Aik Ghibah
Aik Ghibah
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ghibah
2. Untuk mengetahui contoh-contoh dari ghibah
3. Untuk mengetahui manfaat ghibah
4. Untuk mengetahui kiat menghindari ghibah
1.4 Manfaat
Penulis mampu menjelaskan secara rinci tentang ghibah dan pembaca
dapat memahami dengan baik serta dapat menghindari ghibah dalam kehidupan
sehari-hari.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Secara etimologi, ghibah berasala dari kata Ghaba- Yaghibu yang artinya
adalah mengupat, menurut Jalaluddin bin Manzur, ini juga berarti fitnah, umpatan,
atau gunjingan. Dapat juga diartikan membicarakan keburukan orang lain
dibelakangnya atau tanpa sepengetahuan yang dibicarakan. Disisi lain an-Nawawi
mendefinisikan ghibah adalah mengupat atau menyebut orang lain yang ia tidak suka
atau memebencinya, terutama dalam hal kehidupannya. Beliau mengatakan bahwa
jarang sekali orang yang bisa lepas dari menggunjing orang lain.
3
Hukum ghibah adalah harom berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dan ijma
kaum muslimin. Namun terjadi khilaf diantara para ulama, apakah ghibah termasuk
dosa besar atau termasuk dosa kecil?. Imam Al-Qurthubi menukilkan ijma
bahwasanya ghibah termsuk dosa besar. Sedangkan Al-Gozhali dan penulis
Al-Umdah dari Syafiiyah berpendapat bahwasanya ghibah termasuk dosa kecil.
Berkata Al-Auzai : Aku tidak mengetahui ada orang yang jelas menyatakan bahwa
ghibah termasuk dosa kecil selain mereka berdua. Az-Zarkasyi berkata : Dan
sungguh aneh orang yang menganggap bahwasanya memakan bangkai daging
(manusia) sebagai dosa besar (tetapi) tidak menganggap bahwasanya ghibah juga
adalah dosa besar, padahal Allah SWT menempatkan ghibah sebagaimana memakan
bangkai daging manusia. Dan hadits-hadits yang memperingatkan ghibah sangat
banyak sekali yang menunjukan akan kerasnya pengharaman ghibah
3. Jika yang dibicarakan mengetahui maka ia akan tidak suka aibnya dibicarakan
pada orang lain.
4
Contoh perilaku ghibah:
5
sholatku semalam aku mendoakan si fulan, tatkala sampai kepadaku bahwa ia
telah melakukan ini dan itu. Ia bermaksud mengangkat dirinya dan
merendahkan si fulan di hadapan orang-orang yang menganggapnya (orang
baik). Atau ia berkata, Si fulan itu pendek akalnya lagi lambat
pemahamannya. Ia bermaksud memuji dirinya dan mengukuhkan
pengetahuannya, dan bahwa ia lebih utama dari si fulan tersebut.
4. Ada juga yang melakukan ghibah itu karena dengki. Berarti ia telah
menghimpun dua perkara jelek (di dalam dirinya), yaitu ghibah dan dengki.
Jika ada seseorang dipuji, maka ia akan berusaha untuk menghilangkan
(pujian) itu darinya dengan sekuat tenaga dengan kedok agama dan kebaikan.
Atau dengan bentuk (mengemukakan orang yang terpuji itupun mempunyai)
kedengkian, perbuatan maksiat dan nista agar kemuliaannya gugur darinya
(di mata para pemujinya).
5. Ada yang melakukan ghibah itu dengan bentuk ejekan dan menjadikan
(seseorang) menjadi bahan permainan, agar orang-orang selainnya menjadi
tertawa dengan olok-olok, kesombongan dan penghinaannya terhadap objek
olokan tersebut .
6. Ada juga yang melakukan ghibah dengan bentuk keheranan. Ia berkata, Aku
merasa heran kepada si fulan, mengapa ia tidak mampu melakukan ini dan
itu. Dan juga kepada si fulan, mengapa hal ini dan itu bisa terjadi padanya,
dan mengapa ia mengerjakan perbuatan ini dan itu. Ia mengidentifikasikan
namanya (objek ghibah tersebut) dalam bentuk rasa heran.
7. Ada yang melakukan ghibah dalam bentuk rasa sedih. Ia mengatakan,
Kasihan si fulan, apa yang telah terjadi padanya dan apa yang dilakukannya
membuatku sedih. Orang yang mendengar (perkataan)nya menyangka
bahwa ia bersedih dan berduka karenanya, (padahal tidak demikian
keadaannya) sebenarnya hatinya dipenuhi rasa dendam kepada orang
tersebut. Jika ia punya kesanggupan, niscaya ia akan menambah-nambah
lebih dari kejelekan yang ada padanya. Terkadang ia menyebutkan hal
tersebut kepada musuh-musuh (saudara)nya tersebut agar mereka bisa
membalasnya. Model seperti ini dan yang lainnya merupakan penyakit hati
yang paling parah dan usaha penipuan terhadap Allah dan para hamba-Nya.
