Penelitian Ekstrak Biji Bunga Matahari
Penelitian Ekstrak Biji Bunga Matahari
Simpulan Penelitian: Ekstrak biji bunga matahari mempunyai efek yang mampu
mengurangi risiko penyusutan diameter tubulus seminiferus testis mencit yang
dipapar asap rokok.
Methods: This was a laboratory experimental study with the posttest-only with
control group design. Twenty eight adult male Swiss webster mice were grouped into
four groups. K was control group without treatment, P1 (exposed by cigarette smoke),
P2 (exposed by cigarette smoke and treated by sunflower extract 0,09 gr/20 gr body
weight), P3 (exposed by cigarette smoke and treated by sunflower extract 0,18 gr/20
gr body weight). The treatments were given in 20 days. Then, all the animals were
sacrificed. The testes were processed and stained with HE. The diameter of
seminiferous tubules was measured and compared each groups. The result of
research was analyzed using Kruskal-Wallis test, then followed by Mann-Whitney
test.
PENDAHULUAN
Kebiasaan merokok kini sudah sangat meluas di masyarakat, bahkan menjadi
suatu epidemi tersendiri di dunia (Amalia, 2010). Banyak studi yang telah dilakukan
terkait merokok dan efek negatif yang ditimbulkan terhadap berbagai organ tubuh
dan sistem reproduksi, baik pada manusia maupun hewan (Ahmadnia et al., 2007).
Berbagai bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, memiliki potensi untuk
menimbulkan stres oksidatif dengan meningkatkan pembentukan Reactive Oxygen
Species (ROS) (Quratulainy, 2006). Kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh ROS
akan mengakibatkan degradasi serta kerusakan sel-sel germinal testis. Yurnadi (2002)
menyebutkan bahwa pada mencit normal, diameter tubulus seminiferus ditentukan
oleh jumlah sel epitel seminiferus. Sedangkan, sel epitel seminiferus itu sendiri
ditentukan oleh jumlah susunan sel-sel spermatogenik. Artinya, jika terdapat
kerusakan dan penyusutan sel-sel spermatogenik, akan terjadi penyusutan diameter
tubulus seminiferus pula.
Biji bunga matahari merupakan salah satu sumber makanan yang kini menjadi
terobosan terbaru karena kaya akan zat-zat yang menyehatkan tubuh. Biji bunga
matahari ini mengandung vitamin E, vitamin B1 (thiamin), vitamin B5, asam folat,
dan berbagai macam mineral seperti mangan, fosfor, selenium, kalsium, magnesium,
hingga tembaga (The George Mateljan Foundation, 2010).
Dalam penelitian Saalu et al. (2007) disebutkan bahwa vitamin E telah diuji
secara luas sehubungan dengan perannya melawan stres oksidatif. Selain itu, ekstrak
biji bunga matahari juga mengandung zat antioksidan lainnya, seperti selenium dan
tembaga, yang dapat berinteraksi dengan enzim-enzim antioksidan dalam tubuh.
Berbagai kandungan ekstrak biji bunga matahari tersebut dapat membantu
melindungi sel dari kerusakan akibat stres oksidatif (The George Mateljan
Foundation, 2010).
Berdasarkan fakta di atas, peneliti merumuskan permasalahan penelitian, yaitu
apakah pemberian ekstrak biji bunga matahari berpengaruh terhadap diameter
tubulus seminiferus testis pada mencit (Mus musculus) yang dipapar asap rokok?
4
et al., 2003). Vitamin E juga merupakan penunjang utama perlindungan tubuh yang
bersifat nonenzimatik yang mampu memutus rantai peroksidasi lipid (Zhou et al.,
2006). Sehingga, vitamin E dikenal juga sebagai chain breaking antioxidant (Saalu
et al., 2007).
Selain itu, ekstrak biji bunga matahari juga mengandung zat antioksidan lainnya.
Selenium dapat berinteraksi dengan enzim antioksidan dalam tubuh, yaitu glutathion
peroksidase. Sedangkan, tembaga merupakan unsur penting yang menyusun enzim
antioksidan tubuh, superoxide dismutase. Berbagai kandungan antioksidan dalam
ekstrak biji bunga matahari tersebut dapat mengendalikan kadar ROS dan melindungi
sel dari kerusakan akibat stres oksidatif (Nussey et al., 2009).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan
penelitian the posttest-only with control group design. Pengelompokan sampel
dilakukan secara incidental sampling dan cara perhitungan besar sampel adalah
dengan rumus Federer. Subyek penelitian sebanyak 28 ekor mencit (Mus musculus)
jantan, dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol (tanpa
perlakuan), kelompok P1 diberi paparan asap rokok 1 batang perhari, sedangkan
kelompok P2 dan P3 diberi paparan asap rokok 1 batang perhari serta ekstrak biji
bunga matahari peroral dengan dosis 0,09 gr/20 gr BB dan 0,18 gr/20 gr BB.
