Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENDUDUK DAN KETENAGKERJAAN

OLEH :

IMRAN A1114012
ANDI M. RIZAL R A31114519
IKRAM ASHARI A31115

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB 3

PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN

3.1 PENDUDUK DAN PROBLEMATIKANYA

Perkembangan manusia ini pada beribu ribu tahun yang lampau sangat
lambat tapi kemudian bergerak sangat cepat. Gejala pertumbuhan yang sangat
cepat ini di kenal dengan istilah population explositt atau dikenal dengan
pelledakann penduduk. Apa yang menyebabkan perkembangan penduduk sangat
cepat? Peninnjauan secara demografis menunjukkan bahwa perkembangan
penduduk sangat cepat di sebabkan karena angka kelahiran yang tinggi
sedangkann di lain pihak angka kematian menurun akibat kemajuan teknologi di
bidang kedokteran, perbaikan lingkungan hidup, dan peningkatan kegiatan sosial
ekonomi. Tingginya tingkat kelahiran yang tolak ukurnnya CBR ( Crude Birth Rate /
angka kelahiran kasar ), ASFR (Age Specific Fertility Rate / angka kelahiran
menurut umur ), TFR ( Total Fertility Rate / angka kelahirran total ), ini di sebabkan
keadaan sosial ekonomi dan buddaya seperti: perkawinan, pekerjaan, pendidikan,
hukum, adat kebiasaan, dan sebagainya sering di pertanyakan apakah penduduk
yang berkembang itu baik? Aoakah perkembangan penduduk negara-negara
sepertiinggris, luxsemburg, Jerman Timur sebesar 0%, atau bahkan Austria dengan
-0,1% dan Jerman Barat -0,2% dianggap ideal? Sulit untuk dikatakan sebab dalam
sejarah memang terjadi ada negara-negara yang perkembangan penduduknya
cepat, tapi bisa membangun ekonomi dengan baik. Ada pula negara yang lambat
pertumbuhan penduduknya, tapi bisa membangun perekonomiannya dengan baik.

Malthus berpendapat bahwa penduduk berkembang secara deret ukur,


sementara produksi bahan makanan berkembang mengikuti deret hitung. Sehingga
di masa depan menurut malthus, kita akan kekurangan bahan makanan karena
pertumbuhan produksi bahan makanan tidak sama dengan pertumbuhan populasi
penduduk. Tapi teori ini mempunyai kelemahan di karenakan Malthus tidak
memperhitungkan perkembangan teknologi, perkembangan sosial ekonomi, dan
perkmbangan penduduk itu sendiri (yang menurut Malthus akan dua kali lipat
dalam 25 tahun), perkembangan alat kontrasepsi dan sebagainnya. Perkembangan
penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, meluasnya pengetahuan dan bidang
pendidikan, merupakan salah satu pengerem pertumbuhan penduduk seperti yyang
di ramalkan Mmalthus. Lee menyebut ini sebagai pisitiive check dari teori Malthus.
Menurut Lee, ada faktor pengendali lain yang di sebut prefentife check, yaitu melalui
penundaan perkawinan sampai mereka memiliki cukup kemampuan keuangan
untuk membangun suatu keluarga. Sedangkan Kuznets melihat bahwa pertumbuhan
penduduk yang cepat akan merubah pertumbuhan ekonomi yang tampal dalam
penyempurnaan teknologi yang mengarah pada pembangunan ekonomi serta
kepercayaan akan penguasaan terhadap lingkungan sekitar yang mengarah pada
perubahan kelembagaan.

Perubahan sosial ekonomi ini akan nyata tampak dalam bidang pertanian.
Menurut Boserup, pertumbuhan penduduk akan memaksa petani bekerja lebih giat
dan menggunakan tanah secaralebih intensif. Jadi, ketakutan yang diramalkan
malthus tidak begitu mengerikan seperti yang di ramalkan. Peranan penduduk dalam
produksi dan pembangunan di tentukan oleh jumlah dan kualitas penduduk atau
tenaga kerja yang tersedia untuk terlibat dalam proses pembangunan. Indonesia
adalah salah satu negara di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk yang sangat
besar. Permasalahan yang di hadapi oleh negara sedang berkembang seperti
Indonesia, yaitu tentang bagaimana memanfaatkan kelebihan tenaga kerja (labor
surplus) yang tersedia sehiingga dapat di distribusikan ke berbagai sektor lapangan
pekerjaan. Artinya, bagaimana pemerintah memberikan solusi terhadap tenaga kerja
yang tersedia namun tidak produktif.

3.2 JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK

Penduduk dalam pembangunan ekonomi sangatlah penting, karena mereka


yang akan melakukan pembangunan dan mereka pulalah yang akan menikmati hasil
daripada pembangunan. Masalah penduduk dalam pembangunan ekonomi sanngat
kompleks, karena penduduk merupakan faktor pendorong dan faktor penghambat
pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang terlalu padat dapat menimbulkan
pengangguran. Sedangkan penduduk yang terlalu jarang akan kekurangan tenaga
kerja. Masalah-masalah pokok yang akan di pelajari mengenai penduduk adalah:

1) Jumlah dan kepadatan penduduk.

2) Pertambahan dan susunan umur penduduk.

3) Tenaga kerja, lapangan kerja dan pengangguran.


4) Pendidikan dan pembangunan ekonomi.

5) Kepadatan penduduk dan kebijaksanaan pembbangunan.

3.2.1 Jumlah Penduduk

Masalah penduduk perlu di ketahui dalam pembangunan ekonomi, karna hal


ini berhubungan erat dengan tenaga kerja, perrencanaan pembangunan dan
pertahanan. Setiap negara ingin mengetahui jumlah penduduknya di dasarkan pada
tiga alasan, yakni:

1) Alasan politik dan keamanan, didasarkan pada adanya kecenderungan


bahwa setiap negara ingin lebih berkuasa di banding dengan negara lain,
untuk itu perlu mengetahui jumlah penduduknya. Setiap negara juga ingin
mengetahui berapa jumlah penduduk yang dapat mempertahankan dan
menjaga keamanan negara dari seranngan negara lain.

2) Alasan Sosial, didasarkan pada keinginan untuk mengetahui bannyaknya


pelayanan yang di perlukan ooleh penduduk. Misalnya, pelayanan
kesehatan, pendidikan, pemmukiman, dan lain sebagainya.

