Anda di halaman 1dari 22

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diare

2.1.1 Definisi

Diare adalah suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat diertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.11

Diare adalah buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja
yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali buang air besar, sedangkan
neonates dikatan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.12
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak seperti konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir
saja.13

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan


konsistensi feses selain dari frekuesi buang air besar. Seseorang
dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila
buang air besar 3 kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi
tidak berdarah dalam waktu 24 jam.14

2.1.2 Macam-macam Diare

Secara klinik, diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom,


masing masing mencerminkan pathogenesis berbeda dan memerlukan
pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
8

a. Diare akut (gastroenteritis)


Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare berlansung kurang dari
14 hari (bahkan kebanyakan kuran dari 7 hari) dengan disertai
pengeluaran feses lunak atau cair, sering tanpa darah, mungkin
disertai muntah dan panas.
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang
lebih besar. Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak di
Negara berkembang adalah retrovirus, Escherinchia coli
enterotoksigenik, shigella, campulobacter jejuni dan
Crytosporidium. Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara
fekal-oral melalui mkanan dan minuman yang trecemar. Diare cair
akut menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang,
juga mengakibatkan kurang gizi, bahkan kematian yang disebabkan
oleh dehidrasi.
b. Disentri
Disentri dedefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam
feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
dan kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama
disentri akut yaitu Shigella, penyebab lain adalah campulobacter
jejuni, dan penyebab yang jarang ditemui adalah E. coli
enteroinvasife atau salmonela. Pada orang dewasa muda, disentri
yang serius disebabkan oleh Entamoeba histolityca, tetapi jarang
menjadi penyebab disentri pada anak-anak.
c. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut
tetapi berlansung lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai
diare cair atau disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan
berat badan yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang
banyak sehingga beresiko mengalami dehidrasi. Diare persisten tidak
disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal, E. coli enteroinvasife,
shigella, dan Crytosporidium, mungkin penyebab lain berperan
lebih besar.3
9

2.1.3 Penyebab

Tabel 2.1 Penyebab diare akut dan kronik pada bayi, anak-anak, dan
remaja.

Jenis Bayi Anak Remaja


diare
Akut - Gastroenteristis -Gastroenteritis -Gastroenteritis
-Infeksi sistemik -Keracunan makanan -Keracunan
akibat pemakaian -Infeksi sistemik akibat makanan akibat
antibiotik pemakaian antibiotik pemakaian
antibiotik
Kronik -Pascainfeksi -Pascainfeksi -Penyakit radang
-Defisiesnsi -Defisisensi usus
disakaridase sekunder disakaridase sekunder -Intoleransi laktosa
-Intoleransi protein -Sindrom iritabilitas -Giardiasis
susu kolon -Penyalahgunaan
-Sindrom iritabilitas -Penyakit sileak laksatif (anoreksia
kolon -Intoleransi laktosa nevosa)
-Fibrosis kistik -Giardasis
-Penyakit seliak
-Sindrom usu pendek
buatan

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau


dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu:

a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:


1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti
shigella, salmonella, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus,
clostridium perfarings, stapylococus aurerus, comperastaltik usus
halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam),
10

gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa


dingin, alergi dan sebagainya.
2) Defesiensi imun terutama SIGA (secretory imunol globulin A)
yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata
usus dan jamur terutama canalida.
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:
1) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein,
vitamin dan mineral.
2) Kurang kalori protein.
3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngatsiyah (1997), penyebab diare dapat


dibagi dalam beberapa factor yaitu:

a. Factor infeksi
1) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang
meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis,
virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus) dan
infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, strongxloides)
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lambia, trichomon-as
homunis) jamur (canida albicous).
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan
makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsillitis/tonsilofaringits, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah dua tahun.
b. Factor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
c. Factor makanan
d. Factor psikologis. 11,15

Factor resiko terjadinya diare

a. Factor perilaku
1) ASI Eksklsif
Tidak memberikan ASI (ASI Eksklusif), memberikan MP ASI
terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
11

2) Penggunaan botol susu


Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan resiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol
susu.
3) Kebiasaan mencuci tangan
Tidak menerapkan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun
sebelum member ASI/Makan, setelah BAB, dan setelah
membersihkan BAB anak.16
4) Peyimpanan makanan yang tidak Higienis.
b. Factor lingkungan
1) Sumber air bersih
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan MCK.
2) Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.
c. Faktor lain

Disamping beberapa factor resiko tersebut ada beberapa factor


dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare
antara lain:

1) Kurang gizi/malnutrisi terutama anak dengan gizi buruk.