Perlakuan diberikan selama 20 hari berturut-turut. Kemudian, mencit dikorbankan
dan diambil testisnya untuk dibuat preparat histologis. Diameter tubulus seminiferus
testis mencit diukur pada tiap kelompok penelitian. Data hasil penelitian kemudian
dianalisis menggunakan uji Kruskall-Wallis, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tentang pengaruh ekstrak biji bunga matahari terhadap diameter
tubulus seminiferus testis mencit yang dipapar asap rokok dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Diameter Seminiferus Testis Mencit Semua Kelompok Penelitian
Kelompok Mean SD (m)
Kontrol (K) 106,14 12,03
Perlakuan 1 (P1) 77,02 7,17
Perlakuan 2 (P2) 98,81 10,56
Perlakuan 3 (P3) 100,08 7,94
6
k 0,05)* k 0,05)*
K dan P1 0,000 P1 dan P2 0,000
K dan P2 0,000 P1 dan P3 0,000
K dan P3 0,000 P2 dan P3 0,221
* The mean difference is significant at the 0.05 level.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, efek yang ditimbulkan oleh asap rokok terhadap diameter
tubulus seminiferus testis dapat kita amati pada mencit kelompok perlakuan 1. Data
hasil penelitian menunjukkan adanya penyusutan diameter pada kelompok perlakuan
1 yang diberi paparan asap rokok bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa
perlakuan). Perbedaan rerata diameter tersebut juga menunjukkan nilai probabilitas
yang signifikan secara statistik (p = 0,000).
Penyusutan diameter tubulus seminiferus pada kelompok perlakuan dengan
paparan asap rokok terjadi karena penyusutan jumlah sel-sel penyusun epitel
seminiferus akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh paparan asap rokok. Susunan
sel spermatogenik tampak longgar dan irregular, disertai hilangnya sebagian sel
spermatogenik di dalam tubulus seminiferus. Stratifikasi epitel seminiferus juga
tampak berkurang, hanya terdiri atas 2-3 lapisan sel spermatogenik saja. Lumen
7
tubulus juga tampak tidak terisi penuh oleh spermatozoa. Hal ini menunjukkan
adanya kerusakan sel-sel dalam tubulus seminiferus yang mungkin diakibatkan oleh
paparan asap rokok.
Perubahan struktur penyusun epitel seminiferus di atas mungkin disebabkan oleh
kandungan radikal bebas dalam asap rokok yang dapat meningkatkan produksi
Reactive Oxygen Species (ROS) pada testis tikus (Ozyurt et al., 2006). Sehingga,
terjadi suatu kondisi stres oksidatif pada membran fosfolipid yang memicu
peroksidasi lipid. Hal ini akan menimbulkan degradasi dan kerusakan struktur sel-sel
testis (Nussey et al., 2009; Mahapatra et al., 2010). Pada akhirnya, kerusakan serta
perubahan struktur sel yang menyusun epitel seminiferus di atas akan menimbulkan
penyusutan diameter tubulus seminiferus. Sebab, tebalnya susunan epitel seminiferus
tersebut akan menentukan nilai diameter tubulus seminiferus (Yurnadi, 2002).
Sedangkan, pada kelompok perlakuan 2 dan 3 yang diberi ekstrak biji bunga
matahari bersama dengan paparan asap rokok, tampak adanya penurunan rerata
diameter tubulus seminiferus yang lebih kecil dan bermakna secara statistik (p =
0,000) dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1. Hal ini berarti pemberian
ekstrak biji bunga matahari mampu membantu melindungi sel-sel epitel seminiferus
dari kerusakan seluler akibat stres oksidatif.
Efek proteksi yang ditimbulkan oleh ekstrak biji bunga matahari ini diduga
karena kandungan zat antioksidan yang terdapat dalam ekstrak biji bunga matahari.
Salah satunya adalah vitamin E yang mampu memecah rantai peroksidasi lipid akibat
stres oksidatif dan mencegah timbulnya kerusakan yang lebih luas (Bensoussan et
al., 1998). Sebuah penelitian oleh Hijazi et al. (2009) tentang efek proteksi vitamin E
terhadap testis tikus yang diinduksi nikotin melaporkan bahwa adanya peningkatan
diameter tubulus seminiferus dan tebal epitel seminiferus yang sangat signifikan pada
kelompok perlakuan yang diberi vitamin E selama induksi nikotin.
Selain itu, ekstrak biji bunga matahari juga memiliki kandungan selenium yang
mampu berinteraksi dengan enzim antioksidan tubuh, yaitu glutathion peroksidase.
Ekstrak biji bunga matahari juga mengandung tembaga yang merupakan unsur utama
enzim antioksidan tubuh, superoxide dismutase (SOD). Oleh karena itu, kandungan
selenium dan tembaga dalam ekstrak biji bunga matahari juga memiliki peranan
8
penting dalam melindungi tubuh terhadap stres oksidatif (The George Mateljan
Foundation, 2010).
Perbedaan pemberian dosis ekstrak biji bunga matahari antara perlakuan 2 dan
perlakuan 3, sebanyak 0,09 gr/20 gr BB dan 0,18 gr/20 gr BB memang menunjukkan
adanya peningkatan rerata diameter tubulus seminiferus. Namun, secara statistik,
peningkatan tersebut belum menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p =
0,221). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan dosis ekstrak biji bunga matahari
dalam penelitian ini belum cukup efektif untuk mengatasi stres oksidatif yang
ditimbulkan oleh paparan asap rokok. Sebab, penambahan dosis tersebut juga masih
belum mampu mempertahankan diameter tubulus seminiferus setara dengan diameter
tubulus seminiferus pada mencit kontrol.