3) Alasan Ekonomis, didasarkan pada keinginan untuk mengetahui


keseimbangan antara jumlah penduduk dengan sumber-sumber alam yang
tersedia, besarnya pendapatan per jiwa, perencanaan ekonomi, banyaknya
tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan yang akan di
laksanakan dan berapa jumlah tenaga kerja yang di butuhkan untuk
mengelola kekayaan alam, perindustrian, pertanian, dan sebagainya.

Bagaimanakah caranya untuk mengetahui jumlah penduduk suatu negara?


Untuk mengetahui jumlah penduduk suatu negara harus diadakan sensus atau
cacah jiwa. Sensus sudah ada sejak dahulu dan biasanya di selenggarakan 10
tahun sekali. Sensus pada mulanya untuk mengetahui jumlah penduduk, keperluan
pemungutan pajak, dan keharusan untuk menjadi angkatan bersenjata. Sedangkan
sensus yang sekarang selain untuk mengetahuijumlah penduduk, di gunakan pula
untuk perencanaan ekonomi, pendidikan, kebijaksanaan keluarga berencana,
pemilihan umum dan digunakan untuk analisis-analisis bagi cabang-cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan
dalam sensus makin diperbanyak misalnya umur, jenis kelamin, jumlah anak, suku
bangsa kewarganegaraan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan kekayaan, agama,
dan lain sebagainya. Timbul pertanyaan kepada kita siapakah yang di anggap
sebagai penduduk atau siapa yang harus di catat dalam sensus itu? Untuk
menjawabnya tergantung pada cara sensus yang di terapkan oleh negara yang
bersangkutan apakah sensus de facto atau sensus de jure.

1. Sensus de facto

Menurut sensus ini, pendduk adalah setiap orang pada waktu di adakan
sensus berada pada negara yang bersangkutan (warga negara lokal, warga
negara asing, dan turis) di catat dalam daftar sensus dan di anggap
penduduk. Sensus de facto ini biasanya di adakan di negara-negara eropa.

2. Sensus de jure

Menurut sensus ini, yang di anggap penduduk suatu negara adalah mereka
yang bertempat tinggal di negara bersangkutan, baik warga negara maupun
warga negara asing. Wisatawan (turis) tidak termasuk penduduk dan tidak di
catat dalam daftar sensus. Sensus ini biasanya di lakukan oleh negara-
negara di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Sensus de jure ini relatif lebih baik
daripada sensus de facto karena jumlah penduduk yang di catat pada daftar
sensus menunjukkan hal yang sebenarnya sehingga dapat di gunakan
sebagai data dalam perencanaan ekonomi.

Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi

Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun


Provinsi 1971- 2010-2014
1980-1990 1990-2000 2000-2010 2
1980
Aceh 2,93 2,72 1,46 2.36 1 2,06
Sumatera Utara 2,6 2,06 1,32 1,1 1,39
Sumatera Barat 2,21 1,62 0,63 1,34 1,34
Riau 3,11 4,3 4,35 3,58 2,64
Jambi 4,07 3,4 1,84 2,56 1,85
Sumatera
3,32 3,15 2,39 1,85 1,5
Selatan
Bengkulu 4,39 4,38 2,97 1,67 1,74
Lampung 5,77 2,67 1,17 1,24 1,26
Kepulauan
Bangka - - 0,97 3,14 2,23
Belitung
Kepulauan
- - - 4,95 3,16
Riau
DKI Jakarta 3,93 2,42 0,17 1,41 1,11
Jawa Barat 2,66 2,57 2,03 1,9 1,58
Jawa Tengah 1,64 1,18 0,94 0,37 0,82
DI Yogyakarta 1,1 0,57 0,72 1,04 1,2
Jawa Timur 1,49 1,08 0,7 0,76 0,69
Banten - - 3,21 2,78 2,3
Bali 1,69 1,18 1,31 2,15 1,24
Nusa Tenggara
2,36 2,15 1,82 1,17 1,4
Barat
Nusa Tenggara
1,95 1,79 1,64 2,07 1,71
Timur
Kalimantan
2,31 2,65 2,29 0,91 1,68
Barat
Kalimantan
3,43 3,88 2,99 1,79 2,38
Tengah
Kalimantan
2,16 2,32 1,45 1,99 1,87
Selatan
Kalimantan
5,73 4,42 2,81 3,81 2.64 3
Timur
Sulawesi Utara 2,31 1,6 1,33 1,28 1,17
Sulawesi
3,86 2,87 2,57 1,95 1,71
Tengah
Sulawesi
1,74 1,42 1,49 1,17 1,13
Selatan
Sulawesi
3,09 3,66 3,15 2,08 2,2
Tenggara
Gorontalo - - 1,59 2,26 1,65
Sulawesi Barat - - - 2,68 1,95
Maluku 2,88 2,79 0,08 2,8 1,82
Maluku Utara - - 0,48 2,47 2,21
Papua Barat - - - 3,71 2,65
Papua 2,67 3,46 3,22 5,39 1,99
INDONESIA 2,31 1,98 1,49 1,49 1,4
Catatan:
Tidak Termasuk Timor Timur
1
Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 20002010 untuk Aceh dihitung
dengan menggunakan data Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) 2005 dan
SP2010
2
Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Pertengahan tahun/Juni)

3
Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 20102014 untuk Kalimantan
Timur merupakan gabungan antara Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
Sumber :
- Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 1995
- Data Dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia

3.2.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk rata-rata perkilometer persegi


daratan dalam satu tahun. Kepadatan penduduk sama dengan jumlah penduduk
dibagi luas kilometer per segi daratan. Kepadataan penduduk ini tergantung pada
jumlah penduduk dan luas negara bersangkutan, makin banyak penduduk maka
kepadatan penduduk makin padat. Kelebihan penduduk biasanya bukan berarti
selalu banyak orang untuk suatu daerah, tapi kelebihan dalam hubungan dengan
kebutuhan dan fasilitas kehidupan. Kelebihan penduduk terjadi bila jumlah-jumlah
mengancam nilai-nilai. Penduduk yang terlalu padat akan menimbulkan beraneka
macam masalah seperti masalah pemukiman, keamanan, kesehatan,
pengangguan dan pangan. Penduduk yang jarang akan menimbulkan kekurangan
tenaga kerja di negara-negara sedang berkembang (under developing countris)-nya
sepertiini terdapat under employment.

