PENDAHULUAN
Gangguan jiwa pada anak dan remaja adalah gangguan jiwa yang mulai timbul dan
nampak pada masa bayi anak atau remaja. Menurut PPDGJ-III terdapat tidak kurang dari 53
kategori diagnosis yang berkaitan dengan gangguan jiwa anak dan remaja.
Penelitian yang pernah dilakukan di Jakarta, yaitu di Puskesmas Kecamatan Tambora,
menunjukkan bahwa 28,73% dari pengunjung dewasa (Salan,R dkk, 1983), dan 34,39% dari
pengunjung anak/remaja (Maslim,R, dkk 1986) mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan menurut penelitian WHO di berbagai negara berkembang menunjukkan bahwa
30%-50% pasien yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan umum ternyata mempunyai
latar belakang gangguan mental emosional. Sedangkan untuk gangguan mental emosional pada
anak/remaja yang dapat dideteksi di fasilitas pelayanan kesehatan umum adalah 15%-20% dari
seluruh kunjungan anak/remaja. Namun pada saat ini kemampuan para dokter dan petugas
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan umum hanya mampu mendeteksi gangguan mental
pada anak/remaja sebanyak 5%-9% dari pengunjung anak/remaja.
Oleh karena itu sangat perlu ditingkatkan sensitivitas para dokter dan petugas kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan umum terhadap faktor mental emosional dalam gangguan
kesehatan umum, yang pada umumnya mempunyai manifestasi sebagai keluhan-keluhan fisik.
Disini akan kita bahas deteksi dini terhadap gangguan jiwa pada anak & remaja dan
stimulasi perkembangan anak, sebagai upaya prevensi sekunder terhadap gangguan jiwa.
Dengan demikian melalui kemampuan melakukan deteksi dan stimulasi dini dapat meningkat-
kan efektivitas dan mutu pelayanan kesehatan umum terhadap pengunjung anak dan remaja.
Intervensi: Pemberian psikofarmaka haloperidol 0.5-16 mg/hari, dengan dosis terbagi 1 - 2 kali
/ hari. Rujuk ke Psikiater.
Gangguan Tingkah Laku.
Didapatkan adanya pola tingkah laku yang berulang dan menetap sehingga terjadi pelanggaran
hak-hak azazi orang lain, atau pelanggaran peraturan, atau norma sosial penting yang sesuai
dengan umurnya.
Intervensi :
a. memberi perhatian dan pengawasan kepada anak lebih baik,
b. sikap lingkungan harus konsisten,
c. berikan konsistensi yang jelas terhadap setiap perbuatan anak,
d. pada kondisi agresif atau eksplosif dapat diberikan klorpromazin 10-200 mg/hari, dengan
dosis terbagi 1 - 3 kali /hari.