Proses Perubahan
APBD
Oleh
Kelompok 3
1. Ayatullah Khomeini Budaya C2B0151
2. Asep Saefullah C2B015155
3. Esi Kartika C2B015165
4. Fifi Ronasari C2B015166
5. Patriyani C2B0151
6. Sri Pebriyanti C2B0151
1
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut penjelasan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Kepala Daerah (Bupati/Walikota) selaku
pemegang kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan juga bertindak sebagai pemegang
kekuasaan dalam pengelolaan keuangan daerah.
2
Karena penyusunan anggaran untuk tiap tahun tersebut sudah mulai dipersiapkan
pada bulan Juli setiap tahunnya, maka tidak mustahil apabila pada pelaksanaannya APBD
tersebut perlu perubahan atau penyesuaian.
Secara sederhana, perubahan APBD dapat diartikan sebagai upaya pemerintah daerah
untuk menyesuaikan rencana keuangannya dengan perkembangan yang terjadi.
Perkembangan dimaksud bisa berimplikasi pada meningkatnya anggaran penerimaan
maupun pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga untuk mengakomodasi pergeseran-
pergeseran dalam satu SKPD.
Perubahan atas setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan alasan berbeda.
Ada perbedaan alasan untuk perubahan anggaran pendapatan dan perubahan anggaran
belanja. Begitu juga untuk alasan perubahan atas anggaran pembiayaan, kecuali untuk
penerimaan pembiayaan berupa SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu), yang
memang menjadi salah satu alasan utama merngapa perubahan APBD dilakukan.
Dari pendahuluan yang sudah penulis sampaikan, maka rumusan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut :
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
3
3. Untuk mengetahui permalaahan dan solusi dalam APBD Perubahan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dan alasan berbeda. Ada perbedaan alasan untuk perubahan anggaran pendapatan dan
perubahan anggaran belanja. Begitu juga untuk alasan perubahan atas anggaran
pembiayaan, kecuali untuk penerimaan pembiayaan berupa SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu), yang memang menjadi salah satu alasan utama merngapa perubahan
APBD dilakukan.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan mengapa perubahan atas anggaran pendapatan
terjadi, di antaranya:
2. Alasan penentuan target PAD oleh SKPD dapat dipahami sebagai praktik moral
hazard yang dilakukan agency yang dalam konteks pendapatan adalah sebagai budget
minimizer. Dalam penyusunan rancangan anggaran yang menganut konsep partisipatif,
SKPD mempunyai ruang untuk membuat budget slack karena memiliki keunggulan
informasi tentang potensi pendapatan yang sesungguhnya dibanding DPRD.
3. Jika dalam APBD murni target PAD underestimated, maka dapat dinaikkan dalam
APBD Perubahan untuk kemudian digunakan sebagai dasar mengalokasikan
pengeluaran yang baru untuk belanja kegiatan dalam APBD-P. Penambahan target PAD
ini dapat diartikan sebagai hasil evaluasi atas keberhasilan belanja modal dalam
mengungkit (leveraging) PAD, khususnya yang terealiasai dan tercapai outcome-nya
pada tahun anggaran sebelumnya.
6
1. Perubahan karena adanya varian SiLPA. Perubahan harus dilakukan apabila prediksi
atas SiLPA tidak akurat, yang bersumber dari adanya perbedaan antara SILPA 201a
definitif setelah diaudit oleh BPK dengan SiLPA 201b.
Perubahan dalam pembiayaan terjadi ketika asumsi yang ditetapkan pada saat
penyusunan APBD harus direvisi. Ketika besaran realisasi surplus/defisi dalam APBD berjalan
berbeda dengan anggaran ayng ditetapkan sejak awal tahun anggaran, maka diperlukan
penyesuaian dalam anggaran penerimaan pembiayaan, setidaknya untuk mengkoreksi
penerimaan yang bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
(SiLPA).
SiLPA tahun berjalan merupakan SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan) tahun lalu. Oleh
karena itu, SiLPA merupakan penerimaan pada awal tahun berjalan. Namun, besaran yang
diakui pada saat penyusunan APBD masih bersifat taksiran, belum definitif, karena (a) pada
akhir tahun lalu tersebut belum seluruh pertanggungjawaban disampaikan oleh SKPD ke BUD
dan (b) BPK RI belum menyatakan bahwa jumlah SiLPA sudah sesuai dengan yang
sesungguhnya.