2) Penyakit immunodefisiensi/imunosupresi
3) Kelengkapan imunisasi/penderita campak.16

2.1.4 Patogenesis

Patogenesis dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah:

a. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berelebuhan akan meransang usus untuk
mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat ransangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus
yang akan menyebabakan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang
berlebihan kedalam rongga usus, sehingga akan terjdi peningkatak-
12

peningkatan isi dari rongga usus yang akan meransang dari


pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.
c. Gangguan molititas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan kekurangan kesempatan bagi
usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul
diare. Tetapi apaila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan
dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri
yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan akan
menyebabkan diare juga.12

2.1.5 patofisiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai factor


antara lain infeksi bakteri, malabsorpsi, atau sebab yang lain. Factor
infeksi, proses ini diawali dengan adanya mikrooganisme yang masuk
kedalam system pencernaan, kemudian berkembang biak dalam lambung
dan usus. Mikroorganisme yang masuk dalam lambung dan usus
memproduksi toksin, yang terikat pada mukosa usus dan menyebabkan
sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti air, ion
karbonat, kation, natrium, dan kalium. Infeksi bakteri jenis enteroinvasif
sperti E. coli, Paratyphi B.Salmonella, Shigella, toksin yang
dikeluarkannya dapat menyebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat sekretori eksudatif, cairan diare
dapat bercampur lendir dan darah.

Factor malabsorpsi merupakan kegagalandalam melakukan


absorpsi terhadap makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan
osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatakan isi rongga sehingga terjadi diare.

Gangguan mortalitas usus yang mengakibatkan hiperistaltik akan


mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika terjadi hipoperistaltik
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebuhan sehingga terjadi diare.
13

Akibat dari diare dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit


(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
metabolic dan hipokalemi), gangguan nutrisi (intake kurang, output
berlebihan).17

2.1.6 Tanda dan Gejala

a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin


meningkat, nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kadang disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja
menjdai lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering
dan disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekanan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
h. Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan
pernapasan cepat dan dalam.11

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan objektif utama pada pasien penderita diare akut


adalah penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deflesi elektrolit,
adanya demam menunjukan infeksi oleh Salmonella, Shigella, atau
Campylobacter. Pemeriksaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus
dilakukan. Keduanya bertujuan menilai tingkat radang rectal, jika ada,
dan mendapatkan feses untuk pemeriksaan.3

a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis.
2) PH dan kadar gula dalam tinja.
14

3) Bila perlu di adakan uji bakteri.


b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menntukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin untuk mngetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan posfat.11

2.1.8 Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau


hipertornik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram)
d. Hipog;ikemia.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertornik.
g. Malnutrisi energy, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.11

2.1.9 Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare adalah:

a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah


pemberiannya.
1. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang
diberikan peroral berupa cairan yangbersifat NaCL dan
NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera
pada anak diatas 6 bulankadar natrium 90 mEg/I. pada
anak dibwah umur 6 bulan dengan dehidrasi sedang-
ringan kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
disebutoralit, sedangkan larutan gula gara, dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak
mengandung NaCL dan sukrosa.
2. Cairan parenatal
15

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat,


dengan rincian sebagai berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3
tts/kgBB/menit (infuse set berukura 1 ml= 15 tts
atau 13 tts/kgBB/menit (set infuse 1 ml = 20 tts)
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3
tts/kgBB/menit (infuse set 1 ml = 20 tts).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/oralit.

Untuk anak lebid dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-
15 kg.

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8


tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tts).

Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan


15-25 kg.

1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5


tts/kgBB/menit (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tts)
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5
tts/kgBB/menit (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tts)
16 jam berikut : 105 ml/kgBB/menit (1 ml=20
tts)

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg.

Kebutuhan cairan: 125 ml +100 ml +25 ml =


250 ml/kgBB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 5% +1 bagian NoHCO3 1%.
16

Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam


atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kgBB/mnit (1 ml = 20 tts).
Untuk bayi berat badan lahir rendah.
Kebutuhan cairan : 250 ml/kgBB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHO3 1%).
b. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosan
rendah dan lemak tak jenuh.
Makanan setngah padat (bubur atau makanan padat
(nasi tim).
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelianan yang
ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung
laktosa dan asam lemak yang berantai atau tidak
jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggatikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.11

2.1.10 Pencegahan

Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui orofekal


seperti air, makanan, dan tanga yang tercemar. Upaya pemutusan
penyebaran kuman penyebab harus difokuskan pada cara penyebaran
ini. Berbagai upaya yang tebukti efektif adalah:

a. Pemberian ASI Ekslusif (pemberian makanan berupa ASI


saja pada bayi sampai umur 6 bulan).
b. Menghindari penggunaan susu botol.
c. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI (untuk mengurangi paparan ASI dan
perkebangbiakan bakteri).
17

d. Penggunaan air bersih untuk diminum.


e. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang
feses bayi sebelum menyiapkan makanan atau saat makan
(Xue,2008).
f. Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.
g. Memberikan imunisasi campak. 3, 18

2.1.11 Memperkuat Daya Tahan Tubuh Penjamu

Penurunan daya tahan tubuh pejamu merupakan factor resiko


utama diare. Cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan daya
tahan tubuh guna menurunkan resiko diare, yaitu:

a. Member ASI paling tidak sampai 2 tahun pertama


kehidupan.
b. Memperbaiki status gizi (dengan memperbaiki kandungan
gizi makanan pendamping ASI dan memberikan anak lebih
banyak makanan).
c. Imunisasi campak. Diare sering timbul menyertai penyakit
campak, sehingga pemberian imunisasi campak dapat
mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi terhadap
penyakit campak secepat mungkin setelah usia sembilan
bulan. 15,19

2.2 Konsep ASI Eksklusif

2.2.1 Definisi ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi,


bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, madu, bahkan air putih, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim.20

ASI adlah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama pada bayi.21 ASI adalah susu yang di
18

produksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi
utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.22

2.2.2 Komposisi ASI

Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen


ASI sangat rumit dan berisi dari 100.000 biologi komponen unik, yang
memainkan peran utama dalam perlawanan penyakt pada bayi. Berikut
beberapa komposisi atau komponen yang yang telah sepenuhnya diteliti
antara lain.

a. Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang
dihasilkan sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas
pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru yang lahir yang
belum mampu menerima makanan dalam volume besar.
Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya akan gizi dan sangat
baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A
yang sangat tinggi. Tetapi sayang, karena kekurangtahuan atau
karena kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru
melahirkan tidak memberikan kolostrumnya kepada bayinya.
b. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein(protein yang sulit dicerna)
dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak
mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI
mudah dicerna. Sedangkan pada susu sapi kebalikannya.
Untukitu pemberian ASI eksklusif wajib diberikan sampai bayi
berumur 6 bulan.
c. Lemak
Lemak ASI adalah penghasilkalori (energi) utama dan
merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih
mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Penelitian
OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI
lebih banyak menderita penyakit jantung koroner di usia muda.
19

d. Laktosa
Merupakan karbohidrat pertama pada ASI. Fungsinya sebagai
sumber energi, meningkatkan absorbsi kalsium dan
merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
e. Vitamin A
Konsentrasi vitamin A berkisar pada 200 IU/dl
f. Zat Besi
Meskipun ASI mngandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter).
Bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal
ini dikarenakan zat besi pada ASI yang lebih mudah diserap.
g. Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neutransmitter,
berperan penting dalam maturasi otak bayi. DHA dan ARA
merupakan bagian dari kelompok molekul yang dikenal
sebagai omega fatty acids. DHA (docosahexaenoic acid) dalah
sebuah blok bangunan utama di otak sebagai pusat kecerdasan
dan dijala mata. Akumulais DHA di otak lebih dari dua tahun
pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang ditemukan
seluruh tubuh dan berkerja bersama-sama dengan DHA untuk
mengundang visual dan perkembangan mental bayi.
h. Lactobacillus
Berfungsi mengahambat pertumbuhan mikroorganisme sperti
bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
i. Lactoferin
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersedian besi untuk
bakteri dalam intensitas, serta memungkinkan bakteri sehat
tertentu untuk berkembang. Memiliki efek langsung pada
antibiotik berpotensi berbahaya sperti bakteri staphylococci dan
E.colli. hal ini ditemukan dalam kosentrasi tinggi dalam
kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang seluruh tahun pertama
bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan jamur
candid.
j. Lisozom
Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens
caries dentis dan maloklusi (kebiasaan lidah yang mendorong
20

kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot). Enzim


pencernaan yang kuat yang ditemukan dalam air susu ibu pada
tingkat 50 kali lebih tinggi daripada dalam rumus. Lysozyme
menghancurkan bakteri berbahay dan akhirnya mempengaruhi
keseimbangan rumit bakteri yang menghuni usus yang sistem.23
2.2.3 Manfaat ASI
Penelitian tentang manfaat pemberian ASI bagi bayi telah banyak
dilakukan. Menurut Utami Roesli, manfaat tersebut antara lain:
a. Sebagai nutrisi terbaik dan sumber kekebalan tubuh
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan
kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah
makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Kandungan enzim pencerna pada ASI
memudahkan bayi mencerna makanan pertamanya. Sementara
susu sapi sulit dicerna karena tidak mengandung enzim ini,
padahak system pencernaan bayi belumlah terbentuk dengan
sempurna.
Secara alamiah bayi yang baru lahir mendapat zat
kekebalan atau daya tahan tubuh dari ibunya melalui plasenta.
Tetapi kadar zat tersebut akan cepat menurun setelah
kelahirannya. Sedangkan kemampuan bayi membantu daya
tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat, selanjutnya akan terjadi
kesejangan daya tahan tubuh. Kesenjangan tersebut dapat
diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI adalah cairan yang
mengandung zat kekebalan tubuh.