6
8. Ada juga yang menampakkan ghibah dalam bentuk kemarahan dan
pengingkaran terhadap kemungkaran. Di dalam bab ini, ia menampakkan
sesuatu dengan perkataan-perkataan yang indah padahal tujuannya tidak
seperti yang ia tampakkan.
artinya Allah SWT tidak menyukai ucapan yang buruk (yang diucapkan) dengan
terus terang kecuali oleh orang yang dianiyaya. (An-Nisa 148)
Pengecualian yang terdapat dalam ayat ini menunjukan bahwa bolehnya orang yang
didzholimi mengghibahi orang yang mendzoliminya dengan hal-hal yang
menjelaskan kepada manusia tentang kedzoliman yang telah dialaminya dari orang
yang mendzoliminya, dan dia mengeraskan suaranya dengan hal itu dan
menampakkannya di tempat-tempat berkumpulnya manusia. Sama saja apakah dia
nampakkan kepada orang-orang yang diharapkan bantuan mereka kepadanya, atau
dia nampakkan kepada orang-orang yang dia tidak mengharapkan bantuan mereka
7
Kedua : Minta bantuan untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan pelaku
kemaksiatan kepada kebenaran. Maka dia (boleh) berkata kepada orang yang
diharapkan kemampuannya bisa menghilangkan kemungkaran : Si fulan telah
berbuat demikian, maka hentikanlah dia dari perbuatannya itu dan yang selainnya.
Dan hendaknya tujuannya adalah sebagai sarana untuk menghilangkan kemungkaran,
jika niatnya tidak demikian maka hal ini adalah harom.
Ketiga : Meminta fatwa : Misalnya dia berkata kepada seorang mufti : Bapakku
telah berbuat dzolim padaku, atau saudaraku, atau suamiku, atau si fulan telah
mendzolimiku, apakah dia mendapatkan hukuman ini?, dan bagaimanakah jalan
keluar dari hal ini, agar hakku bisa aku peroleh dan terhindar dari kedzoliman?, dan
yang semisalnya. Tetapi yang yang lebih hati-hati dan lebih baik adalah hendaknya
dia berkata (kepada si mufti) : Bagaimana pendapatmu tentang seseorang atau
seorang suami yang telah melakukan demikian ..?. Maka dengan cara ini tujuan bisa
diperoleh tanpa harus menyebutkan orang tertentu, namun menyebutkan orang
tertentupun boleh sebagaimana dalam hadits Hindun.
Dari Aisyah berkata :Hindun istri Abu Sofyan berkata kepada Nabi
SAW:Sesungguhnya Abu Sufyan seorang yang kikir dan tidak mempunyai cukup
belanja untukku dan unutuk anak-anakku, kecuali jika saya ambil diluar
pengetahuannya. Nabi SAW berkata : Ambillah apa yang cukup untukmu dan
untuk anak-anakmu dengan cara yang baik (jangan terlalu banyak dan jangan
terlalu sedikit).
8
khomer, mengambil harta manusia dengan dzolim, dan lain sebagainya. Maka boleh
menyebutkan kejelekan-kejelekannya.
Keenam : Untuk pengenalan. Jika seseorang terkenal dengan suatu laqob (gelar)
seperti Al-Amasy (si rabun) atau Al-Aaroj (si pincang) atau Al-Ama (si buta) dan
yang selainnya maka boleh untuk disebutkan. Dan diharomkan menyebutkannya
dalam rangka untuk merendahkan. Adapun jika ada cara lain untuk untuk mengenali
mereka (tanpa harus menyebutkan cacat mereka) maka cara tersebut lebih baik.
Bila diperhatikan, perkataan yang diucapkan lidah, tak terlepas dari empat hal:
seluruhnya mengandung mudharat, seluruhnya mngandung manfaat, seluruhnya
mengandung manfaat dan mudharat, dan sama sekali tidak mengandung manfaat
maupun mudharat. Tentu saja, yang ideal dan diharapkan yang seluruhnya mengandung
manfaat. Tapi namanya lidah tak bertulang, sudah barang tentu manusia berpotensi besar
untuk melakukan khilaf (al-Insan mahal al-khata wa al-Nis-yan).Ghibah merupakan
salah satu yang lebih banyak mudharat daripada manfaatnya.
Beberapa hal yang harus dilakukan supaya dapat terhindar dari perilaku Ghibah:
a. Kita harus sadar bahwa segala apa yang kita ucapkan semuanya akan dicatat
dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
9
b. Selalu mengingat bahwa perbuatan ghibah adalah penyebab kemarahan dan
kemurkaan Allah.
c. Selalu mengingat bahwa amal kebaikan akan pindah kepada orang yang
digunjingkannya.
d. Hendaklah orang yang melakukan ghibah mengingat terlebih dahulu aib
dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
e. Menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya ghibah.
f. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan ghibah.
BAB III
PENUTUP
10
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa:
DAFTAR PUSTAKA
11
Ahnaf afiq.2011 (http://www.scribd.com/doc/62968328/ghibah diakses tanggal 15
desember 2012)
12