Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
1.1........................................................................................................Latar
Belakang ....................................................................................... 1
1.2........................................................................................................Rumus
an Masalah .................................................................................... 2
1.3........................................................................................................Tujuan
....................................................................................................... 2
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 17
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Apa saja klasifikasi sediaan cukur?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi sediaan sabun
2. Untuk mengetahui tujuan penggunaan sabun padat
3. Untuk mengetahui komposisi sabun padat
4. Untuk mengetahui defenisi sediaan cukur
5. Untuk mengetahui klasifikasi sediaan cukur
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut
menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun
pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan
utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik
(NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai
alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun
3
yang dihasilkan. Dalam sabun terdapat zat aktif yang di sebut surfaktan. Zat
aktif ini merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu
hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkantegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan.
Sabun sudah terkenal sejak zaman dahulu kala. Sekelompok pakar
arkheologi menemukan sabun dalam bentuk tabung saat melakukan penggalian
dan setelah di teliti ternyata benda tersebut berasal dari zaman pras sejarah yaitu
2800 tahun sebelum masehi. Ini membuktikan bahwa sabun sudah di kenal
orang sejak zaman dahulu. Kemudian setelah di tilik balik melalui dokumen-
dokumen peninggalan sejarah, di ketahui bahwa sabun sudah di kenal di zaman
Musa, di zaman Yunani Kuno, Mesir Kuno hingga peradaban roma di mana
orang mulai kerajingan mandi sebagai salah satu bentuk menjaga kebersihan
diri.
Di zaman modern, pembuatan sabun telah dikenal sejak abad 15. Di
Prancis di produksi sabun buatan tangan ber merk Marseilles. Lalu pada masa
revolusi Industri, Andrew Pears pada tahun 1789 menciptakan sabun transparan
berkualitas tinggi. Tahun 1865, William Shepphard menciptakan sabun cair.
Tahun 1898, B.J. Johnson mengembangkan sabun Palmolive yang pertama dan
yang paling terkenal di dunia. Bahkan hingga sekarang merek sabun Palmolive
ini masih dapat kita jumpai di pasaran. Meski tentu saja bukan palmolive yang
itu.
Teknologi pembuatan sabun dunia terus menerus berkembang dan
mencapai titik puncaknya di masa perang dunia kedua. Ketika deterjen di
ciptakan oleh ilmuwan Amerika. Deterjen memiliki daya cuci yang tinggi karena
mengandung surfaktan sehingga dapat membersihkan baju dengan tingkat
kekotoran yang tinggi.
Hingga saat ini, kita sering menemui jenis-jenis sabun yang sering kita
gunakan di rumah tangga. baik untuk mencuci piring, mandi ataupun bersih-
bersih. Berdasarkan kegunaannya sabun di bedakan menjadi 3, yaitu:
4
1. Sabun cuci, adalah sabun yang digunakan untuk mencuci. Ada yang
berbentuk batang, cair ataupun detergen.
2. Sabun mandi, adalah sabun yang digunakan untuk mandi. Biasanya
berbentu padat dan cair.
3. Sabun cukur, adalah sabun yang digunakan saat bercukur. Biasanya
memiliki busa yang banyak dan tahan lam.
2.1.2 Fungsi Sabun
Fungsi sabun dalam anekaragam cara adalah sebagai bahan pembersih.
Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air itu
membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif, sabun bertindak sebagai
suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan gemuk; dan sabun
teradsorpsi pada butiran kotoran.
2.1.3 Tujuan Penggunaan Sabun Mandi Padat
5
membersihkan. Tetapi, jika kita membedakan jenis-jenis sediaan yang ada itu
akan berpengaruh terhadap faktor higienitas, kelembaban, dan harga dari sabun
tersebut.
Sifat-sifat sabun:
a) Sabun merupakan garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga
akan dihidrolisi parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun
dalam air bersifat basa
b) Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi dari air sadah. Sabun menghasilkan
buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap
6
Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang ( 28C), sedangkan
lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa
trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara
12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12
akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18
akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan
asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu
banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan
atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki
ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak
jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan
juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
a) Jenis-jenis Minyak
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan
sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi,
spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan
mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
1. Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh
industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow
ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak),
kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow
dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun
mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan
sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak
terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0
%. Titer pada tallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di
bawah 40C dikenal dengan nama grease.
7
2. Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung
asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh
seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow,
lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan
mudah berbusa.
3. Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya
digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat
diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit
berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna
karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat
dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa.
Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
4. Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati
yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa
berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah
yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam
lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa
tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa
juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
5. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit
diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan
asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat
digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak
rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
6. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah
minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak
8
sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak
terbesar dalam minyak ini adalah stearin.
7. Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut.
Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup
tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan baku.
8. Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan
digunakan untuk membuat sabun transparan.
9. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah
zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna
kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang
keras tapi lembut bagi kulit.
10. Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya
membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang
berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena
memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki
kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat
sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat
yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
9
2) Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa
dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang
paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak
digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut
dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah
dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan
trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa
tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang
dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu
menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak
kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum
digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah
tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun
dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses
penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan
gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan
tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
1. NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl
yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun.
NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan
(kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya
yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari
besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
10
2. Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke
dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun
sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain :
Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
a. Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara
mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan
lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan
dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu
menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat
berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan
mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai
builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium
karbonat, natrium silikat atau zeolit.