Selisih (variance) antara SiLPA dalam APBD tahun berjalan dengan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) tahun sebelumnya merupakan angka yang menjadi salah satu bahan untuk
perubahan anggaran dalam tahun berjalan, terutama dalam bentuk penyesuaian untuk
belanja. Jika diterapkan konsep anggaran berimbang (penerimaan sama dengan pengeluaran
atau SILPA bernilai nol atau nihil), maka varian SiLPA akan menyebabkan perubahan alokasi
belanja.
1. Terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi Kebijakan umum anggaran (KUA);
2. Terjadi keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;
3. Ditemui keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun anggaran berjalan;
Selain itu, dalam keadaan darurat pemerintah daerah juga dapat melakukan
pengeluaran untuk membiayai kegiatan yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya
diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran tahun berjalan yang untuk pelaksanaannya harus dituangkan dalam peraturan
daerah tentang rancangan dan perubahan APBD. Oleh karenanya, dalam Peraturan Daerah
terkait harus diperjelas posisi satuan kerja perangkat daerah yang juga mempunyai
kedudukan sebagai pengguna anggaran dan pelaksana program. Keadaan darurat
sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat
diprediksikan sebelumnya;
4. Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang
disebabkan oleh keadaan darurat.
Perubahan APBD diajukan setelah laporan realisasi anggaran semester pertama dan
hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan
luar biasa. Keadaan luar biasa adalah keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan
dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari
50% (lima puluh persen).
8
2. Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah, selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.
3. Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan
rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD menjadi
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 52, dan Pasal 53 PP Nomor 58 Tahun 2005.
2.3. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS)
Perubahan APBD yang disebabkan karena perkembangan yang tidak sesuai dengan
Kebijakan umum anggaran (KUA) dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya
proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan biaya yang
semula ditetapkan dalam KUA. Apabila demikian, kepala daerah memformulasikan hal-hal
yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD tersebut dalam suatu Rancangan Kebijakan
Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Sementara atas perubahan APBD
tersebut. Rancangan kebijakan umum perubahan APBD harus memuat secara lengkap
penjelasan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. perbedaan asumsi dengan kebijakan umum anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya;
2. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD
dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD untuk tahun anggaran
berjalan;
3. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD
apabila asumsi kebijakan umum anggaran tidak dapat tercapai; dan
4. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan
APBD apabila melampaui asumsi KUA.
9
RKASKPD yang memuat program dan kegiatan baru untuk dianggarkan dalam perubahan
APBD sebagai acuan bagi kepala SKPD. Perubahan DPA-SKPD dapat berupa peningkatan
atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan dari yang telah ditetapkan
semula. Peningkatan atau pengurangan capaian target ini diformulasikan dalam Dokumen
Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD (DPPA-SKPD). Format-format yang digunakan
untuk menyusun Rancangan Kebijakan Umum Anggaran, PPAS, Nota Kesepakatan dan
format DPPA-SKPD dapat dilihat pada Lampiran C dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
Dalam pelaksanaannya, kadang kala sering juga terjadi pergeseran anggaran antar
unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja seperti telah disebutkan dalam dasar
perubahan APBD butir (b) tersebut di atas. Pergeseran anggaran juga dapat disebabkan
adanya pergeseran antar obyek belanja dan antar rincian obyek belanja yang kesemuanya
Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun sebelumnya yang berasal dari selisih lebih antara realisasi penerimaan dan
realisasi pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. SiLPA mencakup pelampauan
penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan
lainlain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan
belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan
sisa dana kegiatan lanjutan. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya tersebut harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan untuk hal-hal berikut
ini:
10
1. Pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui anggaran
yang tersedia yang mendahului perubahan APBD;
4. Pendanaan kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan Pasal 138 Permendagri Nomor 13
Tahun 2006;
5. Pendanaan program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan
batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan
6. Pendanaan kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah
ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan
sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) dan kegiatan (5) yang
diformulasikan dalam Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD).
Perubahan APBD sebagai akibat dari keadaan darurat dan keadaan luar biasa juga
harus memperhatikan ketentuan yang berikut ini.
a. Keadaan darurat bukan merupakan keadaan normal dari kegiatan pemerintah daerah
sehari-hari dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya;
c. Keadaan darurat berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan
d. Keadaan darurat dapat berakibat signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan
yang disebabkan oleh keadaan darurat tersebut.
Dalam keadaan darurat pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya yang selanjutnya akan/harus diusulkan dalam rancangan perubahan
APBD dan ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD. Pendanaan keadaan darurat
11
yang belum tersedia anggarannya tersebut dapat menggunakan pos belanja tak terduga.
