Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HADITS

TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN

Disusun Oleh:
Isnania Eliza Putri (14221049)
Melani (14221057)

Dosen Pengampu :
Drs. Jumhur, MA.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era modern seperti sekarang ini kita telah melihat banyak berbagai sosok
pemimpin dalam suatu wilayah Negara, dari atas hingga bawah dalam struktur
ekstansi Negara hingga dalam sebuah organisasi pasti ada sosok seorang
pemimpin.
Sebuah komunitas masyarakat dapat hidup dengan layak dan sejahtera pasti
berkat seorang pemimpin, karena pemimpin adalah yang berwenang dan juga
yang berhak mengatur serta memberikan kebijakan kepada seluruh komunitas
masyarakat.
Dan untuk mencapai sebuah kesejahteraan dalam kehidupan sebuah komunitas
masyarakat didunia dibutuhkan sosok seorang pemimpin yang bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas-tugasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah setiap muslim adalah pemimpin ?
2. Apakah pemimpin adalah pelayan masyarakat ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Tanggung Jawab Pemimpin


Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi
amanat oleh Allah SWT. untuk memimpin rakyat, yang di akhirat kelak akan
dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Dengan demikian,
meskipun seorang pemimpin dapat meloloskan diri dari tuntutan rakyatnya,
karena ketidak adilannya, misalkan, ia tidak akan mampu meloloskan diri dari
tuntutan Allah SWT kelak di akhirat.
Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap
dirinya sebagai manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja
kepada rakyatnya.nAkan tetapi, sebaliknya, ia harus berusaha memposisikan
dirinya sebagai pelayan dan pengayom masyarakat, sebagaimana firman-Nya
dalam al-Quran:

()








Artinya :
Rendahkanlah sikap mu terhadap pengikutmu dar ikaum mukminin
(Q.S.asy-Syuara : 215).1

Dalam sebuah hadits yang diterima dari siti Aisyah yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim, Nabi SAW. Pernah berdoa, Ya Allah, siapa yang
menguasai sesuatu dari urusan umatku lalu mempersulit mereka, maka
persulitlah baginya. Dan siapa yang mengurusi umatku dan berlemah lembut
pada mereka, maka permudahlah baginya.
Hal itu menunjukkan bahwa Allah dan Rasul-Nya sangat peduli
terhadap hambanya agar terjaga dari kezaliman para pemimpin yang kejam
dan tidak bertanggung jawab. Pemerintah yang kejam dikategoirikan sebagai
sejahat-jahatnya pemerintah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

1 http://www.quranexplorer.com/Quran/

2
Aid bin Amru r.a. ketika memasuki rumah Ubaidillah bin Ziyadia
berkata, hai anakku saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabada,
sesungguhnya sejahat-sejahatnya pemerintahan yaitu yang kejam, maka
janganlah kamu tergolong dari mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).2
Pemimpin yang zalim yang tidak mau mengayomi dan melayani
rakyatnya diancam tidak akan pernah mencium harumnya surga apalagi
memasukinya, sebagaimana disebutkan pada hadits di atas.
Oleh karena itu, agar kaum muslim terhindar dari pemimpin yang
zalim, berhati-hatilah dalam memilih seorang pemimpin. Pemilihan
pemimpin harus betul-betul didasarkan pada kualitas, integritas, loyalitas, dan
yang paling penting adalah perilaku keagamaannya. Jangan memilih mereka
karena didasarkan pada rasa emosional, baik karena ras, suku bangsa, atau
pun keturunan. Karena jika mereka dapat memimpin, rakyatlah yang akan
merasakan kerugiannya.
Menurut Quraish Shihab, dari celah-celah ayat al-Quran ditemukan
sedikitnya dua pokok sifat yang harus disandang oleh seseorang yang
memikul suatu jabatan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat. Kedua hal
tersebut harus diperhatikan dalam menentukan seorang pemimpin.3
Salah satu ayat yang menerangkan tentang hal itu adalah ungkapan
putri Nabi Syuaib yang dibenarkan dan diabadikan dalam al-Quran:

() .












Sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah orang yang
kuat lagi dipercaya. (Q.S. al-Qashash : 26).4

Begitu pula al-Quran mengabadikan alasan pengangkatan Yusuf sebagai


kepala badan logistik sebagaimana diisyaratkan dalam ayat:

2 Muhammad Faiz Almath, Kumpulan hadist popular (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), hlm.123.

3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: LenteraHati, 2006), hlm. 59.

4 http://www.quranexplorer.com/Quran/

3


()


.
Sesungguhnya engkau menurut penilaian kami adalah seorang yang kuat
lagi terpercaya. (Q.S. Yusuf:54).5
Kedua kriteria itu yang menjadi landasan utama ketika Abu Bakar r.a.
Menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia pengumpulan Mushaf.
Alasannya antara lain tersirat dalam ungkapannya, Engkau seorang pemuda
(kuat lagi bersemangat) dan telah dipercaya oleh Rasulullah saw. Untuk
menulis wahyu. Bahkan Allah SWT pun memilih Jibril sebagai pembawa
wahyu-Nya, antara lain, karena malaikat Jibril memiliki sifat kuat dan
terpercaya.
Pemimpin yang memiliki dua sifat tersebut, sangat kecil kemung kinan
untuk berbuat zalim.Ia selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan aspirasi
rakyat. Dan dalam sebuah hadits diriwayatkan tentang imbalan bagi
pemimpin yang adil, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:















( )
Artinya :
Diriwayatkan abu bakar bin abisyaibah dan Zahair bin Harb idan ibnu
numai rberkata Sufyan bin Uyainah dari Amr dan yakni bin Dinar dariamr
5 http://www.quranexplorer.com/Quran/

4
bin AwsdariAbdullah bin amru bin al ash r.a berkata: rasulullah SAW
bersabda: sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi Allah
ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam
hukum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan)
kepada mereka. (HR. Muslim).6

Dalam hadist ini disebutkan bahwa imbalan bagi pemimpin yang adil
adalah kelak di sisi allah akan ditempatkan di atas mimbar dari cahaya.
Secara harfiyah, mimbar berarti sebuah tempat khusus untuk orang-orang
yang hendak berdakwah atau berceramah di hadapan umum. Karenanya,
mimbar jumat biasanya mengacu pada sebuah tempat khusus yang
disediakan masjid untuk kepentingan khotib. Sementara cahaya adalah
sebuah sinar yang menerangi sebuah kehidupan.
Kata cahaya biasanya mengacu pada matahari sebagai penerang bumi,
lampu sebagai penerang dari kegelapan. Oleh sebab itu, kata mimbar dari
cahaya di dalam hadits di atas tentu tidak serta merta dimaknai secara
harfiyah seperti mimbar yang dipenuhi hiasan lampu-lampu yang bersinar
terang, melainkan mimbar cahaya adalah sebuah metafor yang
menggambarkan sebuah posisi yang sangat terhormat di mata Allah. Posisi
itu mencrminkan sebuah ketinggian status setinggi cahaya matahari.
Bila yang pertama tadi Allah akan menjamin pemimpin yang berbuat
adil dengan jaminan naungan rahmat dari Allah, dan hadist selanjutnya
menjamin dengan jaminan mimbar yang terbuat dari cahaya, maka jaminan
yang ketiga ini adalah jaminan sorga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

























6 Ahmad Soenarto, Terjemahan Riyadus Shalihin (Jakarta: Pustaka Amin, 1999), hlm.153.

5
( )
Artinya :
Ijadl bin himar ra berkata: saya telah mendengar rasulullah saw
bersabda: orang-orang ahli surga ada tiga macam: raja yang adil, mendapat
taufiq hidayat( dari allah). Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak
kerabatdan orang muslim. Dan orang miskin berkeluarga yang tetap
menjaga kesopanan dan kehormatan diri. (HR. Muslim).7
B. Setiap Muslim Pemimpin


,
:
,


,

,
,



,

) .




