Anda di halaman 1dari 10

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE

DI PESISIR PERAIRAN SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI


KOTA TANJUNGPINANG

Sri Rahayu
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,
revandika.ahsan88@gmail.com

Tengku Said Razai


Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH, saidumrah@yahoo.com

Winny Retna Melani, S.Pi, M.Sc


Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,

ABSTRAK
Berdasarkan letak Kelurahan Sei Jang yang merupakan daerah estuari maka fungsi
mangrove yang terpenting bagi daerah tersebut, namun keberadaannya terancam oleh beberapa
faktor antara lain pembangunan rumah penduduk, restoran, pembangunan jalan, berlabuhnya
kapal-kapal, maupun jasa-jasa lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui struktur
vegetasi mangrove yang terdapat di Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang dan mengetahui kondisi faktor fisika kimia perairan yang mempengaruhi struktur
Vegetasi mangrove tersebut di Pesisir Perairan Sei Jang Kota Tanjungpinang. Metode penelitian
dilakukan dengan metode deskripti kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan pada saat air surut
dengan jarak 50 meter dari garis pantai kearah daratan dengan menggunakan metode transek
kuadrat. Pada masing-masing stasiun terdiri dari tiga transek dan tiga plot, dimana pada plot yang
berukuran (10x10) m2 untuk pohon berdiameter >10 cm yang terletak disebelah kiri atau kanan
transek. Pada setiap petak tersebut, dibuatkan petak yang lebih kecil dengan ukuran (5x5) m2,
didalam petak ini dikumpulkan data tentang belta / anak pohon berdiameter 2-10 cm. Adapun
untuk tingkatan semai, data dikumpulkan dari setiap petak yang berukuran (1x1) m2 yang
ditempatkan dalam petak ukuran (5x5) m2. Analisis vegetasi mangrove menggunakan formula
Bengen untuk mendapatkan kerapatan jenis, frekuensi jenis, penutupan jenis, penutupan relatif
jenis dan Indeks nilai penting. Data struktur vegetasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
dalam bentuk tabel dan grafik. Indeks Nilai Penting yang sudah diperoleh di bandingkan dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.201 Tahun 2004. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ditemukan tujuh spesies dan empat famili yang menyusun vegetasi
mangrove: Avicennia sp, Soneratia sp, Rhyzopora sp, Bruguiera sp, Hibiscus sp, Xylocarphus sp
dan Nypa sp. Sedangkan vegetasi mangrove didominasi oleh jenis Avicennia sp dan Rhyzopora sp
baik untuk Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, Dominansi Relatif maupun Nilai Penting.
kepadatan total hutan mangrove Kelurahan Sei Jang masih tergolong baik dengan kriteria sangat
padat dengan kepadatan sebesar 2.650 ind/ha.

Kata kunci : Struktur vegetasi, mangrove, Pesisir, Perairan Sei Jang


MANGROVE VEGETATION STRUCTURE IN THE COASTAL WATER
DISTRICT OF BUKIT BESTARI JANG SEI
TANJUNGPINANG CITY

Sri Rahayu
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,
revandika.ahsan88@gmail.com

Tengku Said Razai


Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH, saidumrah@yahoo.com

Winny Retna Melani, S.Pi, M.Sc


Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,

ABSTRACT

Based on the location of the village Jang Sei which is an area of mangrove estuaries,
the most important function for the region, but its existence is threatened by several factors, among
others, the construction of houses, restaurants, construction of roads, berthing ships, as well as
environmental services. This study aims to Know mangrove vegetation structure located in the
Village District of Bukit Bestari Jang Sei Tanjungpinang physical and chemical factors determine
the condition of the waters that affect the structure of the mangrove vegetation in coastal waters
Jang Sei Tanjungpinang. The research method was conducted using quantitative descriptive.
Sampling was conducted at low tide with a distance of 50 meters from the shoreline towards the
mainland by using the quadratic transect method. At each station consists of three transects and
three plots, where the plot size (10x10) m2 for trees with diameter> 10 cm which is located on the
left or right of the transect. In each of these plots, plots made smaller with the size (5x5) m2, the
data collected in this swath of Belta / children 2-10 cm diameter trees. As for the nursery level,
data were collected from each plot size (1x1) m2 plots were placed in size (5x5) m2. Mangrove
vegetation analysis using Bengen formula to get the density of the type, frequency type, type of
closure, closure type and relative importance value index. Vegetation structure data were analyzed
descriptively in the form of tables and graphs. Important Value Index that has been obtained in
comparison with the Decree of the Minister of Environment No.201 Year 2004 results showed that
there were seven species and four families that make up the mangrove vegetation: Avicennia sp, sp
Soneratia, Rhyzopora sp, Bruguiera sp, Hibiscus sp, Xylocarphus sp and Nypa sp. While the
mangrove vegetation dominated by Avicennia sp and sp Rhyzopora good for Relative Density,
Relative frequency, relative dominance and importance value. Sub total density of mangrove
forests Jang Sei still relatively well with the criteria very solid with a density of 2,650 ind / ha.

