Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HADITS

LARANGAN KORUPSI DAN KOLUSI

Disusun Oleh :

Merlia (14221058)

Muhammad Saipudin Hidayatullah (14221061)

Dosen Pengampu :
Drs. JUMHUR. M, Ag

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI RADEN FATAH (UIN)

1
PALEMBANG

2016/2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini, tidak asing bagi warga negara Indonesia dengan
istilah korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang merupakan corak dari warna
pemerintahan di negara Indonesia. Sehingga di dalam dinamika kehidupan hal
tersebut seakan lumrah terjadi, tanpa terpikir bahwa hal tersebut akan
menimbulkan kerugian bagi pelaku atau korban.

Setiap perkara yang berbau negatif tentu merupakan larangan di dalam


ajaran agama, terutama bagi agama Islam yang menjunjung tinggi solidaritas dan
kepentingan bersama, menyangkut hal tersebut merupakan sebuah hal yang
tidak mendapatkan toleransi dari sisi hukum agama ataupun hukum negara.
Rasulullah SAW yang menjadi panutan umat Islam telah memberikan ajaran serta
tuntunan dalam setiap hal terkait aspek kehidupan manusia secara menyeluruh.

B. Rumusan Masalah

Sebagai usaha mengarahkan pembahasan di dalam makalah ini, maka


dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana redaksi Hadis tentang larangan menyuap?

2. Bagaimana redaksi Hadis tentang larangan bagi pejabat untuk menerima


hadiah?

2
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka pembahasan


makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Redaksi Hadis tentang larangan menyuap

2. Redaksi Hadis tentang larangan pejabat menerima hadiah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis tentang Larangan Menyuap

1. Redaksi Hadis (BM: 1412)



:

) .
(
Artinya: Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW melaknat penyuap dan
yang diberi suap dalam urusan hukum. (H.R. Ahmad dan Imam yang empat dan
dihasankan oleh Turmidji dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

2. Penjelasan Singkat

Menyuap adalah perbuatan yang sangat dilarang di dalam Islam, dan


disepakati oleh para ulama sebagai perbuatan haram, karena harta yang
diperoleh dari hasil menyuap tergolong harta yang diperoleh melalui jalan yang
bathil, Allah SWT berfirman di dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 188

3
menyangkut tentang bagaimana orang yang memakan harta yang diperoleh
melalui jalan yang bathil sebagai berikut:

Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu
mengetahui.1

Sehingga dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah hal yang dilarang di


dalam agama Islam, dan menurut kesepakatan para ulama hukumnya adalah
haram, karena harta yang diperoleh dengan korupsi sama dengan memperoleh
harta melalui jalan yang bathil, dan hal tersebut juga dilarang oleh Allah sesuai
dengan yang tercantum di dalam Alquran.

3. Macam-Macam Suap

a. Suap untuk membatilkan yang hak atau membenarkan yang batil. Halal itu
jelas, haram itu jelas. Hak itu kekal dan batil itu sirna. Syariat Allah
merupakan cahaya yang menerangi kegelapan yang menyebabkan orang-
orang mukmin terpedaya dan para pelaku kejahatan tertutupi dan
terlindungi. Maka, setiap yang dijadikan sarana untuk menolong kebatilan
atas kebenaran itu haram hukumnya.

b.Suap untuk mempertahankan kebenaran dan mencegah kebatilan serta


kedzaliman. Secara naluri, manusia memiliki keinginan untuk berintraksi
sosial, berusaha berbuat baik. Akan tetapi, terkadang manusia khilaf
sehingga terjerumus ke dalam kemaksiatan dan berbuat dzalim terhadap
sesamanya, menghalangi jalan hidup orang lain sehingga orang itu tidak

1Rachmat Syafiei, al-Hadis (Aqidah, Ahklaq, Sosial, dan Hukum), Cetakan


II Revisi, Bandung: Pustaka Setia, 2003, hlm. 152.