Dalam hal pos belanja tak terduga tidak mencukupi kebutuhan, maka pendanaan keadaan
darurat dapat dilakukan dengan cara:
(1) menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan
kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan, dan/atau;
Keadaan luar biasa yang dimaksud sebagai faktor yang mendorong perlunya
perubahan APBD adalah suatu keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau
pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima
puluh persen). Persentase ini merupakan selisih kenaikan atau penurunan antara pendapatan
dan belanja dalam APBD. Apabila estimasi penerimaan dalam APBD diperkirakan mengalami
peningkatan lebih dari 50%, pemerintah daerah dapat menambah kegiatan baru yang harus
diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD, dan/atau penjadwalan ulang capaian target
kinerja program dan kegiatan dalam tahun anggaran berjalan yang formulasinya dicantumkan
dalam DPPA-SKPD. Akan tetapi bila estimasi penerimaan dalam APBD diperkirakan
mengalami penurunan lebih dari 50%, pemerintah daerah harus melakukan penjadwalan
ulang capaian target kinerja program dan kegiatan dalam tahun anggaran berjalan yang
formulasinya dicantumkan dalam DPPA-SKPD.
perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA (kebijakan umum APBD);
12
keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan untuk pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan;
2.9 RKA-SKPD
RKA-SKPD (rencana kerja dan anggaran SKPD) yang memuat program dan kegiatan
baru dan DPPA-SKPD (dokumen pelaksanaan perubahan anggaran SKPD) yang
akan dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disusun oleh SKPD
disampaikan kepada PPKD (pejabat pengelola keuangan daerah) untuk dibahas lebih
lanjut oleh TAPD (tim anggaran pemerintah daerah). Pembahasan oleh TAPD
dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dan DPPA-SKPD dengan
kebijakan umum perubahan APBD serta PPA (prioritas dan plafon anggaran)
perubahan APBD, prakiraan maju yang direncanakan atau yang telah disetujui dan
dokumen perencanaan Iainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, standar
analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Dalam hal
hasil pembahasan RKA-SKPD dan DPPA-SKPD yang memuat program dan kegiatan
yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD terdapat ketidaksesuaian dengan
ketentuan, SKPD melakukan penyempurnaan.
RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan
dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disempurnakan oleh SKPD,
disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD. RKA-SKPD yang
memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan dianggarkan dalam
perubahan APBD yang telah dibahas TAPD, dijadikan bahan penyusunan ranperda
tentang perubahan APBD dan ranperkada tentang penjabaran perubahan APBD oleh
PPKD.
13
Ranperda tentang perubahan APBD dan ranperkada (rancangan peraturan kepala
daerah) tentang penjabaran perubahan APBD yang disusun oleh PPKD memuat
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang mengalami perubahan dan yang tidak
mengalami perubahan. Ranperda tentang perubahan APBD terdiri dari ranperda
tentang perubahan APBD beserta lampirannya. Lampiran ranperda terdiri dari:
Ranperda tentang perubahan APBD yang telah disusun oleh PPKD disampaikan
kepada kepala daerah. Ranperda tentang perubahan APBD sebelum disampaikan oleh
kepala daerah kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi
ranperda tentang perubahan APBD bersifat memberikan informasi mengenai hak dan
14
kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan perubahan APBD
tahun anggaran yang direncanakan. Penyebarluasan ranperda tentang perubahan
APBD dilaksanakan oleh sekretariat daerah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Uraian makalah ini kami berpendapat: (a). Perubahan APBD dapat
dilakukan beberapa kali dalam 1 (satu) tahun angaran; (b). Perubahan APBD yang
pertama dilakukan disebabkan: perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi
KUA; keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja; keadaan yang menyebabkan
SILPA yang harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan; dan
keadaan darurat. Yang memberi arti, pendanaan keadaan luar biasa bukan termasuk
ke dalam penyebab dilakukannya perubahan pertama atas APBD; (c). Perubahan
kedua dan seterusnya dapat dilakukan karena pendanaan keadaan darurat.
16
diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD. RKA-SKPD dan DPPA-SKPD
digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan peraturan daerah tentang
perubahan kedua APBD.
DAFTAR PUSTAKA
https://deriirwan.wordpress.com/2013/09/25/apa-dan-mengapa-terjadi-perubahan-apbd/,
diakses tanggal 17-02-2017
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2007. Jakarta.
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PT. Radja Grafindo.
17