Keywords: Structure of vegetation, mangrove, coastal, Jang Sei Water


A. Latar Belakang pentingnya bagi ekosistem mangrove didaerah
tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang
Perairan Sei Jang merupakan daerah yang struktur vegetasi mangrove di perairan Sei Jang.
terletak di Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan B. Perumusan Masalah
Riau memiliki ekosistem mangrove yang cukup
luas. Berdasarkan letak Kelurahan Sei Jang yang Berdasarkan latar belakang tersebut diatas
merupakan daerah estuari maka fungsi mangrove maka dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu
yang terpenting bagi daerah tersebut sesuai bagaimana struktur vegetasi mangrove dipesisir
dengan yang dikemukakan Fachrul (2008) adalah perairan yang ada di kelurahan Sei Jang
sebagai penyambung darat dan laut, serta peredam Kecamatan Bukit Bestari?
gejala alam yang ditimbulkan bagi kehidupan
biota lainnya, dan juga berfungsi menyaring C. Tujuan penelitian
bahan-bahan pencemar seperti logam berat yang
masuk laut. Penelitian ini bertujuan untuk :
Namun saat ini terjadi peningkatan sarana 1. Mengetahui struktur vegetasi mangrove
pembangunan dari tahun ke tahun. Seperti yang terdapat di Kelurahan Sei Jang
pembangunan rumah penduduk, restoran, Kecamatan Bukit Bestari Kota
pembangunan jalan, berlabuhnya kapal-kapal, Tanjungpinang.
maupun jasa-jasa lingkungan. Beragamnya 2. Mengetahui kondisi faktor fisika kimia
aktifitas tersebut mengakibatkan hutan mangrove perairan yang mempengaruhi struktur
di perairan Sei Jang mengalami penyusutan. Vegetasi mangrove tersebut.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kelautan
Perikanan Pertanian Kehutanan dan Energi Kota D. Manfaat Penelitian
Tanjungpinang (2009) Kelurahan Sei Jang terjadi
penyusutan luasan area hutan mangrove. Penelitian ini diharapkan dapat
Berdasarkan laporan dari Dinas Kelautan dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai
Perikanan Pertanian Kehutanan dan Energi Kota masukan untuk kegiatan pengelolaan,
Tanjungpinang (2009) Kelurahan Sei Jang terjadi pemanfaatan dan pelestarian mangrove kedepan
penyusutan luasan area hutan mangrove. Pada khususnya di Kelurahan Sei Jang, Kecamatan
tahun 1989 hutan mangrove yang ada 173 Ha, Bukit Bestari Kota Tanjungpinang.
sedangkan untuk tahun 2009 mangrove yang
tersisa mencapai 105,2 Ha Dengan semakin II. METODE PENELITIAN
berkurangnya luasan mangrove di Sei Jang, seluas
67,8 Ha. Sedangkan kita tahu akan pentingnya A. Waktu dan Lokasi Penelitian
hutan mangrove bagi masyarakat baik secara Penelitian akan dilaksanakan pada bulan
langsung ataupun tidak langsung, serta Mei Juli 2014 yang berlokasi di pesisir perairan
Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota 1. Penentuan Lokasi Stasiun
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
B. Bahan dan Alat berdasarkan purposive sampling yaitu penentuan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam stasiun dengan memperhatikan berbagai
Penelitian ini antara lain : pertimbangan kondisi lingkungan di daerah
penelitian yang dapat mewakili kondisi
mangrove. Penentuan lokasi dibagi menjadi tiga
No. Variabel Alat Bahan
stasiun antara lain:
1. Struktur vegetasi Tali rafia
mangrove Kayu
- Stasiun I pada daerah yang kondisi
Kerapatan relatif Meteran
Frekuensi relatif Parang / pisau mangrovenya masih rapat dengan titik koordinat
Penutupan relatif Plastik sampel N 00053,51.2 E 104028.21.1.7
Indeks nilai Kamera digital - Stasiun II dengan kondisi mangrovenya
