Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, umat beragama dihadapkan pada serangkaian tantangan baru


yang tidak terlalu berbeda dengan yang pernah dialami sebelumnya. Perbedaan
agama adalah fenomena nyata yang ada dalam kehidupan, karena itu toleransi sangat
dibutuhkan.

Khususnya pada Negara Indonesia yang memiliki masyarakat plural yang


bercorak primordial, konflik di dalam masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya
rasa toleransi antar sesama, terutama dalam segi agama akhir-akhir ini kerap terjadi.

Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya


kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada
kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia.
Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang
boleh mencabutnya.

Demikian juga sebaliknya, toleransi antar umat beragama adalah cara agar
kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak
dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya,
contohnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk
merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk
dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan
beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam
kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Untuk pemahaman yang lebih mendalam
terkait dengan toleransi, maka pada makalah kali ini penulis akan membahas tentang
kerukunan antar umat beragama.
B. Tujuan

1. Mengetahui konsep Hak Asasi Manusia (HAM) Versi Barat Dan Islam
2. Mengetahui Perbedaan Hukum Barat dan hukum Islam.
3. Mengetahui Konsep Persaudaraan dalam Islam dan kerukunan hidup antar
umat Beragama

C. Mafaat

1. Agar mengetahui tahu bahwa HAM versi barat dan islam itu berbeda
2. Mengerti Perbedaan Hukum barat dan hokum Islam
3. Mengethui Kerukunan hidup anatar umat beragama

D. Rumusan Masalah
Apa itu Hak Asasi Manusia versi Barat dan Islam serta perbedaan hukum
barat dan hukum islam, konsep persaudaraaan dalam islam dan kerukunan hidup
antar umat beragama
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP HAM MENURUT ISLAM DAN BARAT

Konsep HAM menurut persepsi islam dan Barat adalah suatu pandangan
islam, yang menganggap manusia sebagai mahkluk Allah secara kodrati di anugerahi
hak dasar yang disebut dengan hak asasi. Dan hak asasi ini kemudian di kenal sebagai
HAM yang merupakan suatu hak dasr yang melekat pada diri manusia untuk dapat
mengembangkan diri pribadi serta peranan dan sumbangannya bagi kesejahteraan
hidup manusia.

Adapun perbedaan prinsip antara pandangan Barat dengan islam tentang


HAM adalah semata-mata hanya bersifat antroposentris (segala sesuatu berpusat pada
manusia).
Dikarenakan manusia yang menjadi pusat segala sesuatu, dan bangsa Barat
beranggapan bahwa kebebasan manusia itu merupakan suatu hak asasi. Sedangkan
bagi pandanagan islam sendiri bahwa HAM itu bersifat teosentris yaitu segala sesuatu
berpusat kepada Allah SWT.

Macam-macam HAK dalam islam adalah :

- Hak-hak allah
- Hak-hak diri sendiri
- Hak-hak orang lain
- Dan hak-hak semua mahluk

Hukum islam adalah suatu hukum yang di dalamnya menunjukkan dua bangian
penting dan aturan-aturan perundang-undangan dalam islam yakni syariah dan fiqih.
Adapun yang di maksud dari kedua kata tersebut yaitu :
A. SYARIAH

Syariah adalah suatu makna kata yang disebut dengan jalan menuju air yang
secara sederhana bahwa setiap orang harus menempuh jalan itu untuk dapat hidup,
sebab air merupkan unsur yang sangat penting di dalam menompang kehidupan.jadi
secara analog dapat di simpulkan bahwa kehidupan ini sangat membutuhkan syariah
sebagai unsur yang sangat vital untuk dapat berjalan dengan baik. Dan secara
terminologi, bahwa istila syariah islam memiliki makna yaitu aturan undang-undang
yang di turunkan allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya
yaitu manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam.
Sebagai mana di firman kan Allah dalam (QS. Al-Maidah: 48)
Artinya :

Dan kami telah menurunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelum-Nya, yaitu kitab-kitab (yang di turunkan sebelum-
Nya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain, maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan jangalah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
denga meninggalkan kebenaran yang telah dating kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di
antara kamu kami jadikan aturan dan jalan terang. Sekiranya Allah menghendaki
niscaya kamu di jadikanya satu umat (saja), tetapi allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, berlombah-lombahlah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah kembali kamu semua, lalu diberikan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihakan itu
B. FIQIH

