BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai Dengan kesepakatan GATT, AFTA dan APEC bahwa era perdagangan bebas telah
ditetapkan dan akan diberlakukan sebagai berikut:
Era globalisasi dalam lingkungan perdagangan bebas antar negara, membawa dampak ganda, di
satu sisi era ini membuka kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya antar negara, namun disisi
lain era itu, membawa persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh karena itu, tantangan utama
di masa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor
industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia (SDM),
teknologi dan manajemen.
Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha
dan industri, perlu adanya hubungan imbal balik (link and match) antara pihak dunia usaha/
industri dengan Lembaga Pendidikan/Pelatihan baik formal, informal maupun yang dikelola oleh
industri itu sendiri. Salah satu bentuk hubungan tersebut adalah pihak dunia usaha/ industri harus
dapat merumuskan standar kebutuhan kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang diinginkan,
untuk menjamin kesinambungan usaha atau industri tersebut. Sedangkan pihak lembaga
pendidikan/pelatihan akan menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan
program dan kurikulum, sedangkan birokrat akan menggunakannya sebagai acuan dalam
merumuskan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro.
Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi
keahlian yang merupakan refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh calon tenaga
kerja yang akan bekerja di bidang tersebut. Standar tersebut harus juga memiliki kesamaan atau
kesetaraan dengan standar-standar yang berlaku pada sektor industri di negara lain bahkan berlaku
secara internasional.
Sejalan dengan pemikiran di atas sejak tahun 1995 Depdikbud bersama dengan pihak dunia
industri dan dunia usaha yang direpresentasikan oleh KADIN Indonesia (DU/DI), telah
membentuk Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional (MPKN). Salah satu tugas pokoknya adalah
memberikan masukan dalam merumuskan kebijakan pada pengembangan pendidikan menengah
kejuruan.
Salah satu bentuk masukan tersebut berupa standar kompetensi bidang keahlian, yang dalam
pelaksanaaannya dilakukan oleh Kelompok Bidang Keahlian (KBK).
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 2
Menggunakan referensi dan rujukan dari standar-standar sejenis yang digunakan oleh
negara lain atau standar internasional, agar dikemudian hari dapat dilakukan proses saling
pengakuan (Mutual Recognition Arrangement -MRA).
Dilakukan bersama dengan representatif dari Asosiasi profesi, asosiasi industri/usaha
secara institusional, dan asosiasi Lembaga pendidikan dan pelatihan profesi atau para
pakar dibidangnya agar memudahkan dalam pencapaian konsensus dan pemberlakuan
secara nasional.
1.3.2. Melakukan validasi kepada Stakeholder dan pihak lain yang terkait.
1.3.3. Membentuk kelompok kerja (project reference group-PRG) yang beranggotakan unsur
dari stakeholder (unsur asosiasi profesi, unsur asosiasi usaha/industri dan unsur asosiasi
diklat profesi), yang akan memberikan pengesahan pada standar dan sebagai embrio
kelembagaan pengujian dan sertifikasi.
1.3.4. Melakukan sosialisasi draft standar kepada stakeholder dan pihak lain yang terkait
lainnya khususnya yang belum tercakup pada proses validasi sebagai persiapan
workshop nasional.
1.3.5. Penyelenggaraan workshop nasional untuk memperoleh pengakuan oleh seluruh pihak
yang terkait secara Konsensus.
1.3.6. Penyempurnaan dokumen standar dan penandatanganan/pengesahan standar
kompetensi dari wakil-wakil masing-masing stakeholder.
Hasil :
Seperangkat Standar Kompetensi yang akan menjadi Standar Nasional khusus bidang
keahlian Otomasi Elektronika.
Manfaat :
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 3
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 4
BAB II
METODOLOGI
Menelusuri standar kompetensi negara lain atau standar internasional untuk dijadikan
referensi / rujukan dengan tidak mengesampingkan kultur industri nasional.
