Disusun Oleh :
Merlia (14221058)
Dosen Pengampu :
Drs. JUMHUR. M, Ag
1
PALEMBANG
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, tidak asing bagi warga negara Indonesia dengan
istilah korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang merupakan corak dari warna
pemerintahan di negara Indonesia. Sehingga di dalam dinamika kehidupan hal
tersebut seakan lumrah terjadi, tanpa terpikir bahwa hal tersebut akan
menimbulkan kerugian bagi pelaku atau korban.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
:
) .
(
Artinya: Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW melaknat penyuap dan
yang diberi suap dalam urusan hukum. (H.R. Ahmad dan Imam yang empat dan
dihasankan oleh Turmidji dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
2. Penjelasan Singkat
3
menyangkut tentang bagaimana orang yang memakan harta yang diperoleh
melalui jalan yang bathil sebagai berikut:
Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu
mengetahui.1
3. Macam-Macam Suap
a. Suap untuk membatilkan yang hak atau membenarkan yang batil. Halal itu
jelas, haram itu jelas. Hak itu kekal dan batil itu sirna. Syariat Allah
merupakan cahaya yang menerangi kegelapan yang menyebabkan orang-
orang mukmin terpedaya dan para pelaku kejahatan tertutupi dan
terlindungi. Maka, setiap yang dijadikan sarana untuk menolong kebatilan
atas kebenaran itu haram hukumnya.
4
memperoleh hak-haknya. Akhirnya, untuk menyingkirkan rintangan dan
meraih hak-haknya terpaksai harus menyuap. Suap-menyuap dalam hal ini
(dilakukan secara terpaksa), menurut Abdullah bin Abd. Muhsin suap
menyuap dalam kasus tersebut bisa ditolerir (dibolehkan). Namun ia harus
bersabar terlebih dahulu sampai Allah membuka jalan baginya.2
:
.
:
5
:
:
6
:
) .
: 3
(
7
diberikan orang kepadaku. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya: mengapakah
Anda tidak duduk saja di rumah ayah atau ibu Anda untuk melihat apakah diberi
hadiah atau tidak (oleh orang lain)? Kemudian setelah shalat, berdiri, setelah
tasyahud memuji Allah selayaknya, lalu bersabda: Amma Badu, mengapakah
seorang pegawai yang diserahi amal, kemudian dia datang lalu berkata: ini hasil
untuk kamu dan ini aku diberi hadiah, mengapa dia tidak duduk saja di rumah
ayah atau ibunya untuk melihat apakah diberi hadiah atau tidak. Demi Allah!
Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidak ada seseorang yang menyembunyikan
sesuatu (korupsi), melainkan dia akan menghadap di hari kiamat memikul di atas
lehernya, jika berupa unta bersuara, atau lembu yang menguak, atau kambing
yang mengembik, maka sungguh aku telah menyampaikan. Abu Humaid berkata:
kemudian Nabi SAW mengangkat kedua tangannya sehingga aku dapat melihat
putih ketiaknya.3
2. Penjelasan Singkat
3 Muhammad Taufiq, Quran in the Word Version 1.2.0. (02). Hlm. 188.
8
penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak
pernah usai.
Berkaitan dengan Hadis yang disampaikan oleh Nabi tersebut, maka dapat
dipahami bahwa Islam memberikan aturan tertentu dalam menerima hadiah,
sehingga Nabi mengatakan bahwa apabila orang melakukan tindakan korupsi
akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hari kiamat. Berdasarkan
pendapat seorang pemikir seperti di atas, salah satu penyebab terjadi korupsi
adalah adanya kesempatan seperti mendapat kesempatan untuk menjadi pejabat
dan sebagainya, sehingga Nabi SAW memperingatkan kepada orang yang
mendapat kesempatan tersebut bahwa setiap perbuatan korupsi akan mendapat
hukuman dari Allah SWT.4
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Husaini Majid Hasyim , Syarah Riyadhush Shalihin Jilid I, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1993.
Rachmat Syafiei, al-Hadis (Aqidah, Ahklaq, Sosial, dan Hukum), Cetakan II Revisi,
Bandung: Pustaka Setia, 2003.
11