini sudah sangat meluas di masyarakat, bahkan menjadi
suatu epidemi tersendiri di dunia (Amalia, 2010). Banyak studi yang telah dilakukan
terkait merokok dan efek negatif yang ditimbulkan terhadap berbagai organ tubuh
dan sistem reproduksi, baik pada manusia maupun hewan (Ahmadnia et al., 2007).
Berbagai bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, memiliki potensi untuk
menimbulkan stres oksidatif dengan meningkatkan pembentukan Reactive Oxygen
Species (ROS) (Quratulainy, 2006). Kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh ROS
akan mengakibatkan degradasi serta kerusakan sel-sel germinal testis. Yurnadi (2002)
menyebutkan bahwa pada mencit normal, diameter tubulus seminiferus ditentukan
oleh jumlah sel epitel seminiferus. Sedangkan, sel epitel seminiferus itu sendiri
ditentukan oleh jumlah susunan sel-sel spermatogenik. Artinya, jika terdapat
kerusakan dan penyusutan sel-sel spermatogenik, akan terjadi penyusutan diameter
tubulus seminiferus pula.
Biji bunga matahari merupakan salah satu sumber makanan yang kini menjadi
terobosan terbaru karena kaya akan zat-zat yang menyehatkan tubuh. Biji bunga
matahari ini mengandung vitamin E, vitamin B1 (thiamin), vitamin B5, asam folat,
dan berbagai macam mineral seperti mangan, fosfor, selenium, kalsium, magnesium,
hingga tembaga (The George Mateljan Foundation, 2010).
Dalam penelitian Saalu et al. (2007) disebutkan bahwa vitamin E telah diuji
secara luas sehubungan dengan perannya melawan stres oksidatif. Selain itu, ekstrak
biji bunga matahari juga mengandung zat antioksidan lainnya, seperti selenium dan
tembaga, yang dapat berinteraksi dengan enzim-enzim antioksidan dalam tubuh.
Berbagai kandungan ekstrak biji bunga matahari tersebut dapat membantu
melindungi sel dari kerusakan akibat stres oksidatif (The George Mateljan
Foundation, 2010).
Berdasarkan fakta di atas, peneliti merumuskan permasalahan penelitian, yaitu
apakah pemberian ekstrak biji bunga matahari berpengaruh terhadap diameter
tubulus seminiferus testis pada mencit (Mus musculus) yang dipapar asap rokok?
4

Sedangkan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian


ekstrak biji bunga matahari terhadap diameter tubulus seminiferus testis pada mencit
(Mus musculus) yang dipapar asap rokok.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh
pemberian ekstrak biji bunga matahari terhadap diameter tubulus seminiferus
testis pada mencit (Mus musculus) yang diberi paparan asap rokok.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi tahap penelitian lebih lanjut
agar memanfaatkan ekstrak biji bunga matahari untuk mencegah kerusakan
struktur dan diameter tubulus seminiferus testis akibat paparan asap rokok.

MATERI DAN METODE


Komponen asap rokok diperkirakan mengandung sekitar 1.014 molekul radikal
bebas (Fowles and Bates, 2000). Adanya radikal bebas ini dapat menyebabkan
terjadinya reaksi berantai yang bisa menyebar ke seluruh sel. Ozyurt et al. (2006)
menyebutkan bahwa pemaparan asap rokok dapat menimbulkan produksi ROS yang
berlebih pada testis tikus. Produksi ROS yang berlebihan ini dapat menimbulkan
stres oksidatif pada membran sel epitel seminiferus testis.
Adanya stres pada membran fosfolipid akan memicu peroksidasi lipid. Hal ini
akan mengubah struktur membran dan kestabilan sel yang berujung pada degradasi
dan kerusakan struktur sel (Nussey et al., 2009; Mahapatra et al., 2010). Kerusakan
struktur sel penyusun epitel seminiferus tersebut dapat mempengaruhi penyusutan
diameter tubulus seminiferus. Sebab, tebalnya susunan epitel seminiferus inilah yang
kemudian menentukan diameter tubulus seminiferus (Yurnadi, 2002).
Biji bunga matahari mengandung vitamin E, vitamin B1 (thiamin), vitamin B5,
asam folat, dan berbagai macam mineral seperti mangan, fosfor, selenium, kalsium,
magnesium, hingga tembaga (The George Mateljan Foundation, 2010). Biji bunga
matahari merupakan sumber vitamin E yang sangat baik. Vitamin E akan
memodulasi aktivitas enzim antioksidan yang terdapat pada membran sel (Bradford
5

