Anda di halaman 1dari 31

PENDAPATAN NASIONAL, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN

TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI

Makalah

Makalah ini diajukan untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Universitas Hasanuddin

Disusun Oleh
Kelompok 1

Nurhidayah A11115008
Muh. Isyah A11114025
Moh Faris Arfandhy F A31115520

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
PENDAPATAN NASIONAL, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN
TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Makalah

Makalah ini diajukan untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Universitas Hasanuddin

Disusun Oleh
Kelompok 1

Nurhidayah A11115008
Muh. Isyah A11114025
Moh Faris Arfandhy F A31115520

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah S.W.T., Tuhan yang
menciptakan, mengatur dan memelihara alam semesta yang menundukkan segala
sesuatu untuk kepetingan dan kemaslahatan semua makhluk ciptaannya, salam

2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

dan salawat semogah terlimpah atau tercurah kepada junjungan Rasul-Nya


Muhammad S.A.W., keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sunnah-
nya sampai akhir zaman.
Makalah ini disusun dan diselesaikan dalam waktu yang begitu singkat
sebagai upaya untuk memenuhi harapan dan tuntutan sebagai mahasiswaI yakni
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia.
Makalah ini diberi judul Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, Dan
Transformasi Struktur Ekonomi. Penyusun berharap dengan selesainya makalah
ini dapat menambah khazanah keilmuan dan sebagai tolak ukur dosen dalam
memberikan penilaian. Penyusun menyadari betul bahwa makalah ini sangat jauh
dari kesempurnaan, sehingga menjadi harapan Penyusun kirannya kritik korektif
yang bersifat kontruktif dalam proses revisi atau perbaikan selanjutnya.
Pada akhirnya, hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri serta
berharap semoga bimbingan, pertolongan dan perlindungan tetap tercurah
untuk mendapat ridha-Nya.
Nasrum minAllah wathun qarib, Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Makassar, 05 Februari 2017

Penyusun,

DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................ i

3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3

2.1. Pengertian Pendapatan Nasional.............................................................. 3


2.2. Konsep Pendapatan Nasional................................................................... 3
2.3. Pengukuran Pendapatan........................................................................... 5
2.4. Manfaat Penghitungan Pendapatan Nasional........................................... 9
2.5. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.......................................................... 12
2.6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia............................................................ 12
2.7. Pertumbuhan Ekonomi Regional............................................................. 19
2.8. Perubahan atau Transformasi Ekonomi................................................... 20

BAB III PENUTUP....................................................................................... 22

3.1. Pengertian Pendapatan Nasional.............................................................. 22


3.2. Konsep Pendapatan Nasional................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23

4
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai


kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional.
Tujuan dari perhitungan pendapatan nasional ini adalah untuk
mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah
dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi
pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor
perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno,
2008, p55).
Selain itu, data pendapatan nasional yang telah dicapai
dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang perekonomian
negara tersebut pada masa yang akan datang. Prediksi ini dapat
digunakan oleh pelaku bisnis untuk merencanakan kegiatan
ekonominya di masa depan, juga untuk merumuskan
perencanaan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan negara
di masa mendatang (Sukirno, 2008, p57).
Para ekonomi dan politisi dari semua negara, baik negara-
negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis,
sosialis maupun campuran, semuanya sangat mendambakan dan
menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Pada setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu
mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan
tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap
mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang
membesarkan hati. Pengejaran pertumbuhan merupakan tema
sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa
ini.

1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-


program pembangunan di negara-negara dunia ketiga sering
dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan output
dan pendapatan nasional. Mengingat konsep pertumbuhan
ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi
nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas,
maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus
berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu
pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita
yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin
tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain
yaitu distribusi pendapatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pendapatan Nasional ?
2. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia dan Pertumbuhan Ekonomi Regional ?
3. Bagaimana Perubahan atau Transformasi Ekonomi ?

3.1. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian, konsep, pengukuran, dan
manfaat dari pendapatan nasional ?
2. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi
regional ?
3. Untuk mengetahui perubahan atau transformasi ekonomi ?

2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendapatan Nasional
Dalam ilmu ekonomi pendapatan nasional merupakan
konsep yang menarik untuk dipelajari. Setiap kegiatan ekonomi
dalam suatu negara pasti berkaitan dengan pendapatan
nasional. Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara juga
dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya. Usaha-usaha
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara pasti
diarahkan untuk meningkatkan untuk menstabilkan pendapatan
nasional. Pendapatan nasional adalah jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam
periode tertentu yang dihitung berdasarkan nilai pasar atau
harga berlaku. Setiap negara memiliki suatu sistem perhitungan
pendapatan nasional. Sistem tersebut merupakan suatu cara
mengumpulkan informasi perhitungan terhadap hal-hal sebagai
berikut.
a) Nilai berbagai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
negara
b) Nilai berbagai pengeluaran atas produk nasional dan
c) Jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai faktor
produksi yang digunakan untuk menciptakan produk
nasional tersebut

2.2. Konsep Pendapatan Nasional


1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)

