Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keamanan laut dan perairan internasional merupakan isu penting, dan

berbagai negara telah menginventasikan banyak dana terkait masalah ini. Hal ini

disebabkan Laut masih merupakan jalur transportasi yang paling diminati untuk

pengiriman barang. Sebanyak 80% pengiriman barang seperti transportasi kapal

yang membawa kebutuhan setiap negara dilakukan melalui laut, dan melewati

jalur perairan internasional. Oleh karena itu, keamanan merupakan masalah yang

paling utama. Jika keamanan perairan internasional tidak terjamin maka bukan

hanya para pedagang yang akan merugi, namun perekonomian global pun akan

terkena dampaknya.

Teluk Aden, merupakan salah satu wilayah lalu lintas perairan internasional,

yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Terusan Suez dan Laut

Mediterania. Terletak antara Yaman di Semenanjung Arab bahagian selatan dan

Somalia di Afrika. Setidaknya 20.000 kapal melintas di wilayah ini setiap tahun

dengan tujuan utama kegiatan ekspor-impor, dan hal itu menjadikan kawasan ini

termasuk jalur perdagangan paling sibuk di dunia.1 Pentingnya Kawasan Teluk

Aden, seharusnya sudah mendapatkan perhatian khusus dari dunia internasional

sejak awal. Namun lambatnya tindak pencegahan dalam masalah keamanan laut,

1
Helikopter TLDM selamatkan kapal India di Teluk Aden, http://www.topix.com, terakhir diakses
24 November 2012, jam 11.30 WITA

1
membuat kawasan ini rentan terhadap gangguan keamanan. Terbukti dengan

munculnya aksi perompakan di kawasan ini yang diprakarsai oleh perompak-

perompak dari Somalia.

Sebelum melihat lebih jauh bagaimana perkembangan aktifitas perompak,

maka perlu untuk terlebih dahulu mengetahui kondisi Somalia. Sebuah negara

yang bersisian dengan Teluk Aden, dan menelurkan banyak perompak yang

beroperasi di kawasan tersebut. Kondisi negara ini sangat menentukan bagaimana

skenario munculnya kelompok-kelompok perompak yang meresahkan dunia

internasional.

Somalia merupakan negara kecil yang beribu kota di Mogadishu.

Berbatasan darat dengan Djibouti di barat laut, Kenya di Barat daya, Teluk Aden

dan Yaman di Utara, Ethiopia di sebelah Barat dan Samudera Hindia di timur

negara ini. Kondisi perpolitikan negara ini, merupakan buah pemaksaan untuk

berintegrasi oleh pemerintah kolonial yang berbeda, dan membawa negara ini

kepada perang sipil dan konflik internasional sebelum akhirnya benar-benar

terdisintegrasi. Somalia merupakan salah satu negara di Afrika yang kerap

diasosiasikan dengan potret rutinitas kekerasan, perebutan sumber daya alam,

sengketa perbatasan, kekacauan, budaya konflik dan kemiskinan. Somalia tidak

mempunyai otoritas pemerintah pusat yang diakui, tidak ada mata uang nasional

atau ciri-ciri lain yang berhubungan dengan sebuah negara berdaulat.2

2
Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Afrika, http://saripedia.wordpress.com, terakhir diakses
13 Desember 2012, jam 22.30 WITA

2
Otoritas secara de facto berada di tangan pemerintah yang tidak diakui,

yaitu Somaliland, Puntland dan gembong militan kecil yang saling bermusuhan, di

mana ketiga-tiganya memimpin pemerintahan oposisi. Laporan tahunan PBB

tahun 2004 menyebutnya sebagai salah satu failed states di negara dunia ketiga.

Sedangkan Amerika Serikat menyebut Somalia sebagai ancaman terhadap

perdamaian dunia, karena karakteristik informalitas pemerintah dan absensi

hukum di Somalia, merupakan tempat paling cocok untuk persembunyian teroris.

Informalitas politik pemerintahan Somalia mengalami siklus dari junta

militer, figur ketokohan Siad Barre yang diktator, dan ketika rezim diktator

tumbang, digantikan dengan siklus perebutan power oleh berbagai klan3 dan aliran

politik (nasionalis vs. Islam). Di masa ini, Transitional Federal Government

(TFG) merupakan satu-satunya pemerintahan Somalia yang terlegitimasi oleh

PBB dan dunia internasional, namun minim dukungan dalam negeri. Entitas ini

mendapatkan dukungan dari Ethiopia dan Amerika Serikat.

Kekacauan dan informalitas tidak hanya terjadi di level pemerintahan,

namun juga pada level masyarakat. Ketika wewenang rezim pemerintahan

menurun dan terdelegitimasi, pelayanan hak-hak publik juga terabaikan. Rakyat

mengandalkan kehidupan sehari-hari melalui sektor informal dan pasar gelap

(penjualan dan pembuatan senjata serta obat-obatan terlarang), rakyat tidak

memiliki kewajiban membayar pajak, rakyat kelaparan dan jatuh miskin. Somalia

bertahan hidup tanpa hukum, pengawasan dan pemerintahan yang sah, meskipun

ada pemerintahan yang dipilih melalui proses pemilu, tetap saja tidak semua

3
kesatuan keluarga berdasarkan nama marga atau keluarga.

3
bagian dari perbedaan etnis dan klan terepresentasikan atau bersedia

direpresentasikan di pemerintahan resmi. Berbagai kejadian aktual seperti

intervensi Ethiopia dan tuduhan terhadap jaringan terorisme Al-Qaeda, telah

memperburuk atau menambah buruk ketegangan yang sudah berkembang di

Somalia. Tingginya kekerasan dilihat sebagai penyebab lumpuhnya institusi

formal pemerintahan di Somalia dan penderitaan kepada rakyatnya.

Rentetan dinamika peristiwa dan tragedi yang menghancurkan

perekonomian Somalia ini kemudian menarik masyarakat Somalia, terutama para

pemudanya melakukan penangkapan ikan secara ilegal di lepas pantai Somalia.

Tidak berlangsung lama, gerombolan-gerombolan pemuda ini membentuk sebuah

perkumpulan dengan kedok menjaga pantai Somalia yang kian lama kian tercemar

oleh pembuangan limbah beracun dari kapal-kapal asing yang berlayar di lepas

pantai negara tersebut agar tetap aman. Tetapi hal ini menjadi dalih utama

mengingat kemudian mereka menjadi giat dalam merampok setiap kapal yang

lewat di perairan Teluk Aden ataupun Samudera Hindia.

Para perompak itu sendiri tumbuh dari nelayan-nelayan Somalia dan para

pemuda - pemuda pengangguran tanpa keahlian kerja. Mereka meminta pungutan

dari sejumlah kapal dagang yang lalu lalang di perairan Somalia. Bukan hanya

sekedar pungutan, melainkan menyandera awak kapal dan meminta tebusan

berjuta-juta dolar apabila pihak pemilik kapal menginginkan awak dan barang-

barang dagangan mereka bebas dengan selamat.4

4
Perompak Somalia, http://www.scribd.com, terakhir diakses 21 Januari 2013, jam 07.20 WITA

4
Pada akhirnya, pantai Somalia sepanjang 3. 213 KM itu kini menjelma

menjadi basis - basis perompakan. Para perompak ini terbagi ke dalam dua

jaringan perompak. Salah satu jaringan mereka adalah di kawasan Puntland yang

merupakan suatu wilayah baru lepasan Negara Djibouti, sedangkan jaringan

lainnya adalah di Mudug, Somalia Selatan. Di kawasan Puntland, para perompak

kembali membagi-bagi kawanannya ke dalam beberapa kelompok yang dimana

kelompok utama bermarkas di Distrik Eyl. Kelompok-kelompok kecil perompak

Puntland terbagi-bagi ke wilayah Bossaso, Quandala, Caluula, Bargaal, dan

Garacad. Desa-desa terpencil seperti Eyl, Hobyo, dan Haradheere pun tak luput

menjadi pusat gerakan perompakan para bajak laut. Hingga saat ini, para

perompak tersebut beraksi di perairan Teluk Aden dan di lepas Pantai Somalia.

Fenomena di Somalia yang berpengaruh besar terhadap keamanan di

perairan internasional teluk Aden, menarik untuk dikaji lebih jauh. Sehingga

berkenaan dengan itu, penulis mengangkat sebuah judul yaitu, Peluang Dan

Tantangan Penyelesaian Aksi Perompak Somalia Di Teluk Aden. Fokus

pembahasannya, melihat bagaimana respon dunia internasional menyikapi adanya

Perompak Somalia yang telah mengganggu keamanan perairan di Teluk Aden.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari hal di atas, penulis mencoba merumuskan pertanyaan sebagai batasan

dalam penulisan skripsi ini, dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dalam

menganalisis permasalahan di atas, yaitu sebagai berikut:

5
1. Bagaimana Perompak Somalia melakukan aksinya di Kawasan Teluk Aden?

2. Apa saja peluang dan tantangan dalam penyelesaian aksi perompak Somalia

di Teluk Aden?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sesuai dengan batasan pada perumusan masalah, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan aksi perompakan yang dilakukan

oleh perompak Somalia di Teluk Aden.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan peluang dan tantangan dalam

penyelesaian aksi perompak Somalia di Teluk Aden.

b. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya hasil penelitian di lapangan, maka penelitian ini diharapkan:

1. Memberi sumbangan pemikiran dan informasi bagi Akademisi Ilmu

Hubungan Internasional, yaitu Dosen dan Mahasiswa dalam mengkaji

dan memahami masalah keamanan internasional terkait konflik dan

kepentingan kelompok, dalam hal ini pembahasan mengenai isu

gangguan keamanan internasional dalam sebuah wilayah dan bagaimana

penyelesaiannya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi setiap aktor hubungan internasional,

baik itu individu, organisasi, pemerintah, maupun organisasi non-

pemerintah baik dalam level nasional, regional, maupun internasional

6
tentang bagaimana menyikapi permasalahan yang terkait dengan isu

keamanan internasional.

D. Kerangka Konseptual

Secara umum, konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasi objek-objek

yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan ke dalam

contoh dan bukan contoh, sehingga seseorang dapat mengerti suatu konsep

dengan jelas. Dengan menguasai konsep seseorang dapat menggolongkan dunia

sekitarnya menurut konsep itu. Melalui konsep, diharapkan akan dapat

menyederhanakan pemikiran di dalam mengkaji sebuah permasalahan.

Menurut Wese Becker, konflik merupakan proses sosial dimana orang atau

kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak

lain yang di sertai dengan ancaman atau kekerasan5. Dalam Bukunya International

Politik, K.J Holsti mengemukakan bahwa Konflik yang menimbulkan kekerasan

yang terorganisir muncul dari suatu kombinasi khusus para pihak, pandangan

yang berlawanan mengenai suatu isu, sikap bermusuhan, dan tipe tipe tindakan

diplomatik dan militer tertentu 6. Bentuk konflik biasanya teridentifikasikan oleh

suatu kondisi oleh sekelompok manusia, yang di dalamnya terdiri dari suku, etnis,

budaya, agama, ekonomi, politik, sosial, yang berbeda beda.

Konsep cooperative security secara umum didefinisikan sebagai :

a process whereby countries with common interest work jointly through agreed

5
Wese Becker dalam Soerjono Soekanto, 1990 Sosiologi: Suatu Pengantar, Hal. 107
6
K.J Holsti, 1983. Internasional Politic Terjemahan. M. Tahrir Azhary. Politik Internasional :
Kerangka Untuk Analisis. hal : 169

7
mechanism to reduce tensions and suspicion, resolve or mitigate disputes, build

confidence, enhance economic development prospects, and maintain stability in

their regions7

Konsep cooperative security berkembang atas dasar beberapa hal :

1. Masalah saat ini berada di luar kemampuan dari negara per

Negara untuk memecahkannya, karena bersifat transnasional dan

jauh dari kenyataan terjadinya fragmentasi dan desentralisasi

tertib keamanan pasca perang dingin di satu pihak dan fenomena

globalisasi ekonomi internasional, teknologi informasi dan

ketertiban sosial di lain pihak yang di samping bersifat positif,

juga memunculkan bahaya-bahaya keamanan baru ; Di samping

bahaya keamanan tradisional atau yang bersifat simetrik dan state

centric memungkinkan berkembangnya bahaya keamanan baru

yang bersifat asimetrik atau non-tradisional yang didominasi

peranan aktor-aktor non-negara (non-state actors) terhadap

human security seperti radikalisme, terorisme, proliferasi wmd,

pelanggaran HAM berat, konflik horizontal, degradasi lingkungan,

migrasi illegal, kejahatan transnasional terorganisasi (TOC),

globalisasi ekonomi yang tidak adil (global injustice), perompakan

di laut, pemerintahan yang otoriter (state crime) dll. Di samping

itu masih terjadinya bahaya keamanan tradisional yang berifat

state centric dan bersifat lebih kompleks (Afrika Tengah

7
Michael Moodle, 2000, Chemical and Biological Arms Control Institute

8
menggambarkan terjadinya apa yang dinamakan konflik yang

merupakan perpaduan antara interstate rivalries, internal conflicts

and transnational ethnic problems), dua spektrum ancaman

bahaya ini digambarkan oleh James Rosenau (1990) sebagai the

two world of world politics atau bifurcated conflict environment

(lingkungan konflik dua cabang);

2. Terjadinya fenomena penyebarluasan wmd dan senjata-senjata

berteknologi maju yang senyatanya diproduksi oleh sektor swasta

yang memerlukan pengawasan akibat praktek dual use

(privatisasi teknologi);

3. Kemajuan atau modernisasi alat komunikasi, transportasi dan

informatika di era globalisasi, yang dimanfaatkan untuk

4. Konsep competitive security yang bersifat tradisional melalui

pembangunan militer atau berusaha mendominasi keamanan

regional, ternyata tidak menghasilkan hal-hal positif dan bahkan

menciptakan masalah-masalah internal. Contoh kasus Iraq yang

melakukan agresi terhadap Kuwait. Persaingan Pakistan dan India

dalam test nuklir diragukan menciptakan keamanan nasional.

Begitu juga yang dilakukan Iran yang justru menimbulkan rasa

khawatir negara-negara tetangganya; Tidak berbeda apa yang

terjadi di ASEAN dan Amerika Latin serta Timur Tengah;

5. Konsep cooperative security diharapkan dapat meningkatkan

kesadaran betapa pentingnya suatu struktur lingkungan yang

9
terintegrasi antar Negara, sehingga mampu memelihara

kesejahteraan dan kemanan rakyatnya. Munculnya Negara gagal

(failed states) seperti Somalia dll. yang potensial mengancam

Negara-negara lain, yang tak dapat diselesaikan oleh negara yang

bersangkutan, kecuali melalui international and regional

cooperation;

Paska perang dingin, di samping alasan-alasan yang masih berkaitan

dengan peranan kompetisi kekuatan militer, telah mengemuka alasan ekonomis

dan lingkungan dalam pengembangan cooperative security.8

Terkait Konsep International Law, berikut beberapa pendapat para ahli:

1. Mochtar Kusumaatmadja mengartikan hukum internasional sebagai

keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan

atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara negara dengan

negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek

hukum bukan negara satu sama lain9.

2. Menurut J.G. Starke, Hukum internasional adalah suatu sistem yang

mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara.

3. J.L. Brierly dalam bukunya yang bejudul The Law of Nations: an

Introduction to the International law of peace mengemukakan bahwa

Hukum Internasional dapat difenisikan sebagai sekumpulan aturan-aturan

dan asas-asas untuk berbuat sesuatu yang mengikat negara-negara beradab

8
Muladi, SH. 2012. Pemanfaatan Kerjasama Keamanan (Cooperative Security). Makalah
disampaikan pada PPRA DAN PPSA Lemhannas, Oktober 16, Jakarta
9
Kusamaatmadja Mochtar, 1999, Pengantar Hukum Internasional, Cetakan ke-9, Putra Abardin.

10
di dalam hubungan mereka satu sama lainnya (The law of Nations or

Internatioanl law may be defined as the body of rules and principles of

actions which are binding upon civilized states in their relations with one

another).10

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah tipe deskriptif-analitik,

yaitu penelitian yang menggunakan pola penggambaran keadaan fakta empiris

disertai argumen yang relevan. Kemudian, hasil uraian tersebut dilanjutkan

dengan analisa untuk menarik kesimpulan yang bersifat analitik. Tipe penelitin

deskriptif-analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai fenomena

yang terjadi, yang relevan dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif

digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta peristiwa perompakan yang

dilakukan oleh aksi para perompak Somalia, kemudian menganalisis penyelesaian

konflik tersebut dalam hal peluang dan tantangannya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, penulis menelaah sejumlah literatur yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dokumen, artikel

dalam berbagai media, baik internet maupun surat kabar harian. Adapun bahan-

bahan tersebut diperoleh dari beberapa tempat yang penulis kunjungi, yaitu:

10
Hukum Internasional Menurut Para Ahli, http://myhepio.blogspot.com, terakhir diakses 19 Juli
2013, jam 08.36 WITA.

11
a. CSIS

b. Kementerian Luar Negeri

c. Perpustakaan Universitas Hasanuddin

d. Perpustakaan Universitas Fajar

3. Jenis Data

Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder. Data sekunder

diperoleh melalui beberapa literatur. Seperti buku, jurnal, artikel, majalah,

handbook, situs internet, institut dan lembaga terkait. Adapun data yang

dibutuhkan ialah data yang berkaitan langsung dengan penelitian penulis tentang

Perompak Somalia dan pengaruhnya terhadap kawasan Teluk Aden.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data

hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif. Adapun dalam menganalisis

permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian

menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan

sebuah argumen yang tepat. Sedangkan, data kuantitatif memperkuat analisis

kualitatif.

5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif, yaitu

penulis mencoba menggambarkan secara umum masalah yang diteliti, kemudian

menarik kesimpulan secara khusus.

12
BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Teori Konflik

Sebuah adagium mengenai konflik meyebutkan bahwa, konflik merupakan

peristiwa umum dan lumrah di dalam masyarakat, yang akan selalu ada sepanjang

masih ada interaksi antar manusia di muka bumi ini. Interaksi yang pada

prosesnya tidak selalu berjalan sempurna atau sesuai dengan harapan para pelaku

yang terlibat. Dengan kata lain, berbicara mengenai kondisi insecurity di lautan

yang dipicu oleh konflik, disebabkan adanya interaksi di lautan itu sendiri.

Sejarah mengungkapkan, bermulanya peristiwa atau aktifitas perompakan

yang biasa juga disebut dengan bajak laut, adalah sejak orang mulai mengarungi

lautan. Tidak lama setelah orang kuno turun ke laut, seperti Fenisia dan Yunani di

Mediterania, pembajakan segera mengikuti. Bahkan, Iliad karya Homer dan

Odyssey, yang ditulis sebelum 700 SM, memberikan deskripsi awal perompakan

di pesisir dan penjarahan, yang dilakukan oleh bandit laut voyaging.11

Terdapat periodisasi sejarah ketika perompak memiliki kontrol terhadap

banyak kawasan laut di dunia, serta masa-masa ketika dunia dalam kondisi aman

dari aktifitas mereka. Sekitar 2.000 tahun yang lalu, perompak menguasai Laut

Mediterania timur, sampai armada angkatan laut Romawi melacak dan

menghancurkan semua kapal bajak laut serta kelompok-kelompoknya. Laut

Mediterania relatif aman dari perompakan selama ratusan tahun setelah

kemenangan Roma tersebut.

11
Pirate History, http://www.infoplease.com, terakhir diakses 17 April 2013, jam 07.16 WITA.

13
Bajak laut yang paling terkenal dari periode abad pertengahan dikenal

sebagai bangsa Viking, yang menjelajahi Eropa dari sekitar tahun 700-1050 M.

Viking tidak seperti perampok lain yang hanya menyerang kota-kota pesisir,

namun mereka juga menggunakan sungai untuk menyergap pemukiman yang jauh

di pedalaman. Eksploitasi membawa mereka ke seluruh Eropa, Laut Mediterania,

Afrika Utara, dan pantai-pantai di Amerika Utara.

Beberapa aksi pembajakan terjadi di daerah yang sudah dikuasai oleh

pelanggaran hukum. Ada pula yang merupakan buah implementasi kebijakan

pemerintah yang menggunakan pembajakan sebagai senjata perang terhadap

negara lain. Pada tahun 1500-an, Inggris dan Denmark berada di balik privateers,

mengganggu kapal Spanyol yang membawa emas di Laut Karibia. Kapal privateer

dan kapten mereka, seperti Francis Drake, adalah pahlawan bagi Inggris dan

Denmark, tetapi dipandang sebagai penjahat dan bajak laut bagi Spanyol. kisah

permusuhan di antara kekuatan Eropa di Karibia menjadi latar belakang cerita-

cerita populer, seperti Pirates of the Caribbean.

Contoh lain dari aksi pembajakan yang disponsori pemerintah terjadi

sekitar tahun 1500 di Cina. Pertahanan pantai China terabaikan selama abad 14

dan 15 oleh dinasti penguasa Ming, dan pada pertengahan 1500-an, daerah pesisir

Cina semakin rentan terhadap Wako, sekelompok bajak laut yang diyakini

disponsori oleh Jepang. Pada 1553, para Wako mengendalikan daerah yang luas

dari garis pantai Cina, termasuk wilayah delta Yangtze. Butuh waktu 20 tahun

bagi pasukan Ming sebelum akhirnya bisa mendorong Wako dari Cina.

14
Di wilayah Asia tenggara, sebuah jalur perairan yang sempit di dekat

Malaysia dan Sumatra, dikenal dengan nama Selat Malaka. Sejak setidaknya

tahun 1400-an sampai abad dunia modern, selat Malaka telah menjadi lokasi

utama untuk bajak laut menangkapi kapal-kapal. Negara-negara seperti Cina

memiliki kekuatan angkatan laut yang kadang-kadang berhadapan dengan para

perompak di daerah tersebut, namun tidak cukup kuat untuk mengusir mereka

secara permanen.

Seiring berjalannya waktu, pada pertengahan abad ke-19, setelah bertahun-

tahun meningkatkan kontak dan perdagangan di Asia Timur, tiga kekuatan Eropa-

Inggris, Denmark, dan Norwegia, akhirnya mampu mengontrol kelompok bajak

laut lokal, dan kasus pembajakan menurun rendah selama abad 19 hingga abad ke-

20. Namun pada akhir abad ke-20 memasuki abad 21, pembajakan mencuat

kembali dengan perompak yang muncul dari negara-negara berkonflik atau negara

yang kondisi politik, sosial, maupun ekonominya mengalami tekanan seperti

Somalia di Afrika.12

Mengacu pada sejarah bergulirnya aksi perompak di lautan, ada beberapa

hal yang bisa menjadi perhatian utama. Hal-hal yang bisa dijadikan referensi

untuk melihat kasus pembajakan secara lebih konkrit, karena setelah ditelusuri,

ternyata tidak semua kasus pembajakan memiliki motif yang sama. Namun dalam

hal metode dan dampak, terdapat kesamaan yang disesuaikan dengan kondisi

zaman.

12
Pirate History, http://www.infoplease.com, terakhir diakses 17 April 2013, jam 07.55 WITA.

15
Dampak perompakan yang terjadi di seluruh kawasan pada setiap

periodisasi peradaban tidak jauh berbeda. Selain berdampak langsung terhadap

korban di tempat kejadian, juga terhadap masyarakat luas, negara, dan dunia

internasional. Strategi aksi perompakan juga menentukan, sejauh mana pengaruh

atau dampak yang diberikan.

Salah satu contoh, di wilayah kawasan ASEAN. Pada tahun 2004

tercatat 8 korban jiwa akibat perompakan di Selat Malaka. Walaupun tahun-tahun

setelahnya angka ini berhasil ditekan dan bahkan pada 2007 tidak ada korban jiwa

sama sekali, tetapi teror ini tetap meresahkan masyarakat kawasan ASEAN.

Kemudian dampak lainnya yaitu kerugian material. Perompak-perompak ini tak

hanya mengambil harta, tetapi juga merusak kapal yang dibajaknya dan bahkan

beberapa tahun ini dalam kasus penyanderaan, tuntutan mereka semakin besar

nominalnya. Keresahan pada masyarakat tersebut menyebabkan takutnya untuk

melewati kawasan-kawasan yang rawan bajak laut. Parahnya, hal ini berujung

penurunan pada bisnis kapal pesiar ataupun pada pariwisata.

Dampak bagi negara, secara langsung pada kedaulatan negara. Jelas telah

dilanggar, sesuai dengan United Nations Convention on the Law of The Sea

(UNCLOS) 1982 pasal 53 dimana menyatakan bahwa negara kepulauan, dapat

menentukan alur laut untuk lintas kapal dan pesawat udara negara asing yang

terus menerus dan langsung serta secepat mungkin melalui atau diatas perairan

kepulauannya dan teritorial yang berdampingan dengannya. Perompak laut

terlepas dari pelanggaran kriminalitas telah sebelumnya melanggar hukum ini.

16
Selain itu, kredibilitas Negara akan dipertanyakan. Jika Negara yang

bersangkutan tidak bisa menyelesaikan masalah ini, maka dunia internasional

akan mulai mempertanyakan kemampuan Negara tersebut. Sebagai contoh : kasus

di Selat Malaka yang terletak antara 3 negara (Indonesia, Malaysia, Singapura)

merupakan jalur laut dunia dimana kapal-kapal internasional yang melewatinya

terkena korban perompakan. Hal yang pertama diminta pertanggung jawabannya

tentu saja negara terdekat didesak untuk menyelesaikan masalah ini.

Berdasarkan data yang ada disebutkan bahwa akibat atau dampak dari

kegiatan perompakan, sangat berpengaruh terhadap stabilitas dinamika peradaban

dunia. Hasil studi terbaru Chatham House (lembaga kajian asal Inggris) yang

dipublikasikan pada tanggal 14 januari 2011, menyebutkan kerugian akibat aksi

perompakan di dunia antara 4,4 miliar pound sampai 7,6 miliar pound atau 7

miliar dollar AS sampai 12 miliar dollar AS per tahun. Jika dirupiahkan, kerugian

itu setara Rp 63 triliun sampai Rp 108 triliun setahun. Sebagian besar berasal dari

aksi perompakan di perairan Somalia. Biaya-biaya tersebut meliputi uang tebusan,

penambahan peralatan keamanan, dan dampak ke perdagangan internasional.

Meski pencegahan perompakan terus berlangsung, seperti peningkatan keamanan,

aksi perompakan tak kunjung menurun.13

Chatham House menyebutkan, sejak 2006 hingga 2010 lalu, di seluruh

jagat terjadi 1.600 aksi perompakan yang menewaskan 54 orang. Di tahun 2011,

sekitar 500 orang pelaut dari 18 negara menjadi sandera bajak laut di seluruh

13
Kerugian akibat Bajak Laut Rp 108 T, http://internasional.kompas.com, terakhir diakses 23 Mei
2013, jam 09.43 WITA.

17
dunia. Demi menghindari gerombolan para perompak, para pelaut mengubah jalur

pelayaran menjadi lebih jauh. Ini membuat biaya pelayaran naik 2,4 miliar dollar

AS-3 miliar dollar AS per tahun. Sementara ongkos pengamanan di perairan

Somalia, lokasi favorit pembajak, naik 2 miliar dollar AS.

Kasus perompakan, merupakan sebuah tindak kriminal yang diistilahkan

dengan transnasional crime karena telah berdampak secara lintas negara, maupun

kawasan kontinental, meskipun pemicunya bersumber dari internal sebuah negara.

Semua kawasan besar di belahan dunia, secara langsung maupun tidak langsung

terkena dampak dari aksi perompakan. Begitupun dengan yang terjadi di Somalia.

Sehingga dengan berbagai contoh kasus yang ada, konflik yang ada akibat aksi

perompakan, memiliki kesamaan dalam segi dampak. Namun dalam hal motif,

ada kecenderungan disebabkan oleh motif ekonomi. Meskipun beberapa kasus di

masa lalu disebutkan bahwa ada beberapa perompakan yang bermotif kepentingan

politik.

B. Cooperative Security

Pergeseran paradigma mengenai konsep keamanan yang sebelumnya

berbasis kepada ide keamanan negara, dan pasca perang dingin cenderung

mengacu kepada keamanan individu yang disokong oleh keamanan kolektif,

sangat mengena dalam implementasi gangguan keamanan di laut. Hal itu

disebabkan keamanan laut atau kemaritiman berdampak lebih luas, baik secara

regional maupun global. Rumusan pelaksanaan konsep keamanannya juga lebih

inklusif bagi aktor-aktor internasional.

18
Dalam dunia kemaritiman, ide keamanan telah meluas tidak hanya konsep

pertahanan laut terhadap ancaman militer dari negara lain tetapi juga termasuk

pertahanan terhadap ancaman non militer, seperti perlindungan terhadap

kelestarian alam, jalur perdagangan, pemberantasan aksi ilegal di laut, dan lain-

lain. Dengan itu karakter maritim juga telah menjadi faktor yang memberikan

pengaruh kuat pada aspek keamanan, strategi dan kerjasama maritim regional.

Konsekuensinya, keamanan dalam dunia maritim secara umum menjadi

tanggung jawab dari semua negara untuk menjaganya dari segala bentuk ancaman.

Semakin luas wilayah perairan laut suatu negara, semakin besar pula tugas dan

tanggung jawab pemerintah dari negara tersebut. Tanggung jawab ini bukan hanya

secara nasional, tetapi juga secara internasional.

Terkait dengan ancaman keamanan di laut, terdapat perbedaan antara

ancaman keamanan dalam wilayah jurisdiksi dan di luar jurisdiksi sebuah negara.

Situasi aman akan menjadi tanggung jawab utama sebuah negara hingga batas

jurisdiksinya, dan di luar itu menjadi tanggung jawab bersama dengan pihak-pihak

terkait sesuai dengan aturan atau perjanjian-perjanjian internasional. Adanya

pengecualian secara khusus hanya akan diberlakukan melalui konvensi

internasional atau kesepakatan negara dalam kasus-kasus tertentu, dalam hal ini

bila diperlukan keterlibatan pihak asing dalam upaya keamanan dalam jurisdiksi

suatu negara.

Bentuk keamanan yang perlu menjadi perhatian utama dalam dunia

kemaritiman terkait dengan beberapa aspek. Keamanan laut dalam arti yang luas

adalah laut menjadi wilayah yang aman digunakan oleh pengguna dari tingkat

19
negara sampai ke tingkat individu (perorangan) dan bebas dari ancaman atau

gangguan terhadap berbagai aktifitas penggunaan dan pemanfaatan laut, yaitu:

1. Laut yang bebas dari ancaman kekerasan, termasuk ancaman

penggunaan kekuatan bersenjata yang dinilai mempunyai kemampuan

untuk mengganggu dan membahayakan kedaulatan negara.

2. Laut yang bebas dari ancaman terhadap navigasi, yaitu ancaman yang

ditimbulkan oleh kondisi geografi dan hidrografi, yang membayahakan

keselamatan pelayaran.

3. Laut yang bebas dari pencemaran dan perusakan ekosistem, yaitu

ancaman terhadap kelestarian lingkungan yang dampaknya merugikan

bagi masyarakat sekitar dan juga generasi penerus.

4. Laut yang bebas dari ancaman pelanggaran hukum, yaitu pelanggaran

terhadap ketentuan hukum nasional dan internasional yang berlaku

seperti ilegal logging, ilegal fishing, dan lain-lain.14

Dalam kasus gangguan keamanan di Somalia, tidak terlepas dari kondisi

internal Somalia yang sedang dalam masa-masa insecurity. Kondisi kekacauan

akibat perang saudara dan kudeta, mengakibatkan pembentukan karakter yang

keras terhadap psiko-sosio kelompok masyarakatnya. Pada kasus ini, gangguan

keamanan negara yang terjadi, merengsek ke daerah pantai hingga ke laut lepas,

dan berpengaruh terhadap keamanan kawasan Teluk Aden.

14
Keamanan Laut dan Tanggung Jawab Indonesia: Tantangan dan Kendala , makalah TNI-AL
yang disampaikan pada Lokakarya Hukum Laut Internasional, Yogyakarta, 13-15 Desember 2004

20
C. International Law

Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis-jenis tindak pidana internasional

yang terdiri dari:

1. Tindak pidana internasional yang berasal dari kebiasaan yang

berkembang dalam praktik hukum internasional;

2. Tindak pidana internasional yang berasal dari konvensi-konvensi

internasional;

3. Tindak pidana internasional yang lahir dari perkembangan konvensi

mengenai hak asasi manusia (HAM).15

Berdasarkan ketiga jenis tindak pidana internasional ini terdapat salah satu

yang ada hubungannya dengan tindak pidana pembajakan kapal asing yaitu tindak

pidana internasional yang berasal dari konvensi-konvensi hukum internasional.

Pengertian pembajakan adalah penyerangan terhadap sebuah kapal yang

dilakukan dengan kekerasan, penahanan orang, perampasan dan perusakan

terhadap barang yang berada di dalam kapal, di samping itu tindakan menaiki

kapal apapun dengan tujuan mencuri dapat dianggap pula sebagai tindak pidana

pembajakan kapal. Ketentuan mengenai hal ini diatur dalam Konvensi Hukum

Laut 1982.

Penyerangan ini dilakukan perompak Somalia beberapa pekan ini, bahkan

dalam beberapa bulan terakhir ini telah terjadi perompakan di wilayah perairan

Somalia, peristiwa tersebut tepatnya terjadi di wilayah perairan Teluk Aden pada

15
Kriteria Tindak Pidana Internasional dan Jenis-Jenis Tindak Pidana Internasional,
http://natamihardja.wordpress.com, terakhir diakses 19 Juli 2013, jam 09.40 WITA.

21
jalur pelayaran terbuka di Laut Arab antara Yaman dan Somalia lintas Teluk dari

Asia ke Eropa serta Terusan Suez, tempat tersebut telah dijadikan wilayah

pembajakan dan mengakibatkan kapal-kapal pengangkut minyak ke Teluk Aden

semakin rawan ancaman serangan perompak. Serangan tersebut tidak hanya

dilakukan terhadap kapal pengangkut minyak, bahkan berdasarkan data dari

International Maritime Bureau (Biro Maritim Internasional) sebuah organisasi

nirlaba dan divisi khusus dari International Chamber Of Commerce (Kamar

Dagang Internasional) yang berjuang untuk melawan kejahatan dan malpraktek di

bidang kelautan, serangan pembajakan juga dilakukan terhadap kapal pembawa

bantuan kemanusiaan, kapal pesiar, serta kapal pembawa persenjataan.16

Berdasarkan data dari IMB tersebut, pada tahun ini saja sejak bulan April

sampai Juni telah terjadi 24 pembajakan di kawasan Teluk Aden tersebut,

sedangkan pada tahun 2007 kejahatan serupa dan pada tempat yang sama pula

telah terjadi sebanyak 31 kasus perompakan. Peristiwa ini tidak hanya

mengganggu keamanan nasional Somalia, yang sedang mengalami krisis lemah

penegakan hukum, bahkan mengancam keamanan internasional. Hal ini

disebabkan kejahatan telah dilakukan pada taraf internasional, yaitu kejahatan

yang telah dilakukan terhadap bendera kapal asing serta warga negara asing yang

melewati perairan tersebut.

Selama dua tahun terakhir, para bajak laut Somalia telah membajak 80

kapal, vakumnya hukum selama 20 tahun di negara tersebut membuat aksi para

16
Analis-Yuridis Perompak Somalia Ditinjau dari perspektif Ilmu Hukum Internasional,
http://greatandre.blogspot.com, terakhir diakses 19 Juli 2013, jam 11.15 WITA.

22
perompak semakin merajalela, kapal-kapal niaga maupun penumpang tak bebas

berlayar di samudera karena ancaman perompak terus membayang. Pada hari

pertama 2010, sebuah kapal kargo serta kapal tanker bermuatan kimia dirompak

oleh bajak laut di perairan lepas pantai Somalia, pembajakan itu merupakan yang

keempat kalinya dalam satu pekan terakhir. Dua kapal yang dibajak tersebut

adalah Asian Glory yang berbendera Inggris, sementara itu kapal lainnya adalah

Pramoni berbendera Singapura.

Pramoni dibajak dalam perjalanan di Teluk Aden, salah satu perairan

tersibuk di dunia. Awak kapal Asian Glory yang berjumlah 25 orang terdiri atas

warga negara Ukraina, Bulgaria, India, dan Rumania, sedangkan kapal tanker

Pramoni yang berbendera Singapura ditumpangi 24 awak kapal, yang 14 orang di

antaranya berasal dari Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, bajak laut di Somalia

telah membajak lebih dari 80 kapal. Biasanya penyanderaan dilakukan untuk

mendapatkan tebusan uang atau pembebasan rekan mereka yang ditahan

Pemerintah Somalia, aksi perompakan merajalela di wilayah perairan Somalia

sepanjang tahun meski sejumlah kapal perang canggih internasional dioperasikan

di kawasan itu untuk mengendalikan aksi kriminal tersebut.17

Aksi perompakan di Somalia, termasuk sebagai ancaman kekerasan

maupun ancaman pelanggaran hukum yang seharusnya mendapat perhatian lebih,

karena dampak aktifitasnya berpengaruh secara signifikan terhadap individu,

perusahaan, maupun kedaulatan negara. Jika menilik kembali data yang ada,

17
Lagi, 2 Kapal Dibajak di Somalia, http://dunia.news.viva.co.id, terakhir diakses 19 Juli 2013,
jam 10.10 WITA.

23
angka kematian maupun kerugian materiil yang disebabkan tentu bisa menjadi

acuan, dalam pengambilan langkah-langkah penanganan hukum.

Dari berbagai kasus perompakan yang ada, pelanggaran hukum sudah

menjadi sesuatu yang lumrah. Saat ini, Somalia dan aksi perompakan di lepas

pantainya yang tengah menjadi sorotan. Namun prinsip mendasar dalam

pengkajiannya, tidak terlepas dari kasus-kasus yang ada sebelumnya, dan kasus-

kasus yang berpotensi akan muncul ke depan. Teori dan konsep terkait yaitu

konflik dan keamanan, dan hukum semakin memperjelas bahwa aksi perompakan

di Somalia adalah sebuah pelanggaran penggunaan wilayah laut Teluk Aden

hingga menyebabkan kematian, dan memerlukan penanganan pada akar

permasalahan yaitu kondisi di Somalia sendiri, serta memerlukan keterlibatan dari

seluruh potensi dari resolusi konflik dan opsi penanganan hukum yang tersedia.

Meski begitu, beberapa hal yang harus tetap menjadi prinsip dalam proses

penyelesaian konflik internasional, antara lain terkait mengenai kedaulatan.

Somalia dalam hal ini tetap dalam posisi sebagai suatu negara, terlepas dengan

berbagai dinamika yang terjadi, baik secara internal, maupun eksternal. Sehingga

hukum internasional harusnya tetap memperhatikan prinsip prinsip hukum

internasional dalam penanganan masalah.

Somalia adalah negara yang sedang banyak permasalahan secara internal,

terutama tentang hukum, karena hukum disana sejak tahun 2006 telah vakum,

akibat didudukinya pemerintahan oleh sekelompok pemberontak, Hukum

internasional sebagai norma tertinggi yang yang melindungi dan menengahi setiap

peristiwa hukum antar subjek hukum internasinal memiliki peranan penting

24
sebagai dasar hukum penyelesaian permasalahan ini. Sementara di sisi lain,

hukum internasional dikenal dengan hukum yang kurang efektif dalam

menyelesaikan permasalahan peristiwa hukum publik internasional hal ini

dikarenakan sanksi tidak dapat selalu diterapkan terhadap pelaku. Contohnya

pelanggaran oleh Amerika yang memasuki wilayah kedaulatan Suriah dengan

alasan pemburuan terhadap teroris, peristiwa tersebut menewaskan penduduk

sipil, namun sampai detik ini tidak sanksi tegas dari PBB maupun Dewan

Keamanan.

Perompakan menurut PBB adalah sebuah kejahatan. Dan memang tidak

bisa ditolerir karena telah merusak keseimbangan suatu negara dan berdampak

terhadap negara lain, namun yang menjadi permasalahanya adalah somalia

sebagai negara yang berdaulat dan mempunyai yurisdiksi di negaranya tersebut

yang tidak bisa asal dicampuri oleh negara lain. Menurut J.G.Starke, konesp

kedaulatan toritorial menandakan bahwa dalam wilayah kekuasaan suatu negara

juridiksi dilaksanakan oleh negara terhadap orang-orang dan harta benda yang

menyampingkan negara lain.18 Kedaulatan toritoral adalah kedaulatan yang

dimiliki oleh suatu negara dalam melaksanakan yurisdiksi eksekutif di

wilayahnya. Didalam wilayah inilah negara memiliki wewenang untuk

melaksanakan hukum nasionalnya.19

Ini menadakan betapa besarnya kedaulatan negara dalam negaranya

sendiri, dan bila keadulatan suatu negara dicampuri atau diganggu oleh negara

18
Parthiana I Wayan, 1990, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Bandar Maju, Hal. 294.
19
Huala Adolf, 2002, Aspek-aspek negara dalam hukum internasional, Jakarta:Raja Grafindo
Persada, Hal. 111.

25
lain, maka negara yang bersangkutan dibolehkan untuk memberikan sikap tegas

kepada negara yang mencampuri urusan kedaulatannya. Tetapi yurisdiksi itu tidak

berlaku bagi kapal perang dan kapal pemerintah asing yang menikmati kekebalan.

Dalam hukum internasional terdapat beberapa prinsip yang sering dianut oleh

suatu negara, menurut Jawahie tantowi dan pranoto Iskandar prinsip-prinsip

tersebut adalah:

1. Territorial,

2. The effect Doctrine,

3. Kebangsaan,

4. Prinsip Nasionalitas Pasif,

5. Prinsip Protektif,

6. Prinsip Universal,

7. Treaty-Bassed Extensions of Jurisdiction. 20

Negara yang memasuki kedaulatan negara lain (kedaulatan negara atas

wilayah Laut) juga jelas telah melanggar Konvensi hukum laut PBB 1982 (United

Convention on The Law of the Sea of 1982.

Kejahatan atau dalam istilah yuridis disebut tindak pidana, peristiwa

pidana perbuatan pidana atau delik, kadangkala tidak saja menyangkut

kepentingan satu negara, tetapi juga menyangkut kepantingan lebih dari satu

negara. Satu hal juga biasa disebabkan oleh peristiwa itu sendiri yang memang

terjadi pada dua negara baik secara serentak atau secara beruntun (peristiwanya

20
Jawahir Tantowi dan Pranoto iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung:
Refika aditama.

26
terjadi di dalam suatu negara, tetapi menimbulkan akibat di negara lain; pelaku

tersebut melarikan diri ke negara lain; dan lain sebagainya.21

Bila dilihat dari permasalahan yang ada, penulis berpendapat bahwa

negara yang dirugikan oleh perompak di daerah somalia berhak menangkap dan

dengan bahasa kasarnya dibolehkan mencampuri kedaulatan suatu negara

(Prinsip Universal). Berdasarkan pendapat pernyataan J.G.Starke yang kurang

lebih pengertiannya sebagai berikut:

Perompakan merupakan suatu tindak pidana yang berada di yurisdiksi

semua negara dimanapun tindakan itu dilakukan, tindakan pidana itu bertentangan

dengan kepentinagan masyarakat internasional, maka tindakan itu dipandang

sebgai delik Jure Gentium dan setiap negara berhak menangkap dan menghukum

semua pelakunya.22

Kejahatan-kejahatan delik Jure Gentium selain dari Perompak dan

Kejahatan Perang, menimbulkan Pertimbangan-pertimbangan yang agak berbeda.

Oleh karena itu tindak pidana perdagangan obat bius, perdagangan wanita dan

anak-anak dan pemalsuan mata uang telah dimasukkan dalam ruang lingkup

konvensi-konvensi Internasional. Tetapi ditangani atas dasar aut punire, aut

dedere, yaitu para pelakunya dihukum oleh negara dimana dalam wilayahnya

mereka ditangkap atau di-ektradisikan kepada negara yang memiliki kewenangan

dan kewajiban melaksanakan yurisdiksi terhadap mereka.23

21
Parthiana I Wayan, 1990, Pengantar Hukum Internasional, OpCit, Hal. 309.
22
J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional, Op.Cit. Hlm 304.
23
Ibid, Hal 305.

27
Masalah perompak dan Prinsip Universalitas ini dibahas dan dikukuhkan

di Konvensi Jenewa 1949, berkenaan dengan tawanan-tawanan perang,

perlindungan penduduk sipil dan personel yang mendeita sakit dan luka-luka serta

dilengkapi dengan protokol I dan II yang disahkan pada tahun 1977 oleh

konferensi diplomatik di Jenewa tentang penanggulanagnnya, baik pencegahan

maupun pemberantasanya. Isi dari pengukuhan itu menegaskan, bahwa

penananganannya tidaklah cukup bila hanya dilakukan oleh negara-negara secara

sendiri-sendiri, melainkan membutuhkan kerjasama internasional. Kerjasama

Pencegahan dan pemberantasan baik lembaga-lembaga internasional seperti

International Criminal Police Organization (ICPO-INTERPOL), maupun

kerjasama bilateral dan multilateral.

28
BAB III

PEROMPAK DAN ANTI PEROMPAKAN DI TELUK ADEN

A. Geografi dan Geopolitik Somalia

Somalia yang dahulu bernama Republik Demokratik Somali, adalah

sebuah negara yang terletak di Tanduk Afrika24. Negara ini berbatasan dengan

Djibouti di barat laut, Kenya di barat daya, Teluk Aden dan Yaman di utara,

Samudra Hindia di sebelah timur, dan Ethiopia di sebelah barat. Somalia terletak

dari 12` LU sampai 39` LS dan dari 41` BT sampai ke 51` BT. Pesisir sebelah

utaranya menghadap ke Teluk Aden dan pesisir sebelah timurnya menghadap ke

Samudra Hindia. Wilayahnya seluas 637.657 km2, sedikit lebih luas dari wilayah

Prancis.25

Wilayah Somalia sebagian besarnya adalah wilayah setengah gurun yang

gersang, walaupun masih terdapat pegunungan dan wilayah dataran rendah di

bagian tenggaranya. Somalia memiliki garis pantai sekitar 2.600 km, tetapi karena

adanya karang pelintang di lepas pantainya, maka pasokan bahan-bahan impor

agak terhambat. Somalia memiliki tiga sungai utama yaitu sungai Nagal di utara,

sungai Shibelidi tengah dan sungai Giuba di selatan. Untuk dua yang disebutkan

terakhir, wilayah yang dilalui oleh aliran sungainya selalu subur karena tiap

tahunnya sungai ini selalu berair.

24
Negara Eksotik namun Penuh Konflik, http://romzialkimi.wordpress.com, terakhir diakses 13
desember 2013, jam 21.13 WITA.
25
Upwelling Di Laut Somalia, http://blogs.unpad.ac.id, terakhir diakses 4 Maret 2014, jam 21.28
WITA.

29
Mayoritas penduduk Somalia adalah suku Somali (mencapai 98,3%).

Orang-orang Somalia adalah keturunan orang Kushit Timur.26 Suku ini terbagi ke

dalam sejumlah kelompok diantaranya adalah: Dir, Isaq, Hawiye, Darod, Digil,

dan Rahanwin. Kelompok-kelompok ini terbagi lagi kedalam sejumlah kelompok

lain yang lebih kecil. Beberapa kelompok merupakan suku pengembara.

Walaupun termasuk ke dalam suatu kelompok besar, dalam sejarahnya sering kali

tercatat pertentangan antar suku. Ketidakharmonisan ini antara lain disebabkan

oleh perebutan kekuasaan air, dan daerah penggembalaan. Penduduknya antara

lain: orang Arab (1,2%), Bantu(0,4%) dan lain-lain (0,1%). Bangsa asing yang

tinggal di negeri ini adalah orang-orang Eropa terutama Italia, Pakistan dan India.

Penduduk Somalia lebih banyak menghuni daerah selatan. Dua per tiga penduduk

tinggal di pedesaan.

Di daerah perkotaan kota yang paling padat adalah Mogadishu (700.000,

1985). Kota-kota padat lainnya adalah: Hargeysa, Kismaayo, Berbera, dan Marca.

Penduduk Somalia menurut catatan tahun 2005 berjumlah sekitar 8.000.000

orang. Bangsa Somalia yang tinggal di republik ini mempunyai hubungan yang

erat dengan bangsa Somalia yang hidup di negara tetangganya Ethiopia, Kenya

dan Djibouti. Banyak bangsa Somalia yang bermukim di ketiga negara itu

berharap bahwa kelak mereka itu akan dipersatukan ke dalam Republik Somalia.

Meskipun penampilan fisik bangsa Somalia beragam (ada yang pendek, tinggi,

berkulit hitam, atau berkulit kuning), ciri khas bangsa somalia adalah berkulit

26
Somalia, http://benayapahlawandaud.blogspot.com, terakhir diakses 13 desember 2013, jam
21.35 WITA.

30
hitam, bermata hitam yang berbentuk buah persik, serta berambut lebat dan

keriting.

Di Mogadishu terdapat sebuah universitas, sedangkan di berbagai kota

lainnya di seluruh negeri terdapat sekolah dasar dan sekolah kejuruan serta

sejumlah sekolah menengah. Somalia tidak memiliki jalur kereta api, dan

penduduknya biasa menggunakan kendaraan mobil atau kadang-kadang unta

sebagai alat transportasi utama. Hal inilah yang menjadi penghambat arus

ekonomi Somalia. Meskipun begitu, penyelenggaraan penerbangan udara

diselenggarakan oleh Somalian Airlines. Tingkat kesehatan di Somalia termasuk

kecil, dan ini menyebabkan penduduknya rentan terkena penyakit sehingga WHO

dan juga UNICEF sering memberikan bantuan untuk menangani wabah penyakit

di Somalia.

Somalia tidak memiliki pemerintah nasional yang efektif. Di barat laut,

ada pemisahan Republik Somaliland.27 Di bagian lain terdapat beberapa warlord,

yaitu Puntland dan Somalia Barat Daya. Pemerintahan yang diakui dunia

internasional adalah "Pemerintahan Transisi Nasional". Pada awalnya dikepalai

oleh Abdulkassim Salat Hassan, yang mengontrol hanya sebagian dari

Mogadishu, ibu kota Somalia. Pada 10 Oktober 2004, Perdana Menteri Somalia

terpilih Abdullahi Yusuf, presiden Puntland, menjadi presiden berikut. Karena

kekacauan di Mogadishu, pemilihan diadakan di pusat olah raga di Nairobi,

Kenya. Yusuf terpilih Presiden transisional oleh parlemen transisional Somalia.

27
Inggris Ingin Kuasai Minyak Somalia, http://islamtimes.org, terakhir diakses 13 desember 2013,
jam 22.05 WITA.

31
Ia memenangkan 189 dari 275 suara dari parlemen. Sesi parlemen juga diadakan

dinegara tetangga Kenya. Pemerintahannya diakui oleh banyak negara Barat

sebagai penguasa legal negara tersebut, meskipun otoritas aktualnya

dipertanyakan. Banyak organisasi politik kecil yang berdasarkan klan, yang lain

mencari politik yang bebas-marga (seperti Front Somali Bersatu).

B. Aksi Perompak Somalia di Teluk Aden

Ketika para gembong perang menggulingkan mantan diktator Mohamed

Siad Barre pada 1991, Somalia terperosok ke dalam kekacauan. Tanpa memiliki

pemerintan pusat yang kuat, Somalia tak mampu menghalau gelombang

penangkapan ikan secara gelap oleh pihak asing. Ini masih ditambah dengan

penimbunan limbah industri dan beracun di perairan Somalia oleh armada asing

dari Eropa dan Asia.28

Menjelang akhir dasawarsa 1990-an, milisi dan nelayan lokal membentuk

beberapa kelompok seperti Penjaga Pantai Somalia dan Penjaga Pantai

Relawan Nasional, guna mengusir atau menawan kapal dari Korea Selatan, Italia,

Spanyol, Thailand dan dari negara lain. Tanpa banyak menemukan kesulitan

mereka berhasil menangkap banyak kapal asing. Karena begitu mudahnya

menangkap kapal asing, kelompok-kelompok pengawal pantai itu akhirnya

berubah menjadi gerombolan bajak laut. Semakin lama cara kerja yang digunakan

oleh mereka semakin canggih dan berani.

28
Aksi Perompak Somalia, http://legendarisdunia.blogspot.com, terakhir diakses 22 Agustus 2013,
jam 07.16 WITA.

32
Meskipun para tetua suku tak setuju dan mengutuk mereka sebagai tak

bermoral, jumlah perompak terus bertambah. Kini ratusan orang melakukan

kegiatan di bawah koordinasi jaringan gerombolan perompak. Banyak pemuda

miskin dan menganggur di Somalia memandang perompakan sebagai pilihan

mempesona bagi hidup mereka yang berat. Dari kegiatan seperti ini mereka bisa

mendapatkan uang dengan cepat. Rakyat Somalia akhirnya antri untuk turun ke

laut.

Gerombolan bajak laut tersebut umumnya berpusat di desa dan kota kecil

di sepanjang garis pantai Somalia, seperti di Eyl, Hobyo dan Haradheere. Saat ini

ada dua jaringan utama: satu berbasis di Puntland (Somalia utara-timur) terutama

terdiri dari anggota Klan Majerteen, dan satu berbasis di Somalia tengah, terutama

terdiri dari anggota Klan Habar Gidir. Kelompok bajak laut paling penting di

Puntland berbasis di distrik Eyl, yang dihuni oleh sub klan Isse Mohamud, dan

kelompok lainnya, yang beroperasi dari Bossaso, Aluula, Haafun, Bayla, Qandala,

Bargaal dan Gara'ad.

Pusat jaringan pembajakan Somalia beroperasi dari distrik Harardheere ,

karena didominasi oleh Saleebaan sub - klan dari Gidir Habar . Keterlibatan dalam

kegiatan pembajakan , namun meluas jauh melampaui sub-klan . Untuk tingkat

tertentu dua jaringan terkadang tumpang tindih dan sering juga terlibat kerja

sama.29

29
Pirate Organization and Operation, http://www.idaratmaritime.com, terakhir diakses 22
Agustus 2013, jam 08.03 WITA.

33
Modus operandi pembajakan dan perompakan ini telah berkembang

menjadi bisnis yang sangat menguntungkan di Somalia. Di Haradhere, salah satu

kota yang menjadi pusat para perompak di Somalia, para pembajak telah

membentuk semacam pasar modal untuk mendanai operasi mereka. Setiap orang

dapat berpartisipasi dalam bentuk uang, senjata, tenaga di laut maupun darat, atau

barang-barang lainnya yang berguna dalam mendukung operasi pembajakan ini.

Hasil dari sebuah operasi pembajakan akan dibagikan ke seluruh pemegang

saham/pemberi modal sesuai dengan porsinya.

berdasarkan laporan Asosiasi East African Seafarers memperkirakan, ada

setidaknya 5 (lima) geng bajak laut dan total anggotanya seribu orang bersenjata.

Akan tetapi menurut laporan BBC ada 3 (Tiga) besar kelompok yang

mengorganisir SDM perompak Somalia yaitu:

1. Dari kalangan nelayan Somalia.

2. Dari kalangan mantan milisi rezim Siad Berre yang memerintah

Somalia tahun 1964- 1991. Terutama adalah anggota seniornya yang

berusia di atas 35 tahun.

3. Dari kalangan para teknisi yang menguasai teknologi informasi dan

kelautan.

Dari ke tiga unsur kelompok (SDM) di atas terdapat kurang lebih 1100

orang perompak yang memiliki peralatan untuk menyerang, seperti RPG-7

peluncur granat terbaik saat ini, Pistol semi otomatis dan Senapan Mesin.30

30
Teluk Aden dan Perompak Somalia, http://unik.kompasiana.com, terakhir diakses 24 Januari
2013, jam 13.32 WITA.

34
Mereka terbagi atas 4 (empat) Geng utama yang menguasai dunia

perompak Somalia, yaitu :

1. Marka group, dipimpin Yusuf Mohammed Siad Indaade yang agak

berantakan, kurang terorganisir dan menguasai kota pesisir Marka

(Maakhir Land).

2. National Volunteer Coast Guard yang dipimpin oleh Garaad

Mohamed. Mereka spesialis mencegat kapal-kapal kecil dan perahu

nelayan di Kismayo, pesisir selatan.

3. Kelompok nelayan tradisional. Mereka terorganisir dengan rapi.

Lokasi operasi mereka di sekitar Puntland dan dikenal sebagai

Puntland group milik Abdirahman Farole, President of Puntland.

4. Somali Marines paling kuat dan canggih. Kelompok ini paling

disegani pada saat ini karena terorganisir berstruktur militer. Mereka

memiliki armada dan komandan angkatan laut yang masih aktif saat

ini. Sulit menemukan siapa pemimpinnya karena mereka bertindak

secara ilegal dan berpura-pura patroli laut. Jika ada kesempatan

mereka melakukan pembajakan dengan mengatasnamakan ke tiga

kelompok di atas.

Area rawan penyerangan terbagi atas beberapa zona, dalam panjang areal

perairan Somalia yang mencakup 2000 mil laut dengan lebar 380 mil dari bibir

pantai daratan Somalia. Selain itu, di pintu masuk Teluk Aden, terdapat daerah

super rawan dengan panjang 640 mil dengan lebar rata-rata 50 mil. Pulau Squtra

sendiri, meskipun milik Yaman tapi pulau itu lebih banyak dihuni oleh nelayan

35
Somalia. Tidak tertutup kemungkinan para gengster Somalia memantau situasi

lalulintas laut dari berbagai penjuru (Laut Arab, Perairan Somalia, Lautan Hindia

dan Teluk Aden) dari lokasi strategis ini. Informan yang berafiliasi dengan orang

Yaman di pulau tersebut memberi informasi via GPS dan radio UHF tentang

situasi dan kondisi perairan kepada para penyerang untuk melakukan serangan

pada titik tertentu.

Ada 8 (Delapan) titik lokasi yang menjadi sarang gengster perompak

Somalia. Mengetahui lokasi tersebut, merupakan acuan penting dalam

menganalisa sebuah kasus perompakan. 8 (Delapan) titik lokasi tersebut antara

lain:

1. Gulf Aden Attack Zone (masuk Somali Land). Lokasinya di dalam

areal Teluk Aden berbatasan dengan Yaman. Lebar areal rata-rata 50

mil dan panjang 100 mil. Kapal yang dirampas di daerah ini akan di

bawa ke kota Pelabuhan Bosaso.31

2. Mongadishu Attack Zone (masuk Puntland). Areal mereka adalah

Puntland. Lokasi (lapak) daerah kekuasaan berada antara 100 mil -

600 mil dari perbatasan Kenya hingga ke arah Timur perairan

Somalia atau menuju ke arah Teluk Aden. Kapal yang ditangkap

akan disandarkan di pelabuhan Mongadishu dan awaknya di sandera

ke lokasi yang rahasia di dekat pelabuhan Mongadishu.

31
Para penguasa jalur laut dunia, http://m.merdeka.com, terakhir diakses 17 Maret 2014, jam
13.12 WITA.

36
3. Somalia Stay Away Zone. Lokasinya berada di pantai Somalia. Areal

antara 170 - 300 mil dari lepas pantai Somalia bagian Utara.

4. Eyl Ransome Zone (masuk Puntland). Ini adalah lokasi paling

berbahaya diantara sejumlah lokasi. Lokasi ini menjadi pusat logistik

dan informasi bagi para perompak yang bertugas menyerang kapal

yang dilaporkan oleh pemberi informasi.

5. Hobyo Ransom Zone (masuk Puntland). Lokasinya dekat kota

Pelabuhan Hobyo dan Mudug di perairan Somalia selebar 50 Km dan

panjang sejauh 600 Km dari bibir pantai ke arah Lautan Hindia.

6. Haradhere Ransom Zone (masuk Puntland). Sebuah kota dekat

Hobyo. Kota Haradhere ini bukan kota pelabuhan sehingga kapal

yang mereka bajak akan di bawa ke Hobyo.

7. Mogadishu Mothership Home Port. Areal operasinya seluas 250 mil

laut dari kota Mongadishu dan menguasai areal Samudera Hindia

pada jangkauan lebar 50 mil laut.

8. Bosaso Zona. (masuk Somali Land). Adalah sebuah kota pelabuhan

besar di Somalia setelah Mongadishu. Kota ini adalah kota paling

menyenangkan para perompak karena luas daerah yang sempit di

sekitar pantai Yaman menjadi lahan yang sangat baik untuk bergerak

cepat merampok kapal yang sedang melintas areal sempit tersebut.

Di seluruh zona berbahaya di atas, para penyerang berusaha mencapai

titik koordinat yang telah ditentukan oleh pemantau untuk melakukan

penyergapan. Mereka melakukan serangan dengan cepat sekali menggunakan

37
kapal motor kecil yang cepat. Mereka menembaki kapal secara langsung. Lalu

memasang tangga atau tali tambang untuk memanjat kapal dan akhirnya

menghunus senjata ke Nahkoda dan ABK. Lantas kapal diambil alih oleh

Nahkoda Somalia untuk di bawa ke pelabuhan salah satu Zona tersebut di atas.

Model serangan yang dilakukan perompak Somalia, merupakan strategi

aksi bajak laut modern antara lain dengan menaiki kapal, menyandera, menculik

dan meminta tebusan, membunuh, merampok, sabotase kapal hingga

menenggelamkan dan banyak lagi. Namun yang paling umum dilakukan adalah

penyanderaan, yang diikuti dengan permintaan tebusan. Mereka menggunakan

teknologi canggih seperti ponsel, sistem sonar, pelacak GPS, speedboat serta

persenjataan lengkap.32

Gambaran umumnya, pada awalnya mereka hanya menggunakan kapal

penangkap ikan untuk mendekati kapal besar. Dari kapal ini mereka berusaha

memanjat atau melemparkan tali. Dengan dilengkapi senjata api, mereka

merampas barang-barang berharga yang ada dalam kapal. Selain itu mereka juga

meminta tebusan.

Setelah mendapatkan banyak harta dan uang, mereka membeli kapal cepat,

alat pelacak dan senjata yang lebih hebat. Merekapun akhirnya berhasil memiliki

kapal induk. Dari kapal induk inilah mereka melepaskan kapal-kapal kecil untuk

memburu kapal-kapal yang sedang berlayar. Tentu yang menjadi sasaran adalah

kapal yang membawa barang-barang bernilai.

32
Cara Bajak Laut Modern Beraksi, http://www.jelajah.up2det.com, terakhir diakses 28 Agustus
2013, jam 14.12 WITA.

38
Dari kapal-kapal kecil itu, perompak naik ke kapal sasaran dengan

menggunakan pengait serta tangga. Perompak kadangkala melepaskan tembakan

melewati buritan guna menakuti-nakuti orang-orang di dalam kapal. Beberapa

kapal seringkali berusaha melakukan tindakan pertahanan dengan melakukan

gerakan zig-zag di laut atau bahkan menyemprot bajak laut dengan air dengan

menggunakan selang bertekanan tinggi.

Kebanyakan kapal tak bisa melakukan pertahanan. Sebab sesuai peraturan

kelautan internasional, mereka tidak boleh membawa senjata. Dalam waktu yang

relatif singkat biasanya para pelaut itu menyerahkan diri kepada para perompak.

Para sandera mengatakan mereka biasanya diperlakukan dengan baik. Bajak laut

memandang mereka sebagai orang biasa yang ditangkap dalam permainan yang

lebih besar. Sebagian sandera bersaksi para perompak menyembelih dan

membakar kambing di kapal untuk memberi mereka makan. Kadang mereka

menelepon orang yang mereka cintai di rumah dari kapal yang dibajak. Tidak

lama setelah sebuah kapal dibajak, krunya langsung memberitahu induk

perusahaan mengenai situasi yang dialami. Perusahaan kemudian menghubungi

pihak asuransi yang kemudian mengontrak pihak ketiga.33

Pihak ketiga yang dimaksud adalah perusahaan respons swasta seperti

Control Risks di London atau ASI Global di Houston. Perusahaan ini biasanya

memiliki staf eks-militer yang berpengalaman dengan situasi penyanderaan.

Perusahaan respons yang diberi otoritas ini kemudian melakukan negosiasi

33
Inilah Cara Bayar Tebusan ke Perompak Somalia, http://www.forumbebas.com, terakhir diakses
28 Agustus 2013, jam 16.09 WITA.

39
dengan bajak laut untuk menentukan jumlah tebusan. Tentu dengan nominal

serendah mungkin bagi perusahaan asuransi. Negosiasi ini biasanya alot, sehingga

penawanan kapal dan krunya kerap berlangsung selama berpekan-pekan. Jika

telah sepakat, maka perusahaan respon tersebut akan mengirimkan uang tunai.

Caranya pun ternyata tidak sulit. Mereka hanya perlu mengangkut uang tersebut

menggunakan pesawat dan menjatuhkannya di atas kapal atau di laut sekitar

lokasi pembajakan atau penyanderaan ya. Cara lain adalah dengan mentransfernya

melalui bank. Hal tersebut bisa dilakukan karena longgarnya hukum internasional.

Bisnis merompak, omzetnya sungguh menggiurkan Menurut menlu

Kenya, Moses Wetangula, komplotan bajak laut alias perompak asal Somalia

berhasil meraup uang sebesar 150 juta dollar AS pada tahun 2007 lalu. Ini berasal

dari hasil uang tebusan atas kapal-kapal laut yang mereka bajak dan sandera.34

Menurut beberapa ahli, uang tebusan yang dibayarkan para pemilik kapal selama

tahun 2008 berjumlah antara 500.000 dollar AS - 2 juta dolar AS. Itu berasal dari

42 kapal yang ditawan. Pada awal tahun 2009, perompak Somalia berhasil

mengantungi lebih dari 6 juta dolar AS dari pembebasan kapal super tanker Arab

Saudi, Sirius Star, dan kapal Ukraina, MV Faina. Untuk sepanjang tahun itu

Perompak Somalia berhasil mengeruk keuntungan sekitar 60 juta dolar dari uang

tebusan untuk seluruh kapal yang dibajak. Perompak menanam kembali sebagian

uang mereka dalam bentuk kapal dan peralatan yang lebih baik. Mereka juga

34
Bisnis merompak, omzetnya sungguh menggiurkan, http://faktabook.blogspot.com, terakhir
diakses 28 Agustus 2013, jam 17.20 WITA.

40
menghambur-hamburkan uang untuk bermewahan-mewahan, kawin lagi,

membangun vila, dan membeli kendaraan yang bagus dan mahal.

Para pemasok dana dan otak perompakan mendapatkan bagian yang lebih

besar lagi. Mereka biasanya berusia lebih tua dari perompak yang beroperasi di

lapangan. Penguasa lokal juga mengambil bagian guna memungkinkan perompak

beroperasi tanpa diperiksa di luar daerah mereka. Perairan lepas pantai Somalia,

memang merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia. Biro Maritim

Internasional melaporkan telah terjadi 24 serangan perompak di kawasan itu

antara April dan Juni tahun 2008 saja. Sebanyak lebih dari 130 kapal dagang

menjadi sasaran serangan atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun

2007.

Dari keuntungan itu, para perompak kemudian membelikan senjata dan

kapal cepat. Senjata yang mereka miliki diduga didatangkan dari Yaman. Dan

sebagian lainnya didatangkan dari Mogadishu, ibu kota Somalia. Senjata-senjata

itu adalah AK47, pelontar granat RPG-7, granat tangan dan pistol otomatis.35

C. Perlawanan Terhadap Aksi Perompakan di Teluk Aden

1. Resolusi Dewan Keamanan PBB

Perompakan yang terus terjadi sudah sampai pada taraf meresahkan dunia

pelayaran internasional. Karena itu banyak negara dan lembaga internasional yang

menyatakan perang terhadap perompak. Mereka melakukan berbagai upaya

35
Jejak Teror Perompak Somalia, http://nasional.news.viva.co.id, terakhir diakses 8 Maret 2014,
jam 08.30 WITA.

41
perlawanan menghadapi aksi perompakan di Teluk Aden. Dewan Keamanan PBB

pada 2 Juni 2008 mengeluarkan resolusi S/Res/1816 (2008). Resolusi itu

membahas tentang situasi di Somalia dengan fokus pada keamanan maritim di

perairan Somalia. Dewan Keamanan menekankan pentingnya kerjasama semua

negara, termasuk dengan International Maritime Organization (IMO), dengan

Pemerintahan Transisi Federal Somalia untuk menghadapi masalah pembajakan

dan perompakan bersenjata di negeri itu.36

Terbitnya resolusi merupakan sebuah preseden baru di Dewan Keamanan

PBB, karena selama ini masalah keamanan maritim dibahas dalam forum IMO.

Hal demikian menandakan bahwa masalah keamanan maritim kini dimensi

politiknya semakin meningkat di dunia internasional, sehingga setiap negara yang

terkait dengan masalah itu harus mengelola keamanan maritimnya dengan baik.

Resolusi S/Res/1816 (2008) terbit melalui proses yang alot di Dewan Keamanan,

karena beberapa negara anggota menentang draf awal resolusi karena dipandang

bertentangan dengan UNCLOS 1982. Namun Resolusi ini disepakati untuk

dikeluarkan sebagai salah satu opsi jalan keluar permasalahan di teluk Aden. Hal

itu berkaitan dengan tujuan Piagam PBB.

Dalam tujuan Piagam PBB dikatakan bahwa Tujuan PBB adalah menjaga

perdamaian dan keamanan internasional dengan cara mengambil tindakan secara

bersama-sama dengan tujuan mencegah dan menghindari ancaman keamanan

serta menekan seluruh aksi penyerangan atau pemutusan terhadap keamanan, dan

36
Resolusi Dewan Keamanan Pbb No.1816 Dan Implikasinya Terhadap Indonesia,
http://www.fkpmaritim.org, terakhir diakses 29 Agustus 2013, jam 13.10 WITA.

42
mengadakan, secara damai, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum

internasional, penyesuaian atau menyelesaikan perbedaan atau situasi, yang

bersifat internasional, yang dapat diubah ke arah terciptanya perdamaian.

Berdasarkan piagam ini, sangat jelas diatur bahwa sebagai anggota PBB

berhak menuntut kepada PBB agar segera menciptakan keamanan di wilayah

Teluk Aden. Wilayah wilayah tersebut adalah laut teritorial Somalia, namun

dikarenakan lemahnya Penegakan hukum di Somalia serta berbagai krisis yang

melanda negara tersebut, maka Pemerintah Somalia tidak dapat berbuat banyak

dalam rangka mengamankan wilayah tersebut. Salah satu jalan yang dapat

dilakukan oleh PBB adalah dengan meningkatkan keamanan di wilayah tersebut,

melalui organ keamanannya dan bekerjasama dengan negara-negara tetangga atau

negara yang memiliki kepentingan melewati jalur tersebut.

Untuk menanggapi kendala yang timbul dalam proses penangkapan

perompak somalia, akhirnya Dewan Keamanan PBB dalam konferensinya yang

membahas mengenai perompakan dan keamanan di perairan Somalia

mengeluarkan resolusi tersebut. Resolusi ini mendorong negara-negara yang

khususnya memiliki kepentingan dengan rute maritime komersial di lepas pantai

Somalia, untuk meningkatkan dan mengkoordinasikan upaya-upaya untuk

penanganan perompak dan pembajakan bersenjata yang dimana didalamnya

dilakukan kerjasama dengan Pemerintah Transisi Federal Somalia. Resolusi No.

1816 yang disponsori oleh Perancis pun ikut diperkuat dengan resolusi No. 1838

pada tanggal 7 Oktober tahun 2008 yang meminta kepada negara-negara yang

memiliki kepentingan di perairan Somalia untuk menindas pembajakan di perairan

43
Somalia. Pertemuan demi pertemuan terus dilangsungkan guna mencegah

semakin meluasnya jalur operasi para bajak laut.

Dengan keluarnya resolusi Dewan Keamanan PBB setidaknya akan

memicu dan menstimulus dunia internasional dalam upaya memerangi Perompak

Somalia. Melihat sifat gangguan keamanan berupa perompakan oleh sebagian

kecil warga negara Somalia, PBB dalam rangka meningkatkan keamanan di

wilayah Teluk Aden harus bekerjasama dengan subjek HI lainnya, yaitu dengan

organisasi internasional yang memiliki tujuan yang sama dan dengan negara-

negara yang memiliki kemampuan untuk mengirimkan bantuan ke wilayah

tersebut dan memiliki kepentingan terhadap keamanan diwilayah itu. Tindakan ini

merupakan tindakan yang paling cepat dan efektif sebelum kejahatan tersebut

membesar dan semakin membahayakan kawasan lainnya.

Terhadap pelaku perompakan akan segera diadili menurut hukum negara

yang memungkinkan mengadili kejahatan tersebut. Jika Somalia tidak memiliki

kemampuan dalam meneggakkan hukumnya, maka Negara tatangga yang

memiliki kepentingan dalam rangka meningkatkan keamanan dan memiliki

peraturan mengenai kejahatan perompakan berhak untuk mengadili para

perompak. Hal ini seperti apa yang telah dilakukan oleh angkatan laut Inggris,

yang menyerahkan tindak pelaku kejahatan perompak kepada pengadilan Kenya.

Resolusi S/Res/1816 memberikan kuasa selama periode enam bulan sejak

resolusi dikeluarkan, kepada negara-negara yang terlibat kerjasama dengan

Pemerintahan Transisi dalam perang terhadap pembajakan dan perompakan

44
bersenjata di perairan Somalia, dengan pemberitahuan terlebih dahulu dari

Pemerintahan Transisi kepada Sekretaris Jenderal PBB, untuk:

1. Memasuki perairan teritorial Somalia dengan tujuan menindas

pembajakan dan perompakan bersenjata di laut.

2. Menggunakan segala sumber daya yang tersedia untuk menindas

pembajakan dan perompakan bersenjata.

Isi resolusi yang sangat gamblang merupakan respon dari negara negara

maju terhadap ketidakmampuan pemerintah Somalia menjamin keamanan maritim

di perairannya sendiri. Berdasarkan resolusi itu, negara-negara yang

berkepentingan langsung terhadap keamanan maritim di perairan Somalia dapat

memasuki perairan negeri itu untuk menindas semua kegiatan yang mengancam

keamanan maritim.

2. Antisipasi dan Konfrontasi Terhadap Aksi Perompakan

a. Malaysia

Angkatan Laut Malaysia dalam suatu operasi berhasil menangkap

perompak Somalia ketika akan membajak kapal tangkernya di Teluk Aden.

Operasi itu merupakan bagian dari upaya masyarakat internasional untuk

mengatasi pembajakan yang kian merajalela. Hasilnya Angkatan Laut Malaysia

berhasil menangkap tujuh tersangka perompak. Para perompak itu dibawa ke

Malaysia, dan ditahan di Port Klang. Pengadilan setempat memerintahkan ketujuh

warga Somalia itu ditahan selama tujuh hari. Para ahli hukum di Malaysia tengah

melakukan kajian apakah ketujuh warga Somalia tersebut bisa dikenai dakwaan.

Kapal tanker yang disewa dan dioperasikan perusahaan Malaysia itu sebenanrya

45
milik perusahaan Jepang. Awak kapal antara lain berasal dari Filipina dan ketika

pembajakan terjadi tengah membawa barang dengan tujuan Singapura.

Lebih dari 12 negara telah menyediakan kapal angkatan laut untuk

berpatroli di lepas pantai Somalia sejak akhir 2008. Ini terbukti berhasil

menyebabkan penurunan jumlah serangan, terutama di Teluk Aden, tempat patroli

dipusatkan. Namun masalahnya, ternyata para perompak dengan berani

memindahkan operasi mereka lebih jauh ke Samudra Hindia. Menurut Menteri

Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur, kenyataannya kapal-kapal perang yang

berpatroli di daerah itu tidak bisa berbuat banyak.

b. Republik Iran

Armada Angkatan Laut Iran yang ditempatkan di Teluk Aden berhasil

menggagalkan serangan besar-besaran bajak laut atas dua kapal kargo Iran di

dekat selat Bab-el-Mandeb. Komandan Laksamana Angkatan Laut Iran Seyed

Mahmoud Moussavi mengatakan kapal Iran tersebut diserang dua kali oleh bajak

laut dengan jumlah total 50 kapal cepat perompak Somalia dari 26 mil Barat Laut

dari Selat Bab-el-Mandeb. Mousavi menyatakan tindakan cepat yang dilakukan

Angkatan Laut Iran dan senjata berat berat mereka memaksa para perompak

melarikan diri dari TKP. Angkatan Laut Iran juga mengirimkan beberapa armada

perang ke Teluk Aden dan Utara Samudra Hindia untuk melindungi kargo dan

kapal tanker minyak untuk melawan bajak laut. Diberitakan, Angkatan Laut Iran

melakukan patroli anti-pembajakan di Teluk Aden sejak November 2008, ketika

perampok Somalia membajak kapal Iran carteran kargo, MV Delight, di lepas

pantai Yaman.