penting
jarang dengan titik koordinat, N
2. Parameter
lingkungan 00054,02.4 E 104028.38.6 yang mana lokasi
Fisika perairan Salt meter Aquades tersebut adanya reklamasi dan penebangan hutan
Salinitas Multi test Aquades mangrove.
Suhu
- Stasiun III di daerah yang kondisi
Kima perairan Multi test
Oksigen terlarut
mangrovenya sedang dengan titik koordinat N
pH meter
pH 00054,18.7 E 104028.50.3"
3. Substrat Sieve net
Plastik 2. Penentuan petak ukur
Pengambilan sampel dilakukan pada saat air
surut dengan jarak 50 meter dari garis pantai
C. Metode Pengumpulan data kearah daratan dengan menggunakan metode
transek kuadrat. Pada masing-masing stasiun
Penelitian ini menggunakan pendekatan terdiri dari tiga transek dan tiga plot, dimana pada
deskriptif kuantitatif. Data yang dikumpulkan
plot yang berukuran (10x10) m2 untuk pohon
dalam penelitian ini didapat dari data primer dan berdiameter >10 cm yang terletak disebelah kiri
data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan
atau kanan transek. Pada setiap petak tersebut,
cara pengamatan dan pengukuran langsung dibuatkan petak yang lebih kecil dengan ukuran
dilapangan sedangkan data sekunder dikumpulkan (5x5) m2, didalam petak ini dikumpulkan data
dari instansi instansi yang terkait pada tentang belta / anak pohon berdiameter 2-10 cm.
penelitian ini. Adapun untuk tingkatan semai, data dikumpulkan
dari setiap petak yang berukuran (1x1) m2 yang
ditempatkan dalam petak ukuran (5x5) m2.
3. Struktur Vegetasi Mangrove Pi
Setelah Jenis-jenis mangrove didapat Fi =
selanjutnya diidentifikasikan untuk mendapat data p
yang meliputi kerapatan jenis, frekuensi jenis, Dimana:
dominansi dan nilai penting jenis. Data-data Fi = frekuensi jenis i
tersebut dihitung berdasarkan Bengen 2001 dalam Pi = jumlah petak contoh dimana ditemukan jenis
(Helnafia, 2010) sebagai berikut: i
p = jumlah total petak contoh/ plot yang diamati
2
a. Kerapatan jenis (individu/m )
Kerapatan vegetasi dihitung dengan c. Frekuensi jenis
menggunakan rumus yaitu:
ni Frekuensi Relatif jenis (RFi) adalah
D= perbandingan antara frekuensi jenis i dan jumlah
A frekuensi untuk seluruh jenis. Rumus Frekuensi
Dimana: Relatif jenis dapat dilihat dibawah ini:
Di = kerapatan jenis i (individu/ha) Fi
n1= jumlah totaltegakan dari jenis i RFi = x 100
A = luas total area pengembalian contoh F
(luas total petak contoh/plot) Dimana:
Kerapatan relatif jenis adalah perbandingan RFi = frekuensi relatif jenis
antara jumlah tegakan jenis i (n i) dan jumlah total Fi = frekuensi jenis i
tegakan seluruh jenis (n) : F = jumlah frekuensi untuk seluruh jenis
ni
RDi = x 100 d. Penutupan jenis
n
Penutupan adalah istilah yang digunakan
Dimana: untuk menyatakan luas daerah permukaan area.
RDi = kerapatan relatif jenis Rumus yang digunakan adalah:
ni = jumlah total tegakan dari jenis BA
n = jumlah total tegakan seluruh jenis Ci =
A
b. Frekuensi jenis Dimana:
Ci = penutupan jenis i
Frekuensi adalah jenis adalah nilai peluang BA = DBH2
ditemukannya jenis i dalam petak contoh/ plot 4 (dalam cm2),
yang diamati: DBH adalah diameter pohon dari jenis i
A = luas total area pengambilan contoh/ plot
DBH = CDH lingkaran pohon setinggi dada Lingkungan Hidup No.201 Tahun 2004 sebagai
berikut :
e. Penutupan Relatif jenis
Kriteria Penutupan Kerapatan
Penutupan relatif jenis adalah perbandingan (%) (pohon/ha)
antara luas area penutupan jenis dengan luas total Baik Sangat Padat 75 1500
area penutupan untuk seluruh jenis: Sedang 50 - <75 1000 - <1500