3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product


(GDP) Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai seluruh barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam periode
tertentu atau satu tahun termasuk barang dan jasa yang
diproduksi oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut dan
oleh penduduk negara lain yang tinggal di negara bersangkutan.
Di dalam sesuatu perekonomian, di negara-negara maju maupun
di negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan
bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut
tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produk nasional
diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar
negeri. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara
dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut
menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara di
mana perusahaan itu beroperasi.
2. Produk Nasional Bruto
Produk Nasional Bruto (PNB), atau Gross National Product
(GNP) adalah konsep yang mempunyai arti yang bersamaan
dengan GDP, tetapi memperkirakan jenis-jenis pendapatan yang
sedikit berbeda. Dalam menghitung Pendapatan Nasional Bruto,
nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional
hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor
produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang
pendapatan nasionalnya dihitung. GNP dihitung dari faktor-faktor
produksi yang dimiliki warga negara sesuatu negara terdapat di
negara itu sendiri maupun diluar negeri, maka nilai produksi
yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan di
luar negeri juga dihitung di dalam Produk Nasional Bruto. Tetapi
sebaliknya, dalam Produk Nasional Bruto tidak dihitung produksi

4
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik penduduk atau


perusahaan negara lain yang digunakan di negara tersebut.
PDB = PNB-PFN dari LN
PFN dari LN adalah pendapatan faktor neto dari luar negeri.
Pendapatan faktor neto adalah pendapatan fakor-faktor produksi
yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan
faktor-faktor produksi yang dibayarkan ke luar negeri.

3. Pendapatan Nasional (National Income)


Pendapatan Nasional istilah untuk menyatakan nilai barang
dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Pendapatan
Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan
jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional (PN) yang
masih terdapat unsur depresiasi dinamakan Produk Nasional
Bruto (PNB). Produk Nasional Neto (PNN) adalah Produk Nasional
Bruto dikurangi Depresiasi (PNB-D). Pendapatan nasional pada
harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dan dinilai menurut
harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Cara ini adalah
cara yang selalu dilakukan dalam menghitung pendapatan
nasional dari suatu periode ke periode lainnya. Pendapatan
nasional pada harga tetap atau pendapatan nasional riil adalah
harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya
digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada
tahun-tahun yang lain. Pendapatan nasional harga pasar apabila
penghitungan nilai barang itu menggunakan harga yang dibayar
oleh pembeli, harga faktor adalah nilai yang disumbangkan oleh
faktor-faktor produksi. Harga pasar = Harga faktor + Pajak tak
langsung Subsidi.

5
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

2.3. Pengukuran Pendapatan


2.3.1 Metode Produksi (Production Approach)
Pendekatan produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan
nilai tambah seluruh benda dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai sektor di dalam perekonomian. Produk neto (net output)
berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses
produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk menghitung
pendapatan nasional ini adalah cara menghitung dengan
menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-
perusahaan di berbagai lapangan usaha dalam perekonomian.
Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional
mempunyai dua tujuan penting. i) untuk mengetahui besarnya
sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan
pendapatan nasional, ii). Sebagai salah satu cara untuk
menghitung dari penghitungan dua kali yaitu dengan hanya
menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai
tahap proses produksi.

Tabel -2.1: Contoh Hipotesis Perhitungan Nilai Tambah


Uraian Hasil Nilai Nilai Tambah
Produsen 1 Kapuk 100 100
Produsen 2 Benang 300 200
Produsen 3 Tekstil 550 250
Produsen 4 Garmen 750 200
Total Nilai
750
Tambah

2.3.2 Metode Pendapatan (Income Approach)


Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan
pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima fakor-
faktor produksi secara berikut: i). Pendapatan para pekerja, yaitu

6
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

gaji dan upah, ii). Pendapatan dari usaha perseorangan


(perusahaan perseorangan) , iii). Pendapatan dari sewa, iv).
Bunga neto, yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang
dilakukan dikurangi bunga ke atas pinjaman konsumsi dan bunga
ke atas pinjaman pemerintah, v). Keuntungan perusahaan.
Dalam pendekatan pendapatan kita juga mengenal beberapa
konep pendapatan seperti pendapatan yang siap dibelanjakan
(disposebel income). Dimana pendapatan disposebel adalah
pendapatan yang dapat digunakan oleh para penerimanya yaitu,
semua rumah tangga yang ada dalam perekonomian, untuk
membeli barang-barang dan jasa-jasa mereka ingini. Tetapi
biasanya tidak semua pendapatan dosposebel itu digunakan
untuk tujuan konsumsi, sebagian darinya ditabung dan sebagian
lainnya digunakan untuk membayar bunga untuk pinjaman yang
digunakan untuk membeli barang-barang secara mencicil, dan
pendapatan pribadi (personal income). Pendapatan pribadi dapat
diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan
yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apa pun,
yang diterima oleh penduduk sesuatu negara. Pendapatan
pribadi sudah termasuk pembayaran pindahan. Pembayaran
tersebut merupakan pemberian-pemberian yang dilakukan oleh
pemerintah kepada berbagai golongan masyarakat di mana para
penerimanya tidak perlu memberikan uatu balas jasa atau usaha
apa pun sebagai imbalannya.
Jenis-jenis pembayaran pindahan pengeluaran pemerintah
yang dapat digolongkan sebagai pembayaran pindaha antara
lain: i). Bantuan-bantuan yang diberikan kepada penganggur, ii).
Uang pensiun yang dibayarkan kepada pegawai pemerintah yang
tidak bekerja lagi, iii). bantuan-bantuan kepada orang yang
cacat, iv), bantuan kepada veteran dan berbagai beasiswa yang