et al., 2003). Vitamin E juga merupakan penunjang utama perlindungan tubuh yang
bersifat nonenzimatik yang mampu memutus rantai peroksidasi lipid (Zhou et al.,
2006). Sehingga, vitamin E dikenal juga sebagai chain breaking antioxidant (Saalu
et al., 2007).
Selain itu, ekstrak biji bunga matahari juga mengandung zat antioksidan lainnya.
Selenium dapat berinteraksi dengan enzim antioksidan dalam tubuh, yaitu glutathion
peroksidase. Sedangkan, tembaga merupakan unsur penting yang menyusun enzim
antioksidan tubuh, superoxide dismutase. Berbagai kandungan antioksidan dalam
ekstrak biji bunga matahari tersebut dapat mengendalikan kadar ROS dan melindungi
sel dari kerusakan akibat stres oksidatif (Nussey et al., 2009).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan
penelitian the posttest-only with control group design. Pengelompokan sampel
dilakukan secara incidental sampling dan cara perhitungan besar sampel adalah
dengan rumus Federer. Subyek penelitian sebanyak 28 ekor mencit (Mus musculus)
jantan, dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol (tanpa
perlakuan), kelompok P1 diberi paparan asap rokok 1 batang perhari, sedangkan
kelompok P2 dan P3 diberi paparan asap rokok 1 batang perhari serta ekstrak biji
bunga matahari peroral dengan dosis 0,09 gr/20 gr BB dan 0,18 gr/20 gr BB.
Perlakuan diberikan selama 20 hari berturut-turut. Kemudian, mencit dikorbankan
dan diambil testisnya untuk dibuat preparat histologis. Diameter tubulus seminiferus
testis mencit diukur pada tiap kelompok penelitian. Data hasil penelitian kemudian
dianalisis menggunakan uji Kruskall-Wallis, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tentang pengaruh ekstrak biji bunga matahari terhadap diameter
tubulus seminiferus testis mencit yang dipapar asap rokok dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Diameter Seminiferus Testis Mencit Semua Kelompok Penelitian
Kelompok Mean SD (m)
Kontrol (K) 106,14 12,03
Perlakuan 1 (P1) 77,02 7,17
Perlakuan 2 (P2) 98,81 10,56
Perlakuan 3 (P3) 100,08 7,94
6

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat adanya penyusutan diameter pada


kelompok perlakuan 1 yang diberi paparan asap rokok. Sedangkan, pada kelompok
perlakuan 2 dan 3 yang diberi ekstrak biji bunga matahari bersama dengan paparan
asap rokok, tampak adanya penurunan rerata diameter tubulus seminiferus yang lebih
kecil. Hasil rerata diameter di atas kemudian dianalisis secara statistik dengan uji
Kruskall-Wallis untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut signifikan.
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis yang dilakukan terhadap seluruh kelompok
sampel, diperoleh nilai probabilitas adalah 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara keempat kelompok sampel
penelitian. Kemudian, untuk mengetahui lebih jelas letak perbedaan yang bermakna
di antara kelompok sampel, peneliti melanjutkan analisis data menggunakan uji
Mann-Whitney seperti yang tercantum dalam tabel 2.
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Antarkelompok Penelitian.

Kelompo Nilai probabilitas ( = Kelompo Nilai probabilitas ( =

k 0,05)* k 0,05)*
K dan P1 0,000 P1 dan P2 0,000
K dan P2 0,000 P1 dan P3 0,000
K dan P3 0,000 P2 dan P3 0,221
* The mean difference is significant at the 0.05 level.

PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, efek yang ditimbulkan oleh asap rokok terhadap diameter
tubulus seminiferus testis dapat kita amati pada mencit kelompok perlakuan 1. Data
hasil penelitian menunjukkan adanya penyusutan diameter pada kelompok perlakuan
1 yang diberi paparan asap rokok bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa
perlakuan). Perbedaan rerata diameter tersebut juga menunjukkan nilai probabilitas
yang signifikan secara statistik (p = 0,000).
Penyusutan diameter tubulus seminiferus pada kelompok perlakuan dengan
paparan asap rokok terjadi karena penyusutan jumlah sel-sel penyusun epitel
seminiferus akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh paparan asap rokok. Susunan
sel spermatogenik tampak longgar dan irregular, disertai hilangnya sebagian sel
spermatogenik di dalam tubulus seminiferus. Stratifikasi epitel seminiferus juga
tampak berkurang, hanya terdiri atas 2-3 lapisan sel spermatogenik saja. Lumen
7