Ci Rusak Jarang < 50 < 1000

RCi = x 100%
C Seluruh data yang diperoleh dibahas secara
deskriptif untuk memperoleh kesimpulan sesuai

Dimana: dengan tujuan penelitian.

RCi = adalah perbandingan antara luas area


penutupan jenis i dan luas total area III. HASIL DAN PEMBAHASAN

penutupan untuk seluruh jenis


Ci = adalah luas area penutupan jenis i A. Struktur Vegetasi Mangrove

C = adalah jumlah area penutupan untuk


seluruh jenis Struktur vegetasi mangrove merupakan
langkah untuk mengetahui ekosistem mangrove

f. Indeks Nilai Penting yang berada di Kelurahan Sei Jang yang meliputi
Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi,

Indeks nilai penting dihitung dengan rumus Frekuensi Relatif, Dominansi, Dominansi Relatif,

sebagai berikut: Indeks Nilai Penting, Keragaman dan


Keseragaman.

INP = RDi + RFi + RCi


1. Komposisi jenis

Dimana:
RDi = Kerapatan Relatif Mangrove yang ditemukan di kelurahan Sei

RFi = Frekuensi Relatif Jang merupakan vegetasi mangrove alami,

RCi = Dominasi Relatif dimana dibedakan atas 3 bagian yaitu Pohon,


Anakan dan Semai. Pada pengamatan dilapangan

4. Analisis data ditemukan 12 spesies pada 3 Stasiun


pengamatan yaitu, Comptostemon schultzii,

Data struktur vegetasi yang diperoleh Bruguiera cylindrical, Bruguiera parviflora,

dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel,dan Bruguiera gynorriza, Bruguiera sexangula,

grafik. Indeks Nilai Penting yang sudah diperoleh Ceriops decandra, Rhizophora apichulata,

di bandingkan dengan Keputusan Menteri Negara Kandelia candel, Mucronata, Xilocarpus


granatum, Avicennia lanata, dan Aegiceras air tawar dan salinitas, pasokan nutrien, dan
floridum yang dimana berasal dari 5 kelas yaitu stabilitas substrat.
Bombacaceae, Rhizophoraceae, Meliceae,
Avicenniaceae, dan Myrsinaiceae. 3. Frekuensi relatif

Frekuensi Relatif (%)