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)


Provinsi 200
2006 2007 2008 2009 2010 2013 2014
5
ACEH 72 78 75 76 77 78 83 85

SUMATERA UTARA 171 172 177 180 182 179 186 189

SUMATERA BARAT 108 108 111 113 114 116 121 122

RIAU 55 54 58 59 60 64 69 71
JAMBI 58 50 60 61 62 62 66 67
SUMATERA
113 74 116 118 120 82 85 87
SELATAN
BENGKULU 79 79 82 83 84 86 91 93
LAMPUNG 188 204 193 196 199 220 229 232
KEP. BANGKA
65 66 67 68 69 75 80 82
BELITUNG
KEP. RIAU 158 15 172 180 187 206 227 234
120
DKI JAKARTA 13499 12245 12355 12459 14518 15015 15173
12
106
JAWA BARAT 1146 1092 1108 1124 1222 1282 1301
0
JAWA TENGAH 972 989 987 995 1002 989 1014 1022
107
DI YOGYAKARTA 1064 1096 1107 1118 1107 1147 1161
4
JAWA TIMUR 781 764 790 794 798 786 803 808
100
BANTEN 1066 1045 1065 1085 1106 1185 1211
6
BALI 625 609 639 645 652 676 702 710
NUSA TENGGARA
211 211 218 221 225 243 254 257
BARAT
NUSA TENGGARA
93 92 96 98 100 97 102 103
TIMUR
KALIMANTAN
34 28 35 35 36 30 32 32
BARAT
KALIMANTAN
13 13 13 13 14 14 16 16
TENGAH
KALIMANTAN
85 77 87 89 90 94 99 101
SELATAN
KALIMANTAN
15 13 16 16 16 17 19 26
TIMUR
KALIMANTAN
- - - - - - - 8
UTARA
SULAWESI UTARA 154 141 157 158 160 164 170 172
SULAWESI
34 37 35 36 36 43 45 46
TENGAH
SULAWESI
162 87 167 169 171 173 179 180
SELATAN
SULAWESI 53 52 55 56 58 59 63 64
TENGGARA
GORONTALO 77 77 79 80 81 93 98 99
SULAWESI BARAT 59 11 61 61 63 69 74 75
MALUKU 27 27 27 28 29 33 35 35
MALUKU UTARA 23 30 24 24 25 33 35 36
PAPUA BARAT 6 22 6 6 6 8 9 9
PAPUA 6 8 7 7 7 9 10 10
INDONESIA 118 118 121 123 124 124 130 132
Sumber: bps

3.2.3 Kepadatan Penduduk dan Kebijaksanaan Pembangunan

Kepadatan pendudukakan sangat mempengaruhi kebijakansanaan


pembangunan ekonomi yang di terapkan dalam suatu negara. Apakah sistem
pembangunan itu labour intensive atau capital intensive dan apakah pembangunan
itu di lakukan secara bertahap yakni dari pertanian menjadi industri ringan kemudian
menjadi industri berat atau kah langsung dari pertanian menjadi industri berat seperti
yang di lakukan oleh Uni Soviet? Mengenai bagaimana pembangunan itu akan di
lakukan, hal ini behubungan erat dengan banyaknya tenaga kerja dan tersedianya
lapangan kerja.

Tabel 3.5 perbandingan sistem capital intensive dan labour intensive

Capital intensive (padat modal) Labour intensive (padat karya)


Produktivitas dan kualitas tinggi. Produktivitas dan kualitas rendah.
Meminta tenaga kerja dengan syarat Meminta tenaga kerja dengan syarat
keterampilan yang relatif rendah keterampilan yang relatif tinggi
sehingga dapat lebih segera bekerja sehingga memerlukan waktu yang
dalam suatu masyarakat yang kurang relatif lama untuk mendidik tenaga
tenaga-tenaga terampil. kerja terampil dahulu baru bisa
Bisa mematikan perusahaan- bekerja.
perusahaan lain yang bekerja secara Meningkatkan perusahaan yang
tradisional. bekerja secara tradisional.
Membutuhkan support technology Membutuhkan support technology
yang lebih sophisticated. yang lebih sederhana.
Jumlah kesempatan kerja yang Jumlah kesempatan kerja yang
diciptakan dalam pabrik relatif kecil diciptakan dalam pabrik relatif besar.
tetapi tidak banyak mengurangi
kesempatan kerja dalam aktivitas
lanjutan (mungkin menambah).
Karena jumlah tenaga kerja kecil, Karena jumlah tenaga kerja banyak,
maka lebih mudah menjaga maka lebih sulit untuk menjaga
ketenangan dan keselamatan kerja. ketenangan dan keamanan kerja.

Dari uraian diatas, dapat di lihat bahwa untuk menciptakan lapangan kerja
yang banyak tapi produktifitasnya rendah serta mutunya kurang baik, hendaknya
kebijaksanaan pembangunan di dasarkan labour intensive. Sebaliknya, jika
produktivitas dan kualitas yamg diutamakan maka kebijaksananan yang di tetapkan
adalah capital intensive.Perbandingan pembangunan di negara-negara sedang
berkembang (under development countries) yang berpenduduk padat dengan
negara-negara sedang berkembang (under development countries) yang
berpenduduk jarang adalah sebagai berikut.

1) Pada negara-negara sedang berkembang yang berpenduduk jarang


industrialisasi baru dapat di lakukan setelah terlebih dahulu dilakukan
mekanisasi ataupun penyempurnaan pada sektor pertanian, perbaikan teknik
produksi di sektor pertanian merupakan kemungkinan untuk perkembangan
produksi agar produksi pertanian dapat di pertahankan atau di tingkatkan. Jika
industrialisasi langsung di lakukan tampa terllebih dahulu menerapkan
mekanisasi pada sektor pertanian akibatnya produksi sektor ini berkurang
karena pada sektor ini terdapat under development. Jadi, mekanisasi dahulu
pada sektor pertanian setelah itu baru sebagian tenaga kerja di tarik pada
proyek-proyek industri.
2) Pada negara-negara sedang berkembang,yang berpenduduk padat tanah untuk
eksentifikasi pada sektor pertanian tidak ada yang cukup luas, untuk memberi
kesempatan hidup bagi penduduk. mekanisasi di sektor pertanian tidak dapat di
lakukan sampai jauh, kalau tidak terlebih dahulu mereka di pindahkan ke sektor
ekonomi lainnya atau di sediakan lapangan kerja baru, barulah sektor pertanian
di terapkan mekanisasi, supaya tingkat pengangguran tidak naik.