Menelusuri literatur / pustaka yang dapat digunakan sebagai konsepsi dasar dalam
pemetaan unit-unit kompetensi.
Menjalin kerjasama dengan perwakilan dari institusi-institusi terkait dalam bentuk
kegiatan worshop secara terjadwal.
Mensosialisasikan draft standar kompetensi kepada masyarakat industri, asosiasi profesi,
lembaga pendidikan formal/non-formal, dan institusi pemerintah yang terkait untuk
mendapatkan masukan.
Menyusun strategi dalam konsensus nasional guna menggoalkan Draft Standar
Kompetensi menjadi Standar Nasional.
Penelusuran standar kompetensi negara lain atau standar internasional yang terkait
melalui multimedia.
Penelusuran standar kompetensi perusahaan nasional.
Penelusuran pustaka tentang sistem otomasi elektronika untuk digunakan sebagai
konsepsi dasar pemetaan unit kompetensi.
Penelusuraan jurnal dan katalog pabrik yang bergerak di bidang otomasi industri untuk
digunakan sebagai referensi di bidang teknologi.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk penyebaran kuisioner dan survey langsung ke industri
guna mengetahui standar kompetensi dan teknologi sistem otomasi yang digunakan, serta harapan-
harapan yang diinginkan dari standar kompetensi bidang otomasi elektronika yang sedang disusun.
II.4. Workshop
Untuk menghindari terjadinya salah persepsi dan kesalahan pengertian dalam penyusunan standar
kompetensi, maka dilakukan kerjasama dengan beberapa perwakilan dari industri dan asosiasi
profesi serta perguruan tinggi dalam bentuk kerja bersama secara terjadwal. Kegiatan ini
dilaksanakan di LEMTEK FTUI Salemba, Jakarta. Kegiatan puncak dilaksanakan dalam bentuk
workshop nasional dengan perwakilan yang lebih lengkap.
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 5
BAB III
DESKRIPSI KONSEP
STANDAR KOMPETENSI
Draft Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika disusun dengan menggunakan beberapa
konsepsi dasar antara lain Taksonomi Bloom, Model Standar, Format Standar, dan Jenjang
Kualifikasi.
Draft Kompetensi disusun mengacu pada taksonomi Bloom yang terdiri dari tiga unsur yaitu :
Model standar yang digunakan dalam menyusun Draft Kompetensi ini mengacu pada Regional
Model of Competency Standard (RMCS). Model RMCS didasarkan pada kompetensi-kompetensi
yang dibutuhkan suatu bidang keahlian tertentu sesuai dengan jenis dan sektornya. Konsep ini juga
digunakan dibeberapa negara Asia, diantaranya Malaysia, Singapura (NSRS), dan Australia
(NTIS).
Format standar yang digunakan pada Draft Unit Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika
diperlihatkan pada gambar 3-1.
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 6
KODE UNIT :
JUDUL UNIT :
URAIAN UNIT :
SUB UNIT KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1. Terdiri dari unsur :
2. Knowledge
3. Skill
dst Attitude
KONDISI UNJUK KERJA
Konteks, UU, Peraturan, SOP, Alat dan Bahan.
ACUAN PENILAIAN
Pedoman Pengujian, Kompetensi yag harus dimiliki sebelumnya, Pengetahuan dan
Keterampilan yang diperlukan, Aspek Kritis, Level Kompetensi Kunci.
Keterangan :
Kode Unit : Terdiri dari kombinasi huruf dan angka yang memiliki arti
khusus sebagai berikut :
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 7
Kerangka Kualifikasi Nasional adalah : Suatu kerangka kerja dari sistem sertifikasi yang dapat
menyandingkan dan mengintegrasikan sistem sertifikasi bidang pendidikan dan sistem sertifikasi
bidang pelatihan dalam rangka pengakuan terhadap kompetensi SDM.