4
memperoleh hak-haknya. Akhirnya, untuk menyingkirkan rintangan dan
meraih hak-haknya terpaksai harus menyuap. Suap-menyuap dalam hal ini
(dilakukan secara terpaksa), menurut Abdullah bin Abd. Muhsin suap
menyuap dalam kasus tersebut bisa ditolerir (dibolehkan). Namun ia harus
bersabar terlebih dahulu sampai Allah membuka jalan baginya.2

B. Hadis tentang Larangan Pejabat Menerima Hadiah

1. Redaksi Hadis LM: 1202






:

.
:

2 Sohari, Hadits Tematik, (Jakarta: Diadit Media, 2006), hlm. 132

5







:


:






6








:



) .
: 3

(

Artinya: Abu Humaid Assaid r.a. berkata: Rasulullah SAW mengangkat


seorang pegawai untuk menerima sedekah atau zakat, kemudian setelah selesai
dia datang kepada Nabi SAW dan berkata: ini untukmu dan yang ini hadiah yang

7
diberikan orang kepadaku. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya: mengapakah
Anda tidak duduk saja di rumah ayah atau ibu Anda untuk melihat apakah diberi
hadiah atau tidak (oleh orang lain)? Kemudian setelah shalat, berdiri, setelah
tasyahud memuji Allah selayaknya, lalu bersabda: Amma Badu, mengapakah
seorang pegawai yang diserahi amal, kemudian dia datang lalu berkata: ini hasil
untuk kamu dan ini aku diberi hadiah, mengapa dia tidak duduk saja di rumah
ayah atau ibunya untuk melihat apakah diberi hadiah atau tidak. Demi Allah!
Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidak ada seseorang yang menyembunyikan
sesuatu (korupsi), melainkan dia akan menghadap di hari kiamat memikul di atas
lehernya, jika berupa unta bersuara, atau lembu yang menguak, atau kambing
yang mengembik, maka sungguh aku telah menyampaikan. Abu Humaid berkata:
kemudian Nabi SAW mengangkat kedua tangannya sehingga aku dapat melihat
putih ketiaknya.3

2. Penjelasan Singkat

Jack Bologne mengatakan, akar penyebab korupsi ada empat: Greed,


Opportunity, Need, Exposes, dia menyebutnya GONEtheory, yang diambil dari
huruf depan tiap kata tadi, kemudian dijelaskan sebagai berikut:

1. Greed, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor


adalah orang yang tidak puas pada keadaan dirinya. Punya satu gunung
emas, berhasrat punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang,
ingin pulau pribadi.

2. Opportunity, terkait dengan sistem yang memberi lubang terjadinya


korupsi. Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang
bekerja asal-asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan,
sistem pengawasan tak ketat, Orang gampang memanipulasi angka.
Bebas berlaku curang. Peluang korupsi menganga lebar.

3. Need, berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup,

3 Muhammad Taufiq, Quran in the Word Version 1.2.0. (02). Hlm. 188.

8
penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak
pernah usai.

4. Exposes, berkaitan dengan hukuman pada pelaku korupsi yang rendah.


Hukuman yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang lain.
Deterrence effect yang minim.

Berkaitan dengan Hadis yang disampaikan oleh Nabi tersebut, maka dapat
dipahami bahwa Islam memberikan aturan tertentu dalam menerima hadiah,
sehingga Nabi mengatakan bahwa apabila orang melakukan tindakan korupsi
akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hari kiamat. Berdasarkan
pendapat seorang pemikir seperti di atas, salah satu penyebab terjadi korupsi
adalah adanya kesempatan seperti mendapat kesempatan untuk menjadi pejabat
dan sebagainya, sehingga Nabi SAW memperingatkan kepada orang yang
mendapat kesempatan tersebut bahwa setiap perbuatan korupsi akan mendapat
hukuman dari Allah SWT.4

4 Husaini Majid Hasyim , Syarah Riyadhush Shalihin Jilid I, (Surabaya: PT


Bina Ilmu, 1993). hlm.156

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,


maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Rasulullah melarang untuk memberi suap atau menerima suap, karena


kedua-duanya melakukan pelanggaran terhadap ajaran Islam, karena
harta yang diperoleh dari korupsi adalah harta yang berasal dari jalan
yang bathil, sehingga para ulama sepakat bahwa hukumnya adalah
haram.

2. Rasulullah memberikan peringatan kepada orang yang mendapat


kesempatan untuk menjadi pejabat agar berhati-hati dalam menerima
hadiah, apalagi sampai berkhianat (korupsi), karena akan mendapatkan
hukuman pada hari kiamat kelak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Husaini Majid Hasyim , Syarah Riyadhush Shalihin Jilid I, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1993.

Muhammad Taufiq, Quran in the Word Version 1.2.0. (02). 188.

Rachmat Syafiei, al-Hadis (Aqidah, Ahklaq, Sosial, dan Hukum), Cetakan II Revisi,
Bandung: Pustaka Setia, 2003.

Sohari, Hadits Tematik, Jakarta: Diadit Media, 2006.

11

Anda mungkin juga menyukai