3) Pada negara-negara sedang berkembang, baik yang berpenduduk padat


maupun yang berpenduduk jarang hendaknya pertambahan konsumsi buat
sementara harus di cegah supaya biaya pembangunan tetap tersedia. Misalnya
dengan kebijaksanaan pajak. Hal itu sulit untuk di lakukan karena sebab-sebab
sosiologis, politis, sehingga mengandung kesulitan untuk menjelmakan
kemungkinan memanfaatkan potensi yang ada menjadi kenyataan efektif.

3.3 PERTAMBAHAN DAN SUSUNAN UMUR PENDUDUK

3.3.1 Pertambahan Penduduk

Berbicara tentang pertambahan penduduk, maka pertanyaan yang harus di


jawab adalah apakah yang mempengaruhi pertambahan dan pengurangan jumlah
penduduk suatu negara? Hal-hal yang mempengaruhi jumlah penduduk suatu
negara adalah perubahan alami (kelahiran dan kematian) serta migrasi
internasional. Jika tingkat kelahiran lebih banyak di banding dengan tingkat kematian
maka jumlah penduduk semakin banyak. Sebaliknya, jika tingkat kematian lebih
banyak di bandingkan dengan tingkat kelahiran, maka jumlah penduduk semakin
berkurang. Tingkat kelahiran yaitu jumlah kelahiran per seribu penduduk pertahun.
Tingkat kematian yaitu jumlah kematian per seribu penduduk pertahun. Migrasi
internasional adalah perpindahan penduduk antar negara yang meliputi imigrasi dan
emigrasi. Imigrasi adalah masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dan
pelakunya di sebut imigran. Contohnya orang Cina yang masuk ke Indonesia.
Sedangkan emigrasi adalah perpindahan (keluar) penduduk dari suatu negara ke
negara lain, pelakunya di sebut emigran. Contohnya orang indonesia yang bekerja
jadi TKW di luar negri. Migrasi nasional (transmigrasi dan urbanisasi) tidak
mempengaruhi jumlah penduduk suatu negara, karena perpindahan penduduk itu
hanya terjadi dalam negara itu saja.
Thomas Robert Malthus, DR. Paul R. Ehrlich, R.T. Gill dan Prof. H. Hansen
mengemukakan pendapat mereka tentang masalah penduduk ini. Thomas Robert
Malthus dalam bukunya Essay of Population mengatakan bahwa pertambahan
penduduk menurut deret ukur (1-2-4-8-16 dan seterusnya) sedang pertumbuhan
deret makanan menurut deret hitung (1-2-3-4-5 dan seterusnya). Jadi dalam
beberapa generasi akan terjadi kekurangan bahan makanan dan penduduk dunia
akan mati kelaparan. Hukum Malthus ini belum menjadi kenyataan karena Malthus
tidak memperhitungkan Check To Population, dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Check To Population adalah hal-hal yang mempengaruhi tingkat kelahiran dan
tingkat kematian yaitu preventive check dan positive check. Preventive check
adalah usaha-usaha untuk mengurangi tingkat kelahiran dari penduduk yang di
lakukan dengan cara:

Keluarga berencana yakni merencanakan jummlah anak dengan cara medis.

Moral Restraint, yakni penundaan perkawinan dengan jalan meningkatkan


usia orang yang dapat kawin.

Pemandulan (dikebiri), yakni memandulkan pria/wanita supaya jangan


mempunyai anak.

Poligami, yakni melarang mempunyai istri lebih dari satu orang.

Pajak anak, yakni mengenakan pajak pada keluarga yang besar.

Abortus, yakni di izinkan untuk menggugurkan kandungan.

Dikumandangkannya keluarga kecil dan bahagia dan sejahtera.

Diberikannya hadiah atau piagam-piagam bagi keluarga kecil.

Positive Check adalah berkurangnya jumlah penduduk yang di sebabkan


meningkatnya kematian, karena Misery, yakni banyaknya kematian karena bencana
alam, wabah penyakit, dan vice, yakni banyak kematian di sebabkan peperangan,
kejahatan-kejahatan dan pembunuhan anak-anak.

3.2.2 Kemajuan Ilmu Pengetahuan


kemajuan ilmu pengetahuan, baik ilmu teknik maupun ilmu sosial akan dapat
memperluas lapangan kerja, meningkatkan produksi, pembasmian hama,
pemupukan dan lain-lain sehingga menambah bahan makanan serta meningkatkan
kesejahteraan. Menurut J. Spengler bahwa pertambahan penduduk akan
menghalangi cepatnya pertumbuhan ekonomi bangsa karena:

Pertambahan penduduk merupakan tekanan atas tanah dan sumber-sumber


ekonomis sebuah perekonomian bangsa.

Pertambahan penduduk akan mengurangi kecepatan akumulasi modal.

Pertambahan penduduk akan mempercepat habisnya sumber-sumber alam


dan tidak dapat di produksi kembali dan di samping itu biaya-biaya
penggunaannya akan meningkat

Bilamana tingkat pembentukan modal tetap akan terjadi pengangguran.

3.3.3 Penduduk Golongan Muda Usia

Pada negara sedang berkembang, tingkat kelahiran cukup tinggi, sehingga


penduduk usia muda lebih besar persentasenya daripada golongan penduduk
dewasa. Proporsi yang lebih besar dari penduduk muda usia ini tidak
menguntungkan bagi pembangunan ekonomi, karena golongan penduduk muda
usia ini cenderung untuk menurunkan tingkat penghasilan per kapita dan mereka
semua merupakan konsumen dan bukannya dalam produsen dalam perekonomian
tersebut. Adanya golongan penduduk muda usia yang besar jumlahnya dalam suatu
negara akan mengakibatkan alokasi faktor-faktor produksi ke arah investasi-
investasi sosial dan bukan ke investasi produktif.

3.4 TENAGA KERJA , LAPANGAN KERJA, DAN PENGANGURAN

Jumlah dan kepadatan penduduk, susunan umur, keterampilan penduduk dan


susunan ekonomi akan menentukan tingkat laju pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Jika hal-hal di atas cukup ideal maka akan mendorong cepatnya
pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan.Teori penduduk optimum
(optimum population theory) mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi akan
lebih cepat jika jumlah penduduk yang dapat memberikan atau menghasilkan tingkat
upah riil atau tingkat penghasilan riil per kapita yang maksimum.