Sedangkan fiqih adalah suatu makna kata yang asal katanya paham atau
pengertian yaitu merupakan yang mendalami pemahaman atau uraian terhadap
syariah dan disebut ilmu fiqih, sedangkan orang yang mempelajarinya dan
mendalaminya di kenal dengan sebutan fiqih (bentuk tunggal), atau fuqaha (bentuk
jamak), istilah yang kemudian diadaptasikan ke Bahasa Indonesia sebagai ahli hukum
islam. Denga demikian fiqih merupakan pemahaman para ulama terhadap rumusan
teknis dan pelaksanaan syariah yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah dan
dikondifikasi agar mudah di pahami.
BAB II

PERBEDAAN HUKUM BARAT DAN HUKUM ISLAM

A. HUKUM ISLAM

Hakikat dan etos hukum Islam sangat berbeda dengan konsep-konsep hukum
barat. Satu hal yang tidak dapat diragukan adalah bahwa perbedaan pertama yang
mendasar dan yang paling jelas, yaitu hukum barat pada dasarnya bersifat sekular
sedangkan hukum Islam pada dasarnya bersifat keagamaan. Hukum sipil yang
diwarisi oleh negara-negara di dunia sekarang ini bersumber pada hukum Romawi
yang merupakan hukum buatan manusia dan sewaktu-waktu dapat dirubah bila
suasana menghendaki demikian, sebagaimana ketika hukum tersebut disusun
sebelumnya. Berbeda dengan hukum Islam yang secara fundamental dianggap
sebagai hukum Tuhan yang pada pokoknya tidak dapat dirubah.
Bagi setiap muslim berlaku nilai etik terhadap semua perbuatan yang
dilakukannya yang disebut qubh (keburukan, ketidak sopanan) di satu pihak dan husn
(keindahan, kesopanan) di lain pihak. Akan tetapi nilai etik ini tidak semuanya dapat
dinilai dengan nalar manusia, bahkan dalam hubungan ini manusia sepenuhnya terikat
dengan wahyu Tuhan. Karena itu semua perbuatan manusia tercakup, menurut
klasifikasi yang secara merata diakui, dalam 5 macam kategori: wajib, sunnah ,
mubah, makruh dan haram sesuai dengan ketetapan Allah.
Beberapa pemikir Barat mengakui bahwa Islam adalah Undang-undang yang
sempurna bagi kehidupan antara lain:

1. Prof. Marison yang dengan tandas mengatakanSuatu kebenaran yang tidak dapat
dibantah lagi bahwa Isalm bukan hanya sekedar Itikad dan agama semata, tetapi
lebih dari itu. Ia adalah undang-undang kemasyarakatan yang sempurna dan
lengkap, dia adalah peradaban yang sempurna, rajutan falsafah, pendidikan dan ilmu
ilmunya.
2. Dr. Paul Islam bukanlah agama yang mengurusi urusan keakhiratan saja, lebih dari
itu ia adalah undang-undang kehidupan yang sempurna. Bahkan beliau mengatakan
bahwa Islam adalah agama yang selalu terbuka kedua daun pintunya. Ia mempunyai
pintu yang lebar untuk menerima perkembangan-perkembangan baru yang
dihasilkan oleh para generasi dalam perjalanan waktu yang panjang.
Tetapi kenyataan ini secara langsung menjurus pada perbedaan pokok yang
kedua di antara kedua sistem hukum tersebut, yakni bahwa hukum Islam jauh lebih
luas cakupannya dibandingkan dengan hukum Barat. Menurut pemikiran para ahli
hukum barat bahwasanya hukum Barat adalah hukun yang dinyatakan, atau setidak-
tidaknya dapat dinyatakan dan berlaku pada badan-badan peradilan. Sebaliknya
hukum Islam memasukkan segala perbuatan manusia dalam cakupannya karena
hukum Islam mencakup segala lapangan hukum baik hukum publik, hukum privat,
hukum nasional dan hukum internasional sekaligus.
Hukum Islam itu secara tepat dapat dilukiskan sebagai: ajaran (doktrin) tentang
tugas-tugas atau kewajiban-kewajiban setiap muslim.
3. Menurut Austin materi ilmu hukum adalah hukum positif: hukum yang ditetapkan
oleh para politisi yang berkuasa terhadap rakyat yang mereka kuasai. Sedangkan
menurut Hans Kelsen hukum sebagai sistem atau hirarki norma-norma yang
memperkirakan secara dini apa yang terjadi pada saat dan situasi tertentu yang
semuanya terikat dengan norma pokok dalam konstitusi pertama negara yang
bersangkutan.