7
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

diberikan pemerintah. Penerimapenerima berbagai jenis


pendapatan ini tidak perlu melakukan sesuatu pekerjaan apa pun
untuk memperoleh bantuan-bantuan tersebut. Pembayaran itu
bukanlah pendapatan yang tercipta sebagai akibat dari
penggunaan sesuatu jenis faktor produksi dalam kegiatan
produktif. Yang tidak termasuk dalam pendapatan pribadi adalah
keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan, pajak yang
dikenakan pemerintah ke atas keuntungan perusahaan, dan
kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan dan para pekerja
kepada Dana Pensiun. Hubungan antara pendapatan nasional
dan pendapatan pribadi adalah pendapatan nasional dikurangi
dengan keuntungan perusahaan tak dibagi, pajak keuntungan
perusahaan, kontribusi kepada dana pensiun (kalau ada),
ditambah dengan pembayaran pindahan, bunga pinjaman
konsumen, bunga pinjaman pemerintah. Sedangkan pendapatan
pribadi adalah pendapatan disposebel dikurangi oleh pajak yang
harus dibayar oleh penerima pendapatan, nilai yang tersisa
dinamakan pendapatan disposebel. Pendapatan nasional
berdasarkan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
NI = Yw + Yr + Yi + Yp
Dimana:
NI : Pendapatan Nasional
Yw : Pendapatan dari upah, gaji, dan lainnya
Yr : Pendapatan bersih dari sewa
Yi : Pendapatan dari bunga
Yp : Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan usaha
perorangan

2.3.3 Meode Pengeluaran (Expenditure Approach)

8
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Perhitungan dengan cara pengeluaran akan dapat memberi


gambaran tentang sampai dimana buruknya masalah ekonomi
yang dihadapi atau sampai dimana baiknya tingkat pertumbuhan
yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati,
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis
makro-ekonomi. Data pendapatan nasional dan komponen-
komponen data yang dihitung dengan cara pengeluaran dapat
digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah
dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Adapun pengeluaran agregat adalah konsumsi rumah tangga,
pengeluaran pemerintah pembentukan modal sektor swasta
(investasi) dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Pendekatan
pengeluaran pendapatan nasional diperoleh dengan cara
menjumlahkan nilai pasar dari pengeluaran sektor rumah tangga
untuk barang konsumsi dan jasa (C) Pengeluaran investasi (I),
tabungan (S), Pengeluaran pemerintah (G), Pengeluaran sektor
ekspor impor (X-M) Pendekatan ini dapat dirumuskan:
PDB = C + I + G + (X-M) atau PDB = C + S + G + (X-M)
Dimana
PDB : Produk Domestik Bruto
C : Konsumsi rumah tangga
I : Investasi
S : Tabungan
G : Pengeluaran pemerintah
X : Total Ekspor
M : Total Impor
Tabel- 2.2: Perhitungan Pendapatan Nasional
Menurut Harga Menurut
Jenis Pengeluaran Berlaku Harga
Nilai %
Konstan
Pengeluaran Konsumsi 1.138,3 70,7 302.1

9
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi
132,1 8.2 35.3
Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap
325.3 26.2 96.1
Domestik Bruto
Perubahan Stok -96.0 -0.6 -25.7
Ekspor Barang dan Jasa 569.9 35.4 116.9
Impor Barang dan Jasa 459.6 28.5 98.0
PDB 1.610.0 100.00 426.7
Pendapatan Neto Faktor dari
-77.8 -4.8 -22.2
LN
PNB 1.532.2 95.2 404.5
Pajak Tidak Langsung 71.2 4.4 18.9
Depresiasi 80.5 5.0 21.3
Pendapatan Nasional 1.380.5 85.8 364.3

2.4. Manfaat Penghitungan Pendapatan Nasional


Salah satu kegunaan penting dari data pendapatan nasional
adalah untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
dicapai suatu negara dari tahun ke tahun. Dengan mengamati
tingkat pertumbuhan yang tercapai dari tahun ke tahun dapatlah
dinilai prestasi dan kesuksesan negara tersebut dalam
mengndalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan
usaha mengembangkan perekonomiannya dalam jangka
panjang. Perbandingan juga dapat dilakukan di antara tingkat
kesuksesan negara itu dalam mengendalikan dan membangun
perekonomiannya kalau dibandingkan dengan yang dicapai
negara lain.

Data pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu


memberi gambaran tentang: i). Tingkat kegiatan ekonomi
negara yang dicapai dan nilai output yang diproduksikan,
ii). Komposisi dari perbelanjaan agregat, iii). sumbangan

10
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

berbagai sektor dalam mewujudkan pendapatan nasional,


dan iv. Taraf kemakmuran yang dicapai.
Membandingkan data pendapatan nasional dari tahun ke
tahun akan memberikan gambaran tentang: i). Tingkat
pertumbuhan ekonomi ii). Perubahan struktur ekonomi dan
iii) peningkatan taraf kemakmuran masyarakat.
Dengan kata tujuan peghitungan pendapatan nasional
untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan
mendapatakan data-data terperinci mengenai seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu
tahun. Secara rinci manfaat yang diperoleh dari
perhitungan pendapatan nasional adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menelaah kondisi atau struktur
perekonomian.
Dari perhitungan pendapatan nasional, kita dapat
mengolongkan suatu negara sebagai negara industri,
pertanian, dan jasa. Dapat ditentukan pula besarnya
sektor-sektor industri, pertanian, pertambangan, dan lain-
lain. berdasarkan pendapatan nasional dapat kita ketahui
bahwa Indonesia adalah negara pertanian atau agraris
sedang Amerika Serikat, negara-negara di Eropa dan
Jepang adalah negara industri. Di dalam perekonomian
Indnesia kita mengenal ada 9 sektor ekonomi antara lain :
i). Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, ii).
Pertambangan dan Penggalian, iii). Industri Pengolahan iv)
Listrik, Gas, dan Air Listrik v).Konstruksi , vi) perdagangan,
hotel dan restoran vii) pengangkutan dan komunikasi, viii)
keuangan, real estate dan jasa perusahaan , ix). Jasa-jasa
2. Membandingkan Kemajuan Perekonomian dari Waktu ke
Waktu
Data mengenai pendapatan nasional dibuat setiap tahun,
maka kita dapat membandingkan besarnya pendapatan

