Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare merupakan masalah global dengan derajat kesakitan


dan kematian yang tinggi di berbagai Negara terutama di Negara berkembang,
dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian anak di dunia. Secara umum diperkirakan lebih dari 10 juta anak
berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya, sekitar 20%
meninggal karena infeksi diare. Kematian yang disebabkan diare di antara
anak-anak terlihat menurun dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Meskipun
mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi/terapi cairan
namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Pada saat ini angka kematian
yang di sebabkan diare adalah 3,8 per 1000 per tahun, median insiden secara
keseluruhan pada anak usia dibawah 5 tahun adalah 3,2 anak pertahun.1

Setiap tahun diperkiran 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita, dan
hampir tidak ada perubahan dalam dua dekade terakhir. Diare pada balita
tersebut lebih dari separonya terjadi di Afrika dan Asia Selatan, dapat
mengakibatkan kematian atau keadaan berat lainnya. Insidens diare bervariasi
menurut musim dan umur. Anak-anak adalah kelompok usia rentan terhadap
diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak dibawah dua tahun, dan
menurun dengan bertambahnya usia anak.1

The Millenium Develoment Goals (MDGs) menargetkan untuk


menurunkan dua per tiga kematian anak dalam episode 1990-2015. Diare
menduduki urutan kedua penyebab kematian apada anak, dan sebagai salah
satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia.1

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga


merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.
Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit Diare
merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita
2

(25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab


kematian yang ke empat (13,2%).2
Hasil survei morbiditas diare menunjukan penurunan angka kesakitan
penyakit diare yaitu 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Penyakit diare
sering kita jumpai di masyarakat bahkan timbul dalam bentuk kejadian luar
biasa. Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun secara
signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi 1.585 kasus
pada tahun 2012. Walaupun terjadi penurunan penderita pada KLB diare pada
tahun 2012, namun terjadi peningkatan CFR (case fatalyti rate) pada tahun
2012 menjadi 1,45%.2
Angka kesakitan penyakit diare di Provinsi Jambi dari tahun ke tahun
selalu meningkat. Berdasrkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi untuk
tahun 2012 kasus diare di Provinsi Jambi sebanyak 84.188 kasus. Jika
dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 82.975 hal ini menunjukan terjadi
peningkatan sebesar 1,5% (1.213 kasus).3
Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses.
Penyebab kematian lain adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi yang serius
seperti pneumonia. Dasar dari semua diare adalah gangguan transfortasi
larutan usus akibat perpindahan air melalui membrane usus berlansung secara
pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif,
terutama natrium, kloridan dan glukosa.
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang
lebih besar. Perbandingan kejadian diare akut antara anak laki-laki hampir
sama dengan anak perempuan. Cara penularan penyakit diare adalah secara
fekal-oral, yaitu melalui makanan ataupun minuman yang sudah tercemar.
Pada Negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi yang tinggi penyakit
diare merupakan kombinasi dari air tercemar dan kekurangan protein kalori
yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Baik di Negara maju atau
berkembang diare pada bayi erat kaitannya dengan penurunan angka
kejadiannya dengan pemberian ASI (menyusui).4
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI secara Eksklusif kepada bayi
selama 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI lainnnya. Sesuai dengan
3

pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6


bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya
tahan tubuh bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua
energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama
hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang
disebabkan berbagai penyakit umum menimpa anak-anak seperti diare dan
radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
menjarangkan kelahiran.3

Presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun
2011 di Indonesia sebesar 61,5%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun
2008 dan tahun 2009 sebesar 56,2% dan 61,3%. Sedagkan pada tahun 2012
persentase pemberian ASI Eksklusif kemabali mengalami penurunan di
bandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 48,6 %.5,2

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Pencapaian


cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Jambi tahun 2011 sebesar 21,8%,
sedangkan pada tahun 2012 sebesar 20,4%. Hal ini menunjukan terjadinya
penurunan presentase cakupan pemberian ASI Eksklusif. Dimana dengan
jumlah bayi sebanyak 73.194 dan yang mendapat ASI Eksklusif hanya
sebanyak 14.955.3

Selain dari rendahnya pemberian ASI Eksklusif yang dapat


menyebabkan diare akut pada anak. Diare juga sering timbul menyertai
campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.
Untuk itu anak harus segera diberi imunisasi campak ketika berumur 9 bulan
sampai anak berusia 1 tahun. Dimana cakupan imunisasi campak di Provinsi
Jambi pada tahun 2011 sebesar 100,6 % sedangkan pada tahun 2012 yaitu
sebesar 98,7 %.3