B. HUKUM BARAT

Barat sejatinya adalah peradaban. Dan matrik setiap peradaban adalah world
view, cara pandang terhadap segala sesuatu (Peter Berger), agama atau kepercayaan
(S Huntington). Dalam world view ini terdapat konsep-konsep penting yang
membentuk sebuah framework berpikir. Setiap peradaban memiliki world view
sendiri-sendiri.
Fukuyama mengakui world view Islam bertentangan dengan world view Barat
liberal. Tampaknya Al Makin tidak sadar bahwa Barat melihat Islam sebagai world
view. Karena itu ia melakukan simplifikasi terhadap makna Islam dan
Welstanschaung (world view).

Ekstremnya, pembaruan Islam itu tidak juga akomodatif, tapi lebih cenderung
konsumtif. Terlalu banyak mengonsumsi ide-ide luar, terlalu sedikit menggali ide-ide
dari dalam khazanah pemikiran Islam. Memang benar Islam tidak steril dari anasir
asing. Tapi perlu dicatat bahwa Islam bangun dengan tradisi intelektualnya sendiri,
sebelum 'meminjam' konsep-konsep asing. "Tidak ada peradaban yang bebas dari
proses pinjam meminjam dari peradaban asing", kata Prof Alparslan Acikgence pakar
pemikiran Islam asal Turki. Tapi ingat, lanjutnya, peradaban yang dihegemoni oleh
konsep-konsep asing lama kelamaan akan mati.

Gagasan Islamisasi ilmu di kalangan pemikir Muslim merupakan program


epistemologi dalam rangka membangun (kembali) peradaban Islam. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan yang fundamental antara pandangan keilmuan dalam
Islam dengan peradaban Barat pada tataran ontologi dan epistemologi. Pada sisi
ontologi, Barat modern hanya menjadikan alam nyata sebagai objek kajian dalam
sains, sehingga pada gilirannya mereka hanya membatasi akal dan panca indra
(empiris) sebagai epistemologinya. Hal itu tidaklah ganjil mengingat perkembangan
ilmu dan dinamisasi peradaban di Barat bergeser dari satu titik ekstrim ke titik
ekstrim lainnya.

Hukum Islam yang memberikan kostribusi terhadap pembangunan hukum


nasional bukanlah hukum Islam yang bersifat universal (Rasyid, 1991 : 6) yang
meliputi peraturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia secara
komprehensif, melainkan sebatas hukum Islam yang menyangkut aspek keperdataan
tertentu saja.
Itulah yang menjadi hukum yang hidup (living law) dan selebihnnya seperti
aturan-aturan yang menyangkut aspek peribadatan dan lain sebagainya masih belum
menjadi hukum yang hidup dimasyarakat melainkan masih merupakan moral positif
meskipun masyarakat telah menjalankan secara nyata dalam kehidupannya sehari-
hari.

1. Prof. Marison yang dengan tandas mengatakanSuatu kebenaran yang tidak dapat
dibantah lagi bahwa Isalm bukan hanya sekedar Itikad dan agama semata, tetapi
lebih dari itu. Ia adalah undang-undang kemasyarakatan yang sempurna dan lengkap,
dia adalah peradaban yang sempurna, rajutan falsafah, pendidikan dan ilmu ilmunya.

2. Dr. Paul Islam bukanlah agama yang mengurusi urusan keakhiratan saja, lebih dari
itu ia adalah undang-undang kehidupan yang sempurna. Bahkan beliau mengatakan
bahwa Islam adalah agama yang selalu terbuka kedua daun pintunya. Ia mempunyai
pintu yang lebar untuk menerima perkembangan-perkembangan baru yang dihasilkan
oleh para generasi dalam perjalanan waktu yang panjang
Islam adalah satu-satu agama yang dengan ajaran-ajarannya yang luhur mampu
menghalangi kecendrungan massa kepada kefasikan dan kedurhakaan.
BAB III

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing
untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik
haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama tidak
mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa
kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-
unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai agama
itu sendiri.

A. Kerukunan antar umat beragama di Indonesia


Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat
dihindarkan di Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan
penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan
dan persatuan. Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus
bersifat Dinamis, Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada
masyarakat dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat
dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Karena,
Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua
masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia.

Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan


sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk
mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu
pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan
pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama
terhadap agama lain sangat penting.

Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya


agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang
paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Namun
ketika kontak-kontak antaragama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka
muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi
bersikap negatif dan apriori terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul
pengakuan positif atas kebenaran agama lain yang pada gilirannya mendorong
terjadinya saling pengertian.