11
d. Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum
memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk
sabun. Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus,
tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya.
Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan
berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat
dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada
dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang
sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma
kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum
yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak
ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini
diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum.
Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun
diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower.
2.1.5 Komposisi Bahan Herbal Sabun Mandi Padat
Pada dasarnya bahan herbal merupakan bahan alami yang dapat digunakan
menjadi sabun. Konsep yang dimiliki juga tidak jauh berbeda yaitu adalah
sebuah minyak dicampurkan dengan sebuah senyawa alkali. Kita dapat melihat
pada tabel 1.1 bahan-bahan yang biasanya digunakan dalam sabun-sabun herbal.
No Jenis Keterangan
Lulur
1 Menghaluskan dan mengangkat sel kulit mati
Lemon
12
Mengencangkan dan mengurangi kadar minyak
6 Ketimun
pada kulit
13
kuman
Labu
27 Sebagai anti peradangan dan sumber vitamin C
kuning
14
d) Essential dan Fragrance Oils Sebagai pengharum. Pewarna Untuk
mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.
e) Zat Aditif Rempah, herbal, talk, tepung kanji/maizena dapat
ditambahkan pada saat trace.
4 Persiapan Alat
a) Sebuah masker sederhana - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH /
KOH saja.
b) Kacamata - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
c) Sepasang sarung tangan karet - Dipakai selama pembuatan sabun.
d) Botol plastik - Untuk wadah air.
e) Timbangan dapur (dengan skala terkecil 1 atau 5 gram).
f) Kantong plastik kecil - Untuk menimbang NaOH/KOH.
g) Sendok stainless steel atau plastik-polipropilen - Untuk menuangkan
NaOH / KOH dan mengaduknya.
h) Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene - Untuk tempat larutan
NaOH/KOH dengan air.
i) Wadah dari plastik - Untuk menimbang serta tempat air dan minyak.
j) Kain - Untuk menutup cetakan setelah diisi sabun.
k) Plastik tipis - Untuk melapisi cetakan.
l) Cetakan.
m) Blender dengan tutupnya.
n) Kain - Untuk menutup blender.
Cara Pembuatan Sabun Padat
Siapkan cetakan. Cetakan bisa apa saja. Bisa loyang yang diminyaki,
baki plastik yang dialasi plastik tipis atau pipa PVC yang diminyaki.
Siapkan cetakan yang cukup untuk menampung semua hasil pembuatan
sabun
Cetakan: Untuk cetakan anda bisa menggunakan kayu atau karton
yang dilapisi plastik tipis, bahkan pipa PVC bisa dipakai. Jika menggunakan
pipa PVC tutup bagian bawah dengan plastik yang diikat dengan karet
gelang, semprotkan minyak ke dalamnya, tuangkan hasil sabun. Setelah
15
mengeras buka tutupnya, dorong lalu potong akan menghasilkan sabun yang
bulat.
2.2 Sediaan Cukur
Sediaan cukur (shaving) adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebelum,
selama dan sesudah cukur rambut, baik rambut kepala, rambut kumis, jambang
ataupun rambut janggut.
Klasifikasi dari sediaan cukur dibedakan atas:
1) Sediaan pra cukur
Sediaan pra cukur adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebelum
cukur rambut, baik rambut kepala, rambut jambang, kumis dan janggut.
Tujuan penggunaan kosmetika ini untuk mempersiapkan rambut dan
kulitnya menjadi lebih sempurna dan efektif dibandingkan dengan jika
hanya menggunakan sediaan cukur saja.
Komposisi:
- Duponal WAT 20,0
- Aerosol OT-100% 0,1
- Karbinol 3,0
- Etanol, terutama denaturasi 8,0
- Air 68,9
2) Sediaan cukur
Sediaan cukur basah adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
pencukuran basah, baik rambut kepala, jambang, kumis dan janggut.
Biasanya terdapat dalam bentuk: emulsi atau krim, stik, aerosol, sabun,
cair.
Komposisi: Krim cukur aerosol
- Larutan sabun
- Trietanolamina stearat 8,0
- Trietanolamina palmitat 2,0
- Air 90,0
- Produk akhir
16
- Larutan sabun (seperti di atas) 93,4
- Propelan-12 2,6
- Propelan-14 4,0
3) Sediaan pasca cukur
Sediaan pasca cukur adalah kosmetika yang digunakan untuk
memberikan rasa nyaman dan mempunyai antiseptika, membebaskan
kulit dari infeksi bakteri yang disebabkan kulit tergores selama
pencukuran. Biasanya terdapat dalam bentuk: bubuk, gel, krim, lotion.
Komposisi: Bubuk pasca cukur
- Talek 89,9
- Magnesium stearat 10,0
- Heksa klorofen 0,1
- Zat warna, parfum secukupnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
4. Sediaan cukur adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebelum, selama
dan sesudah cukur rambut, baik rambut kepala, rambut kumis, jambang
ataupun rambut janggut.
b. Sediaan cukur
DAFTAR PUSTAKA
Cavitch, Susan Miller, 1994. The Natural Soap Book. 1st ed. Houston: Storey
Publicing.
18
Dewi Anggriani, dkk. 2010.Identifikasi Kemasan Pangan. Supervisor Jaminan
Mutu Pangandirektorat Program Diplomainstitut Pertanian Bogor 2010
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru
Willcox, Michael, 1996. Poucher's Perfumes, Cosmetics, and Soaps. 5th ed.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
19