Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

PENGKAJIAN KOMUNITAS PADA ANAK REMAJA

MATA KULIAH
PENGKAJIAN KOMUNITAS

Disusun oleh :
1 Purnomo
2 Ita Apriliani
3 Restu Amalia Azmy
4 Nurul Laili

MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
kedewasaan yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis
dan emosi ( Effendy, F & Makhfudli, 2009, hal. 221). Rentang usia remaja
antara 12 tahun sampai 24 tahun (WHO, 2007). Remaja merupakan masa
peralihan masa kanak-kanak dan masa dewasa dengan rentang usia 12 tahun
sampai 21 tahun (Gunarsa, 2008, hal. 203). Jumlah kelompok usia 10-19
tahun di Indonesia sesuai dengan sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 43,5
juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk, sedangkan di dunia diperkirakan
jumlah remaja sebanyak 1,2 milyar atau setara dengan 18% jumlah penduduk
di dunia (WHO, 2014). Remaja memiliki sifat yang khas diantaranya
memiliki rasa keigintahuan yang tinggi, menyukai petualangan dan tantangan
meskipun beresiko tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Keputusan yang diambil oleh remaja akan mempengaruhi perilaku remaja,
jika keputusan yang diambil tidak tepat, remaja akan jatuh dalam perilaku
yang beresiko dan akan memberikan dampak dalam jangka waktu pendek dan
panjang yang berkaitan dengan masalah kesehatan fisik dan psikososial
(Kemenkes RI, 2015). Masalah kebiasaan sehari-hari yang beresiko pada
remaja adalah kebiasaan merokok, minum-minuman keras, obat-obatan,
keluyuran, membolos, boros, dan perilaku lain yang tidak baik (Gunarsa &
Gunarsa, 2004). Faktor-faktor yang berperan terhadap perilaku merokok
adalah faktor lingkungan yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan teman
sebaya, kedua faktor tersebut merupakan prediktor yang cukup baik terhadap
perilaku merokok pada remaja (Komalasari & Helmi, 2000).
Faktor lain adalah tingkat pengetahuan remaja. Pengetahuan merupakan
faktor predisposisi yang memengaruhi perilaku seseorang, mereka yang
berpengetahuan tinggi diharapkan berperilaku positif. Pengetahuan tentang
rokok bukan merupakan prediktor perilaku merokok pada perokok remaja.
Pengetahuan remaja tentang merokok berada pada kategori tinggi (83,4%).
Iklan rokok sebagai media promosi rokok dan berbagai jenis sangat potensial
membentuk sikap dan perilaku merokok remaja, pengetahuan tentang rokok
banyak didapatkan melalui iklan rokok, baik jenis rokok terbaru maupun
bahaya dari rokok itu sendiri. Sikap merupakan faktor personal yang berkaitan
dengan perilaku, termasuk perilaku merokok (Rachmat, M, dkk. 2007).
Jumlah penduduk usia >10 tahun yang setiap hari merokok sebesar
0,243x199.178.321= 48.400.332 jiwa, rata-rata jumlah batang yang dihisap
per hari= 12 batang (Kemenkes RI, 2015). Trend usia merokok meningkat
pada usia remaja yaitu pada umur 10-14 tahun, an 15-19 tahun (Riskesdas,
2013). Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi di
dunia, usia pertama kali mencoba merokok berdasarkan kelompok umur dan
jenis kelamin yaitu sebagian besar laki-laki dan pertama kali mencoba
merokok pada usia 12-13 tahun (GYTS, 2014). Dampak dari perilaku
merokok adalah munculnya berbagai penyakit dan gangguan kesehatan,
diantaranya yaitu infeksi saluran pernafasan, kanker mulut, kanker paru-paru,
hipertensi, berkurangnya energi dan vitalitas, dan yang paling berbahaya
dapat sampai berujung kepada kematian (Husaini, 2007).
Dampak-dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok pada remaja,
selain merugikan remaja sendiri juga merugikan orang lain, sehingga
berdasarkan dampak tersebut perlu dilakukan pengkajian secara mendalam
terkait perilaku merokok pada remaja, hasil pengkajian dan analisis dapat
digunakan dalam menentukan intervensi yang tepat untuk menurunkan
perilaku merokok pada remaja. Pengkajian yang dilakukan untuk memperoleh
data perilaku merokok pada remaja menggunakan format instrumen
pengkajian Community As Partner karena masalah perilaku merokok pada
remaja tidak hanya disebabkan oleh faktor individu saja, tetapi juga
disebabkan oleh faktor lingkungan di masyarakat.
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan
model Community As Partner dalam pengembangan instrumen pengkajian
komunitas perilaku merokok pada remaja.
B. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
1 Menjelaskan tentang faktor dan dampak perilaku merokok pada remaja
2 Menjelaskan tentang model Community As Partner
3 Menyusun instrumen pengkajian perilaku merokok pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
Adolesen (remaja) adalah masa transisi dari anak-anak menjadi
dewasa. Istilah adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 1994). Adolescence
artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan
dan sosial serta emosional (Nurhaedar, 2005).