(
Artinya :
Hadits dari Ibnu umar r.a berkata bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda setiap orang diantara kalian adalah pemimpin, dan bertanggung
jawab atas yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin untuk
keluarganya dan akan ditanya tentang keluarga yang dipimpinnya. Adapun
wanita bertanggung jawab memelihara anggota keluarga dan suaminya dan
akan ditanya tentang hal yang dipeliharanya (dipimpinnya). Seorang hamba

7 Ahmad Soenarto, Terjemahan Riyadus Shalihin (Jakarta: Pustaka Amin, 1999), hlm.155.

6
sahaya memelihara harta majikannya dan akan ditanya tentang
pemeliharaannya. Ketahuilah bahwa setiap orang diantara kalian semua
adalah pemimpin (pemelihara) dan akan dimintai pertanggung jawaban
tentang hal yang dipimpinnya. (H.R Bukhori).8

Hal yang dikemukakan dari hadits diatas adalah bahwa manusia


adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan
memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap orang adalah
pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan
pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup di mana
kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh yang ia ciptakan sendiri
dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas. Dengan demikian, setiap orang
Islam harus berusaha untuk menjadi pemimpin yang paling baik dan segala
tindakannya tanpa di dasari kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
tertentu.
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa etika paling pokok dalam
kepemimpinan adalah tanggung jawab. Semua orang yang hidup di muka bumi
ini disebut sebagai pemimpin. Karenanya, sebagai pemimpin, mereka semua
memikul tanggung jawab, sekurang-kurangnya terhadap dirinya sendiri.
Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, seorang bapak bertangung
jawab kepada anak-anaknya, seorang majikan betanggung jawab kepada
pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab kepada bawahannya, dan
seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab kepada rakyat yang
dipimpinnya.
Akan tetapi, tanggung jawab di sini bukan semata-mata bermakna
melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan
dampak (atsar) bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud
tanggung jawab di sini adalah lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin.

8 Rachmad Syafei, Al-Hadis ( Bandung: Pustaka Setia,2000), hlm.133.

7
Setiap muslim adalah pemimpin jadi Ia harus sangat berhati-hati apa
yang di kerjakannya sehingga ketika di minta pertanggung jawaban tentang apa
yang di kerjakannya Ia bisa bertanggung jawab atas hal itu.

C. Pemimpin Adalah Pelayan Masyarakat


Pemimpin adalah imam yang patut diteladani. Seorang pemimpin atau
imam harus mampu menjalankan amanah yang diembannya. Sebagai seorang
pemimpin harus mampu dan mau menjadi pelayan masyarakat, karena pemimpin
adalah pelayan masyarakat yang telah dipilih oleh rakyatnya. Orang yang
memegang jabatan, berarti telah bersedia menjadi pelayan masyarakat.
Bila dalam tugas melayani masyarakat yang berhubungan dengan jabatan
tersebut tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya (tidak profesional), sehingga
masyarakat merasa dirugikan, atau didzalimi, maka hukuman bagi orang tersebut
adalah penghuni neraka kelak. Melaksanakan pelayanan baik terhadap apa yang
telah dipimpinnya merupakan tuntutan ajaran Islam, sebab jika tidak dilaksanakan
akan mendapatkan ancaman dan siksaan Allah SWT.

Hadis nabi SAW :













:









:

( ) .



Artinya :
Dari Al-Hasan, bahwa Ubaidillah bin Ziyad menjenguk maqil
berkata kepada Ubaidillah bin Ziyad : Sesungguhnya saya akan
menyampaikan kepadamu suatu hadits yang saya dengar dari Rosululloh SAW.

8
Saya mendengar Nabi SAW. Bersabda : "Tiada seorang hamba yang diberi
amanat rakyat oleh Allah SWT. Lalu ia tidak memeliharanya denga baik,
melainkan Allah tidak akan merasakan padanya harum surga (tidak
mendapatkan surga)". (HR. Bukhari dan Muslim).9

Dalam pandangan islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi


amanat oleh Allah SWT, untuk memimpin rakyat, yang diakhirat kelak akan
dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT sebagaimana telah dijelaskan
diatas. Dengan demikian, bagi pemimpin yang sengaja meloloskan diri dari
tuntutan rakyatnya selama didunia, maka ia tidak mampu meloloskan diri dari
tuntutan Allah diakhirat.
Oleh karena itu seorang pemimpin hendaknya tidak memposisikan diri
sebagai orang yang paling berkuasa, karena hakikatnya manusia adalah makhluk
ciptaan Allah yang semuanya hanya amanat dari Allah Yang Maha Esa, maka
tidak boleh bersikap sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Sebagimana firman
Allah dalam Al-quran:

()







.