tubulus juga tampak tidak terisi penuh oleh spermatozoa. Hal ini menunjukkan
adanya kerusakan sel-sel dalam tubulus seminiferus yang mungkin diakibatkan oleh
paparan asap rokok.
Perubahan struktur penyusun epitel seminiferus di atas mungkin disebabkan oleh
kandungan radikal bebas dalam asap rokok yang dapat meningkatkan produksi
Reactive Oxygen Species (ROS) pada testis tikus (Ozyurt et al., 2006). Sehingga,
terjadi suatu kondisi stres oksidatif pada membran fosfolipid yang memicu
peroksidasi lipid. Hal ini akan menimbulkan degradasi dan kerusakan struktur sel-sel
testis (Nussey et al., 2009; Mahapatra et al., 2010). Pada akhirnya, kerusakan serta
perubahan struktur sel yang menyusun epitel seminiferus di atas akan menimbulkan
penyusutan diameter tubulus seminiferus. Sebab, tebalnya susunan epitel seminiferus
tersebut akan menentukan nilai diameter tubulus seminiferus (Yurnadi, 2002).
Sedangkan, pada kelompok perlakuan 2 dan 3 yang diberi ekstrak biji bunga
matahari bersama dengan paparan asap rokok, tampak adanya penurunan rerata
diameter tubulus seminiferus yang lebih kecil dan bermakna secara statistik (p =
0,000) dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1. Hal ini berarti pemberian
ekstrak biji bunga matahari mampu membantu melindungi sel-sel epitel seminiferus
dari kerusakan seluler akibat stres oksidatif.
Efek proteksi yang ditimbulkan oleh ekstrak biji bunga matahari ini diduga
karena kandungan zat antioksidan yang terdapat dalam ekstrak biji bunga matahari.
Salah satunya adalah vitamin E yang mampu memecah rantai peroksidasi lipid akibat
stres oksidatif dan mencegah timbulnya kerusakan yang lebih luas (Bensoussan et
al., 1998). Sebuah penelitian oleh Hijazi et al. (2009) tentang efek proteksi vitamin E
terhadap testis tikus yang diinduksi nikotin melaporkan bahwa adanya peningkatan
diameter tubulus seminiferus dan tebal epitel seminiferus yang sangat signifikan pada
kelompok perlakuan yang diberi vitamin E selama induksi nikotin.
Selain itu, ekstrak biji bunga matahari juga memiliki kandungan selenium yang
mampu berinteraksi dengan enzim antioksidan tubuh, yaitu glutathion peroksidase.
Ekstrak biji bunga matahari juga mengandung tembaga yang merupakan unsur utama
enzim antioksidan tubuh, superoxide dismutase (SOD). Oleh karena itu, kandungan
selenium dan tembaga dalam ekstrak biji bunga matahari juga memiliki peranan
8

penting dalam melindungi tubuh terhadap stres oksidatif (The George Mateljan
Foundation, 2010).
Perbedaan pemberian dosis ekstrak biji bunga matahari antara perlakuan 2 dan
perlakuan 3, sebanyak 0,09 gr/20 gr BB dan 0,18 gr/20 gr BB memang menunjukkan
adanya peningkatan rerata diameter tubulus seminiferus. Namun, secara statistik,
peningkatan tersebut belum menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p =
0,221). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan dosis ekstrak biji bunga matahari
dalam penelitian ini belum cukup efektif untuk mengatasi stres oksidatif yang
ditimbulkan oleh paparan asap rokok. Sebab, penambahan dosis tersebut juga masih
belum mampu mempertahankan diameter tubulus seminiferus setara dengan diameter
tubulus seminiferus pada mencit kontrol.
Di samping itu, rerata diameter tubulus seminiferus kelompok perlakuan 2 dan
perlakuan 3 ternyata masih lebih rendah daripada rerata diameter tubulus seminiferus
kelompok kontrol. Perbedaan rerata tersebut menunjukkan nilai probabilitas yang
signifikan secara statistik (p = 0,000). Artinya, meskipun pemberian ekstrak biji
bunga matahari terhadap mencit yang dipapar asap rokok mampu mengurangi
penyusutan diameter tubulus seminiferus, nilai diameter tersebut tetap masih belum
dapat menyamai diameter tubulus seminiferus testis mencit yang sehat dan tidak
mendapat paparan apapun.
Sehingga, dapat diketahui bahwa ternyata pemberian ekstrak biji bunga matahari
belum mampu melindungi sel-sel testis secara absolut dan sempurna dari stres
oksidatif akibat racun dalam asap rokok. Kerusakan sel akibat stres oksidatif
mungkin masih terjadi, tetapi banyaknya kerusakan yang muncul dapat diminimalisir
dengan adanya kandungan zat antioksidan dalam ekstrak biji bunga matahari.
Meskipun demikian, ditemukan adanya peningkatan rerata diameter tubulus
seminiferus testis mencit pada kelompok perlakuan 3 dibandingkan dengan
kelompok perlakuan 2. Sehingga, mungkin saja bila kita memberikan dosis ekstrak
biji bunga matahari yang lebih tinggi, akan didapatkan diameter tubulus seminiferus
yang setara atau bahkan lebih besar daripada diameter tubulus seminiferus testis pada
kelompok kontrol (tanpa perlakuan apapun).
SIMPULAN
9

1. Pemberian ekstrak biji bunga matahari mampu mengurangi risiko penyusutan


diameter tubulus seminiferus testis mencit akibat paparan asap rokok;
2. Penambahan dosis ekstrak biji bunga matahari dari 0,09 gr/20 gr BB mencit
menjadi 0,18 gr/20 gr BB mencit, belum cukup efektif untuk mempertahankan
diameter tubulus seminiferus testis setara dengan diameter tubulus seminiferus
testis mencit yang tidak mendapat perlakuan apapun.