2. Tahap Perkembangan Remaja


Ada tiga Tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri
remaja, yaitu :
a Remaja Awal (Early Adolescence)
Pada tahap ini remaja berusia 10-12 tahun masih merasa heran
dan bingung terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Remaja
mengembangkan pemikiran baru, tertarik dengan lawan jenis dan
mudah terangsang bila ada sentuhan dari lawan jenisnya. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b Remaja Madya (Middle Adolescence)
Usia remaja 13-14 tahun. Pada tahap ini remaja mebutuhkan
banyak teman, menyukai teman yang mempunyai kepribadian yang
sama dengannya, perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-
kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari
lawan jenis.
c Remaja Akhir (Late Adolescence)
Usia pada tahap ini 16-19 tahun terjadi masa konsolidasi menuju
dewasa dan mempunyai beberapa kriteria, yaitu : minat terhadap
fungsi yang intelek, mencari pengalaman yang baru dan bersatu
dengan orang, identitas seksual tidak akan berubah, perhatian kepada
diri sendiri dan orang lain (Batubara, 2010).
3. Karakteristik Perkembangan Remaja
Karakteristik perkembangan remaja menurut Wong (2008), dibedakan
menjadi :
a Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson, menganggap
bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas.
b Perkembangan Kognitif dan moral
Pada tahap ini operasional terjadi perubahan secara konkrit,
moral konvensional, dealisme dan absolute.
c Perkembangan Spiritual
Pada masa ini remaja mulai mandiri, mempunyai otoritas, tetap
berpegang teguh pada nilai-nilai. Mempertanyakan kepercayaan dan
penguatan spiritualitas mereka.
d Perkembangan Sosial
Kematangan remaja akan diperoleh secara penuh dan
menetapkan sebuah identitas. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas
dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba
untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian
(Wong, 2008).

4. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja


Perkembangan pada masa remaja lebih di fokuskan meninggalkan
masa kanak-kanak dalam mencapai sikap dan perilaku orang dewasa.
Tugastugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Hurlock,
1973 menyatakan bahwa:
a Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya
baik sesama jenis maupun lawan jenis
b Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
c Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
d Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang
dewasa lainnya
e Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
f Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
g Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan
keluarga
h Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk
tercapainya kompetensi sebagai warga negara
i Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat di pertanggung
jawabkan secara sosial
j Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman
perilaku (Hurlock, 1998).
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan
perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan
pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat
memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan
kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh
perkembangan kognitifnya (Hurlock, 1998).

5. Penyesuaian diri remaja dan permasalahannya


Menurut Alie dan Asrori (2009). Penyesuaian diri pada remaja bisa
dilihat dari tiga sudut pandang sebagai cara beradaptasi dalam bentuk
konfrontasi dan penguasaan. Remaja dikatakan mempunyai penyesuaian
diri yang baik bila dapat merespon hal yang baik, efisien, memuaskan dan
sehat. Dalam penyesuaian diri remaja melibatkan tiga unsur, yaitu
motivasi, sikap remaja terhadap kenyataan, dan pola dasar penyesuaian
diri. Dalam penyesuaian diri pada remaja dipengaruhi oleh lima faktor
yang ada dalam diri remaja seperti kondisi fisik, kepribadian, proses
belajar, lingkungan, agama dan budaya. Dan disamping kelima faktor
tersebut penyesuaian diri remaja dalam hal psikologis diwarnai oleh
dinamika penyesuaian diri seperti kebutuhan motivasi, persepsi,
kemampuan dan kepribadian remaja (Ali & Asrori, 2009).

B. Konsep Perilaku Merokok


1. Pengertian Merokok
Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau, kemudian
menghisap asapnya menggunakan rokok ataupun sebuah pipa (Sitepoe,
2000). Definis yang sama di kemukakan oleh Sari, Ari, Ramdhani, dkk
(2003) menyatakan bahwa merokok merupaka aktifitas menghirup atau
menghisap asap rokok menggunakan pipa atau rokok. Sumarno (dalam
Mulyadi 2007). menjelaskan 2 cara merokok yang umum dilakukan,
yaitu: (1) menghisap lalu menelan asap rokok ke dalam paru-paru dan
dihembuskan; (2) cara ini dilakukan dengan lebih moderat yaitu hanya
menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung.
Pendapat lainnya mengenai definisi merokok juga dikemukakan
oleh Armstrong (2007) yaitu menghisap asap tembakau yang dibakar ke
dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar. Sedangkan Levy (2004)
mengatakan bahwa perilaku merokok adalah kegiatan membakar
gulungan tembakau lalu menghisapnya sehingga menimbulkan asap yang
dapat terhirup oleh orang-orang disekitarnya. Berdasarkan definisi
merokok yang telah dikemukakan di atas, disimpulkan bahwa merokok
merupakan suatu aktifitas membakar gulungan tembakau yang berbentuk
rokok ataupun pipa lalu menghisap asapnya kemudian menelan atau
menghembuskannya keluar melalui mulut atau hidung sehingga dapat
juga terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

2. Kategori Perokok
Sitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah
konsumsi rokok harian yaitu: (a) perokok ringan (110 batang/ hari), (b)
perokok sedang (1120 batang/ hari), (c) perokok berat (>20 batang/
hari). Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih
kecil memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berhenti merokok
(Kwon Myung & Gwan Seo, 2011). Taylor (2009) menyebut istilah
chippers untuk menjelaskan perokok yang mengkonsumsi rokok kurang
dari 5 batang/ hari dan biasanya chippers tidak menjadi perokok berat
sehingga sangat kecil kemungkinan mengalami ketergantungan nikotin.
Istilah lainnya pada perokok adalah social smoker yaitu individu yang
merokok hanya pada situasi sosial atau situasi tertentu misalnya saat
bertemu dengan teman lama di suatu acara atau pesta. Situasi sosial
tersebut bertindak sebagai isyarat atau pemicu untuk merokok (Hahn &
Payne, 2003).

3. Tahapan Menjadi Perokok


Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang
dilalui, antara lain: periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan
teman sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa
seorang perokok (Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses
menjadi perokok (Ogden, 2000) antara lain:
1. Tahap I dan II : Initiation dan Maintenance
Tahap initiation dan maintenance cukup sulit dibedakan.
Initiation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok
sedangkan maintenance merupakan tahap dimana individu kembali
merokok.
Charltonn (Ogden, 2000) mengatakan bahwa merokok
biasanya dimulai sebelum usia 19 tahun dan individu yang mulai
merokok pada usia dewasa jumlahnya sangat kecil. Faktor kognitif
berperan besar ketika individu mulai merokok, antara lain:
menghubungkan perilaku merokok dengan kesenangan,
kebahagiaan, keberanian, kesetia-kawanan dan percaya diri. Faktor
lainnya adalah memiliki orang-tua perokok, tekanan teman sebaya
untuk merokok, menjadi pemimpin dalam kegiatan sosial dan tidak
adanya kebijakan sekolah terhadap perilaku merokok.
2. Tahap III: Cessation
Cessation merupakan suatu proses dimana perokok pada
akhirnya berhenti merokok. Tahap cessation terbagi 4, yaitu:
precontemplation (belum ada keinginan berhenti merokok),
contemplation (ada pemikiran berhenti merokok), action (ada usaha
untuk berubah), maintenance (tidak merokok selama beberapa waktu).
Tahapan tersebut bersifat dinamis karena seseorang yang berada di
tahap contemplation dapat kembali ke tahap precontemplation.
3. Tahap IV : Relapse
Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan
bahwa ia tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon
(dalam Ogden, 2000) membedakan antara lapse dengan relapse.
Lapse adalah kembali merokok dalam jumlah kecil sedangkan relapse
adalah kembali merokok dalam jumlah besar. Ada beberapa situasi
yang mempengaruhi pre-lapse yaitu high risk situation, coping
behavior dan positive-negative outcome expectancies.
Saat individu dihadapkan dengan high risk situation maka
individu akan melakukan strategi coping behavior berupa perilaku
atau kognitif. Bentuk perilaku misalnya menjauhi situasi atau
melakukan perilaku pengganti (makan permen karet) sedangkan
bentuk kognitif adalah mengingat alasan berhenti merokok. Positive
outcome expectancies (misalnya merokok mengurangi kecemasan)
dan negative outcome expectancies (misalnya merokok membuatnya
sakit) dipengaruhi pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan
jika individu memiliki strategi coping dan negative outcome
expectancies serta peningkatan self efficacy yang mempengaruhi
individu tetap bertahan untuk tidak merokok. Namun, jika individu
tidak memiliki strategi coping dan memiliki positive outcome
expectancies serta self efficacy yang rendah maka individu akan
mengalami lapse (kembali merokok dalam jumlah kecil).