11
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

nasional suatu negara dari tahun ke tahun. Perbandingan


tersebut diharapkan dapat memberikan informasi sebagai
berikut. i). Ada tidaknya kenaikan atau penurunan
perekonomian, ii). Ada tidaknya perubahan struktur
ekonomi, iii). pertambahan dan pengurangan kemakmuran
materiil, iv). Kenaikan atau penurunan pendapatan per
kapita berdasarkan jumlah penduduknya.
3. Membandingkan Perekonomian Antarbangsa atau
Antardaerah
Data perhitungan pendapatan nasional juga dapat
digunakan untuk membandingkan perekonomian suatu
negara dengan negara lain dan antar satu daerah dengan
daerah lain. kita dapat membandingkan pendapatan per
kapita antara Amerika Serikat dengan Jepang dan antara
Maluku dengan Jawa Timur. Perbandingan ini berguna
untuk menilai seberapa jauh kita tertinggal atau lebih maju
dibandingkan dengan negara lain yang lebih maju atau
lebih terbelakang dari kita.
4. Merumuskan kebijaksanaan pemerintah
Perhitungan pendapatan nasional berguna pula untuk
membantu merumuskan kebijakan pemerintah.
Berdasarkan pendapatan per kapita, pemerintah dapat
pula menentukan kebijakan kependudukan dan
penggunaan dana investasi. Pendapatan per kapita adalah
pendapatan rata-rata untuk masing-masing penduduk
dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Adapun
rumusnya sebagai berikut. Pendapatan per Kapita =
(Pendapatan nasional) / (Jumlah penduduk) Yc = NI P, di
mana Yc adalah pendapatn per Kapita, NI adalah
pendapatan nasional dan P adalah penduduk. Pendapatan
per kapita terhitung secara berkala, biasanya per satu
tahun. Manfaat perhitungan pendapatan per kapita adalah:

12
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

a. Sebagai data perbandingan tingkat kesejahteraan suatu


negara dengan negara lain;
b. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu
negara dengan negara lain;
c. Sebagai data untuk kebijakan atau sebagai bahan baku
pertimbangan mengambil kebijakan atau sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil langkah ekonomi;
d. Sebagai data untuk melihat tingkat perbandingan
kesejahteraan masyarakat suatu negara.
Pendapatan per kapita sebagai barometer untuk mengukur
taraf hidup rata-rata masyarakat suatu negara masih ada
kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan oleh berikut ini.
1) Tingginya pendapatan per kapita suatu negara dalam
perhitungannya kurang memperhatikan aspek
pemerataan distribusi pendapatan dan harga barang
keperluan sehari-hari.
2) Tingginya pendapatan per kapita belum tentu
mencerminkan secara realistis tingkat kesejahteraan
masyarakat, karena ada faktor-faktor lain yang
sifatnya relatif atau singkat subjektif sehingga sulit
diukur tingkat kesejahteraannya.
3) Tingginya pendapatan per kapita tidak menjelaskan
mengenai masalah pengangguran yang ada serta
beberapa lama seseorang itu bekerja. Berdasarkan
Bank Dunia (World Bank) tingkat pendapatan per
kapita suatu negara dibedakan menjadi empat
kelompok antara lain i). Negara berpendapatan
rendah (Low Income Economics), ii. Negara yang
berpendapatan menengah ke bawah (Lower Middle
Economics), iii. Negara yang berpendapatan
menengah tinggi (Upper Middle Economics) dan iv.

13
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Negara yang berpendapatan tinggi (High Income


Economics)

2.5. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi


Secara singkat, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang. Dalam pengertian itu terdapat tiga aspek yang perlu
digaris bawahi, yaitu proses, output perkapita, dan jangka
panjang. Pertumbuhan sebagai proses, berarti bahwa
pertumbuhan ekonomi bukan gambaran perekonomian pada
suatu saat. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan output per
kapita, berarti harus memperhatika dua hal, yaitu ouput total
(GDP) dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah
output total dibagi dengan jumlah penduduk.
Aspek jangka panjang, mengandung arti bahwa kenaikan
output per kapita harus dilihat dalam kurun waktu yang cukup
lama (10, 20, atau 50 tahun bahkan bisa lebih lama lagi).
Kenaikan output per kapita dalam satu atau dua tahun kemudian
diikuti penurunan bukan pertumbuhan ekonomi. Teori
pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah suatu critera
logis mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi. Teori ini
menjelaskan dua hal, yaitu i). Mengenai faktor-faktor apa yang
menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang,
ii). Mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu
sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan.

2.6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 berada
dalam tren melambat dipengaruhi oleh kondisi global yang tidak
sesuai harapan dan topangan struktur ekonomi domestik yang

14
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

tidak mendukung. Ekonomi global yang melambat dan dibarengi


oleh harga komoditas global yang menurun mendorong
perbaikan kinerja ekspor riil menjadi tidak terlalu kuat. Ekspor
yang belum kuat dan ketidakpastian yang masih tinggi pada
gilirannya menurunkan investasi, khususnya investasi non
bangunan. Namun, pada sisi lain konsumsi rumah tangga masih
cukup besar didorong kelompok kelas menengah yang
membesar. Di tengah topangan kapasitas industri domestik yang
belum memadai, kondisi ini pada gilirannya mendorong impor
masih tercatat cukup besar. Berbagai kondisi tersebut kemudian
berpengauh pada pertumbuhan ekonomi yang berada dalam tren
menurun sehingga tumbuh 5.8 % pada tahun 2013 dan dibarengi
oleh sumber pertumbuhan yang kurang berimbang (Tabel-2-3).