3.4.1 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan dan
mampu untuk bekerja serta memenuhi persyaratan peraturan perburuhan suatu
negara. Angakatan kerja adalah setiap orang yang termasuk dalam kelompok usia
kerja sesuai dengan undang-undang perburuhan negara yang bersangkutan. Kerja
adalah pengorbanan jasa jasmani dan pikiran untuk menghasilkan barang-barang
atau jasa-jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu. Tenaga kerja yang
terdapat di negara-negara sedang berkembang (under developing countries) terdiri
dari tiga golongan, yaitu tenaga kerja yang produktif, tenaga kerja yang kurang
produktif dan tenaga kerja penganggur. Tenaga kerja negara-negara
berkembang(under developing countries)pada umumnya kurang produktif , karena
mereka ini kurang terampil, kurang pengalaman , kurang pendidikan dan cara
kerjanya pun masih tradisionil. Akibatnya produktivitas kerjanya rendah dan
pendapatan masih sangat rendah. Untuk meningkatkan produktivitas kerja para
tenaga kerja ini, perlu dilakukan pembinaan, penyuluhan, latihan-latihan kerja,
supaya mereka makin trampil dan pembangunan ekonomi lebih cepat.

Tenaga kerja terampil (skill) yang terdapat di negara-negara sedang berkembang


(under developing countries) selain jumlahnya sedikit, mereka ini masih kurang
kreatif dan inovatif masih cenderung untuk menjadi pegawai bukannya berusaha
menciptakan lapangan kerja baru. Tenaga kerja skill ini masih berjiwa feodal dan
enggan terjun menciptakan lapangan-lapangan kerja, dan segan turun ke bawah ke
desa-desa. Tenaga kerja ini perlu diberikan dorongan untuk meningkatkan mobilisasi
sosial, baik oleh pemerintah maupun oleh pemuka-pemuka adat, agama dan lain-
lain. Mobilisasi sosial diartikan diperkenankannya masyarakat untuk mencapai
kemajuan baik vertical maupun horizontal. Mobilisasi vertikal adalah adanya
kesempatan bagi masyarakat untuk maju dari lapisan bawah ke arah lapisan atas
berdasarkan kemampuan/prestasinya dengan tanpa melihat
keturunannya.Pembagian kasta-kasta dalam masyarakat harus dihilangkan.
Misalnya seorang anak desa jika berprestasi dapat menjadi menteri. Mobilisasi
horizontal adalah adanya kesempatan bagi masyarakat untuk bergerak dari satu
lapangan kehidupan lama ke arah lapangan kehidupan yang baru. Misalnya petani
bergerak mencari lapangan kehidupan di industri, pegawai dan lain-lainnya.

Mobilitas horizontal dibedakan atas :

1. Mobilitas sosial horizontal sukarela, diartikan dimana masyarakat itu secara


sukarela mencari lapangan hidup baru. Mobilitas ini paling diharapkan terjadi
dalam pembangunan ekonomi karena orang-orang tersebut bakan lebih
bergairah untuk kerja keras.
2. Mobilitas horizontal paksaan, diartikan dimana seseorang baru akan mau
mencari lapangan hidup baru bilamana ada paksaan. Cara ini kurang baik
sebab kegairahan kerja kurang dan mereka akan mau bekerja keras jika ada
pengawasan.

Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan angkatan kerja
(economically active population) dan struktur ketenagakerjaan, adalah isu
pengangguran. Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan produk dari
ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia.
Ketersediaan lapangan kerja yang relative terbatas, tidak mampu menyerap para
pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan
masalah-masalah di bidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai
masalah di bidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial.
Dari gambar di atas maka yang dimaksudkan dengan penduduk adalah semua
orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama enam bulan
atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan
untuk menetap. Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja (economically
active population) adalah usia 15 tahun (meskipun dalam survey dikumpulkan
informasi mulai dari usia 10 tahun) dan tanpa batas atas usia kerja.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan angkatan kerja konsep angkatan kerja


merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk usia kerja selama
periode tertentu. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau
punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur, dan yang bukan
angkatan kerja penduduk usia kerja yang tidak termasuk angkatan kerja mencakup
penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan
lainnya. Konsep bekerja menurut BPS adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan
dengan maksud memperoleh atau membantu pendapatan atau keuntungan paling
sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu.

P = PUK + PBUK

PUK = AK + BAK

AK = Em + Un
BAK = S + IRT + L

Em = BP + SM

SM = SPK + SPTK

Di mana :

P penduduk

PUK Penduduk usia kerja (di Indonesia batas usia 10 th ke atas)

PBUK Penduduk bukan usia kerja

AK Angkatan kerja, yaitu dalam usia kerja yang sudah bekerja dan sedang
mencari pekerjaan

BAK bukan angkatan kerja, yaitu penduduk dalam usia kerja yang tidak
bekerja dan belum ingin bekerja

S sekolah

IRT ibu rumah tangga

L lainnya, yaitu penduduk yang cacat mental atau sebab-sebab lain


sehingga tidak produktif

Em bekerja

Un pengangguran

BP bekerja penuh

SM setengah menganggur

SPK setengah penganggur kentara

SPTK setengah penganggur tidak kentara

3.4.2 Lapangan Kerja

Luasnya lapangan kerja yang tersedia akan ditentukan oleh kebijaksanaan investasi,
produksi yang dihasilkan dan cara pembangunan yang diterapkan
apakah labour insentive atau capital insentive serta besarnya modal
yang diinvestasikan. Lapangan kerja yang ada di Negara-negara
sedang berkembang sangat terbatas akibat dari kebijaksanaan
investasi, produksi yang dihasilkan, besarnya modal diinvestasikan,
dan situasi perekonomian nasional dan internasional. Produksi yang
dihasilkan adalah produksi primer dari pertanian dan ektratip mineral
dari pertambangan yang proses produksinya pendek, sehingga
lapangan kerja yang tercipta sedikit.

Untuk memperluas lapangan kerja ini hendaknya proses produksi diperpanjang


dengan mendirikan beraneka ragam industry. Produksi primer dari
sector pertanian diolah menjadi barang jadi mendirikan serangkaian
pabrik (proses produksi diperpanjang). Untuk memperluas lapangan
kerja ini Negara sedang berkembang mengalami kesulitan karena
kekurangan modal, kekurangan tenaga ahli dan kurangnya perintis-
perintis wiraswasta. Lapangan kerja banyak adalah pada sector
perindustrian, karena itu hendaknya pemerintah membangun beraneka
ragam industry atau memberikan dorongan kepada masyarakat untuk
membangun industry, karena industrilah yang menjadi harapan untuk
menyerap tenaga kerja yang banyak.