Di masa lampau, kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan
menganggap agama selain agama kita sebagai lawan yang sesat serta penuh
kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain, maka sekarang kita lebih
mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.
B. Kendala-kendala dalam mencapai kerukunan antar umat beragama
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi
antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap
toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter.
Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect
encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif.
Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-
masalah keimanan.
Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik
pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.

Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi


kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan
masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan
perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan
diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang
dinamakan konflik.

2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai
kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama
khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor
lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah
payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan
demikian kita pun hampir memetik buahnya.

Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut


memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah
petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan bangunan dialog yang
sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita
tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari
itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita,
yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup
secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi
dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan
memanfaatkannya.

3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan
berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang
pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan
fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik
keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya
diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih
berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat
menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk
Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini,
tidak dapat diterima di sisi Allah.

Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena


masing-masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga
memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak
dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak
pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan
yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja,
dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok
Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak
mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada di
luar untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang
bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan
abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam
agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.

Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut
adalah akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun
berkepanjangan.

BAB IV

PERSAUDARAAN DALAM ISLAM

Dalam hadits dinyatakan bahwa hubungan antara seorang mukmin


dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling melengkapi.
Bangunan tidak akan berdiri kalau salah satu komponennya tidak ada ataupun rusak.
Hal itu menggambarkan betapa kokohnya hubungan antara sesame umat Islam.
Itulah salah satu kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh kaum mukmin dalam
berhubungan anatara sesame kaum mukminin. Sifat egois atau mementingkan diri
sendiri sangat ditentang dalam Islam. Sebaliknya umat Islam memerintahkan
umatnya untuk bersatu dan saling membantu karena persaudaraan seiman lebih erat
daripada persaudaraan sedarah. Itulah yang menjadi pangkal kekuatan kaum
muslimin, setiap muslim merasakan penderitaan saudaranya dan mengulirkan
tangannya untuk membantu sebelum diminta yang bukan didasrakan atas take and
give tetapi berdasarkan Illahi.
Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau bersaudara
ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan oleh bangsa Arab yang
sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai tetapi setelah mereka menganut
agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir maupun batin, merka
dapat bersatu.

Menurut M Quraisy Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam Al-Quran, ada
empat macam bentuk persaudaraan :

1. Ukhuwah ubudiyyah atau saudara kesemakhlukan dan ketundukan kepada


Allah.

2. Ukhuwah Insaniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah


bersaudara karena
berasal dari seorang ayah dan ibu.
3. Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
4. Ukhuwah fi ad-din al-Islam, persaudaraan muslim.

B. Memelihara Silaturahmi.

Silaturahmi secara bahasa berasal dari dua kata, yakni silah (hubungan) dan Rahim
(Rahim perempuan) yang mempunyai arti Hubungan nasab, kata al-Arham (rahim)
diartikan sebagai Silaturahmi.[2] Namun pada hakikatnya silaturahmi bukanlah
sekedar hubungan nasab, namun lebih jauh dari itu hubungan
sesama muslim. merupakan bagian dari silaturrahmi.

1. Keutamaan Silaturrahim

: :
( ) .
Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata : bersabda rasulullah saw. : Barang siapa yang
ingin di luaskan rizqinya dan di panjangkan umurnya maka hendaknya ia
menyambung silaturahmi. ( H.R Bukhari)
Hadits yang agung ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan
silaturahmi. Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.

Larangan Memutuskan Silaturahmi.


Sudah menjadi sunnatullah bahwa hubungan sesame manusia tidaklah
selamanya baik, ada problem dan pertentangan. Hidup adalah perjuangan, tantangan,
pengorbanan, dan sekaligus perlombaan anatar sesama manusia. Tidak heran kalau
terjadi gesekan antar sesama dan tidak mungkin dapat dihindarkan.
Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang
hingga melebihi tiga hari yanag ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling
manjauhi. Hal ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Memang benar setiap manusia memiliki ego dan gengsi sehingga hal ini sering
mengalahkan akal sehat akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya
menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama.
Di antara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah
[2]
dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabata.
Ini bukan bahwa orang yang memulai salam berarti telah kalah tetapi ia telah
melakukan perbuatan sangat mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.