Tabel-2-3: Pertumbuhan PDB Sisi Penggunaan


200 200 201 201 201 2013
8 9 0 1 2 Q1 Q2 Q3 Q4 Total
Konsumsi
5. 5. 5. 5.
Rumah 5.3 4.9 4.7 4.7 5.3 5.3
2 2 5 3
Tangga
Konsumsi 10. 15. 0. 2. 8. 6.
0.3 3.2 1.3 4.9
Pemerintah 4 7 4 2 9 5
Pembentuka
n Modal 11. 5. 4. 4. 4.
3.3 8.5 8.3 9.7 4.7
Tetap Bruto 9 5 5 5 4
(PMTB)
PMTB 6. 6. 6. 6.
7.6 7.1 7 6.1 7.4 6.6
Bangunan 8 6 2 7
PMTB
25. 13. 14. 15. 2. 0. -
Nonbanguna -6.7 -0.6 0.1
3 1 9 8 4 4 1.5
n
Ekspor 9.5 -9.7 15. 13. 2 3. 4. 5. 7. 5.3

15
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

3 7 6 8 3 4
17. 13. 0. 5. -
Impor 10 -15 6.7 0 1.2
3 3 7 1 0.6
Produk
5. 5. 5.
Domestik 6 4.6 6.2 6.5 6.3 6 5.8
8 6 7
Bruto

Kinerja ekspor riil masih terbatas dipengaruhi


melambatnya perekonomian global dan masih menurunnya
harga komoditas. Kedua faktor global yang kemudian mendorong
menurunya volume perdagangan dunia mengakinbatkan tetap
belum kuatnya pertumbuhan ekspor, meskipun daya ssaing
rupiah meningkat sejalan tren pelemahan rupiah. Ekspor riil
sampai triwulan III 2013 masih tumbuh di bawah 5% (yoy).
Permasalahan struktural terkait komposisi ekspor yang
didominasi komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) juga
berkontribusi pada belum kuatnya kinerja ekspor. Dengan
struktur ini, kinerja ekspor komoditas terbatasnya ekspor
terutama karena lemahnya kinerja ekspor komoditas
manufakaktur dan pertambangan. Perlambatan ekspor pada
sektor manufaktur terjadi pada kelompok barang tekstil dan
produk dari tekstil (TPT) serta crude palm oil (CPO), dan
kelompok barang dari karet (Tabel-2-4). Sementara itu, ekspor
komoditas pertambangan juga tumbuh melambat seiring
terbatasnya pertumbuhan negara tujuan utama yaitu China dan
India.

Tabel-2-4: Ekspor Nonmigasi Berdasarkan Komoditas


2011 2012 2013
pertum pertum pertum
Komoditas Pangsa Pangsa Pangsa
buhan buhan buhan
% % %
%yoy % yoy % yoy

16
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Tekstil dan
Produk 9.6 15.8 -3.4 15 3.9 14.9
Tekstil
Batubara 12.6 10.7 7.9 11.3 11.6 12
Alat Listrik -9.4 5.8 -0.2 5.7 12.5 6.1
Karet 28.7 6.3 -18.7 5 -2.7 4.7
Minyak
Kelapa 0.3 4.5 16.8 5.2 6.5 5.3
Sawit
Lainnya 15.5 57 2.8 57.7 3.8 57.1
Total 12.4 100 1.5 100 0.5 100
Sumber: BPS, diolah
Ekspor yang belum kuat di tengah ketidakpastia yang tinggi
pada gilirannya mendorong investasi melambat cukup dalam
pada tahun 2013. Investasi pada tahun 2013 tumbuh 4,7%,
menurun tajam dari pertumbuhan tahun 2012 sebesar 9,7%.
Perlambatan ini terutama disebabkan oleh terbatasnya
permintaan ekspor akibat ketidakpastian kondisi ekonomi global,
yang kemudian berdampak pada penundaan investasi, baik
investasi bangunan maupun non bangunan. Pada saat
bersamaan, perlambatan investasi tahun 2013 juga dipengaruhi
oleh penurunan peringkat daya saing Indonesia. Dalam publikasi
Doing Business 2014, Indonesia menepati peringkat ke 120,
lebihrendah dibandingkan tahun sebelumnya yang menempati
posisi 116. Penurunan daya saing terjadi di 9 dari 10 indikator
yang menjadi standar pengukuran dalam publikasi Doing
Business 2014, terutama pada aspek pengurusan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) dan dukungan infrastruktur yang
perkembangannya kurang menggembirakan. Selain factor
structural tersebut, investasi yang melambat pada tahun 2013
juga dipengaruhi rendahnya belanja modal Pemerintah.
Perlambatan investasi terdalam terdapat pada investasi terdalam
terdapat pada investasi non bangunan, meskipun investasi

17
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

bangunan juga menurun. Investasi non bangunan, meskipun


investasi bangunan juga menurun. Investasi non bangunan
hanya tumbuh sebesar 0,1% dipengaruhi penggunaan kapasitas
produksi yang berada di batas bawah rata-rata historisnya (70%-
75%).
Selain itu, investasi tahun 2012 yang tumbuh cukup tinggi
juga menyebabkan tertahannya respons pelaku usaha untuk
menambah investasi di tahun 2013.Pada investasi bangunan
melambatnya pertumbuhan bersumber dari mulai tertahannya
laju permintaan property terutama property komersial. Selain itu,
pembangunan infrastruktur listrik dengan realisasi proyek 10.000
MW tahap I pada 2013 yang baru mencapai 69% dari yang
ditargetkan. Investasi infrastruktur yang cukup baik terjadi pada
infrastruktur yang cukup baik terjadi pada infrastuktur jalan tol
yang pengoperasian meningkat dari 3,7 km pada tahun 2012
menjadi 30,2 km pada tahun 2013.