Usaha-usaha untuk memperluas lapangan kerja dapat dilakukan dengan cara:

1. Memperbanyak modal yang diinvestasikan baik kepada sektor pertanian


maupun sektor industri dan lain-lainnya.
2. Memperpanjang proses produksi sehingga produksi yang dihasilkan menjadi
barang-barang setengah jadi atau barang jadi.
3. Memberikan bimbingan, latihan-latihan dan bantuan modal, pemasaran
kepada home industry supaya berkembang dan ;lapangan kerja semakin
banyak.
4. Menciptakan situasi dan memberikan dorongan kepada para tenaga ahli
supaya mereka jangan hanya mencari pekerjaan tetapi hendaknya mereka itu
pencipta pekerjaan dengan jalan berwiraswasta.

3.4.3 Pengangguran
Bekerja kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu)
jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Apabila lapangan kerja yang
ada tidak dapat menyerap semua tenaga kerja yang tersedia,maka akan timbul
pengangguran. Definisi baku untuk penganggur adalah mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan, bersedia untuk bekerja, dan sedang mencari pekerjaan.
Definisi ini digunakan pada pelaksanaan Sakernas 1986 sampai dengan 2000,
sedangkan sejak tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian atau
perluasan seperti penganggur adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan, atau
mereka yang mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah
punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja, dan pada waktu yang bersamaan mereka
tidak bekerja.

Penganggur dengan konsep tersebut biasanya disebut penganggur terbuka. Secara


spesifik penganggur terbuka dalam Sakernas, terdiri atas : i) mereka yang tidak
bekerja dan mencari pekerjaan. ii) mereka yang tidak bek erja dan mempersiapkan
usaha. iii) mereka yang tidak bekerja, dan sedang mencari pekerjaan, karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan iv) mereka yang tidak bekerja,
dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai
bekerja. Di sisi lain pengangguran digolongkan atas:

1. Penganggur kentara, adalah orang-orang yang sama sekali tidak mempunyai


pekerjaan yang produktif. Jadi kebutuhan mereka ditanggung oleh orang-
orang yang produktif.
2. Penganggur tersembunyi (Disguised Unemployment Invisible Under
Employment) adalah dimana seseorangitu ikut bekerja tetapi hasilnya tidak
proposional atau secara ekstrim disguised unemployment diartikan
penamabahan tenaga kerja tetapi hasilnya tetap sama. Misalnya pada
departemen menjahit di suatu pabrik, 5 orang pekerja dapat menjahit 50 baju
sehari. Ketika ditamabah menjadi 6 orang, hasilnya tetap 60 baju sehari.
Maka tambahan 1 orang tenaga kerja itu yang disebut penganggur
tersembunyi. Jadi dia ikut bekerja tapi volume produksi tidak bertambah.
3. Penganggur musiman (seasional under employment) diartikan seseorang
tidak bekerja karena musim dimana telah selesai panen. Misalnya setelah
panen sawah para petani akang menganggur, sebaiknya mereka
dimanfaatkan untuk home industry.
4. Penganggur teknis, diartikan dimana seseorang tidak dapat bekerja karena
kerusakan mesin-mesin yang dipergunakan. Jadi selama mesin rusak dia
tidak dapat bekerja.

Dalam konsep labor force approach telah disebutkan adanya angkatan kerja yang
belum bekerja dan sedang/ingin mencari pekerjaan. jumlah penduduk yang sedang
mencari pekerjaan ini dalam pengertian ekonomi disebut pengangguran terbuka
(open unemployment). Sebagai indicator biasanya di hitung presentasenya terhadap
angkatan kerja dengan rumus:

OU= Un x 100%

AK

Dimana

OU: Tingkat pengangguran terbuka

Un : Jumlah penduduk yang ingin bekerja

AK : Angkatan Kerja

3.5 ANGKATAN KERJA SEBUAH KONSEP DASAR

Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk
usia kerja selama periode tertentu. Angkatan kerja adalah usia kerja yang bekerja,
atau ounya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur. Bukan
angkatan kerja penduduk usia kerja yang tidak termasuk angkatan kerja mencakup
penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan
lainnya. Pencari kerja untuk pertama kali tidak termasuk dalam angkatan kerja
sehingga memberikan angka pengukuran yang kurang (under estimate). Selain itu
orang-orang yang telah pension masih termasuk dalam angkatan kerja.

Konsep selanjutnya disebut dengan pendekatan labor force yang dilaksanakan


dengan jalan menagamati penduduk yang tergolong aktif secara ekonomis. Menurut
pengertian ini penduduk yang aktif adalah mereka yang sudah memperoleh
pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan.
Yang termasuk bekerja ialah mereka yang bekerja dalam periode waktu teretentu
atau sementara tidak bekerja karena alsan cuti,mogok, sakit atau sebab-sebab
lainnya yang menyebabkan tidak bekerja, tetapi mempunyai pekerjaan tetap. Yang
termasuk sebagai pencari kerja ialah mereka yang tidak bekerja seminggu lalu tetapi
mencari pekerjaan.yang bukan termasuk angkatan kerja antara lain penduduk yang
masih sekolah, mengurus rumah tangga, pensiunan, orang cacat yang tidak dapat
bekerja dan pekerja musiman yang tidak sedang kerja dan tidak mencari pekerjaan
selama penelitian. Dengan pendekatan labor force terungkap luasnya pengangguran
yang terjadi dalam masyarakat penggunaan tenaga kerja tidak penuh dan
pendekatan normative merupakan salah satu konsep angkatan kerja juga.

3.6 ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA

Dalam neraca ketenagakerjaan biasanya dilihat Antara jumlah angkatan kerja(AK)


dan jumlah kesempatan kerja(KK) yang tersedia. Jika AK besar disbanding KK maka
akan terjadi pengangguran atau dengan kata lain laju pertumbuhan lebih besar dari
KK mengakibatkan laju pertumbuhan pengagguran akan bertambah. Laju
pertumubuhan ekonomi akan mempengaruhi laju pertumbuhan kesempatan kerja
dimana hubungan ini akan ditunjukkan oleh elastisitas kesempatan kerja. Elastisitas
kesempatan kerja yang semakin besar berarti pertubuhan ekonomi dapat membuat
lapangan kerja yang baru. Hal ini diperlihatkan oleh Rumus

KK
E kk =
PDB

Dimana:

Ekk = elastisitas kesempatan kerja

KK= laju pertumbuhan kesempatan kerja

PDB=laju pertumbuhan ekonomi

3.7 ELASTISITAS JUMLAH PEKERJA DAN PRODUKTIVITAS

Hubungan Antara elastisitas jumlah pekerja dan produktivitas jumlah pekerja seperti
hubungan 2 mata uang yang berbeda. Produktivitas pekerja ditentukan oleh nilai
tambah output yang dihasilkan dan jumlah pekerja , sedangkan jumlah pekerja
ditentukan besarnya nilai tmbah output yang dihasilkan. Hal ini memunculkan
persamaan matematika berikut ini.

