Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Laboratorium Teknik Material 2

Modul A Metal Forming

Oleh :

Nama : Wira Perdana Damanik

NIM : 13714047

Kelompok : 01

Anggota (NIM) : 1. Anissa Isnaini (13714004)

2. Akhyar Hanif (137140)

3. Fahri Hawari (137140)

Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2016

Tanggal Penyerahan Laporan : 10 Oktober 2016

Nama Asisten (NIM) :

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material

Program Studi Teknik material

Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara

Institut Teknologi Bandung

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengerolan seringkali dilakukan untuk memproduksi


logam berbentuk batang atau pelat. Logam berbentuk batang atau pelat ini padaumum
nya akan digunakan sebagai bahan dasar untuk pemrosesan lebih lanjuthingga pada
akhirnya menjadi produk. Oleh karenanya, pelat atau batang
hasil pengerolan ini harus dikontrol kualitasnya agar produk yang dibuat dari batang
atau pelat ini juga terjaga kualitasnya.Gaya-gaya pengerolan akan amat berpengaruh
terhadap hasil pengerolan.Untuk mengontrol kualitas pengerolan maka pemahaman
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi gaya pengerolan amatlah penting. Selain
faktor-faktor tersebut, pemahaman terhadap cacat yang dapat terjadi pada
pengerolandan penyebab dari cacat tersebut juga tidak kalah penting karena suatu
produkhasil buatan manusia tidak akan pernah sempurna. Maka dari itudibutuhkanlah
suatu percobaan yang dirancang untuk memahami proses pengerolan.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui jenis proses pembentukan logam

2. Menentukan harga n dan K pada proses pengerolan

1.3 Metodologi
BAB II

TEORI DASAR

Rolling atau pencanaian merupakan suatu proses deformasi dimana ketebalan


dari benda kerja direduksi dengan menggunakan gaya tekan dan menggunakan dua
buah roll atau lebih. Roll berputar untuk menarik dan menekan secara simultan benda
kerja yang berada di antaranya.
Gambar1.1Skema Proses Rolling (kiri) dan Produk Hasil Roll (kanan)

Pada proses pengerolan, benda kerja dikenai tegangan kompresi yang tinggi yang
berasal dari gerakan jepit rol dan tegangan geser-gesek permukaan sebagai akibat
gesekan antara rol dan logam. Selama proses, roll memberikan tegangan tekan pada
bagian-bagian dari benda kerja. Tegangan-tegangan ini mengakibatkan benda kerja
mengalami deformasi plastis. Produk akhir dari proses ini adalah logam plat dan
lembaran (sheet), dimana plat umumnya mempunyai tebal lebih dari in. Lembaran
umumnya mempunyai tebal kurang dari in. Tujuan utama pengerolan adalah untuk
memperkecil tebal logam. Biasanya terjadi sedikit pertambahan lebar, karena itu
penurunan tebal mengakibatkan pertambahan panjang.
Gambar1.2Contoh Proses Rolling dari Hasil Continuous Casting

Berdasarkan temperatur kerjanya, pengerolan logam terdiri dari dua proses,


yakni hot roling dan cold rolling. Hot rolling pada logam dilakukan di atas suhu
rekristalisasi atau di atas daerah work hardening, sedangkan cold
rollingdilakukan dibawah suhu rekristalisasi, bisa juga dilakukan pada suhu
ruang. Perbedaannya adalah gaya deformasi yang diperlukan pada hot rolling
lebih rendah dan perubahan sifat mekanik dari material tidak signifikan,
sedangkan pada pengerjaan dingin diperlukan gaya yang lebih besar dan sifat
mekanis logam meningkat dengan signifikan.
Gambar1.3 Perubahan Mikrostruktur pada Proses Hot Rolling

Pada proses rolling terjadi perubahan deformasi dan perubahan butir dari butir
equiaxed menjadi butir yang terelongasi. Jumlah pengerjaan dingin yang dapat
dialami logam tergantung kepada kekuatannya, semakin ulet suatu logam, maka
makin besar pengerjaan dingin yang dapat dilakukan. Logam murni relatif lebih
mudah mengalami deformasi daripada paduan, karena penambahan unsur
paduan cenderung meningkatkan gejala pengerasan regangan.

Gambar1.4 Perubahan Butir dari Equiaxed menjadi Butir Terelongasi pada Proses Rolli

Proses cold rolling dilakukan untuk mendapatkan lembaran strip dan


lembaran tipis dengan penyelesaian permukaan yang baik dan bertambahnya
kekuatan mekanis. Pada saat yang sama juga dilakukan pengendalian dimensi
produk yang ketat. Selain itu, cold rolling akan menghasilkan lembaran dan strip
yang memiliki kualitas permukaan akhir yang lebih baik serta kesalahan
dimensional yang lebih kecil dibandingkan apabila menggunakan proses hot
rolling. Perbedaan hot rolling dan cold rolling secara umum yaitu:

Hot rolling Cold rolling


Dilakukan di atas suhu Dilakukan di bawah suhu
rekristalisasi rekristalisasi
Kondisi permukaan produk buruk Kondisi permukaan produk baik
Mudah bereaksi dengan Kontaminasi dengan
lingkungan luar lingkungan kecil
Toleransi ukuran buruk Toleransi ukuran baik
Tidak ada strain hardening Ada strain hardening (residual
stress)
Gaya deformasi kecil Gaya deformasi besar

Reduksi total yang dapat dicapai dengan pengerolan dingin, biasanya beragam
dari 50% sampai 90%. Pada umumnya reduksi terkecil terdapat pada tahap akhir
agar diperoleh pengerolan yang lebih baik. Parameter-parameter utama dalam
proses canai adalah:

1. Diameter roll
2. Hambatan deformasi logam yang tergantung pada struktur metalurgi, suhu,
dan laju regangan
3. Gesekan antara roll dengan benda kerja
4. Adanya tegangan tarik ke depan dan atau tegangan tarik ke belakang pada
bidang lembaran

Mesin Roll

Peralatan untuk melakukan proses canai pada dasarnya terdiri dari bagianbagian
seperti:

1. Roll

Menurut jumlah dan susunan rol, maka rolling mill dapat dibedakan menjadi:
a. Two high mill, merupakan pengerol logam dua tingkat dan jenis yang paling
sederhana.
b. Two high reversing mill, merupakan pengerol logam bolak-balik dua tingkat
dan mempunyai kecepatan yang lebih baik ketimbang jenis two high mill.
c. Three high mill, merupakan pengerol logam tiga tingkat.
d. Four high mill, merupakan pengerol logam empat tingkat.
e. Cluster roll, merupakan pengerol logam tipis menjadi tipis lagi.

f. Planetary mill, merupakan pengerol logam dengan rol pendukung dikelilingi


sejumlah rol kecil.

Macam
- Macam Rolling Mill

2. Bantalan (bearing)
3. Rumah (housing), untuk tempat peralatan-peralatan di atas.
4. Pengendali, untuk mengatur catu daya untuk roll dan untuk mengendalikan
kecepatannya.

Cacat-Cacat yang Terbentuk dalam Proses Canai a. Cacat Cetakan

a. Cacat cetakan ini diakibatkan oleh terjadinya pertambahan panjang pada arah
lateral dan kemudian dihambat oleh gaya-gaya gesek transversal. Kemudian
karena adanya bukit gesekan, maka gaya gesekan mengarah ke pusat
lembaran. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyebaran yang lebih sempit
daripada tepinya. Lembaran mengalami pertambahan panjang sementara itu
pengurangan tebal tepi akan menyebar ke arah lateral, sehingga lembaran
dapat mengalami sedikit pembulatan pada ujung-ujungnya. Dari hubungan
kontinuitas antara tepi dengan pusat, maka pinggiran mengalami regangan,
suatu kondisi yang menimbulkan retak tepi.
b. Cacat Kerataan
Cacat pengerolan ini terjadi karena pelat tidak rata pada saat dilakukan proses
canai. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan perpanjangan pada tempat
tertentu dimana lembaran tipis dan pelat menjadi berombak.

c. Cacat pembelahan (alligatoring)

Terjadi karena ada ikatan lembaran akibat salah satu bagian roll lebih tinggi atau
lebih rendah dibandingkan dengan celah roll.

d. Perbedaan ketebalan antar sisi

Cacat ini terjadi karena adanya perbedaan ketinggian celah roll, akibatnya
ketebalan lembaran hasil roll tidak sama ketebalannya pada masing-masing sisi
dan pada salah satu sisi lembaran akan menjadi lebih panjang daripada sisi yang
lain, akibatnya pelat menjadi melengkung.

e. Tebal material yang tidak sama pada semua tempat

Cacat jenis ini terjadi karena adanya deformasi elastis pada roll. Produk pelat
lebih tebal dibagian tengah dariapad di bagian pinggir.

f. Cacat-cacat lain

Porositas, keriput, kampuh, dan lain-lain.


Perhitungan Dalam Proses Canai

Menghitung Tebal Reduksi dengan persamaan :

Dimana :

hi = tebal awal saat masuk rolling machine hf = tebal akhir saat keluar roll machine

BAB III

DATA PERCOBAAN

3.1 Data

Material : Tembaga
Lebar : 12,81
Luas awal : 64,5
Tebal awal : 5
reduksi-kekerasan
80

60

40
kekerasan

20

0
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

reduksi
engginering stress-strain
26

25

24

stress
23

22

21
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7

strain

true stress-strain
40

38

36
stress 34

32

30
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55

strain
log true stress-strain
1.6
f(x) = 0.22x + 1.65 1.58
1.56
1.54
stress
1.52
1.5
1.48
-0.6 -0.55 -0.5 -0.45 -0.4 -0.35 -0.3 -0.25

strain
daya terukur-daya terhitung
100

daya t
50
daya daya t
0
0 2 4 6 8 10 12 14
tahap

Ef vs Ei
0.3
0.2
Ei 0.1

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Ef

daya terukur
40

30
daya
20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14
UTS : 24,9805

3.2 Pengolahan Data

Anda mungkin juga menyukai