Tabel-2.5: Indikator Kemudahan Berusaha di Indonesia


Peringkat Indonesia
2013 2014
Peringkat Doing Business 116 120
Memulai Bisnis 171 175
Pengurusan IMB 77 88
Permohonan Sambungan Listrik 121 121
Pendaftaran Hak Merek 97 101
Akses Kredit Perbankan 82 86
Perlindungan Investor 51 52
Pembayaran Pajak 132 137
Perdagangan 52 54
Kepatuhan Terhadap Kontrak 146 147
Penyelesaian Kapailitan 142 144

18
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)


menunjukkan bahwa perlambatan investasi terutaman
dipengaruhi menurunnya Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) masih
tumbuh stabil. Perlambatan PMDN terutama terjadi di sector
sekunder (industry non mineral dan tekstil) dan sector primer
(perkebunan), sedangkan investasi ke sector jasa terutama
sector listrik, gas dan air minum meningkat signifikan. PMA
sebagian besar mengarah kepada sector industri, dengan pangsa
subsector alat angkut yang meningkat antara lain dipengaruhi
meningkatnya permintaan dan dimulainya program mobil murah
ramah lingkungan.
Sementara itu, PMA pada sector pergudangan dan
komunikasi mengalami penurunan. Berbeda dengan ekspor dan
investasi, konsumsi rumah tangga tahun 2013 masih tetap tinggi
ditopang oleh tren naiknya pendapatan dan
membesarnyakelompok kelas menengah. Data 2013
menunjukkan pendapatan per kapita Indonesia meningkat dari
33,5 juta rupiah pada 2012 menjadi 36,5 juta rupiah (Gambar-
2.5). Dengan tingkat pendapatan per kapita tersebutmaka
Indonesia masih berada dalam kelompok negara berpenghasilan
menengah ke bawah (lower middle income), namun mendekati
batas bawah negara berpenghasilan menengah atas (upper
middle income).
Berdasarkan kelompok pendapatan, konsumsi rumah tangga
tersebut ditopang besarnya konsumsi kelompok menengah ke
atas, tercermin pada sekitar 20% atau 50 juta populasi penduduk
Indonesia yang memiliki pertumbuhan semester 2013 (Gambar-
2.4). Secara sectoral, penurunan investasi pada PMDN terjadi di

19
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

sector sekunder (industri non mineral dan tekstil) dan sector


primer (perkebunan), sedangkan investasi ke sector jasa
terutama sector listrik, gas, dan air minum meningkat signifikan.
PMA sebagian besar mengarah pada sector industri, dengan
pangsa subsector alat angkut yang meningkat antara lain
dipengaruhi meningkatnya permintaan dan dimulainya program
mobil murah ramah lingkungan. Sementara itu, PMA pada sector
pergudangan dan komunikasi mengalami penurunan. Berbeda
dengan ekspor dan investasi, konsumsi rumah tangga tahun
2013 masih tetap tinggi ditopang oleh trend naiknya pendapatan
dan membesarnya kelompok kelas menengah. Data 2013
menunjukkan pendapatan per kapita Indonesia meningkat dari
33,5 juta rupiah pda 2012 menjadi 36.5 juta rupiah (Gambar-2.5).

Tabel-2.6: Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam


Negeri Menurut Sektor Ekonomi (miliar rupiah), 2000-
2012
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian, Perburuan,
4137.9 1318.4 1453.8 1929.1 147.9 4177.2 3578.7 3686.0 1238.5 2622.0 9056.4 9627.1 9888.1
kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan
36.4 1198.1 803.6 752.8 662.4 1400 21 691.4 519.2 1793.9 3075 6899.2 10480.9
penggalian

Perindustrian 83142,1 44387.3 15851.4 40442.7 20644.5 20932 13152.2 26289.8 15914.8 19434.3 25612.6 38533.8 49889.1

Listrik, Gas, dan Air 100 - 5.4 466.3 8797.5 0 88 746.4 519.8 3442.7 4929.8 9134.7 3796.8

Konsrtuksi 843.4 2021.8 1623.9 1773.7 1473 2386.4 538.6 2110.7 881.2 2765.8 67.6 598.2 4586.6
Perdagangan Bear dan
Eceran, Restoran, dan 420.4 2541.9 1188.5 974.4 764.1 360.9 526 270.7 833.4 1799.1 506.7 723.0 2045.4
Hotel
Trasportasi, Pergudangan,
1992.8 1510.1 3125.7 2022 1887.7 637.5 1227.7 286.2 429.2 809.2 13787.7 8130.1 8612
dan Komunikasi

Real Estate dan Jasa


225.6 4296.1 3.1 1.4 - 46.9 45.6 - 0.8 122.8 261.7 732.7 58
Perusahaan

Jasa Masyarakat, Sosial,


1511.8 1542.3 1252.2 122.4 1063.3 724.1 1610.6 797.5 26.4 5010.1 3328.8 1621.9 2825.1
dan Perorangan
Jumlah 92410.4 588816 25307.6 48484.8 37140.4 30665 20788.4 34878.7 20363.4 37799.9 60626.3 76000.7 92182

Tingkat pendapatan per kapita Indonesia dari tahun-ke tahun


mengalami peningkatan namun, Indonesia masih berada dalam
kelompok negara berpenghasilan menengah atas (lower middle

20
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

income) tapi hampir mendekati batas bawah negara


berpenghasilan menengah atas (upper middle income).
Berdasarkan kelompokpendapatan, konsumsi rumah tangga
tersebut ditopang besarnya konsumsi kelompok menengah ke
atas, tercermin pada sekitar 20% atau 50 juta populasi penduduk
Indonesia yang memiliki pertumbuhan konsumsi yang lebih besar
dari rata-rata pertumbuhan pengeluaran per kapita 2008-2012
sebesar 4,8%. Bersamaan dengan tren kenaikan pendapatan
tersebut, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tetap tinggi
juga dipengaruhi stabilnya keyakinan konsumen. Indeks
Keyakinan Konsumen Bank Indonesia dan BPS pada tahun 2013
masih stabil ditopang optimisme atas kondisi perekonomian saat
ini.
Secara keseluruhan, berbagai perkembangan ini mendorong
konsumsi rumah tangga 2013 tetap tumbuh sama dengan
pertumbuhan 2012 sebesar 5,5% (Tabel-2.3). Selain para
kelompok kelas menengah, konsumsi rumah tangga ditopang
oleh masih terkendalinya konsumsi rumah tangga kelompok
menengah ke bawah. Perkembangan ini ditopang terjaganya
daya beli karena perbaikan komposisi tenaga kerja dan perbaikan
perbaikan akibat kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP).
Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pjak (PTKP), dan penyaluran
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Komposisi
tenaga kerja yang membaik didorong oleh meningkatnya
penyerapan tenaga kerja di sektor formal yang berdampak
meningkatnya kelompok masyarakat berpenghasilan tetap.
Konsumsi rumah tangga yang masih tinggi kemudian
berkontribusi pada masih positifnya pertumbuhan imporsampai
triwulan III 2013. Impor yang masih besar ini tidak terlepas dari
struktur sektor industri yang mempunyai kandungan impor yang

21
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

tinggi. Pertumbuhan impor pada triwulan II 2013 bahkan


meningkat 5,1% (yoy) (Tabel-2.3). Dilihat dari jenis barang, impor
yang masih besar terutaman dipengaruhi impor barang
konsumsi, sedangkan impor barang modal dan impor bahan baku
dalam tren menurun. Impor bahan baku melambat sejalan
dengan aktivitas sektor produksi yang melambat.
Pada triwulan IV 2013, kebijakan antisipatif yang ditempuh
Bank Indonesia serta Pemerintah terindikasi mulai tertransmisi
sesuai harapan. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2013 berada
pada arah yang lebih berimbang tergambar pada permintaan
domestikyang mengalami moderasi sejalan perlambatan
konsumsi dan investasi, khususnya investasi non bangunan.
Impor mengalami kontraksi sejalan dengan permintaan domestic
yang menurun sedangkan ekspor kembali meningkat. Berbagai
perkembangan tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi
triwulan IV 2013 mencapai 5,7% (yoy), sedikit meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2013.
Secara keseluruhan tahun 2013, bauran kebijakan yang
ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dapat pula menopang
penyesuaian pertumbuhan ekonomi tahun tetap terkendali.
Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 yang
tercatat 5,8% masih lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi negara-negara sekawasansperti India,
Malaysia, Singapura, dan Thailand.

2.6.2 Pertumbuhan PDB dari sisi sektoral


Dari sisi sektoral, tren terlambatnya pertumbuhan terutama
bersumber dari sector-sektor penghasil barang. Perkembangan
ini tidak terlepas dari pegaruh pertumbuhan ekspor yang masih

22
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

terbatas sehingga mengakibatkan menurunnya pertumbuhan


sector penghasil barang seperti sector pertanian, sector
pertambangan, dan sector industry pengolahan. Sememntara itu
sector penghasil jasa seperti sector pengangkutan dan
komunikasi, sector keuangan, persewaan dan jasa, serta sector
jasa-jasa masih mencatat kenaikan pertumbuhan.
Table -2.7: Pertumbuhan PDB Sisi sektoral
200 200 201 201 201 2013
Sektor Q1
8 9 0 1 2 Q2 Q3 Q4 Total
Pertanian 4,8 4,0 3,0 3,4 4,2 3,7 3,3 3,3 3,8 3,5
Pertambangan -
0,7 4,5 3,9 1,6 1,6 0,1 2,0 3,9 1,3
0,6
Industry Pengolahan 3,7 2,2 4,7 6,1 5,7 6,0 6,0 5,0 5,3 5,6
Listrik, Gas, dan Air 10, 14,
5,3 4,7 6,3 7,9 4,0 3,8 6,6 5,6
9 3
Bangunan 7,6 7,1 7,0 6,1 7,4 6,8 6,6 6,2 6,7 6,6
Perdagangan, Hotel dan
6,9 1,3 8,7 9,2 8,2 6,5 6,4 6,1 4,8 5,9
Restoran
Pengangkutan dan 16, 15, 13, 10, 10, 10, 10,
9,6 9,9 10,2
Komunikasi 6 8 4 7 0 9 3
Keuangan, Persewaan,
8,2 5,2 5,7 6,8 7,2 8,2 7,8 7,6 6,8 7,6
dan jasa
Jasa-jasa 6,2 6,4 6,0 6,8 5,3 6,5 4,5 5,6 5,3 5,5
Produk Domestik Bruto 6,0 4,6 6,2 6,5 6,3 6,0 5,8 5,6 5,7 5,8