46
c. Korea Selatan

Pada 21 Januari 2011 lalu, Korea Selatan sukses menyerang pembajak

Somalia. Sejak dikabarkan salah satu kapal berbendera Korea Selatan dibajak,

pemerintah Korea Selatan langsung mengirim kapal, melacak keberadaan

pembajak. Pasukan khusus Angkatan Laut Korea Selatan berhasil menyerbu kapal

Samho Jewelry berbendera Korea Selatan yang dibajak dan membebaskan semua

sandera. Dua warga negara Indonesia yang bekerja sebagai anak buah kapal turut

tersandera dalam kapal yang dibajak.37

d. Uni Eropa

Departemen Pertahanan Jerman, menyumbangkan sebuah fregat dan

sekitar 1.400 tentara ke misi anti perompakan Uni Eropa di lepas pantai Somalia.

Harian The Frankfurter Allgemeine Zaitung, mengutip sumber yang dirahasiakan,

menyebutkan, sekitar 500 personel akan ditempatkan di fregat. Juga akan

ditempatkan pasukan komando di atas kapal barang milik Jerman yang berlayar ke

kawasan lepas pantai Somalia itu.38

Misi Uni Eropa yang dimulai 8 Desember 2008 itu mengerahkan lima

sampai enam kapal perang untuk berpatroli di Teluk Aden dan perairan Samudra

Hindia. Sebelumnya, Ketua Komisi Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Javier

Solana mengatakan, misi itu dibekali aturan yang memungkinkan penggunaan

semua cara untuk melindungi dan menangkal. Beberapa pejabat Uni Eropa

37
Strategi Hadapi Perompak Somalia Beda dengan Korea Selatan, http://www.tempo.co, terakhir
diakses 04 September 2013, jam 09.30 WITA.
38
Kapal Yaman Dirompak, http://bola.kompas.com, terakhir diakses 03 September 2013, jam
10.07 WITA.

47
mengatakan, Perancis, Yunani, Jerman, dan Inggris mengirimkan kontingen

pertama kapal Angkatan Laut, sementara Perancis dan Italia akan menyediakan

pesawat patroli udara. Kontingen yang dinamakan Operasi Atlanta ini akan

dirotasi setiap tiga bulan sekali.39 Kontingen ini memiliki tugas yang sama dengan

Angkatan Laut NATO, yaitu mengantar kapal-kapal kargo, melindungi kapal

komersial, dan mencegah pembajakan.

e. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)

NATO yang beranggota negara-negara super power juga ikut menurunkan

armada patroli untuk memberantas perompak. Seorang juru bicara NATO Senin, 1

Maret 2010 mengatakan, kapal perang Denmark, Absalon telah menenggelamkan

sebuah "kapal induk" perompak Somalia di Lautan India. Absalon adalah kapal

yang memimpin operasi anti-perompakan NATO di lepas pantai negara Tanduk

Afrika, "Kapal itu telah mengacaukan serangan perompak di wilayah perairan

Somalia pada hari Minggu dan menenggelamkan sebuah kapal induk", kata juru

bicara itu. Kapal induk perompak biasanya digunakan untuk menggerakkan tim-

tim penyerang ke kapal-kapal yang menjadi target. Begitu terlihat kapal yang

sedang berlayar, maka kapal-kapal kecil akan segera diberangkatkan dari kapal

induk untuk melancarkan serangan. "Ini sebuah operasi yang terlaksana dengan

sangat baik," kata Laksamana Christian Rune, komandan misi anti-perompakan

NATO.

39
Uni Eropa Turun Tangan Atasi Bajak Laut Somalia, http://internasional.kompas.com, terakhir
diakses 03 September 2013, jam 11.21 WITA.

48
Kapal NATO mendapat tugas mengacaukan kemampuan bajak laut di

lepas pantai dan kamp-kamp perompakan utama mereka. Untuk itu, tambah

perwira tinggi angkatan laut itu, tim NATO mengirim sinyal kuat kepada

perompak bahwa NATO dan masyarakat internasional tidak mentoleransi aksi

mereka.

Pada Sabtu, 12 Pebruari 2011 kapal NATO berbendera Denmark

melontarkan tembakan peringatan yang meminta kapal perompak untuk berhenti

dan semua penumpangnya menyerah.Minggu, 13 Pebruari kapal perang NATO

berhasil menangkap kapal induk para parompak. Sebanyak 16 tersangka

perompak ditahan. NATO juga menemukan banyak senjata di dalam kapal, dan

dua warga Yaman yang disandera. "Kapal ini menjadi markas terapung para

perompak. Kejahatan mereka sudah sangat meresahkan perdagangan di laut," kata

Komandan Haumann dari kapal HDMS Esbern Snare.

Meski perang terhadap perompak telah dikibarkan oleh tentara

multinasional, tapi perompakan masih terus terjadi di lepas pantai Somalia dalam

beberapa tahun ini. Kehadiran patroli angkatan laut asing di jalur pelayaran

strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden hanya

membuat geng-geng perompak memperluas operasi semakin jauh ke Lautan India.

f. Indonesia

Pemerintah Indonesia secara aktif mengusulkan terciptanya keamanan di

Perairan Somalia. Dalam upaya ini, Kementerian Perhubungan akan mengusulkan

adanya peta jalan (road map) yang disepakati oleh dunia internasional dalam

49
mengatasi perompak di perairan Somalia. Inti dalam road map tersebut adalah

menyatukan seluruh bangsa di dunia yang memiliki kepentingan dengan dunia

pelayaran atas ancaman perompak Somalia.40

Salah satu kasus Indonesia yang terkait dengan Perompak Somalia adalah

pembajakan MV Sinar Kudus di perairan Laut Arab, saat melakukan perjalanan

dari Pomala, SulawesiTenggara, menuju ke Rotterdam, Belanda. Tanggal 16

Maret 2011 lalu. Kapal tersebut diawaki oleh 31 ABK, 20 orang di antaranya

Warga Negara Indonesia (WNI).41 Kapal bermuatan nikel itu diketahui dibajak

pada pukul 14.27 WIB dan seharusnya sudah sampai 34 hari setelah

keberangkatan.Kapal tersebut membawa biji nikel seharga Rp 1,5 triliun milik PT

Antam. Sedangkan kapal tersebut milik PT. Samudera Indonesia Tbk. Kedua

pihak inilah yang berkoordinasi dalam upaya pembebasan sandera.

Sejumlah pihak mendorong pemerintah menggelar operasi militer, salah

satunya adalah pimpinan DPR. Pimpinan DPR mendesak pemerintah melakukan

upaya konkret dalam rangka memerangi perompak Somalia yang menyandera

ABK kapal MV Sinar Kudus asal Indonesia.DPR mendukung dilakukannya aksi

militer guna memerangi perompak Somalia, akhirnyaPresiden SBY

memerintahkan Panglima TNI untuk melakukan operasi militer untuk

membebaskan WNI yang disandera perompak Somalia. Namun karena keadaan

selalu berubahdan pemerintah serta perusahaan pemilik kapal, PT Samudra

40
Indonesia Ajak Dunia Atasi Perompak Somalia, http://www.tribunnews.com, terakhir diakses 04
September 2013, jam 13.09 WITA.
41
Perompak Somalia Menahan Awak Kapal MV. Sinar Kudus Milik PT. Samudera Indonesia,
http://www.scribd.com, terakhir diakses 04 September 2013, jam 13.21 WITA.

50
Indonesia memprioritaskankeselamatan Anak Buah Kapal, operasi militer

ditangguhkan.

Hal itu juga disebabkan oleh permintaan keluarga korban yang menolak

keras sebab terlalu besar resikonya terhadap keselamatan para sandera. Karena di

dalam operasi militer sudah hampir pasti akan terjadi baku tembak. Paling tidak

terjadi tindak kekerasan dan bisa saja jatuh korban jiwa dari pihak ABK yang

disandera.Demi keselamatan awak kapal, negosiasi akhirnya jalan yang dipilih.

Apalagi sudah adakesepakatan antara pembajak dan perusahaan pemilik kapal.

Kelompok pembajak Somalia inimengancam akan membunuh satu persatu ABK

asal Indonesia jika dalam beberapa hari ini permintaan uang tebusan yang semula

2,6 juta dolar AS naik menjadi 3,5 juta dolar AS danterakhir naik kembali

menjadi 9 juta dolar AS (setara Rp 77 miliar) tidak segera dipenuhi perusahaan

pelayaran Samudera Indonesia, hal itu pun dibenarkan oleh pihak keluarga

ABK.Pihak keluarga ABK menyebut, perompak meminta tebusan hingga Rp 77

miliar. Dengannegosiasi yang cukup panjang akhirnya PT Samudera Indonesia

memberikan uang tebusan pada perompak Somalia.PT Samudera Indonesia Tbk

memastikan 20 awak kapal MV Sinar Kudus telahdibebaskan perompak dalam

kondisi selamat dan sehat.

Kepastiannya baru didapat pada sore harinya. Berita pembebasan ini

dapat kami pastikan kurang lebih pada pukul 17.10 WIB atau pukul13.10 waktu

Somalia, ujar Wakil Direktur PT Samudera Indonesia David Batubara di

Jakartakemarin. Menurut David, informasi bahwa kapal dan awaknya telah

dibebaskan telah diterimamanajemen kemarin pagi. Pada saat dilakukan

51
pengecekan, ternyata masih ada perompak yang berada di atas kapal.Kondisi

bebas baru bisa dipastikan pada sore harinya.Seorang prompak yang mengaku

bernama Geney memberitakan kepada Reuters, bahwaia telah menerima uang

sebesar US$ 4,5 juta (sekitar Rp38,7 miliar dengan kurs Rp 8.600 per US$ 1) pagi

ini minggu tanggal 1 Mei 2011.

Ia dan rekan-rekannya sudah meninggalkan kapal MV Sinar Kudus. Kapal

tersebut sudah bersiap untuk berlayar jauh meninggalkan Somalia. Andrew

Mwangura, seorang mantan anggota maritim Kenya yang sekarang menjadi editor

"The Somalia Report" juga menegaskan kapal Sinar Kudus telah dibebaskan.

Namun, ia menambahkan kapal itu belum terlihat mulai bergerak jauh.

Setelah awak kapal dibebaskan dari tangan perompak Somalia, namun

para perompak tersebut tidak meninggalkan kapal sekaligus, tetapi secara

bergelombang. TNI mengerahkan KRIYos Sudarso dan KRI Abdul Halim

Perdanakusumah berisi 800 tentara. Sebanyak 300 diantaranya pasukan elit dari

Kopassus, Marinir dan Kostrad.

Mereka menyerang denganmenggunakan kapal sea rider dan helikopter.

Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan bahwa ada

kurang lebih50 perompak dalam kapal itu. Di titik A mereka turun sedikit, di titik

B mereka turun sedikit, di titik C turun lagi, begitu sistemnya. Menurut ia hal itu

merupakan strategi perompak.

Mereka masih mengawal kapal hingga ke laut lepas. Begitu rombongan

perompak terakhir turun dari kapal dengan perahu kayu, pasukan elit TNI

langsung mengejar. Hal itu mereka lakukan setelah memastikan seluruh sandera

52
dalam keadaan aman. Saat itu terjadi tembak menembak antara pasukan elit TNI

dengan perompak Somalia. Suasana cukup menegangkan saat itu.

Akhirnya, 4 perompak tewas, sementara seluruh personel TNI tidak ada

yang terluka. Selanjutnya TNI mengawal kapal MV Sinar Kudus hingga

pelabuhan Wa Salala, Oman.Selanjutnya kapal akan melakukan pengecekan dan

melanjutkan perjalanan ke Rotterdam,Belanda. Dubes Somalia untuk Indonesia

Mohamud Olow Barow pada tanggal 02 Mei 2011, mengatakan bahwa

pemerintah Indonesia diizinkan untuk membunuh perompak tersebut.

Menurutnya seharusnya semua perompak dihabisi karena mereka mengganggu

warga negara lain bahkan warga negara Somalia sendiri dan kerena mereka semua

kriminal atau penjahat. Ia juga bersyukur seluruh ABK di MV Sinar Kudus

selamat. Ia juga berharap para Somalia jera terhadap perbuatannya.

Pemerintah Somalia juga sedang berusaha untuk memerangi perompak.

Somalia akan memperkuat angkatan lautnya dan tentunya dengan bantuan dunia.

Ia juga berkata bahwa pemerintah Somalia masih bekerja keras untuk melawan

dan sudah memberika proposal ke negara lainnya di dunia, negara Eropa juga

sudah ingin membantu.

53
BAB IV

PEROMPAKAN SOMALIA DAN PENYELESAIANNYA DALAM

DIMENSI INTERNASIONAL

A. Perompakan Dalam Dimensi Internasional

Siapa bajak laut sebenarnya? Bukan anak-anak muda di perahu. Ini adalah

orang-orang di belakang mereka, dengan uang untuk membeli kapal, dan motor

dan senjata dan perangkat GPS.42 Perang Dingin telah berakhir pada tahun 1989,

namun pada kenyataannya masyarakat internasional tidak mendapatkan apa yang

disebut sebagai peace dividend.43 Peace dividend cukup sering dilontarkan oleh

para ahli keamanan internasional pada awal tahun 1990-an untuk memprakirakan

kondisi keamanan dunia pasca Perang Dingin. Kenyataan di lapangan berbicara

lain, konflik antar negara yang menjadi arus utama pada era Perang Dingin

ternyata digantikan oleh konflik intra-negara dan ancaman lintas negara pasca

Perang Dingin.

Situasi demikian memiliki implikasi pula pada aspek maritim. Adanya

konflik intra-negara dan ancaman lintas negara ternyata berimplikasi langsung

terhadap keamanan maritim, sebab ketidakmampuan pemerintahan pusat

mengendalikan keamanan di daratan berimbas langsung pada pengendalian laut.

Hal ini bisa dilihat dalam kasus di Selat Malaka selama terjadinya pergolakan

42
David Marley, Modern Piracy, Santa Barbara: ABC-CLIO LLC, (2011)
43
Operasi Tni Angkatan Laut Di Luar Wilayah Yurisdiksi Nasional: Suatu Tinjauan,
http://www.fkpmaritim.org, terakhir diakses 06 September 2013, jam 15.35 WITA.

54
politik di Aceh dan hal serupa yang terus terjadi di Somalia sejak negara itu

menjadi negara pada pada tahun 1991.

Somalia menjelma menjadi sarang perompak, dan dengan giatnya para

perompak itu melakukan aktifitas perompakan. Mereka, secara bertahap dan

dengan strategi yang semakin baik, semakin memicu pergeseran perhatian dunia

dalam hal keamanan internasional. Inilah yang mengakibatkan munculnya

implikasi dan reaksi pada banyak pihak.

Peristiwa perompakan yang cukup besar yang pernah dilakukan oleh

perompak Somalia di Teluk Aden, adalah pembajakan kapal super tanker minyak

terbesar di dunia milik Arab Saudi yang bernama Sirius Star, yang sedang

mengangkut dua juta barel minyak mentah pada tahun 2008. Kapal bernama

Sirius Star itu diestimasi berharga US$150 juta dengan taksiran muatan minyak

senilai US$100 juta.44 Selain di Teluk Aden, terdapat beberapa daerah lain di

Dunia yang rawan aksi perompakan.

a. Nigeria

Kapal kontainer asal Denmark bernama Claes Maersk dibajak oleh

perompak ketika sedang bersandar di dermaga. Para perompak menggunakan

speedboat untuk mencapai kapal. Laporan mengenai perompakan ini tidak pernah

ditanggapi oleh pihak pemerintah Nigeria. Hingga September 2008, terdapat 24

kali serangan di perairan Nigeria, atau lebih dari dua kali dalam sebulan. Nigeria

44
6 Lautan Paling Rawan Perompak di Dunia, http://wahw33d.blogspot.com, terakhir diakses 11
September 2013, jam 07.04 WITA.