b. Melindungi bayi dari infeksi


ASI mengandung berbagai antibody terhadap penyakit
yang disebabkan bakteri, virus, jamur, dan parasit yang
menyerang manusia. Zat pelindung (antibody) yang dapat
melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, antara lain:
immunoglobulin, lysozime, Complemen C3 dan C4,
21

antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. Penelitian


Horta et al meninjukan behwa semakin lama anak mendapatkan
ASI, maka semakin kuat system imun tubuhnya.
c. Menghindarkan bayi dari alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita
lebih banyak masalah alergi, misalnya asma dan alergi.
Sementara ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang
dapat menyebabkan alergi pada bayi.
d. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan susu buatan
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat
yang bermanfaat untu:
1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
2. Merasang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organic dan mensintesa beberapa jenis
vitamin.
3. Memudahkan terjadinya pengendapan calcium-cassinat.
4. Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti
calcium, magnesium.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis
antara ibu dan bayi.
Adapun keuntungan pemberian ASI eksklusif bagi ibu, yaitu:
1. Memberi rasa kebanggan bagi ibu karena ia dapat
memberikan kehidupan kepada bayinya.
2. Hubungan yang lebih erat antara ibu dan anak baik secara
fsikis karena terjadi kontak kulit.
3. Menyusui membuat rahim ibu akan berkontraksi yang
dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum
hamil.
4. Mempercepat berhentinya perdarahan post partum.
5. Kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan
sehingga menjarangkan kehamilan.
6. Mengurangi kemungkinan kanker paudara pada masa yang
akan datang.20

2.3 Konsep Imunisasi Campak


22

2.3.1 Deinisi Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata immune artinya kebal. Imunisasi


berarti mengebalkan, memberikan kekebalan pasif (diberi antibody)
yang sudah jadi. Imunisasi adalah usaha untuk meningkatakan kekebalan
aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukan vaksin
dalam tubuh bayi atau anak.20,24

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatakan kesehatan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut
karena system imun tubuh mempunyai memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk antibody untuk
melawan vaksin tersebut dan system memori akan menyimpannya
sebagai suatu pengalaman.25

2.3.2 Tujuan Imunisasi

Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan


kekebalan keoada bayi sehingga bias mencegah penyakit dan kematian
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. Secara
umum tujuan imunisasi adalah:

a. Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka


kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada bayi dan
balita.
b. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular.
c. Melalui imunisasi tubuh tidak mudah terserang penyakit
menular.25

2.3.3 Jenis-Jenis Imunisasi

a. Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan


(vaksin) agar system kekebalan atau imun tubuh dapat merespon
23

secara spesifik dan memverikan suatu ingatan terhadap antigen.


Sehingga bila penyakit maka tubuh dapat mengenali dan
meresponnya. Contoh dari imunisasi aktif adalah imunisasi polio
atau campak.

b. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses penimgkatan kekebalan tubuh dengan


cara pemberian zat immunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan melaui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia
(kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang
(bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah
masuk kedalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah
bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menrima berbagai
antibody dari ibunya melalui dara plasenta selama masa kandungan,
misalnya antibody terhadap campak.25

2.3.4 Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan


bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan
sekali suntikan, dan diberikan pada anak usia 9 bulan atau lebih.25

a. Cara pemberian dan dosis


Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC.
sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml
cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri
atas secara subkutan (45o).
b. Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
24

vaksinasi. Efek samping lainnya diare, konjungtivitis, dan


gejala kataral serta gejala ensefalitis (jarang).
c. Kontraindikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefesiensi atau individu yang di duga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, dan
limpoma.25,26

2.4 Konsep Penyakit Campak

2.4.1 Definisi

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat


disebabkan oleh sebuah virus yang bernama virus campak. Campak,
measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh
virus campak.27,25

2.4.2 Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dari family


Paramyxovirus, genus Morbillivirus. Virus campak adalah virus RNA
yang dikenang hanya mempunyai satu antigen. Struktur virus ini mirpi
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Setelah
timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada sekeret
nasofaring, darah, dan air kencing dalam waktu sekitar 3-4 jam pada
suhu kamar.28