2.7. Pertumbuhan Ekonomi Regional


Secara spasial, perlambatan ekonomi terjadi di hamper
seluruh kawasan dengan perlambatan terbesar terjadi di Jakarta
dan Jawa. Pertumbuhan ekonomi di Jakarta dan kawasan Jawa
menurun, masing-masing dari 6,5% dan 6,6% pada 2012 menjadi
6,1% pada 2013.sementara itu kawasan Sumatera dan Kawasan
Timur Indonesia menurun sedikit dari masing-masing 5,7% dan
5,9% pada 2012 menjadi masing-masing sebesar 5,6% dan 5,7%,
perlambatan ekonomi di Jakarta tidak terlepas dari pengaruh
melambatnya kinerja sector konstruksi, sector keuangan, real
estate, dan jasa perusahaandan sector industry pengolahan.

23
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Pelemahan tersebut salah satunya disebabkan oleh tertahannya


beberapa proyek konstruksi akibat kenaikan harga bahan
bangunan khususnya barang impor dan terbatasnya permintaan
akibat kebijakan stabilisasi bank Indonesia. Selain itu, kinerja
sector keuangan, real estate, dan jasa perusahaan juga
melambat sejalan dengan perlambatan perekonomian Jakarta.
Perlambatan sector ini bersumber dari terbatasnya kinerja
perbankan dan lembaga keuangan nonbank, memburuknya
kinerja pasar modal, dan perlambatan aktivitas bisnis persewaan
dan penjualan property.

2.8.Perubahan atau Transformasi Ekonomi


2.8.1 Keberlanjutan pembangunan masyarakat agraris menjadi
masyarakat industry
Transformasi structural merupakan prasyarat dari
peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan
penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi
kelanjutan pembangunan.pada kenyataannya, pertumbuhan
ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan struktur
tenaga kerja yang berimbang, artinya titik balik untuk aktivitas
ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding titik balik penggunaan
tenaga kerja. Sehingga terjadi masalah-masalah yang sering kali
diperdebatkan di antaranya apakah pangsa PDB sebanding
dengan penurunan pangsa serapan tenaga kerja sektoral dan
industry mana yang berkembang lebih cepat, agro-industri atau
industry manufaktur. Apabila transformasi kurang seimbang
dikhawatirkan akan terjadi proses kemiskinan dan eksploitasi
sumber daya manusia pada sector primer. Proses perubahan
struktur perekonomian di Indonesia ditandai dengan: i).
merosotnya pangsa sector primer (pertanian), ii).meningkatnya

24
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

pangsa sector sekunder (industry), iii). Pagsa sector jasa kurang


lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi.
Factor-faktor penyebab transisi ekonomi:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dlaam negeri. Suatu
Negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah
memiliki industry-industri dasar yang relative kuat akan
akan mengalami proses industrialisasi yang lebih pesat.
b. Besarnya pasar dalam negeri. Pasar dalam negeri yang
besar merupakan salah satu factor insentif bagi
pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industry, karena
menjamin adanya skala ekonomi dan efisiensi dalam
proses produksi.
c. Pola distribusi pendapatan, merupakan factor pendukung
dari factor pasar. Tingkat pendapatan tidaklah berarti bagi
pertumbuhan industry-industri bila distribusinya sangat
pincang.
d. Karakteristik industrialisasi. Mencakup cara pelaksanaan
atau strategi pembangunan industry yang diterapkan, jenis
industry yang diunggulkan, pola pembangunan industry,
dan insentif yang diberikan.
e. Keberadaan sumber daya alam. Ada kecenderungan bahwa
Negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi
yang lebih rendah, terlambat melakukan industrialisasi,
tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan
struktur) daripada Negara yang miskin SDA.
f. Kebijakan perdagangan luar negeri, Negara yang
menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking
policy), pola hasil industrialisasinya akan berkembang tidak
efisisendibandingkan Negara-negara yang menerapkan
outward looking policy.

25
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Pendapatan nasional adalah adalah merupakan jumlah


seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu
negara selama satu tahun. Ada beberapa istilah dalam
pendapatan nasional, antara lain: Produk Domestik Bruto, Produk
Nasional Bruto, Produk Nasional Neto (Net National Product),
Pendapatan Nasional Neto, Pendapatan perseorangan, dan
Pendapatan yang siap dibelanjakan.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Suatu wilayah dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan
GNP riil di wilayah tersebut.
Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan
komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu
perekonomian. Sektor yang dominan atau yang diandalkan
mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan
menjadi ciri khas dari suatu perekonomian.

26
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini


seseungguhnya merupakan suatu struktur yang transisional. Kita
sedang beralih struktur yang agraris ke industrial dari struktur
yang etatis ke borjulis, dari sturktur yang kedesaan/tradisional ke
kotaan/modern, sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan
keputusan mulai desentralis

3.2. Saran
Meningkatnya pendapatan nasional memang suatu prestasi
yang baik. Akan tetapi bukan berarti kesejahteraan dan
kemakmuran warga masyarakat mengikuti begitu saja. Untuk itu
pemerintah harus lebih memaksimalkan pemerataan dalam
mendistribusikan pendapatan, agar tidak terjadi gap
(kesenjangan) di dalam tingkat kehidupan masyarakat yang
berakibat munculnya suatu ketegangan. Berharap agar
pemerintah Indonesia tanggap terhadap kondisi perekonomian
masyarakat di negara kita.
DAFTAR PUSTAKA

Julius R. Latumaerissa. 2015. Perekonomian Indonesia dan

Dinamika Global. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

27

Anda mungkin juga menyukai