NO Jenis Mangrove
2. Kerapatan Relatif POHON (10x10) PANCANG (5x5) SEMAI (1x1)
St. St St. St
St 2 St 3
1 3 1 2
Aegiceras 11, 12,4
1
Penjelasan Kerapatan relatif dapat dilihat floridum 67 2
11, 11,9
pada tabel berikut : 2 Avicennia lanata
67 2
Bruguiera 8,8 17,7 27, 20,
3
Kerapatan Relatif (%) cylindrica 9 3 62 64
N
Jenis Mangrove Bruguiera 14, 26, 11,
O 4
POHON (10x10) PANCANG (5x5) SEMAI (1x1) gynorriza 02 67 11
Bruguiera 12,2 14,
St. St St St. St St St St St 5
1 2 3 1 2 3 .1 2 3 parviflora 2 29
Bruguiera 17, 6,6
5,6 11, 6
1 Aegiceras floridum sexangula 73 7
4 64
5,7 8,3 4,7
2 Avicennia lanata 7 Ceriops decandra
1 5 6
29 20, 14,7 27, 17, 19,
4,0 12, 22, 8 Kandelia candel 20
3 Bruguiera cylindrica ,9
5 66 66 56 0 62 73 05
1
Bruguiera 10, 25, 16, 15,
4 9 Mucronata
gymnorriza 52 52 66 07
5,0 15, Rhizopora 26, 14,9 28, 26,
5 Bruguiera parviflora 10 100 100 87
3 07 apichulata 67 5 04 67
9,6 1,2 Xilocarpus 14, 11,
6 Bruguiera sexangula 11
1 8
granatum 29 11
5, Camptostemon 20, 18,2 11, 22, 23,
7 Ceriops decandra
56 12 20 13
schutzii 56 8 43 49 81
25
32, 18, 13, 15, 15,
8 Kandelia candel ,2
05 01 83 78 07
8
Rhizopora 8, Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
9
mucronata 06
1 1
1
Rhizopora apichulata
35, 27, 22, 19,
0 0
8 tingkat frekuensi relatif tertinggi adalah
0 29 38 50 71 7
0 0
1 2,7
Bruguiera cylindrica dan Kandelia
Xilocarpus granatum 15
1 8
16
candel dengan FR 27% dan 62% sedangkan nilai
1 Camptostemon 17, 16, 43, 37, 27, 1
,2
2 schutzii 26 93
0
54 71 76 3 FR terendah dimiliki Ceriops decandra dengan
nilai FR 4,76%. Dahuri (2003) dalam Supardjo
Kerapatan mangrove pada lokasi penelitian
(2008), menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan
terlihat berbeda pada tiap sampel plotnya, hal ini
mangrove dipengaruhi oleh suplai air tawar dan
disebabkan adanya kompetisi dalam perolehan
salinitas, pasokan nutrien, dan stabilitas substrat.
unsur hara dan matahari. Selain itu, faktor substrat
dan pasang surut air laut memberikan pengaruh
dan perbedaan yang nyata. Dahuri (2003) dalam
Supardjo (2008), menyatakan bahwa tingkat
pertumbuhan mangrove dipengaruhi oleh suplai
4. Dominansi Relatif substrat yang terdapat pada tiap-tiap stasiun
adalah lumpur. Selain itu Kadar Salinitas setiap
Dominansi Relatif (%) stasiun rata-rata 31 dan 32, Menurut
POHON PANCA SEMAI
Jenis
Setyawan (2002) dalam Kapludin (2012) Salinitas
(10x10) NG (5x5) (1x1)
O Mangrove
kawasan mangrove sangat bervariasi, berkisar
T. T. T. T. T. T. T. T. T.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 0,5-35 ppt, dengan demikian bahwa kadar
Aegiceras 30 22
1 salinitas perairan Sei Jang berada dalam kondisi
floridum ,83 ,14

2
Avicennia 14 13 ideal, hal ini karena adanya masukan air laut saat
lanata ,70 ,65
Bruguiera 7, 11 22 22
pasang dan airtawar dari sungai. Begitupun kadar
3
cylindrica 54 ,42 ,51 ,88
pH setiap transek pengamatan, adalah 7. Kondisi
Bruguiera 21 18 6,
4
gynorriza ,69 ,68 47 ini menunjukkan bahwa hutan mangrove di
Bruguiera 6, 18
5
parviflora 25 ,85
perairan Dusun Wael masih mendukung
Bruguiera 17 2,
6 kehidupan biota-biota serta hutan mangrove itu
sexangula ,34 43