1. Angka elastisitas pekerja, menunjukkan daya serap jumlah pekerja setiap


perubahan nilai tambah output.
N
E p=
VA

Dimana
Ep= elastisitas pekerja disektor usaha
N= daya serap pekerja(persen perubahan)
VA=perubahan nilai tambah output

2. Laju pertumbuhan produktivitas pekerja, menunjukkan produktivitas pekerja


dalam menghasilkan nilai tambah sector usaha.
VA
P=
N

P= perubahan produktivitas

3.8 PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA

Salah satu indikator penting untuk kualitas angkatan kerja adalah tingkat pendidikan
yang mereka capai. Jenjang pendidikan dirincikan sebagai berikut.

1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tidak tamat SMP
5. Tamat SMP
6. Tidak tamat SMA
7. Tamat SMA
8. Tidak tamat Perguruan Tinggi
9. Tamat Perguruan Tinggi

Jenjang pendidikan dapat dikaitkan dengan indicator tingkat pendapatan di


perkotaan maupun dipedesaan, tingkat kemiskinan, tingkat produktivitas dan
lapangan usaha yang dimasuki. Dimana yang tamat sekolah dasar biasanya
bekerja pada bidang pertanian. , tamat sekolah lanjutan atas biasanya bekerja
pada pertmbangan dan penggalian, industi dan bangunan, tamat universitas
biasanya pada bidang listrik, gas, air minum, keuangan, perdagangan, dan lain-
lain.

3.9 TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK)

Pengukuran tingkat partisipasi angkatan kerja digunakan untuk melihat kegiatan


masyarakat yang mempengaruh besarnya angka persediaan tenaga kerja. Selain
itu tingkat kegiatan masyarakat tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi Negara
itu. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah angkatan kerja dibagi
jumlah penduduk dalam usia kerja. TPAK ini dipengaruhi oleh banyak factor
seperti umur,tingkat pendidikan, status perkawinan, perkembangan ekonomi dan
lain lain.

Pertumbuhan ekonomi disuatu Negara akan mengurangi TPAK laki laki . jumlah
penduduk akan menentukan besarnya tingkat kegiatan, seangkan tingkat
kegiatan ditentukan oleh tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). TPAK
merupakan rasio dari jumlah angkatan kerja dengan penduduk yang berada
dalam usia kerja(PUK), yang mengindikasikan besarnya penduduk aktif dalam
suatu Negara.

Ak
TPAK = x 100
PUK

Hal yang perlu untuk mendapat perhatian adalah besarnya TPAk suatu wilayah
ditentukan oleh kondisi social ekonomi suatu Negara, Antara lain: tingkat
perkembangan ekonomi, persyaratan pendaftaran sekolah, persyaratan sekolah,
persyaratan dan kondisi pensiunm usia perkawinan, jumlah anak tingkat
pendidikan, ketersediaan alat bantu rumah tangga. Secara umum tingkat
partisipasi angkatan kerja(TPAK) dipengaruhi oleh beberapa factor:

1. Jumlah penduduk yang bersekolah dan ibu-ibu mengurus rumah tangga


2. Usia penduduk. Semakin tinggi usia maka akan meningkatkan TPAK
3. Pendapatan rumah tangga keluarga. Semakin rendah pendapatan akan
membuat anggota keluarga untuk bekerja yang akan memperbesar TPAk
4. Tingkat pendidikan. Semakin tinggi tuntutan terhadap pendidikan cenderung
mengurangi TPAK

3.10 KEADAAN KETANAGEKERJAAN INDONESIA 2012-2014

Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2014 menunjukkan adanya


perbaikan yang digambarkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja maupun
jumlah penduduk bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan
kerja pada Februari 2014 bertambah sebanyak 5,2 juta orang dibanding keadaan
Agustus 2013 dan bertambah sebanyak 1,7 juta orang dibanding keadaan Februari
2013. Penduduk yang bekerja pada Februari 2014 bertambah sebanyak 5,4 juta
orang dibanding keadaan Agustus 2013, atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang
dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2013). Sementara jumlah
penganggur pada Februari 2014 mengalami sedikit penurunan yaitu sebanyak 260
ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2013, dan berkurang sebanyak 50 ribu
orang jika dibanding keadaan Februari 2013. Dalam setahun terakhir, besaran
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) relatif stagnan.

Tabel 1

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama,


20122014

2012
*) 2013*) 2014**)

Jenis Kegiatan
Utama Satuan Februa Agust Februa
ri Agustus Februari us ri

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Juta 120,1
1.Angkatan Kerja orang 122,74 120,32 123,64 7 125,32
Juta 112,7
Bekerja orang 115,08 113,01 116,44 6 118,17
Juta
Penganggur orang 7,66 7,31 7,20 7,41 7,15
Tingkat Partisipasi
2. Angkatan Kerja % 69,60 67,78 69,16 66,77 69,17
Tingkat Pengangguran
3. Terbuka % 6,24 6,07 5,82 6,17 5,70
Juta
4.Pekerja tidak penuh orang 36,48 35,17 36,65 37,74 36,97
Setengah Juta
penganggur orang 14,88 12,74 13,72 11,00 10,57
Paruh waktu Juta 21,60 22,43 22,93 26,74 26,40
orang

Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari


*) penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014
**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014
menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk
3.10.1 penduduk yang bekerja menurut lapangan kerja utama

Struktur lapangan pekerjaan hingga Februari 2014 tidak mengalami


perubahan, dimana Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan, dan
Sektor Industri secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar
penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Jika dibandingkan dengan keadaan
Februari 2013, jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan pada
hampir semua sektor terutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 640
ribu orang (3,59 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 450 ribu orang (1,77
persen), serta Sektor Industri sebanyak 390 ribu orang (2,60 persen),
sedangkan yang mengalami penurunan hanya Sektor Pertanian sebanyak 280
ribu orang (0,68 persen).