55
menempati urutan kedua setelah Teluk Aden sebagai wilayah dengan perairan

paling rawan di dunia.

b. Indonesia

Dengan status sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia yang

terdiri dari sekitar 17.000 pulau besar dan kecil tentu menjadi lokasi yang amat

potensial untuk melakukan perompakan. Minimnya tingkat keamanan di laut

menjadikan perompak leluasa untuk beraksi. Pada April 2008, kapal pengiriman

besar milik Norwegia, Spar Cetus, dibajak oleh dua belas perompak asal

Indonesia. Sempat terjadi pertempuran kecil antara para perompak dan awak kapal

yang pada akhirnya dimenangkan oleh pihak perompak. Hingga September 2009,

terdapat 23 serangan perompakan yang terjadi di perairan Indonesia, atau lebih

dari dua serangan tiap bulan.

c. Tanzania

Negara yang terletak di Afrika Timur ini memiliki alam yang indah dan

terkenal sebagai surga bagi para snorkeler (penggemar olahraga snorkeling). Akan

tetapi, negara ini ternyata juga menjadi alam yang indah bagi para perompak.

Tanzania terletak di dekat Samudra Hindia, perairan paling sibuk yang dilalui oleh

dua pertiga kapal tanker minyak dunia dan kapal kargo besar lainnya. Pada

September 2008, kapal kontainer milik Liberia, Safmarine Asia, dibajak oleh para

perompak. Mereka berhasil membongkar tiga kontainer dan membawa barang-

barang milik awak kapal. Hingga September 2008, terjadi 14 serangan, atau

hampir dua kali tiap bulan.

56
Secara defenitif, perompakan atau pembajakan adalah penyerangan

terhadap sebuah kapal yang dilakukan dengan kekerasan, penahanan orang,

perampasan dan perusakan terhadap barang yang berada di dalam kapal, di

samping itu tindakan menaiki kapal apapun dengan tujuan mencuri dapat

dianggap pula sebagai tindak pidana pembajakan kapal. Ketentuan mengenai hal

ini diatur dalam Konvensi Hukum Laut 1982.45

Perompakan menurut PBB adalah sebuah kejahatan. Dan memang tidak

bisa ditolerir karena telah merusak keseimbangan di suatu negara dan berdampak

ke negara lain. Inilah salah satu fokus baru pasca perang dingin. Implikasinya

Terhadap Angkatan Laut, adalah berubahnya fokus operasi yang dilakukan.

Tentang hal ini telah dikupas secara komprehensif oleh Michael Pugh, di mana

Pugh menyatakan bahwa operasi Angkatan Laut pasca Perang Dingin lebih

banyak berkutat pada peacekeeping and enforcement dan maintenance of good

order.46

Apa yang dilansir oleh Pugh pada 1994 telah terbukti kebenarannya saat

ini. Angkatan Laut di dunia kini sibuk dengan berbagai operasi yang terkait

dengan peacekeeping and enforcement dan maintenance of good order. Misalnya

eksistensi UNIFIL Maritime Task Force di Lebanon untuk melaksanakan resolusi

Dewan Keamanan PBB No.1701 (2006) dan gelar kekuatan beberapa Angkatan

Laut di perairan sekitar Somalia guna menegakkan resolusi Dewan Keamanan

45
Bab I Pendahuluan.docx - Data Repository, http://www.docstoc.com, terakhir diakses 19 Juli
2013, jam 12.45 WITA.
46
Peran Angkatan Laut Dalam Operasi Perdamaian, http://www.tnial.mil.id, terakhir diakses 08
September 2013, jam 07.17 WITA.

57
PBB No.1816 (2008). Belum lagi terhitung berbagai operasi keamanan maritim

yang digelar di beberapa perairan dunia yang berbasis pada kesepakatan

multinasional di luar kerangka PBB.

Kondisi ini merupakan implementasi dari konsep cooperative security

yang telah dikemukakan sebelumnya. Gelar angkatan laut beberapa kekuatan

maritim di wilayah-wilayah rawan konflik seperti perompakan, telah dilaksanakan

secara bersama. Semua itu dalam rangka mewujudkan peacekeeping dan good

order at sea. Pasca serangan 11 September 2001 di New York dan Washington,

perhatian dunia internasional terhadap keamanan maritim makin intensif.

Perompakan dan pembajakan dipandang sebagai salah satu pintu masuk bagi aksi

terorisme di laut. Beberapa perairan strategis dunia yang merupakan bagian dari

choke point mendapat perhatian besar dari negara-negara maju dan apabila

dipetakan, mayoritas choke point itu berada di negara-negara berkembang.

Kenyataannya, keamanan maritim mempunyai keterkaitan erat dengan

good order at sea. Untuk mewujudkan good order at sea, selain dibutuhkan

kemampuan Angkatan Laut dan Coast Guard tiap negara untuk menjaganya,

diperlukan pula komitmen politik dari tiap pemerintah untuk mengadopsi dan

berpartisipasi terhadap konvensi dan protokol yang terkait dengan keamanan

maritim. Sehingga suka maupun terpaksa, negara-negara di Dunia harus

mengambil peran dalam konsep Cooperative Security, untuk menjaga perdamaian

dan keamanan dunia.

Seiring dengan makin meningkatnya eskalasi ancaman terhadap keamanan

maritim di perairan di dunia, kerja sama internasional telah mencapai banyak

58
kesepakatan terkait hukum international, dan terkhusus sejak 2008 hukum

internasional tersebut telah dilengkapi pula dengan perangkat politik internasional

yaitu Resolusi Dewan Keamanan PBB. Hal ini juga sebagai sikap bersama yang

diambil atas respon terhadap aksi perompakan. Resolusi ini diharapkan mampu

membendung perkembangan aksi perompakan dunia.

B. Peluang dan Tantangan Penyelesaian Aksi Perompak Somalia

Aksi perompakan di Teluk Aden oleh perompak Siomalia merupakan

persoalan internasional yang harus segera diselesaikan oleh seluruh negara, dan

secara khusus oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Peristiwa yang kerap

terjadi di wilayah tersebut jelas telah berdampak secara global. Penyelesaiannya

mesti dengan langkah-langkah yang tepat, kolektif, dan terencana dengan matang.

PBB sebagai organisasi intenasional terbesar di dunia, sudah

mengeluarkan resolusi terkait dengan aksi perompakan di Teluk Aden. Ini sudah

sesuai dengan fungsinya, berdasarkan Piagam PBB Bab 1 Pasal 1 ayat 1,

dinyatakan bahwa tugas pokok berdirinya PBB ialah untuk memelihara

perdamaian dan keamanan internasional.47 Aksi para perompak Somalia di Teluk

aden, secara teoritis dapat dilihat sebagai penciptaan situasi konflik, menganggu

perdamaian dan keamanan internasional, seperti yang telah dikemukakan oleh

Wese Becker mengenai metode kekerasan dalam mencapai tujuan terkait konflik

secara konseptual.

47
Piagam Dan Struktur Organisasi PBB, http://alsayidhukumsosial.blogspot.com, terakhir diakses
07 Oktober 2013, jam 06.58 WITA.

59
Sebuah konflik, secara bertahap dapat diselesaikan dengan langkah-

langkah resolusi konflik seperti konsep Johan Galtung. Namun tidak semua

konflik dapat berakhir hingga pelaksanaan tahap akhir resolusi konflik. Untuk

kasus Perompak Somalia, upaya penyelesaian akan sampai pada langkah

peacekeeping, dan menemui kebuntuan dalam hal peacemaking. Sementara upaya

peacebuilding hanya bisa dilakukan jika persoalan mengakar dalam

berkembangnya Perompak Somalia telah diselesikan, yang biasanya selesai dalam

tahap peacemaking yaitu perundingan pihak berkonflik.

Di sinilah tantangan penyelesian aksi perompakan di Teluk Aden. Selama

ini, upaya berbagai pihak, selalu bermain dalam tahap awal resolusi konflik, dan

sangat sulit memasuki ranah peacemaking. Kekerasan perompakan yang kerap

terjadi di Lautan, seringkali dapat dilumpuhkan dengan kekuatan militer. Namun

hingga saat ini, aksi perompakan senantiasa terus terjadi meski dengan fluktuasi

intensitas jumlah serangan tiap tahunnya.

Selain itu, satu hal yang perlu menjadi ingatan dalam pembahasan ini,

yaitu mengenai kedaulatan dan yurisdiksi. Hal ini terkait bahwa penanganan

sebuah pelanggaran hukum, memerlukan yang namanya implementasi hukum.

Dalam kasus Perompak Somalia, hukum yang bermain tentunya Hukum

Internasional, karena melibatkan negara-negara, dan berbagai organisasi

internasional.

Somalia adalah negara yang sedang banyak permasalahan didalamnya,

terutama tentang hukum, karena hukum disana sejak tahun 2006 telah mati, akibat

pendudukan pemerintahan oleh sekelompok pemberontak. Inilah salah satu

60
permasalahan dalam penanganan perompakan di Teluk Aden, bila secara hukum

ingin diselesaikan melalui yurisdiksi Negara Somalia. Somalia sebagai negara

yang berdaulat, mempunyai yurisdiksi di negaranya dan tidak bisa dicampuri oleh

negara lain.

Menurut J.G.Starke, konsep yurisdiksi teritorial adalah suatu

kewenangan negara dalam melakukan tindakan hukum (yurisdiksi) atas orang,

benda atau hal-hal yang terjadi di dalam wilayahnya. Didalam wilayah-nyalah,

negara memiliki wewenang untuk melaksanakan hukum nasionalnya. Praktek

yurisdiksi teritorial ini sampai saat ini masih dipertahankan oleh Amerika Serikat

dan Inggris, serta negara-negara lainnya termasuk Indonesia.

Konsensus tersebut menunjukkan betapa besarnya kedaulatan negara di

dalam negaranya sendiri. Bila kedaulatan suatu negara dicampuri atau diutak-atik

oleh negara lain, maka negara yang bersangkutan dibolehkan untuk memberikan

sikap tegas terhadap negara yang mancampuri urusan kedaulatannya. Namun

yurisdiksi itu tidak berlaku bagi kapal perang dan kapal pemerintah asing yang

menikmati kekebalan.48

Terkait persoalan itu, penyelesaian kasus Perompakan Somalia tidak

menemui jalan buntu. Pertama mengenai urusan yurisdiksi, dunia international

menganut beberapa prinsip. Prinsip prinsip itu mengatur bagaimana

implementasi penegakan hukum dalam wilayah internasional.

48
Hukum Internasional Huala Adolf, http://bagashera.wordpress.com, terakhir diakses 19 Juli
2013, jam 08.01 WITA.

61
Beberapa prinsip menurut hukum internasional tersebut adalah49:

1. Prinsip Yurisdiksi Teritorial

2. Prinsip Teritorial Subjektif

3. Prinsip Teritorial Objektif

4. Prinsip Nasionalitas Aktif

5. Prinsip Nasionalitas Pasif

6. Prinsip Universal

7. Prinsip Perlindungan

Analisis dari permasalahan yang ada, negara yang dirugikan oleh

Perompak Somalia berhak menangkap dan dengan kata lain, dibolehkan

mencampuri kedaulatan disuatu negara, terkait dengan Prinsip Universal.

Berdasarkan prinsip ini, setiap Negara memiliki yurisdiksi untuk mengadili pelaku

kejahatan internasional yang dilakukan dimanapun tanpa memperhatikan

kebangsaan pelaku maupun korban. Alasan munculnya prinsip ini adalah bahwa

pelaku dianggap orang yang sangat kejam, musuh seluruh umat manusia, jangan

sampai ada tempat untuk pelaku meloloskan diri dari hukuman, sehingga tuntutan

yang dilakukan oleh suatu Negara terhadap pelaku adalah atas nama seluruh

masyarakat internasional.

Inilah bentuk hukum internasional atau International Law yang berlaku

dalam dinamika kehidupan internasional. International Law, sebagai norma

tertinggi yang yang melindungi dan menengahi setiap peristiwa hukum antar

49
Yurisdiksi Negara Dalam Hukum Internasional, http://ishma-alhamid.blogspot.com, terakhir
diakses 09 Oktober 2013, jam 07.29 WITA.

62
subjek hukum internasional, berperan penting sebagai dasar hukum penyelesaian

permasalahan kasus perompakan di Teluk Aden. Meski dasar hukum ini terkadang

masih kurang efektif dalam menyelesaikan permasalahan peristiwa hukum publik

internasional dikarenakan sanksi tidak dapat selalu diterapkan terhadap pelaku.

Misalnya pelanggaran oleh Amerika yang memasuki wilayah kedaulatan Suriah

dengan alasan pemburuan terhadap teroris, peristiwa tersebut menewaskan

penduduk sipil, namun sampai detik ini tidak sanksi tegas dari PBB maupun

Dewan Keamanan.50

Beberapa perangkat aturan Hukum Internasional, sangat identik dengan

eksistensi PBB, sebagai lembaga tertinggi Internasional. Lembaga ini sesuai

dengan united nation charter memiliki tujuan, menjaga perdamaian dan keamanan

internasional dengan cara : mengambil tindakan secara bersama-sama dengan

tujuan mencegah dan menghindari ancaman keamanan serta menekan seluruh aksi

penyerangan atau pemutusan terhadap keamanan, dan mengadakan, secara damai,

sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional, penyesuaian atau

menyelesaikan perbedaan atau situasi, yang bersifat internasional, yang dapat

diubah ke arah terciptanya perdamaian.51

Berdasarkan piagam ini, sangat jelas diatur bahwa anggota PBB berhak

menuntut kepada PBB agar segera menciptakan keamanan di wilayah Teluk

Aden. Wilayah wilayah tersebut adalah laut teritorial Somalia, namun dikarenakan

lemahnya Penegakan hukum di Somalia serta berbagai krisis yang melanda negara

50
Pasukan Komando AS Serbu Wilayah Suriah, http://www.dw.de, terakhir diakses 07 Oktober
2013, jam 07.36 WITA.
51
Trianantha, Yudi. 2013. Pembajakan kapal di Laut Lepas ditinjau dari hukum internasional.

63
tersebut, maka Pemerintah Somalia tidak dapat berbuat banyak dalam rangka

mengamankan wilayah tersebut. Salah satu jalan yang dapat dilakukan oleh PBB

adalah dengan meningkatkan keamanan di wilayah tersebut, melalui organisasi

keamanannya dan bekerjasama dengan negara-negara tetangga atau negara yang

memiliki kepentingan melewati jalur tersebut.

Selain ketentuan di atas, pengaturan terhadap perompakan secara khusus

telah dilakukan oleh PBB, yaitu dengan disahkannya Konvensi Hukum Laut, 10

Desember 1982. Di dalam Konvensi ini secara umum telah dibahas mengenai

pembajakan laut pada Pasal 100-107. Di dalam pasal-pasal tersebut tercantum

ketentuan sebagai berikut : Pasal 100 mengenai kewajiban bekerjasama terhadap

pemberantasan pembajakan laut, Pasal 101 mengenai definisi pembajakan laut,

Pasal 102 mengenai pembajakan oleh kapal perang, kapal negara atau pesawat

dimana digunakan untuk memberontak, Pasal 103 mengenai definisi kapal dan

pesawat pembajak, Pasal 104 mengenai kepemilikan atau hilangnya warga negara

pembajak, Pasal 105 mengenai penangkapan kapal atau pesawat pembajak, Pasal

106 mengenai tanggung jawab ketika melakukan penanggkap tanpa pertimbangan,

Pasal 107 mengenai kapal dan pesawat yang berwenang melakukan penangkapan

untuk alasan pembajakan.52

Konvensi ini berlaku bagi setiap negara yang telah meratifikasi dan juga

berlaku bagi negara yang belum meratifikasi. Hal ini dikarenakan permasalahan

dalam konvensi ini menyangkut keamanan secara umum dan kejahatannya

52
Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Dinas Pembinaan Umum, Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut, Jakarta, (1995).