Konsep kerangka Kualifikasi meliputi :
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 8
AHLI
UTAMA
AHLI
AHLI MADYA
AHLI MUDA
TEKNISI UTAMA
TEKNISI MUDA
PELAKSANA UTAMA
PELAKSANA MUDA
Gambar 3-2 memperlihatkan piramida kualifikasi jenjang jabatan profesional. Sedangkan Diagram
Kerangka Kualifikasi Pendidikan dan Pelatihan di Indonesia diperlihatkan pada gambar 3-3.
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 9
Jalur Jalur
Pendidikan Pelatihan Berbasis
Pendidikan
Akademik Profesional Kompetensi
Competence Base A
Training
AHLI
S3
UTAMA A1
Spesialis PIT
S2 MADYA A2
D4 MUDA A3
S1 D
D3 B TEKNISI
PIL UTAMA B1
Univ.
D2 MADYA B2
Ins.
S.T. C B MUDA B3
D1
A
C PELAKSAN
Kursus A
UTAMA C1
SMU SMK Kejuruan Udikla PIM
t MADYA C2
KETERANGAN : MUDA C3
SP : Spesialis
PIT : Pelatihan Industri Tinggi
PIL : Pelatihan Industri Lanjutan Jalur Formal / diperbolehkan
orientation PIM : Pelatihan Industri Mula
SLP
Permeabilitas Akademik
melalui bridging course
A
Permeabilitas Profesional B Syarat-syarat bridging system
SD bridging training
C
Gambar 3-3 : Diagram Kerangka Kualifikasi Pendidikan dan Pelatihan di Indonesia [ Sumber : DEPDIKNAS
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 10
BAB IV
SISTEM OTOMASI ELEKTRONIKA
Sistem otomasi elektronika saat ini berkembang sangat pesat baik dari sisi teknologi, konfigurasi,
maupun kapasitas dan kemampuannya. Sistem ini sangat universal dan fleksibel sehingga dapat
dimanfaatkan oleh industri kecil sampai dengan industri besar di segala bidang. Karena cakupan
pemakaiannya sangat luas dan beragam, maka perlu dilakukan kesepakatan bersama dalam
menentukan cara pandang yang akan digunakan sebagai dasar dalam menyusun unit-unit kompetensi
di dalamnya.
IV.1. Definisi
Sistem Otomasi Elektronika : adalah sistem dengan mekanisme kerja dikendalikan oleh
peralatan elektronik ( electronic hardware ) berdasarkan urutan-urutan perintah dalam bentuk
program perangkat lunak (electronic software ) yang disimpan di dalam unit memori kontroler
elektronik.
Unit Kompetensi Otomasi Elektronika : adalah unit kompetensi yang berkaitan dengan peralatan
elektronik ( hardware dan software ) yang digunakan pada sistem otomasi.
Arsitektur sistem otomasi elektronika yang dimaksud adalah DDC (Direct Digital Control) dan DCS
(Distributed Control System ) yang diperlihatkan pada gambar 4-1 dan 4-2. Sistem akan semakin
kompleks dengan semakin besarnya jumlah variabel proses dan jumlah input / output ( I/O ).
MONITOR
KEYBOARD
PROCESS CONTROLLER :
- Microcontroller
- Microcomputer
- PLC
I/O BUS
PROCESS / PLANT
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 11
PROCESS ENGINEERS
PROCESS CONTROL LAB
MAIN CONTROL ROOM WORKSTATION
MIS OS OS
PROCESS
[2] Karl J. Astrom : Computer Controlled Systems, 2nd Ed., Prentice-Hall, NJ, 1990 ].
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 12
Pengelompokan industri yang menggunakan sistem DDC dan DCS diperlihatkan pada tabel 4-1.
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 13
Jenis-jenis pekerjaan di bidang sistem otomasi elektronika dikelompokkan ke dalam tiga kelompok,
yaitu :
Uraian jenis pekerjaan pada masing-masing tahapan tersebut diperlihatkan pada tabel 4-2.