Tabel 2

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas


yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama, 20122014 (juta
orang)

2012 2013*

Lapangan Pekerjaan *) ) 2014**)

Utama Februar Februa Februar


i Agustus ri Agustus i

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pertanian 42,36 39,92 41,11 39,22 40,83


Industri 14,39 15,62 15,00 14,96 15,39
Konstruksi 6,18 6,87 6,97 6,35 7,21
Perdagangan 24,48 23,60 25,36 24,10 25,81
Transportasi, Pergudangan dan
Komunikasi 5,26 5,07 5,30 5,10 5,33
Keuangan 2,81 2,69 3,04 2,90 3,19
Jasa Kemasyarakatan 17,68 17,38 17,84 18,45 18,48
Lainnya ***) 1,92 1,86 1,82 1,68 1,93

116,4
Jumlah 115,08 113,01 4 112,76 118,17

Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang


*) Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014
** Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014
) menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk
** Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari:
*) Sektor Pertambangan, Listrik, Gas, dan Air
3.10.2 penduduk yang bekerja menurut satus pekerjaan utama

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang


bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori
status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan
dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja
informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2014 sebanyak 47,5
juta orang (40,19 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 70,7 juta orang
(59,81 persen) bekerja pada kegiatan informal.

Dalam setahun terakhir (Februari 2013Februari 2014), penduduk bekerja


dengan status berusaha dibantu buruh tetap berkurang 30 ribu orang dan
penduduk bekerja berstatus buruh/karyawan bertambah sebanyak 1,3 juta
orang. Keadaan ini menyebabkan jumlah pekerja formal bertambah sekitar 1,3
juta orang dan persentase pekerja formal naik dari 39,66 persen pada Februari
2013 menjadi 40,19 persen pada Februari 2014.

Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status


berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di
pertanian, pekerja bebas di nonpertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar.
Dalam setahun terakhir (Februari 2013Februari 2014), pekerja informal secara
absolut bertambah sebanyak 420 ribu orang, tetapi secara persentase pekerja
informal berkurang dari 60,34 persen pada Februari 2013 menjadi 59,81 persen
pada Februari 2014. Kenaikan secara absolut ini berasal dari hampir seluruh
komponen pekerja informal, kecuali penduduk bekerja berstatus berusaha
dibantu buruh tidak tetap dan pekerja bebas di pertanian.

Tabel 3

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas


yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan Utama, 20122014 (juta
orang)

2012 2013
*) *) 2014**)

Status Pekerjaan Utama Februar Februa Februar


i Agustus ri Agustus i

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Berusaha sendiri 19,99 18,90 19,66 19,21 20,32


Berusaha dibantu buruh tidak
tetap 21,17 19,46 20,18 19,34 19,74
Berusaha dibantu buruh tetap 4,06 3,99 4,17 3,86 4,14
Buruh/Karyawan 38,53 40,85 42,01 41,12 43,35
Pekerja bebas di pertanian 5,48 5,48 5,14 5,20 4,74
Pekerja bebas di nonpertanian 6,02 6,24 6,47 6,06 6,75
Pekerja keluarga/tak dibayar 19,83 18,12 18,81 17,97 19,13

Jumlah 115,08 113,01 116,44 112,76 118,17

*) Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari


penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari
2014 **) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan
penimbang hasil Proyeksi Penduduk

3.10.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan


Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2014 masih didominasi oleh
penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebanyak 55,3 juta
orang (46,80 persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 21,1 juta
(17,82 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,0
juta orang mencakup 3,1 juta orang (2,65 persen) berpendidikan Diploma dan
sebanyak 8,8 juta orang (7,49 persen) berpendidikan Universitas.

Perbaikan kualitas penduduk yang bekerja ditunjukkan oleh


kecenderungan menurunnya penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP
kebawah) dan meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma
dan Universitas). Dalam setahun terakhir, penduduk bekerja berpendidikan
rendah menurun dari sebanyak 76,8 juta orang (66,00 persen) pada Februari
2013 menjadi 76,4 juta orang (64,63 persen) pada Februari 2014. Sementara
penduduk bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 11,3 juta orang (9,72
persen) pada Februari 2013 menjadi 12,0 juta orang (10,14 persen) pada
Februari 2014.

Tabel 5

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas


yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan, 20122014(juta orang)

2012 2013
*) *) 2014**)

Pendidikan Tertinggi yang


Ditamatkan Februar Februar Februa
i Agustus i Agustus ri

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

SD ke bawah 57,33 55,62 56,49 53,81 55,31


Sekolah Menengah Pertama 20,34 20,27 20,36 20,56 21,06
Sekolah Menengah Atas 17,34 17,40 17,95 17,88 18,91
Sekolah Menengah Kejuruan 9,55 9,61 10,32 9,97 10,91
Diploma I/II/III 3,15 3,01 3,25 2,93 3,13
Universitas 7,37 7,10 8,07 7,61 8,85

116,4
Jumlah 115,08 113,01 4 112,76 118,17

* Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang


) Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014
*
* Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014
) menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

3.10.4 tingkat pengangguran terbuka (TPT) Menurut pendidikan

Jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 7,2 juta orang,


dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana
TPT Februari 2014 sebesar 5,70 persen turun dari TPT Agustus 2013 sebesar
6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen.

Pada Februari 2014, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas


menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 9,10 persen, disusul oleh TPT Sekolah
Menengah Pertama sebesar 7,44 persen, sedangkan TPT terendah terdapat
pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 3,69 persen. Jika
dibandingkan keadaan Februari 2013, TPT pada semua tingkat pendidikan
mengalami penurunan kecuali pada tingkat pendidikan SD ke bawah dan
Diploma.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke
Atas

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 20122014

(persen)

2012 2013 2014**


*) *) )

PendidikanTertinggi
yang Ditamatkan Februa Febr Februa
ri Agustus uari Agustus ri

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

3,5
SD ke bawah 3,59 3,55 1 3,44 3,69
Sekolah Menengah 8,1
Pertama 7,76 7,75 7 7,59 7,44
9,3
Sekolah Menengah Atas 10,41 9,63 9 9,72 9,10
Sekolah Menengah 7,6
Kejuruan 9,50 9,92 7 11,21 7,21
5,6
Diploma I/II/III 7,45 6,19 7 5,95 5,87
4,9
Universitas 6,90 5,88 6 5,39 4,31
5,8
Jumlah 6,24 6,07 2 6,17 5,70

* Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari


) penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014
* Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014
* menggunakan penimbang hasil Proyeksi
) Penduduk

Anda mungkin juga menyukai