7
Ceriops 3, sendiri. Menurut Suwondo, dkk (2006) dalam
decandra 44
Kandelia 15 15 21 19 33 19 Kapludin (2012) kisaran pH 6,5-9 masih
8
candel ,16 ,63 ,73 ,45 ,64 ,38
mendukung kehidupan perairan hutan mangrove.
8,
9 Mucronata
31
1 Rhizopora
apichulata
15,51 14,51 21,80 25,11 100 100 87 6. Nilai Kerapatan
1 Xilocarpus
28,09 11,01 13
granatum
1 Cansmptostemo
16,26 16,40 15,92 19,80 20,14 21,25
Kerapatan jenis pohon mangrove merupakan
n schutzii
jumlah individu mangrove yang ditemukan dibagi
dengan luas area pengamatan, yaitu 100 m2 yang
Dari tabel diatas pada stasiun I dan II
merupakan luas transek yang dipergunakan.
jenis yang mendominansi pada tingkat pohon
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
adalah jenis Aegiceras floridum yaitu dengan
Lingkungan Hidup No.201 Tahun 2004 dimana
nilai 30,83 dan 22,14, tingkat anakan pada stasiun
kriteria kerusakan mangrove dapat dilihat dengan
1 yang terendah adalah Bruguiera cylindrica
mengetahui nilai penutupan atau nilai kerapatan
dengan nilai 7,54% dan untuk stasiun II yang
jenis pohon mangrove tersebut.
terendah adalah Bruguiera parviflora dengan nilai
6,25% sedangkan untuk stasiun III jenis yang
Kerapatan (ind/m2)
mendominansi adalah jenis Xilocarpus granatum No Jenis Stasiun 1 Stasiun II Stasiun III
I II III I II III I II III
dengan nilai 28,09% dan nilai yang terendah 1 0,0 0,03 0,03 0,01 0,11
- - - -
Aegiceras floridum
adalah Ceriops decandra dengan nilai 2,43%. 2 0,0 0,02 0,03 0,02 0,03 0,03
- - -
Avicennia lanata
3 0,0 0,02 0,02 0,01 0,04 0,07 0,03
0,090 0,020
Bruguiera cylindrica
5. Indeks Nilai Penting 4 Bruguiera gyimnoriza - - - - - - - - -
5 0,03 0,02
Spesies Rhizopora Bruguiera cylindrica Bruguiera parviflora
- - - - - - -

6 Bruguiera sexangula - - - - - - - - -
terlihat memiliki INP terbesar pada stasiun 3 7 0,0 0,07 0,07 0,08 0,05 0,04
0,010 0,040 -
Camptostemon schutzii
dengan nilai sebesar 80,04 hal ini dikarenakan
8 Ceriops decandra - - - - - - 0,040 - - N Stasiun Baku Mutu
9 0,1 0,13 0,13 0,13 0,04 0,02 0,03 Parameter Lingkungan
0,030 0,030 I II III **
Kandelia candel
1. Suhu (C) 29 29,23 28, 13 28-32
10 0,1 0,14 0,15 0,11 0,09 0,07
- - -
Rhizopora apichulata 32,57
2. Salinitas () 32,3* 31,33 Sd 32
11 Xilocarpus granatum - - - - - - 0,060 - 0,020 *
12 0,02 3. Derajat Keasaman (pH) 7,72 7,68 7,57 7-8,5
- - - - - - 0,010 -
Rhizophora Mucronata
4. Kecepatan Arus (m/s) 0,054 0,067 0, 134 -
JUMLAH 2,65
5 DO 7,7 9,6 8 -
lumpu lump
6 Substrat lumpur -
r ur
Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa
kepadatan total hutan mangrove Kelurahan Sei
Dari hasil pengukuran parameter kualitas
Jang di strata pohon adalah sebesar 2.65 (ind/ha),
perairan, diperoleh data : suhu berkisar antara 28 -
ini menunjukkan bahwa kondisi mangrove di
290C, salinitas 31 32 ppt, pH 7, Kecepatan Arus
areal ini baik, sesuai dengan kriteria baku yang
0,054 - 0,134 m/dtk, dan substrat lumpur. Secara
dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup
umum kisaran suhu diperairan Sei Jang masih
(KLH) Republik Indonesia melalui Keputusan
tergolong alami untuk pertumbuhan ekosistem
Menteri Nomor 201 Tahun 2004 tentang kriteria
mangrove.
baku kerusakan mangrove dan Pedoman
Pemantauan Kerusakan Mangrove.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Tingginya kerapatan pohon di daerah
mangrove diduga karena lokasi tersebut mendapat
A. Kesimpulan
masukan air sungai dan air laut ketika pasang dan
memiliki jenis substrat berlumpur. Selain hal
1. Vegetasi mangrove kawasan desa Sei Jang
tersebut faktor lingkungan juga mempengaruhi
terdiri dari jenis Avicennia sp, Soneratia sp,
kerapatan mangrove, hal ini dibuktikan dengan
Rhyzopora sp, Bruguiera sp, Hibiscus sp,
parameter lingkungan seperti substrat pada stasiun
Xylocarphus sp dan Nypa sp. Sedangkan
I, II dan III berupa lumpur. Pada kondisi tersebut
vegetasi mangrove didominasi oleh jenis
mangrove mampu tumbuh dengan baik (Bengen,
Avicennia sp dan Rhyzopora sp baik untuk
2002 dalam Kamalia, 2012).
Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif,
Dominansi Relatif maupun Nilai Penting.
7. Parameter Kualitas Air
kepadatan total hutan mangrove Kelurahan
Penelitian mengenai struktur vegetasi
Se Jang masih tergolong baik dengan kriteria
mangrove tidak lepas dari faktor lingkungan baik
sangat padat dengan kepadatan total sebesar
yang berfungsi sebagai pendukung apabila
2.650 ind/ha. Tingginya kerapatan pohon di
kondisinya baik dan akan menjadi penghambat
daerah ini dikarenakan lokasi tersebut
pertumbuhan ekosistem tersebut apabila kondisi
mendapat masukan air sungai dan air laut
lingkungannya buruk. Pengukuran kualitas
ketika pasang dan memiliki jenis substrat
perairan tersajikan sebagai berikut:
berlumpur. secara umum Kelurahan Sei Jang
di ditempati oleh jenis Rhizopora.sp baik
pada tingkat pohon, pancang dan semai.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
2. Dari hasil penelitian parameter kualitas Nomor 201, 2004, Kriteria Baku dan Pedoman
perairan, diperoleh data suhu berkisar antara Penentuan Kerusakan Mangrove, (N Makarim,
28 - 290C, salinitas 31 32 ppt, pH 7, Mentri Negara Lingkungan Hidup), Jakarta.
Kecepatan Arus 0,054 - 0,134 m/dtk, dan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51,
substrat yang berlumpur. Secara umum
2004, Standar Baku Mutu Air Laut, (N
kisaran suhu diperairan Sei Jang masih
Makarim, Mentri Negara Lingkungan Hidup),
tergolong alami untuk pertumbuhan
Jakarta.
ekosistem mangrove.