64
bersifat umum, yaitu seluruh negara mengakui bahwa perompakan merupakan

kejahatan.

Dalam peristiwa hukum internasional ini, yang perlu diangkat dan

dijadikan dasar pelaksanaan penegakan hukum oleh PBB adalah Pasal 1; Semua

Negara akan bekerja sama sejauh mungkin dengan pemberantasan pembajakan

laut di laut lepas atau di tiap tempat lain di luar daerah kekuasaan hukum sesuatu

Negara. Selanjutnya hal ini dipertegas oleh Pasal 105 yang memberikan

kewenangan kepada setiap negara untuk menangkap perompakan lalu

memberikan sanksi terhadap pelaku perompakan tersebut.

Selain negara, organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional

berhak melakukan pengamanan atau penangkapan terhadap perompakan.

Misalnya yang dilakukan oleh North Atlantic Treaty Organization (NATO),

organisasi internasional ini memiliki misi khusus menjaga perdamaian dan

keamanan di wilayah Atlantik.

Meninjau kasus perompakan di Teluk Aden oleh Perompak Somalia, dasar

hukum, subjek dan perangkat untuk mendukung proses penyelesaiannya sudah

ada, meski negara terkait yaitu Somalia sendiri tidak mampu menelesaikannya

secara mandiri. Dasar, subjek dan perangkat itu antara lain, Yurisdiksi Prinsip

Universal, Kiprah PBB bersama Resolusinya, Konvensi Hukum Laut 1982

sebagai International Law, Resolusi Konflik yang memuat langkah-langkah

penanganan konflik, dan hadirnya Organisasi Internasional khususnya Organisasi

Keamanan Internasional, serta eksistensi negara-negara di Dunia yang memiliki

65
keterkaitan dalam penyelesaian kasus ini. Semua hal tersebut memiliki berbagai

potensi yang dibutuhkan dalam rangka menuntaskan kasus ini.

Namun berbagai peluang yang dimiliki dalam penanganan kasus ini,

memerlukan langkah-langkah taktis yang strategis. Gangguan keamanan yang

terjadi, adalah perompakan di Jalur pelayaran dunia Teluk Aden oleh Perompak

Somalia, dan PBB dalam rangka meningkatkan keamanan di wilayah Teluk Aden

harus bekerjasama dengan subjek HI lainnya, yaitu dengan organisasi

internasional yang memiliki tujuan yang sama, dan dengan negara-negara yang

memiliki kemampuan untuk mengirimkan bantuan ke wilayah tersebut dan

memiliki kepentingan terhadap keamanan di wilayah itu. Tindakan ini merupakan

tindakan yang paling cepat dan efektif sebelum kejahatan tersebut membesar dan

semakin membahayakan kawasan lainnya.

Terhadap pelaku perompakan yang tertangkap, dapat diadili menurut

hukum negara yang memungkinkan mengadili kejahatan tersebut. Jika Somalia

tidak memiliki kemampuan dalam meneggakkan hukumnya, maka Negara

tetangga yang memiliki kepentingan dalam rangka meningkatkan keamanan dan

memiliki peraturan mengenai kejahatan perompakan berhak untuk mengadili para

perompak. Seperti yang telah dilakukan oleh angkatan laut Inggris, yang

menyerahkan tindak pelaku kejahatan perompak kepada pengadilan Kenya.

Tantangannya adalah, meski telah dilakukan pengamanan di wilayah laut

merah dan Teluk Aden oleh beberapa negara, dan implementasi Resolusi Dewan

Keamanan PBB telah dijalankan, namun tetap saja aksi perompakan terus terjadi.

66
Hal ini dikarenakan luasnya wilayah yang harus dipantau. Selain itu, hukum

internasional tidak menghukum mereka yang ditangkap karena akan merompak.

Keterbatasan jangkauan wilayah laut yang diawasi oleh tim antisipasi dan

penjaga keamanan laut dari berbagai negara dan pihak Organisasi Internasional,

disebabkan strategi pergerakan yang belum terintegerasi secara global.

Kecenderungan setiap pihak yang melakukan patroli maupun pengkawalan kapal

dagang, bekerja secara temporer dengan jumlah tim pendukung yang minim.

Sementara strategi aksi Perompak Somalia juga semakin pintar dalam

menghindari serangan, dan di sisi lain di tempat yang lain, mereka tetap dapat

menjalankan aksinya.

Melihat kondisi itu, sangat jelas bahwa metode penyelesaian aksi

perompakan yang selama ini dilakukan, belumlah dilakukan dengan perencanaan

yang komprehensif melibatkan semua pihak yang terkait. Perangkat hukum

internasional yang tersedia, sudah sangat memadai sebagai pegangan dalam

mengantisipasi gejolak serangan perompakan. Dalam tataran penyelesaian,

dibutuhkan langkah yang lebih strategis terkait penanganan perompak Somalia

yang tidak hanya berkutat pada strategi militer penyergapan dan negosiasi

pelepasan sandera. Strategi militer pelengkap yang dibutuhkan adalah pencegahan

terjadinya aksi selanjutnya yang dilakukan oleh Perompak Somalia.

Dalam penyelesaian sengketa internasional dalam kerangka PBB, selain

preventive diplomacy dan tiga langkah resolusi konflik yang diperkenalkan oleh

Johan Galtung, dalam kasus Perompak Somalia ini, sudah diperlukan yang

namanya Peace Enforcement. sarjana Amerika Latin, Eduardo Jimenez De

67
Arechaga, yang memperkenalkan istilah ini. Yang dimaksud adalah wewenang

Dewan Keamanan berdasarkan Piagam untuk menentukan adanya suatu tindakan

menyikapi apa saja yang merupakan ancaman terhadap perdamaian. Dalam

menghadapi situasi ini, berdasarkan Pasal 41 (Bab VII), Dewan berwenang

memutuskan penerapan sanksi ekonomi, politik atau militer. Bab VII yang

membawahi Pasal 41 Piagam ini dikenal juga sebagai gigi-nya PBB (the teeth of

the United Nations).53 Dalam artian, bila hal ini dapat diterapkan pada objek

negara, tentu implementasinya dapat juga diaplikasikan pada level sub-negara,

dalam hal ini kehidupan Sosio-Kultur masyarakat Somalia, yang secara khusus,

para Perompak Somalia di Somalia. hal ini juga sejalan dengan kondisi politik

Somalia, yang bisa dikatakan belumlah utuh menjadi sebuah negara. Sehingga

PBB sebagai lembaga keamanan dunia harusnya mampu memberikan solusi

konkrit dan berkesinambungan terkait perbaikan wilayah ini. Tentu dengan

memaksimalkan kerja sama dengan negara anggota, dan organisasi atau lembaga

internasional lainnya.

Dengan demikian, selain antisipasi militer pada wilayah konflik, juga

diperlukan pendekatan langsung kepada sentra dinamika kehidupan sosial di

Somalia, baik secara militer maupun non-militer, dengan kerja sama khusus

dengan otoritas di Negara itu yang mendapat kepercayaan dari dunia

internasional. Secara hukum, aksi perompak Somalia dapat diproses meski

dengan kondisi Somalia yang belum bisa menangani hal itu. Dalam arti, solusi

53
Thomas M. Franck and Faiza Patel, UN Police Action in Lieu of War: The Order, Chapters,85:1
AJIL,65 (1991).

68
penegakan hukum internasional bisa diterapkan terhadap pelanggar hukum laut di

wilayah Teluk Aden. Namun, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi persoalan

ini mesti lebih mendukung proses itu.

Tindakan konfrontasi militer secara terus menerus dengan para perompak

di Tempat Kejadian Perkara hanya akan menimbulkan dampak resistensi, dan

memicu munculnya bibit-bibit baru. Konflik yang terjadi, secara faktual tidak

dapat diselesaikan hanya dengan konfrontasi seperti itu. Sehingga solusi

pelengkap adalah dengan membuat proyek komprehensif atau menyeluruh, berupa

pemberian dukungan penuh terhadap internal Somalia pada segala aspek, baik

militer maupun non-militer, dalam rangka mendorong Somalia mencapai kondisi

perdamaian dan kesejahteraan.

69
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan
1. Perompakan merupakan tindak kriminal yang memiliki potensi

pelanggaran hukum hingga ke taraf internasional dan mengancam

perdamaian global. Aksi perompakan ini, sulit diatasi apabila hanya

dilakukan oleh satu negara saja, melainkan semua negara harus bersatu

dengan satu tujuan bersama untuk itu. Kerjasama Pencegahan dan

pemberantasan baik lembaga-lembaga internasional maupun kerjasama

bilateral dan multilateral harus digalakkan.

2. PBB dan Dewan keamananya sebagai lembaga internasional yang aktif

dan memiliki otoritas dalam masalah ini telah melakukan beberapa

tindakan tegas tentang perompak somalia ini, termasuk dengan

mengeluarkan resolusi tentang masalah perompak.

3. Lembaga internasional dan berbagai negara telah memberikan dukungan

dan ikut dalam upaya implementasi hukum internasional di Wilayah Teluk

Aden. Konfrontasi dengan Perompak Somalia selama ini sebagai langkah

antisipasi maupun pertahanan terhadap aksi perompakan, mampu

mengurangi intensitas serangan, dan secara statistik menekan angka

jumlah aksi yang terjadi setiap tahunnya.

4. Secara faktual, kegiatan perompakan belum berhenti meski dengan upaya

hukum internasional dan konfrontasi militer yang dilakukan pada lokasi

perompakan selama ini.

70
B. Saran-Saran
1. Bentuk gangguan keamanan di Teluk Aden, adalah perompakan yang

dilakukan oleh sebagian warga negara Somalia. PBB dalam rangka

meningkatkan keamanan di wilayah itu harus meningkatkan kerjasama

dengan subjek HI lainnya, yaitu dengan organisasi internasional yang

memiliki tujuan yang sama dan dengan negara-negara yang memiliki

kemampuan untuk mengirimkan bantuan ke wilayah tersebut dan

memiliki kepentingan terhadap keamanan di wilayah itu. Tindakan ini

merupakan tindakan yang paling cepat dan efektif. Hal ini berdasarkan

Pasal 107, Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS).

2. Kerja sama internasional yang dilakukan, seharusnya lebih ditingkatkan

strategi dan pelaksanaannya mengingat kegiatan perompakan sudah lama

berlangsung dan telah banyak merenggut kerugian baik jiwa maupn

material. Akar persoalan dalam konflik ini adalah kondisi kehidupan

sosio-kultural masyarakat Somalia. Inilah yang perlu dijadikan objek

penyelesaian persoalan. Operasi militer dan bantuan non-militer dalam

wilayah Somalia seharusnya yang menjadi pembahasan dalam

pertemuan-pertemuan berskala internasional. Solusi yang diupayakan

haruslah dengan bagaimana mendorong Somalia menjadi negara mandiri

dan dikawal secara bersama dalam mencapai kondisi perdamaian dan

kesejahteraan.

3. Pelaku kejahatan perompakan tetap harus diadili sebagai bentuk

implementasi hukum. Ini sudah pernah dilakukan dengan pengadilan

oleh negara tetangga yang memiliki kepentingan dalam rangka


71
meningkatkan keamanan dan memiliki peraturan mengenai kejahatan

perompakan. Intensitas implementasi hukum kepada pelaku Perompakan

akan berdampak pada intensitas kejadian Perompakan yang dalam hal ini

dilakukan oleh Perompak Somalia.

72
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bakry, Umar Suryadi (1999). Pengantar Hubungan Internasional. Jakarta:


Jayabaya University Press.

Banyu, A. A., & Yani, Y. M. (2005). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Bradford, Alfred S. 2007. A Brief History of Piracy. London: Praeger.

Holsti, K.J, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis, Jilid II, terjemahan
oleh M.Tahrir Azhari, Erlangga, Jakarta, 1988.

Jones, Walter S. (1992). Logika Hubungan Internasional: Persepsi Nasional.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kraska, James. 2011. Contemporary Maritime Piracy. Santa Barbara: ABC-CLIO


LLC.

Marley, David. 2011. Modern Piracy, Santa Barbara: ABC-CLIO LLC.

Masoed, Mohtar (1990). Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.


Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Muladi. 2012. Pemanfaatan Kerjasama Keamanan (Cooperative Security) .


Jakarta: Lemhanas.

R. Siahaan, C. D., Tangguh, Dita Amelia. 2009. Informalisasi Politik dan


Masyarakat di Somalia. Group Paper. Bandung: Universitas Indonesia.

Schelling, T. C. (1966). The Diplomacy of Violence. New Haven: Yale University


Press.
73
Soerjono Soekanto. (2006). Sosiologi: Suatu Pengantar. Rajawali Pers

Thomas M. Franck and Faiza Patel, UN Police Action in Lieu of War: The Order
Chapters,85:1 AJIL,65 (1991).

Dokumen

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut, Mei 1995.

Jurnal

Jentleson, B.A., dan Whytock, C.A. (Winter 2005). Who Won Libya, dalam
International Security, Vol. 30, No. 3.

Prasetyono, E. 2003. Human Security. Makalah dipresentasikan pada FGD


Propatria, September 11, Jakarta.

Moch Saifullah., 2011, Resolusi Konflik Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tuban
2006 Melalui Kerangka Konseptual Pendidikan Ips, Bandung: UI.

Makmur Keliat, 2009. Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia.
Volume 13, Nomor 1.

Internet

AL Iran, Jaminan Keamanan Regional.


http://indonesian.irib.ir/telisik, diakses pada 21 Nopember 2012 pukul
09.30 WITA.

Analis-Yuridis Perompak Somalia Ditinjau dari perspektif Ilmu Hukum


Internasional, http://greatandre.blogspot.com, diakses pada 19 Juli 2013,
pukul 11.15 WITA.

74
Asia pirate attacks.
http://apdforum.com, diakses pada 29 Mei 2013 pukul 07.00 WITA.

Daftar Panjang Korban Perompak Somalia


http://news.liputan6.com/read/329043, diakses pada 22 Januari 2013 pukul
22.35 WITA.

IMB reports drop in Somali piracy, but warns against complacency.


http://www.icc-ccs.org, diakses pada 29 Mei 2013 pukul 07.48 WITA.

Kemajemukan dan Resolusi Konflik.


http://www.timorexpress.com, diakses pada 20 Februari 2013 pukul 08.05
WITA.

Perompak Somalia.
http://www.scribd.com/doc, diakses pada 21 Januari 2013 pukul 07.20
WITA.

Perompakan dan Kedudukannya dalam Hukum Internasional.


http://kukuhtjipiansupomo.blogspot.com, diakses pada 29 Mei 2013 pukul
07.20 WITA.

Pirate History.
http://www.infoplease.com/world/statistics/pirate-history.html, diakses pada
15 Mei 2013 pukul 16.25 WITA.

75
LAMPIRAN - LAMPIRAN

76
Gambar 1:
Peta Wilayah Somalia

Sumber: http://saripedia.files.wordpress.com

77
Gambar 2:
Peta Politik Somalia 2013

Sumber: http://commons.wikimedia.org

78

Anda mungkin juga menyukai