4. Tipe-Tipe Perilaku Merokok


Silvan Tomkins (dalam Sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe
perilaku merokok, yaitu:
1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif
affect smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/meningkatkan
perasaan positif, misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan
membentuk image yang diinginkan.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif (negatif
affect smoking). Tujuannya untuk mengurangi perasaan yang kurang
menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.
3. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang
sudah ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang
akan digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi
sebelumnya mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap
sehingga individu mempersiapkan hisapan rokok berikutnya.
Umumnya, individu dengan tipe perilaku merokok yang adiktif
merasa gelisah bila tidak memiliki persediaan rokok.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking).
Dalam hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan
perasaannya secara langsung melainkan karena sudah terbiasa.

5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Taylor (2009) mengatakan bahwa kumpulan teman sebaya dan
anggota keluarga yang merokok menimbulkan persepsi bahwa merokok
tidak berbahaya sehingga meningkatkan dorongan untuk merokok.
Perokok berpendapat bahwa berhenti merokok merupakan hal yang sulit,
meskipun mereka sendiri masih tergolong sebagai perokok yang baru
(Floyd, Mimms & Yelding, 2003). Ada beberapa alasan sehingga perokok
tetap merokok, antara lain: pengaruh anggota keluarga yang merokok,
untuk mengontrol berat badan, membantu mengatasi stres, self esteem
yang rendah dan pengaruh lingkungan sosial (Floyd, Mimms & Yelding,
2003). Selain itu, rendahnya self efficacy (keyakinan terhadap kemampuan
untuk melakukan sesuatu dengan baik) khususnya yang berkaitan dengan
perilaku merokok yaitu keyakinan terhadap kemampuan untuk
mengontrol keinginan merokok sangat berpengaruh terhadap
berlanjutnya perilaku merokok (Bandura, 1997).