2. Bahaya memutuskan silaturrahim

) :
:
(
Dari Jubair bin Muthim ra. Ia berkata : bersabda Rasulullah saw. : Tidak
akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan. (Mutafaqun alaih)

Orang yang memutuskan silaturahmi adalah orang yang dilaknat oleh


Allah. Dosa yang dipercepat oleh Allah untuk diberi siksa di dunia dan akhirat adalah
memutuskan silaturahmi (selain berbuat zalim). 0rang yang memutuskan silaturahmi
doanya tidak dikabulkan oleh Allah. 0rang yang memutuskan silaturahmi tidak akan
masuk surga. Bila dalam suatu kaum terdapat orang yang memutus silaturahmi, maka
kaum itu tidak akan mendapat rahmat dari Allah.

3. Larangan memutuskan silaturrahim

:
) , ,
,
(
Dari Abu Ayub ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : tidak di
halalkan bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga hari, sehingga
jika bertemu saling berpaling muka, dan sebaik-baik keduanya adalah yang
mendahului memberi salam. (Mutafaqqun alaih)
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan
pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan
lahirnya perpecahan.
Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim dan
memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya. Dan
Nabi shalllallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah dikatakan
menyambung silaturahmi ketika seorang membalas kebaikan orang yang berbuat
kebaikan kepadanya, yakni menyambung hubungan dengan orang yang senang
kepadanya. Akan tetapi yang menjadi hakikat menyambung silaturahmi adalah ketika
dia membalas kebaikan orang yang berbuat jelek kepadanya atau menyambung
hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya.

Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan disesuaikan


dengan jenis amalan. Karenanya, barangsiapa yang menyambung hubungan
silaturahminya maka Allah juga akan menyambung hubungan dengannya, dan di
antara bentuk Allah menyambungnya adalah Allah akan menambah rezekinya,
menambah umurnya, dan senantiasa memberikan pertolongan kepadanya.[4]
Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka Allah juga
akan memutuskan hubungan dengannya.
Dan ketika Allah sudah memutuskan hubungan dengannya maka Allah tidak
akan perduli lagi dengannya, Allah akan menjadikannya buta dan tuli, dan
menimpakan laknat kepadanya. Dan siapa yang mendapatkan laknat maka sungguh
dia telah dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah Taala yang Maha Luas.

Dampak yang ditimbulkan bila silaturahim diantara kita putus, sangatlah


besar, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah
beribadah dengan penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus
tali silaturahim dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya
tidak ada artinya di sisi Allah SWT.
2. Amalan shalatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah SAW : "Terdapat 5 (lima)
macam orang yang shalatnya tidak berpahala, yaitu : isteri yang dimurkai suami
karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendemdam
saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi
makmumnya."

3. Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Rasulullah SAW :


"Sesungguhnya malaikat tidak akan turun kepada kaum yang didalamnya ada orang
yang memutuskan silaturahmi."

4. Orang yang memutuskan tali silaturahmi diharamkan masuk surga. Sabda


Rasulullah SAW : " Terdapat 3 (tiga) orang yang tidak akan masuk surga, yaitu :
orang yang suka minum khamar, orang yang memutuskan tali silaturahmi dan orang
yang membenarkan perbuatan sihir.

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Konsep HAM menurut persepsi islam dan Barat adalah suatu pandangan
islam, yang menganggap manusia sebagai mahkluk Allah secara kodrati di anugerahi
hak dasar yang disebut dengan hak asasi. Dan hak asasi ini kemudian di kenal sebagai
HAM yang merupakan suatu hak dasr yang melekat pada diri manusia untuk dapat
mengembangkan diri pribadi serta peranan dan sumbangannya bagi kesejahteraan
hidup manusia.
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika
semua golongan agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-
masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama
yang baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat
beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli
atas hak keberagaman dan perasaan orang lain.

Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau
bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan oleh bangsa
Arab yang sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai tetapi setelah mereka
menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir maupun batin,
merka dapat bersatu.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.N.D. Hukum Islam Di Dunia Modern. 1990. Amarpress. Surabaya

Jamal, Muhammad, Ahmad. Membuka tabir Upaya Orientalis dalam Memalsukan


Islam. 991. Cv. Diponegoro. Bandung.

http:// www.aspek ontologis.htm

http:// www.scribd.com

http:// www.desihanara.co.id

http:// www. Islamisasi Ilmu Kontemporer.htm

Al-Hamd, Ibrahim bin Muhammad (2005). Hidup Rukun seperti Rasulullah.


Yogyakarta: Penerbit Andi.

Puspito, Hendro (2006). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Yewangoe (2009). Agama dan kerukunan. Jakarta: Gunung Mulia.

Wahyuddin, dkk (2009). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta;
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai