Bab Ii 1
Bab Ii 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Diare adalah suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat diertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.11
Diare adalah buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja
yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali buang air besar, sedangkan
neonates dikatan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.12
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak seperti konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir
saja.13
2.1.3 Penyebab
Tabel 2.1 Penyebab diare akut dan kronik pada bayi, anak-anak, dan
remaja.
a. Factor infeksi
1) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang
meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis,
virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus) dan
infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, strongxloides)
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lambia, trichomon-as
homunis) jamur (canida albicous).
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan
makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsillitis/tonsilofaringits, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah dua tahun.
b. Factor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
c. Factor makanan
d. Factor psikologis. 11,15
a. Factor perilaku
1) ASI Eksklsif
Tidak memberikan ASI (ASI Eksklusif), memberikan MP ASI
terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
11
2.1.4 Patogenesis
a. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berelebuhan akan meransang usus untuk
mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat ransangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus
yang akan menyebabakan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang
berlebihan kedalam rongga usus, sehingga akan terjdi peningkatak-
12
2.1.5 patofisiologi
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis.
2) PH dan kadar gula dalam tinja.
14
2.1.8 Komplikasi
2.1.9 Penatalaksanaan
Untuk anak lebid dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-
15 kg.
2.1.10 Pencegahan
ASI adlah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama pada bayi.21 ASI adalah susu yang di
18
produksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi
utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.22
a. Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang
dihasilkan sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas
pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru yang lahir yang
belum mampu menerima makanan dalam volume besar.
Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya akan gizi dan sangat
baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A
yang sangat tinggi. Tetapi sayang, karena kekurangtahuan atau
karena kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru
melahirkan tidak memberikan kolostrumnya kepada bayinya.
b. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein(protein yang sulit dicerna)
dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak
mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI
mudah dicerna. Sedangkan pada susu sapi kebalikannya.
Untukitu pemberian ASI eksklusif wajib diberikan sampai bayi
berumur 6 bulan.
c. Lemak
Lemak ASI adalah penghasilkalori (energi) utama dan
merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih
mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Penelitian
OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI
lebih banyak menderita penyakit jantung koroner di usia muda.
19
d. Laktosa
Merupakan karbohidrat pertama pada ASI. Fungsinya sebagai
sumber energi, meningkatkan absorbsi kalsium dan
merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
e. Vitamin A
Konsentrasi vitamin A berkisar pada 200 IU/dl
f. Zat Besi
Meskipun ASI mngandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter).
Bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal
ini dikarenakan zat besi pada ASI yang lebih mudah diserap.
g. Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neutransmitter,
berperan penting dalam maturasi otak bayi. DHA dan ARA
merupakan bagian dari kelompok molekul yang dikenal
sebagai omega fatty acids. DHA (docosahexaenoic acid) dalah
sebuah blok bangunan utama di otak sebagai pusat kecerdasan
dan dijala mata. Akumulais DHA di otak lebih dari dua tahun
pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang ditemukan
seluruh tubuh dan berkerja bersama-sama dengan DHA untuk
mengundang visual dan perkembangan mental bayi.
h. Lactobacillus
Berfungsi mengahambat pertumbuhan mikroorganisme sperti
bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
i. Lactoferin
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersedian besi untuk
bakteri dalam intensitas, serta memungkinkan bakteri sehat
tertentu untuk berkembang. Memiliki efek langsung pada
antibiotik berpotensi berbahaya sperti bakteri staphylococci dan
E.colli. hal ini ditemukan dalam kosentrasi tinggi dalam
kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang seluruh tahun pertama
bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan jamur
candid.
j. Lisozom
Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens
caries dentis dan maloklusi (kebiasaan lidah yang mendorong
20
a. Imunisasi Aktif
b. Imunisasi pasif
2.4.1 Definisi
2.4.2 Penyebab
d. Akibat lanjut dari penyakit ini adalah radang telinga sampai tuli,
radang mata sampai terjadi kebutaan, diare dan menyebabkan radang
paru-paru, serta radang otak yang dapat menyebabkan kematian.29
2.4.4 Penatalaksanaan
Pengobatan camoak berupa perawatan umum seperti pemberian
cairan dan kalori yang cukup. Obat simtomatik yang perlu diberika
antara lain.
a. Antidemam
b. Antibatuk
c. Vitamin A
d. Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya jika campak
disertai dengan komplikasi.
2.4.5 Pencegahan
2.5.1 Definisi