6. Efek Positif dan Negatif Merokok


Efek positif merokok yaitu menimbulkan perasaan bahagia karena
kandungan nikotin pada tembakau menstimulasi adrenocorticotropic
hormone (ACTH) yang terdapat pada area spesifik di otak (Hahn &
Payne, 2003). Rose (Marks, Murray, et al, 2004) mengatakan bahwa
nikotin yang dikonsumsi dalam jumlah kecil memiliki efek
psikofisiologis, antara lain: menenangkan, mengurangi berat badan,
mengurangi perasaan mudah tersinggung, meningkatkan kesiagaan dan
memperbaiki fungsi kognitif. Istilah nicotine paradox digunakan oleh
Nesbih (Marks, Murray, et al, 2004) untuk menjelaskan adanya
pertentangan antara efek fisiologis nikotin sebagai stimulan dan
menenangkan yaitu kondisi menenangkan diperoleh saat perokok kembali
merokok setelah mengalami gejala withdrawal akibat pengurangan atau
penghentian nikotin. Meskipun demikian, efek positif merokok sangat
kecil dibandingkan dengan efek negatifnya terhadap kesehatan (Ogden,
2000).
Hahn & Payne (2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya
lebih mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih
lama dan usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan
kematian tetapi mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian, antara lain : penyakit kardiovaskuler, kanker,
saluran pernapasan, gangguan kehamilan, penurunan kesuburan,
gangguan pencernaan, peningkatan tekanan darah, peningkatan prevalensi
gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000). Secara signifikan,
perokok memiliki kecenderung lebih besar mengkonsumsi obat-obatan
terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi ereksi sebesar 50% (Taylor,
2009).
Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga bagi
orang-orang di sekitar perokok dan lingkungan (Floyd, Mimms &
Yelding, 2003). Passive smokers memiliki kecenderungan yang lebih
besar mengalami gangguan jantung karena menghirup tar dan nikotin 2
kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali lebih banyak dan amonia 50
kali lebih banyak (Donatelle & Davis, 1999). Polusi lingkungan yang
menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap rokok dan
dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi ruangan
tertutup karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat
(Donatelle & Davis, 1999). Gangguan akut dari polusi ruangan akibat
rokok adalah bau yang kurang menyenangkan pada pakaian serta
menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Bagi penderita asma,
polusi ruangan akan menstimulasi kambuhnya penyakit asma (Sitepoe,
2000).
KONSEP MODEL
Community as Partner Model
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas;
analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga
tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi
(Hitchcock, Schubert, Thomas; 1999). Fokus pada model ini adalah komunitas
sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman
memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada
dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari
berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis
pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance
defense (lihat gambar 1).

Gambar 1. Community as Patner Model


Sumber : Anderson Elizabeth & McFarlane Judith, (2008). Community as Partner:
Theory And Practice In Nursing. Third edition oleh Lippincott Williams &
Wilkins hal: 158.
Klien dalam model Community as Partner ini meliputi intrasistem dan
ekstrasistem. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki
satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Ekstrasistem meliputi
delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi,
pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan
fisik dan rekreasi (Anderson & McFarlane, 2000; Allender & Spradley, 2005;
Ervin, 2002; Helvie, 1998; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope &
Lancaster, 2004;). Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya
sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada
lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor.
Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan
anak-anak adalah contoh dari line of resistance.
Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan
model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari bagian
utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi intinya merupakan
bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari
beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
2. Family- Centered Nursing
Praktik keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing)
didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk perawatan
individu dari anggota keluarga dan dari unit yang lebih luas. Keluarga adalah unit
dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat, mempresentasikan perbedaan
budaya, rasial, etnik, dan sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk
mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan
pengkajian dan perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan
keluarga (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Penerapan asuhan keperawatan
keluarga dengan pendekatan family-centered nursing salah satunya menggunakan
Friedman Model. Pengkajian dengan model ini melihat keluarga sebagai
subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley, 2005). Proses keperawatan
keluarga meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.
Suprajitno (2004) menyatakan bahwa asuhan keperawatan keluarga
difokuskan pada peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga, dimana
keluarga merupakan sistem sosial karena memiliki dua orang atau lebih yang
memiliki peran sosial yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan
ketergantungan antarindividu. Sehingga peningkatan kesehatan dilakukan melalui
perbaikan dinamika hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga yang
terdiri atas afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan kesehatan bagi
anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang sakit dan bagi anggota
keluarga yang lain agar tidak tertular penyakit, serta adanya interdependensi antar
anggota keluarga, dan meningkatkan hubungan keluarga dengan lingkungannya.
Keluarga diharapkan mampu melakukan pemeliharaan kesehatan para
anggotanya, maka dari itu keluarga harus melakukan 5 tugas kesehatan keluarga.
Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004) menyebutkan ada 5 tugas kesehatan
keluarga yang harus dijalankan, terdiri dari :
1. Mampu mengenal masalah kesehatan
2. Mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3. Mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan
4. Mampu mempertahankan suasana di rumah yang sehat atau
memodifikasi lingkungan untuk menjaminkesehatan anggota keluarga
5. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya
bagi keluarga
Kisi-kisi Pengkajian