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 14
BAB V
PETA UNIT KOMPETENSI
BIDANG OTOMASI ELEKTRONIKA
Pemetaan unit-unit kompetensi didasarkan pada jenis dan kompleksitas pekerjaan-pekerjaan yang
diperlukan, mulai dari tahapan perencanaan, pembangunan, operasional, dan pengembangan sistem.
Kelompok Kompetensi Umum, terdiri dari unit-unit kompetensi yang menjadi prasyarat untuk
kompetensi inti.
Kompetensi Inti, didasarkan pada lingkup pekerjaan dengan tingkat pengetahuan dan
keterampilan spesifik.
Kompetensi Pilihan, didasarkan pada lingkup pekerjaan yang memerlukan kemampuan analisis
yang mendalam dan terstruktur.
Diagram Kompetensi dan Peta Fungsional diperlihatkan pada gambar 5-1 dan 5-2.
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 15
Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Memonitor Kinerja Operasional Sistem Mengevaluasi Pekerjaan Instalasi
Kerja (K3) Otomasi Elektronika melalui Panel MMI
Sistem Otomasi Elektronika
Merakit dan Mengoperasikan Komputer (Level-1, 2, 3)
Mengoperasikan Sistem Otomasi
Menulis dan Menguji Program
Menggunakan Sistem Operasi DOS dan
Elektronika (Level-1, 2 ) Merancang Diagram Alur Program
Windows
MengukurBesaran Listrik dengan Alat Ukur Mengoperasikan Sistem PLC / Memeriksa dan Menguji Peralatan dan
Analog dan Digital Mikrokontroler Perangkat Otomasi Elektronika
Menggambar Teknik Elektronika Memelihara Peralatan Elektronik Sistem Mengevaluasi Sistem Otomasi
Menggunakan Komputer Otomasi Elektronika (Level-1, 2, 3) Elektronika
Mengerjakan Dasar-Dasar Pekerjaan Memelihara Peralatan Elektronik Robot Merencanakan dan Mengembangkan
Bengkel Elektronika Produksi (Level-1, 2, 3) Peralatan dan Perangkat Otomasi
Merakit Peralatan dan Perangkat Otomasi
Elektronika
Elektronika
Menginstal Peralatan dan perangkat Serta
Merencanakan dan Merancang
Jaringan Sistem Otomasi Elektronika Sistem Instalasi Otomasi Elektrinika
Mengawas Pekerjaan Instalasi Sistem Komisioning Sistem Otomasi
Otomasi Elektronika Elektronika
Memprogram dan Memonitor PLC, Robot,
dan Peralatan Berbasis Komputer sampai
dengan 100 I/O
Memprogram dan Memonitor PLC, Robot,
dan Peralatan Berbasis Komputer di atas
100 I/O
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 16
1.2 Memelihara
1.Penanganan sistem otomasi 1.2.1. Memelihara Unit Peralatan Elektronik
Sistem Produksi elektronika Sistem Otomasi Elektronika (Level-
1,2,3)
1.2.2. Memelihara Peralatan Elektronik
Robot Produksi (Level-1,2,3)
1.3 Memprogram
sistem otomasi 1.3.1. Memprogram sistem otomasi
elektronika elektronik sampai dengan 100 I/O
1.3.2. Memprogram sistem otomasi
Untuk menjaga elektronik di atas 100 I/O
kualitas dan kuantitas
produksi, ketrampilan,
dan pelayanan yang 2.1 Memonitor
terkait sistem otomasi peralatan berbasis Memonitor kinerja operasional sistem
elektronika sesuai komputer otomasi elektronika melalui panel MMI
dengan kebutuhan (Level-1,2,3)
yang telah ditetapkan
2.2 Merakit, menguji dan 2.2.1 Merakit peralatan dan perangkat
menginspeksi otomasi elektronika
peralatan dan 2.2.2 Menginspeksi dan menguji peralatan
perangkat otomasi dan perangkat otomasi elektronika
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 17
DEPDIKNAS RI
Standar Kompetensi Bidang Otomasi Elektronika Halaman - 18
BAB VI
DEPDIKNAS RI