Di samping itu, rerata diameter tubulus seminiferus kelompok perlakuan 2 dan
perlakuan 3 ternyata masih lebih rendah daripada rerata diameter tubulus seminiferus
kelompok kontrol. Perbedaan rerata tersebut menunjukkan nilai probabilitas yang
signifikan secara statistik (p = 0,000). Artinya, meskipun pemberian ekstrak biji
bunga matahari terhadap mencit yang dipapar asap rokok mampu mengurangi
penyusutan diameter tubulus seminiferus, nilai diameter tersebut tetap masih belum
dapat menyamai diameter tubulus seminiferus testis mencit yang sehat dan tidak
mendapat paparan apapun.
Sehingga, dapat diketahui bahwa ternyata pemberian ekstrak biji bunga matahari
belum mampu melindungi sel-sel testis secara absolut dan sempurna dari stres
oksidatif akibat racun dalam asap rokok. Kerusakan sel akibat stres oksidatif
mungkin masih terjadi, tetapi banyaknya kerusakan yang muncul dapat diminimalisir
dengan adanya kandungan zat antioksidan dalam ekstrak biji bunga matahari.
Meskipun demikian, ditemukan adanya peningkatan rerata diameter tubulus
seminiferus testis mencit pada kelompok perlakuan 3 dibandingkan dengan
kelompok perlakuan 2. Sehingga, mungkin saja bila kita memberikan dosis ekstrak
biji bunga matahari yang lebih tinggi, akan didapatkan diameter tubulus seminiferus
yang setara atau bahkan lebih besar daripada diameter tubulus seminiferus testis pada
kelompok kontrol (tanpa perlakuan apapun).
SIMPULAN
9
SARAN
Beberapa hal berikut ini dapat dilakukan untuk memperkaya kajian tentang
penelitian ini, antara lain:
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian serupa dengan lama waktu pemberian
paparan asap rokok yang berbeda-beda pada tiap-tiap kelompok perlakuan;
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis ekstrak biji bunga matahari
lebih tinggi untuk mengetahui dosis optimum terhadap diameter tubulus
seminiferus;
3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak biji bunga
matahari dan paparan asap rokok terhadap parameter kerusakan histologis testis
yang lainnya, seperti jumlah sel spermatid, jumlah spermatozoa, dan lain-lain;
4. Perlu dilakukan penelitian untuk memperkaya kajian tentang efek biji bunga
matahari terhadap organ tubuh lainnya, seperti hepar, paru-paru, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
10
Ahmadnia H., Ghanbari M., Moradi M.R. and Khaje-Dalouee M. 2007. Effect of
cigarette smoke on spermatogenesis in rats. Urol J. 4: 159-63.
Bensoussan K., Morale C.R., and Hermo L. 1998. Vitamin E deficiency causes
incomplete spermatogenesis and affects the structural differentiation of
epithelial cells of the epididymis in the rat. J Androl. 19: 266-288.
Bradford A., Atkinson J., Fuller N. and Rand R.P. 2003. The Effect of Vitamin E on
the Structure of Membrane Lipid Assemblies. Ontario, Canada, Brock
University. Paper.
Fowles J. and Bates M. 2000. The Chemical Constituents in Cigarettes and Cigarette
Smoke: Priorities for Harm Reduction. New Zealand: ESR, Kenepuru Science
Centre, pp: 10-15.
Hijazi M.M., Janjua M.Z., Ul Islam Z. and Furqan M. 2009. Protective effect of
vitamin E against nicotine induced morphological changes in rat testis. Annals.
13(2): 135-142.
Mahapatra S.K., Chakraborty S.P. and Roy S. 2010. In vitro time dependent nicotine-
induced free radical generation and status of glutathione cycle in murine
peritoneal macrophage. AJMS. 3(3): 182-194.
Nussey D.H., Pemberton J.M., Pilkington J.G. and Blount J.D. 2009. Life history
correlates of oxidative damage in a free-living mammal population. Functional
Ecology. 23: 809-817.
Ozyurt H., Pekmez H., Parlaktas B.S., Kus I., Ozyurt B. and Sarsilmaz M. 2006.
Oxidative stres in testicular tissues of rats exposed to cigarette smoke and
protective effects of caffeic acid phenethyl ester. Asian J Androl. 8(2): 189-193.
Saalu L.C., Oluyemi K.A. and Omotuyi I.O. 2007. a-Tocopherol (vitamin E)
attenuates the testicular toxicity associated with experimental cryptorchidism in
rats. African Journal of Biotechnology. 6(12): 1373-1377.
Zhou D.X., Qiu S.D., Zhang J., Tian H. and Wang H.X. 2006. The protective effect
of vitamin E against oxidative damage caused by formaldehyde in the testes of
adult rats. Asian J Androl. 8(5): 584588.