NO TOPIK SUB TOPIK SUB-SUB TOPIK PERTANYAAN/PERNYATAA SUMBER


METODE
N DATA

S O W DS
1. Core (Inti) Sejarah - Apakah kamu pernah merokok? Siswa
- Apakah sampai sekarang masih
merokok?
- Sudah berapa lama kamu
merokok?
- Pada umur berapa kamu mulai
merokok?
- Apa alasan kamu pertama kali
merokok?
- Siapa yang pertama kali
mempengaruhi kamu merokok?
- Dimana pertama kali kamu
merokok?
- Adakah perubahan kondisi
lingkungan sekolah sebelum
dan sesudah kamu merokok
- Apakah berdirinya lingkungan
tempat sekolah yang dijadikan
temapat merokok sudah lama
- Berapa lama tempat merokok
sudah dijadikan tempat
kebiasaan siswa untuk merokok
- Siapakah yang mengetahui
sejarah tempat merokok untuk
para siwa dilingkungan
sekolah?
Demografi Data uum - Apakah didalam sekolah ada Siswa
warung yang menjual rokok?
- Apakah disekitar sekolah ada
warung atau orang yang menjual
rokok?
- Ras apa yang sering merokok di
lingkungan sekolah

Etnis - -adakah indikator perbedaan siswa


kelompok atnis di sekolah (siswa
yang aktif merokok dan yang
tidak merokok)
- - perbedaan apa yang terlihat pada
kultur kelompok
Nilai/kepercayaa - Seberapa besar pengaruh iklan Siswa dan pihak
n dalam memotivasi kamu untu
sekolah
kmerokok?
- Sejak kapan kamu berhenti
merokok?
- Alasan kamu untuk berhenti
merokok?
- Saya merasa lebih percaya diri
jika sedang merokok
- Menghirup udara yang bebas asap
rokok merupakan hak asasi
manusia
- Berhenti merokok tidak mudah
namun tidak mustahil
- Saya lebih percaya diri jika saya
sedang merokok
- Apakah disekolah diadakan
kegiatan keagamaan
- Apakah siswa aktif dlm kegiatan
keagamaan
2. Subsistem Lingkungan fisik - Dimana kamu biasanya merokok? Siswa dan pihak
- Biasanya kamu mendapatkan
sekolah
rokok darimana?
- Keadaan yang membuat kamu
merokok?
- Pernahkah kamu merokok
bersama teman?
- Bagaimana tindakan teman
ketika kamu merokok?
- Saya akan tetap merokok
walaupun ada yang terganggu
dengan asap rokok saya
- Jika kamu merokok, temanmu
akan measehatimu
- Jika kamu merokok temanmu
akan membiarkanmu
- Jika kamu merokok temanmu
akan ikut merokok
- Jika kamu meroko temanmu akan
menjauhimu
- Saya bebas merokok dimanapun
sya suka walupun lingkungan
sekolah
- Jika ada siswa yang merokok
disekolahmu, guru akan
menegur siswa tersebut
- Jika ada siswa yang merokok
disekolahmu maka guru akan
membiarkannya
- Apakah ada guru di sekolahmu
yang merokok?
- Bagaimana tindakan guruu jika
melihat siswa yang merokok?
- Bagaimana kondisi komunitas,
- Bagaimana kualitas udara,
tumbuhan,perumahan, orang
dan hewan
- Berapakah luas tempat tinggal
Kesehatan dan - Menurut kamu apakah rokok Siswa/pihak
pelayanan sosial berbahaya bagi kesehtan? sekolah
- Berbahaya bagi kesehatan siapa?
- Menurut kamu seberapa besar
akibat/resiko buruk yang di
timbulkan pada orang disekitar
perokok?
- Orang yang tidak merokok tetapi
berada disekitar orang yang
sedang merokok dan ikut
menghirup asap rokok disebut
apa?
- Menurut kamu bahaya kesehatan
apa yang ditimbulkan jika
merokok?
- Menurut kamu didalam rokok
mengandung zat kimia yang
berbahaya?
- Zat apakah yang ada didalam
rokok yang dapat membuat
kecanduan?
- Zat apakah yang ada didalam
rokok yang mengikat
hemoglobin dalam darah?
- Apakah kamu mengetahui adanya
peraturan yang melarang
merokok di lingkungan sekolah?
- Apakah kamu mengetahui adanya
peraturan yang melarang
merokok ditempat umum, sarana
kesehatan, tempat kerja, area
kegiatan anak, tempat ibadah dan
angkutan umum?
- Menghirup udara yang bebas asap
rokok merupakan hak asasi
manusia
- Adakah bukti siswa yang
mengalami kondisi penyakit akut
atau kronik
- Apakah di sana ada klinik, rumah
sakit, kantor praktisi kesehatan,
pelayanan kesehatan umum,
pusat emergency, perawatan
rumah, fasilitas pelayanan sosial,
pelayanan kesehatan mental bagi
remaja
- Apakah semua pelayanan tersebut
mudah berfungsi/berjalan
Ekonomi Berapa banyak rokok yang kamu Siswa/pihak
habiskan setiap hari (rata rata)?
sekolah
Berapa uang saku yang kamu
dapatkan setiap hari?
Berapa banyak uang yang kamu
gunakan untuk membeli rokok?
Pemerintah seharusnya
menaikkan harga rokok
Apakah kamu membeli rokok dari
uang saku?
Apakah sepulang sekolah kamu
melanjutkan utuk bekerja ?
Kamu lebih memilih untuk jajan di
kantin sekolah atau membeli
rokok?