Artinya: Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu dari kaum


mukminin. (QS. Asy-Syuara: 215)
Oleh karena itu, agar kaum muslimin terhindar dari
pemimpin yang dzalim, berhati-hatilah dalam memilih seorang
pemimpin. Pemilihan pemimpin harus betul-betul didasarkan
pada kualitas, integritas, loyalitas, dan yang paling penting
adalah perilaku keagamaannya. Jangan memilih seorang
pemimpin yang didasarkan pada rasa emosional, baik karena ras,
suku bangsa, ataupun keturunan. Karena jika mereka menjadi
pemimpin belum pasti bisa memimpin rakyatnya dengan baik,
hal yang semacam itu yang akan mengakibatkan kerugian pada
rakyat.
9 Rachmad Syafei, Al-Hadis ( Bandung: Pustaka Setia,2000), hlm.138.

9
Allah dan Rasul-Nya sangat peduli terhadap hambanya
agar terjaga dari kedzaliman para pemimpin yang kejam dan
tidak bertanggungjawab. Pemerintahan yang kejam
dikategorikan sebagai sejahat-jahatnya pemerintahan, hadist
Nabi SAW:









:


,


: ..
( )) .


Artinya: Aidz bin amru r.a. ketika memasuki rumah Ubaidillah bin Ziyad, ia
berkata, hai anakku saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda.
Sesungguhnya sejahat-jahatnya pemerintahan yaitu yang paling kejam, maka
janganlah kau tergolong dari mereka. (H.R. Bukhori dan Muslim)

Pemimpin adalah sebagai pelayan dan rakyat adalah sebagai tuan.


Pengertian tersebut juga tidak boleh serta merta diterjemahkan secara tekstual
saja, melainkan maksud yang terkandung. Bahwa agama islam memandang
seorang pemimpin tidak lebih tinggi statusnya dari rakyat, karena sekali lagi
hakikat pemimpin adalah melayani kepentigan rakyat.
Apabila seorang pemimpin dapat melaksanakan tugasnya, maka sebagai
rakyat juga harus taat dan patuh kepada pemimpin tersebut, rakyat wajib
mendengar dan patuh kepada perintah pemimpinnya, selama yang diperintahkan
itu tidak merupakan perbuatan maksiat.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang pemimpin adalah orang yang telah dipercaya oleh Allah swt.untuk
memlihara sebagai kecil dari hamba-Nya di dunia. Maka ia harus berusaha untuk
memelihara dan menjaganya. Jika tidak, ia tidak akan pernah merasakan harumnya
surga, apalagi merasakan kenikmatan menjadi penghuninya. Agar kaum muslimin
memiliki pemimpin yang adil, yang mampu memelihara dan menjaga mereka,

11
pemimpin yang dipilih adalah mereka yang betul-betul dapat dipercaya dan kuat
dalam kepemimpinannya.

B. Saran
Hendaknya jika kita menjadi seorang pemimpin dapat berlaku adil dan
bertanggung jawab agar dapat tercipta kehidupan yang sejahtera dalam kehidupan
bermasyarakat di dunia ini Pembahasan materi ini mungkin masih kurang
sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari
para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Almath, Muhammad Faiz. 1994. Kumpulan hadist popular. Jakarta: Gema Insani
Press.

Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

Soenarto, Ahmad. 1999. Terjemahan Riyadus Shalihin. Jakarta: Pustaka Amin.

12
Syafei, H. Rachmad. 2000. Al-Hadits. Bandung: Pustaka Setia.

http://www.quranexplorer.com/Quran/

13

Anda mungkin juga menyukai