SARAN
Beberapa hal berikut ini dapat dilakukan untuk memperkaya kajian tentang
penelitian ini, antara lain:
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian serupa dengan lama waktu pemberian
paparan asap rokok yang berbeda-beda pada tiap-tiap kelompok perlakuan;
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis ekstrak biji bunga matahari
lebih tinggi untuk mengetahui dosis optimum terhadap diameter tubulus
seminiferus;
3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak biji bunga
matahari dan paparan asap rokok terhadap parameter kerusakan histologis testis
yang lainnya, seperti jumlah sel spermatid, jumlah spermatozoa, dan lain-lain;
4. Perlu dilakukan penelitian untuk memperkaya kajian tentang efek biji bunga
matahari terhadap organ tubuh lainnya, seperti hepar, paru-paru, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
10

Ahmadnia H., Ghanbari M., Moradi M.R. and Khaje-Dalouee M. 2007. Effect of
cigarette smoke on spermatogenesis in rats. Urol J. 4: 159-63.

Amalia. 2010. Rokok Dan Kesehatan Rongga Mulut. http://pdgi-online.com/rokok-


dan-kesehatan-rongga-mulut.htm. (30 November 2010).

Bensoussan K., Morale C.R., and Hermo L. 1998. Vitamin E deficiency causes
incomplete spermatogenesis and affects the structural differentiation of
epithelial cells of the epididymis in the rat. J Androl. 19: 266-288.

Bradford A., Atkinson J., Fuller N. and Rand R.P. 2003. The Effect of Vitamin E on
the Structure of Membrane Lipid Assemblies. Ontario, Canada, Brock
University. Paper.

Fowles J. and Bates M. 2000. The Chemical Constituents in Cigarettes and Cigarette
Smoke: Priorities for Harm Reduction. New Zealand: ESR, Kenepuru Science
Centre, pp: 10-15.

Hijazi M.M., Janjua M.Z., Ul Islam Z. and Furqan M. 2009. Protective effect of
vitamin E against nicotine induced morphological changes in rat testis. Annals.
13(2): 135-142.

Mahapatra S.K., Chakraborty S.P. and Roy S. 2010. In vitro time dependent nicotine-
induced free radical generation and status of glutathione cycle in murine
peritoneal macrophage. AJMS. 3(3): 182-194.

Nussey D.H., Pemberton J.M., Pilkington J.G. and Blount J.D. 2009. Life history
correlates of oxidative damage in a free-living mammal population. Functional
Ecology. 23: 809-817.

Ozyurt H., Pekmez H., Parlaktas B.S., Kus I., Ozyurt B. and Sarsilmaz M. 2006.
Oxidative stres in testicular tissues of rats exposed to cigarette smoke and
protective effects of caffeic acid phenethyl ester. Asian J Androl. 8(2): 189-193.

Quratulainy S. 2006. Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Jumlah


Spermatozoa Mencit Strain Balb/C Jantan yang Diberi Paparan Asap Rokok.
Semarang, Universitas Diponegoro. Artikel Karya Tulis Ilmiah.

Saalu L.C., Oluyemi K.A. and Omotuyi I.O. 2007. a-Tocopherol (vitamin E)
attenuates the testicular toxicity associated with experimental cryptorchidism in
rats. African Journal of Biotechnology. 6(12): 1373-1377.

The George Mateljan Foundation. 2010. Sunflower Seeds. http:


//whfoods.com/genpage.php?tname=foodspice&dbid=57. (23 Desember 2010)
11

Yurnadi. 2002. Pengaruh pemajanan medan elektrostatik terhadap konsentrasi


spermatozoa dan populasi sel spermatogenik mencit jantan (Mus musculus L.)
strain Swiss-Webster BPMSOH. Jurnal Kedokteran YARSI. 10(3): 57-64.

Zhou D.X., Qiu S.D., Zhang J., Tian H. and Wang H.X. 2006. The protective effect
of vitamin E against oxidative damage caused by formaldehyde in the testes of
adult rats. Asian J Androl. 8(5): 584588.

Anda mungkin juga menyukai