Transportasi dan - Perlu adanya peraturan yang Siswa/pihak


keamanan mewajibkan pencantuman label
sekolah
peringatan bahaya merokok
disetiap bungkus rokok
- Pemberlakuan larangan merokok
di tempat umum, sekolah dan
ibadah
- Disekolahmu trepasang poster
dilarang merokok
- Disekolahmu terpasang poster
bahaya akibat rokok
- Disekolahmu terpasang poster
dampak negatif dari seorang siwa
yang merokok
- Jika ada temanmu yang merokok
di sekolah guru akan menegur
- Jika ada temanmu yang merokok
di sekolah guru akan
membiarkan
- Jika kamu merokok temanmu
akan menasehatimu
- Jika kamu merokok temanmu
akan membiarkanmu
- Pernahkah jika kamu tidak
merokok teman teman mu
mengejek
- Kamu merasa jika merokok
disekolah terlihat lebih jantan
karena takut akan di ganggu oleh
teman teman
- Apakah kendaraan yang dipakai
milik sendiri atau kendaraan
umum untuk berangkat
kesekolah
- Apakah jenis kendaraan yang
dipakai bus, motor atau taxi
- Apakah ada pemantauan kualitas
udara di sekolah terkait siswa
yang merokok
- Apakah bentuk kriminal yang ada
di lingkungan sekolah
- Apakah siswa merasa aman

Politik dan - Pembatasan jam tayang bagi iklan Siswa/pihak


pemerintahan rokok
sekolah/dinas
- Apakah remaja ikut terlibat dalam
pengambilan keputusan tentang terkait
merokok
- Pemerintah sebaiknya menaikan
harga rokok
- Seberapa menarik iklan rokok
yang ditayangkan di televisi
menurut kamu?
- Pernahkan siswa di undang dalam
program pemerintah terkait
dengan remaja bebas rokok
- Apakah siswa ikut terlibat dalam
pengambilan keputusan untuk
menjauthkan hukuman bagi
siswa yang ketahuan merokok
- Apakah pernah ada sosialisasi
guru tentang hukuman yang
diterima oleh siswa jika merokok
di lingkungan sekolah