Status gizi juga mempengaruhi terjadinya diare akut pada anak, anak
dengan gizi kurang atau gizi buruk biasanya rentan terkena diare akut. di
provinsi Jambi masih ditemukannya kasus anak dengan gizi kurang dan gizi
4

buruk, pada tahun 2012 anak dengan gizi kurang sebanyak 3.860, dan anak
dengan gizi buruk sebanyak 142.3

Ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (penyebab diare) dengan
status gizi terutama pada anak balita karena adanya interaksi yang timbal
balik. Diare dapat mengakibatkan gangguan status gizi dan gangguan status
gizi dapat mengakibatkan diare. Gangguan status gizi dapat terjadi akibat dari
penurunan asupan zat gizi dikarenakan berkurangnya nafsu makan,
menurunnya absorpsi, kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, dan
peningkatan kehilangan cairan/ gizi akibat penyakit diare yang terus menerus
sehingga tubuh lemas. Begitu juga sebaliknya, ada hubungan antara status gizi
dengan infeksi diare pada anak balita. Apabila asupan makanan atau zat gizi
kurang akan terjadi penurunan metabolisme sehingga tubuh akan mudah
terserang penyakit. Hal ini dapat terjadi pada anak balita yang menderita
penyakit diare. Oleh sebab itu asupan makanan atau zat gizi harus
diperhatikan agar tidak terjadi penurunan metabolisme di dalam tubuh
( Suhardjo, 2003).41

Berdasarkan hasil penelitian Rahmadhani (2012) bahwa kejadian diare


pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Hasil ini menunjukkan bahwa bayi
yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih rentan terhadap diare. Dari uji
statistik didapatkan pula nilai yang signifikan pada hubungan pemberian ASI
eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun dengan
nilai p-value =0,0016 Berdasarkan hasil penelitian Abdie (2004) Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara kelengkapan imunisasi kejadian
diare akut pada anak dengan nilai p-value = 0,001.9 Berdasarkan hasil
penelitian Irma (2011) Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara
status gizi dengan kejadian diare akut pada balita, dan bermakna secara
statistik dengan nilai p-value =0,001. Dimana balita dengan status gizi kurang
dan gizi buruk berhubungan dengan kejadian diare.8
5

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi angka kejadian


diare pada anak banyak ditemukan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi,
dengan jumlah kasus pada tahun 2011 sebanyak 547, tahun 2012 sebanyak
581, dan pada tahun 2013 sebanyak 577 kasus. Hal ini menunjukan selalu ada
peningkatan kasus dari tahun 2011 ke 2012, meskipun sedikit mengalami
penurunan pada tahun 2013. 9

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian


tentang Hubungan Anatara Pemberian ASI Eksklusif, Imunisasi Campak dan
Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Anak di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi Tahun 2014 .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis


merumuskan masalah penelitian, adakah Hubungan Anatara Pemberian ASI
Eksklusif, Imunisasi Campak dan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada
Anak di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2014 .

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1.Tujuan Umum
Di ketahuinya Hubungan Anatara Pemberian ASI Eksklusif,
Imunisasi Campak dan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Anak di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2014.
1.3.2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif pada anak di
Puskesmas Purti Ayu Kota Jambi.
b. Untuk mengetahui gambaran pemberian Imunisasi Campak pada
anak di Puskesmas Purti Ayu Kota Jambi.
c. Untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak di Puskesmas
Purti Ayu Kota Jambi.
d. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
kejadian diare pada anak di Puskesmas Purti Ayu Kota Jambi.
e. Untuk mengetahui hubungan pemberian Imunisasi Campak dengan
kejadian diare pada anak di Puskesmas Purti Ayu Kota Jambi.
6

f. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian diare pada


anak di Puskesmas Purti Ayu Kota Jambi.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bebrapa pihak:
1.4.1. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak
Puskesmas. Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif
dan efisien, memberikan informasi yang akurat dan adekuat tentang ASI
Ekslusif, Imuniasi Campak dan Status Gizi.

1.4.2. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi ilmu keperawatan.


Agar dapat meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya
tentang manfaat ASI Eksklusif, Imunisasi Campak dan Status Gizi.
1.4.3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat berguna menjadi bahan acuan dan tambahan
informasi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian yang
sejenis.

Anda mungkin juga menyukai