Kapludin. Y. 2012. Karakteristik dan keragaman


B. Saran
biota pada vegetasi mangrove dusun wael
Saran yang dapat diberikan yaitu dengan
kabupaten seram bagian barat. Diunduh 07
adanya data Vegetasi Mangrove ini yaitu perlu
agustus 2014.
adanya upaya pengawasan terhadap hutan
Http://www.bio.unidar.ac.id/wp-
mangrove demi menjaga kelestarian hutan
content/uploads/2012/10/karakteristik-
mangrove yang telah tergolong baik di kawasan
mangrove.pdf
Pesisir Perairan Sei Jang tersebut.
Kamalia. 2013. Struktur komunitas hutan
DAFTAR PUSTAKA mangrove di perairan pesisir kelurahan
sawang kecamatan kundur barat kabupaten
Badan Lingkungan Hidup, 2012. Laporan karimun.
Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir
Nontji, A, 2007, Laut Nusantara, edk 5,
dan Laut Tahun 2012. Surabaya
Dajambatan, Jakarta.
Bengen, D, G, 2001, Pengenalan dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrov,Pusat Kajian Sumberdaya UCAPAN TERIMA KASIH
Pesisir dan Lautan, PKSPL-IPB, Bogor.
1. Bapak Dr. Ir. Bustami, M.Sc selaku Dekan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Fachrul,M,F, 2008, Metode Sampling Bioekologi,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
edk 2, Bumi Aksara, Jakarta.
Tanjungpinang.
Helnafia, W, 2010, Kerapatan Tumbuhan 2. Ibu Ir. Linda Waty Zen, M.Sc selaku Kepala
Ripariandan Produksi Serasah Tumbuhan Jurusan MSP
Riparian Dominan di Desa Kota Ringin 3. Bapak Tengku Said Razai, S.Pi. MP dan Ibu
Kecamatan Mempura Kabupaten Siak Winny Retna Melani, S.Pi, M.Sc selaku dosen
Provinsi Riau, Fakultas Perikanan dan Ilmu pembimbing
Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 3. Bapak Andi Zulfikar dan Dr. Ir. Khodijah,
M.Si selaku dosen penguji

Anda mungkin juga menyukai