2.4.3 tanda dan gejala

a. Badan panas, batuk, pilek, mata merah dan berair.


b. Mulut dan bibir kering serta merah.
c. Beberapa hari kemudian keluar bercak dikulit mulai dari belakang
telinga, leher, muka, dahi dan seluruh tubuh.
25

d. Akibat lanjut dari penyakit ini adalah radang telinga sampai tuli,
radang mata sampai terjadi kebutaan, diare dan menyebabkan radang
paru-paru, serta radang otak yang dapat menyebabkan kematian.29
2.4.4 Penatalaksanaan
Pengobatan camoak berupa perawatan umum seperti pemberian
cairan dan kalori yang cukup. Obat simtomatik yang perlu diberika
antara lain.
a. Antidemam
b. Antibatuk
c. Vitamin A
d. Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya jika campak
disertai dengan komplikasi.

2.4.5 Pencegahan

Imunisasi campak yang diberikan kepada bayi berusia 9 bulan


merupakan pencegahan yang paling efektif. Vaksin campak berasal dari
virus hidup yang dilemahkan. Vaksin diberikan dengan cara subcutan
dalam atau intramuscular dengan dosis 0,5 cc.

Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan


kekebalan selama 14 tahun. Sedangkan untuk mengendalikan penyakit
diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% perwilayah secara
merata selama bertahun-tahun.

Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari penurunan


jumlah kasus campak dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat
disebabkan oleh:

a. Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal


dari antibody ibu. Antibody itu akan akan menetralisasi
vaksin yang diberikan.
b. Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengangkutan,
atau penggunaan diluar pedoman.29

2.5 Konsep Status Gizi


26

2.5.1 Definisi

Gizi (nutrisi) adalah keseluruhan dari berbagai proses dalam tubuh


mahkluk hisup untuk menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya
dan menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai
aktivitas penting dalam tubunhya sendiri.

Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh


keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient.30Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan
zat-zat gizi. Di bedakan antara gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.31

2.5.2 Asupan Gizi Yang Tidak Adekuat : Dampak

Asupan makronutrien yang tidak adekuat biasanya paling jelas


terlihat pada gangguan pertumbuhan pada anak.32

Tabel 2.5: Kondisi yang berkaitan dengan kekurangan makronutrien.

Kondisi Tanda-tanda diagnostik

Marasmus Penyusutan cadangan lemak, secara drastic dan atrovi


jaringan visceral; dikaitkan dengan kekurangan energy yang
hebat dari makanan.
Kondisi siaga tetapi sangat dikit melakukan aktivitas
fisik.
Kulit normal tetapi berkeriput.
Sangat rentan terhadap infeksi.
Kwashiorkor Edema pada wajah, tangan, kaki, dan abdomen, juga
pembengkakan hati.
Gelisah, lesu, dan tidah ada nafsu makan.
Kulit sering pecah-pecah dan penuh ulkus, warna rambut
berubah.
Dikaitkan dengan rendahnya asupan protein, dan kerusakan
hati akibat radikal bebas yang berlebih karena kurangnya
antioksidan.
27

Kwashiorkor Pengecilan otot yang parah, ditambah edema.


marasmik Prognosis buruk.

2.5.3 Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi sesorang.


Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat tertingi mungkin. Status
gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-
zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat
gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau
membahayakan. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih
terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh factor primer atau
sekunder. Factor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah
dalam kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnyapenyediaan
pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan,
dan kebiasaan makan yang salah. Factor sekunder meliputi factor yang
menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel setelah makanan di
konsumsi. Misalnya factor yang menyebabkan terganggunya pencernaan
(kelainan saluran cerna, kekurangan enzim).

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat


gizi yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi
otak, dan perilaku.31

2.5.4 Indikator Status Gizi

Salah satu indikator kesehatan yang di nilai keberhasilan


pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita
28

dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi


badan/panjang badan (TB). Variable umur, BB, dan TB ini disajikan
dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U memberikan indikasi
masalah gizi secara umum.

Indikator gizi yang lainnya yaitu tinggi badan menurut umur


(TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlansung lama, misalnya kemisinan, perilaku
hidup tidak sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari
sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.2

Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan


antropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U).
Kategori yang digunakan adalah: gizi lebih (z-skore > 2 SD), gizi baik
(z-skore -2 SD sampai 2 SD), gizi kurang (z-skore -3 SD sampai <-2
SD), dan gizi buruk (z-skore < - 3SD).33

Anda mungkin juga menyukai