Komunikasi - Apakah ada tempat umum siswa Siswa/pihak


-siswa berkumpul
sekolah
- Sekolah berlangganan majalah
kesehtan
- Sekolah memberi wadah untuk
berkretifitas lewat mading agar
seluruh siswa dapat membaca
isi manffat mading tersebut
- Apakah siswa menggunakan cara
formal atau informal dalam
berkomunikasi
Pendidikan - bagaimana reputasi siswa Siswa/pihak
disekolah
sekolah
- - apakah ada koleksi buku
perpustakaan tentang kesehatan
- -apakah ada papan untuk
memberikan informasi
pendidikan dan bagaimana cara
memfungsikannya
- -berapa angka rata-rata siswa
yang drop out dikarenakan
kenakalan
- -apakah ada ekstrakurikuler di
sekolah
- -bagaimana siswa
memanfaatkannya
- -apakah ada pelayanan kesehatan
di sekolah
- -apakah ada perawat sekolah
Rekreasi - Di manakah biasanya siswa Siswa/pihak
bermain dilingkungan sekolah
sekolah
- Apa bentuk rekreasi yang sering
dikunjungi oleh siswa dan guru
- Apa saja fasilitas rekreasi yang
disediakan di dalam sekolah
3. Keluarga Fungsi keluarga - Fungsi - Pernahkah kamu merokok Siswa/keluarga
bersama keluarga?
afeksi
- apakah ada anggota keluarga mu
yang merokok?
- Bagaimana tindakan keluarga
ketika kamu merokok?
- Pernahkah orang Tua memberi
jatah untuk membeli rokok?
- Fungsi sosialisasi
- keluarga saya tidak suka dengan
rokok
- jika ada salah satu anggota
keluarga yang merokok didalam
rumah anggota keluarga yang lain
akan menegur
Fungsi perawatan
kesehatan
- apakah orang tua bercerita
tentang bahaya merokok bagi
kesehatan
Apakah orang tua mengajarkan
- Fungsi reproduksi rasa menumbuhkembangkan
kasih sayang dalam keluarga?

Apakah orang tua sudah


merencanakan dan menciptakan
- Fungsi ekonomi lingkungan kelurga sebagai
wahana pendidikan dan sosialisasi
yang pertama pada anak

Apakah orang tua sudah


memenuhi kebutuhan kesehatan
primer dalam keluarga

Apakah orang tua sudah


memberikan pendidikan
reproduksi sesuai tahap tumbuh
kembang anak

Apakah penghasilan keluarga


mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan anggota keluarga
Stres dan koping - Stresor jangka Siswa/keluarga
- Keluhan remaja berkaitan dengan
pendek
tugas-tugas dari sekolah
- Ketakutan keluarga yang tidak
dapat membantu menyelesaikan
masalah remaja
- Stressor jangka
- Apakah keluarga sering
panjang
melakukan diskusi atau
musyawarh dalam
menyelesaikan masalah

Respon keluarga - Apakah orang tua sudah


dan remaja memantau perkembangan
terhadap stressor remaja, baik di sekolah, di rumah
maupun di lingkungan sekitar,
dengan bertanya pada guru
ataupun tetangga.

- Strategi koping
Pola asuh Jenis pola asuh apakah yang
keluarga diterapkan dalam keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Ali M dan Asrori M. 2009. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi
Aksara.
Armstrong, Sue. 2007. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan. Jakarta: Arcan.
Bandura Albert. 2007. Self Efficacy: The Excercise Of Control. Freeman And Company:
New York.
Batubara, Jose RL. 2010. Jurnal Adolescent Development (Perkembangan Remaja).
Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :FKUI.
Donatelle & Davis. 1999. Health: The Basic. Allyn & Bacon: USA.
Donna L Wong, et, al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Alih Bahasa Indonesia.
6th ed. Agus Sutarna, Neti Juniarti HYK, editor. Jakarta: EGC
Effendy, F & Makhfudli, 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam
keperawatan, hal. 221. Jakarta: Salemba Medika.
Elizabeth Hurlock. 1998. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Floyd, Mimms & Yielding. 2003. Personal Health: Perspective and Lifestyles. Wadsworth:
USA
Global Youth Tobacco (GYTS), 2014.
Gunarsa, S.D & Gunarsa, S.D.Y, 2004. Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga.
Jakarta: Gunung Mulia.
Gunarsa, S.D & Gunarsa, S.D.Y. 2008. Psikologi perkembangan anak dan remaja, hal. 203.
Jakarta: Gunung Mulia.
Hahn & Payne. 2003. Focus on Health: Sixth Edition. McGraw Hill: New York.
Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan). Jakarta : Erlangga.
Husaini, A. 2006. Tobat merokok: Rahasia dan cara empatik berhenti merokok. Bandung:
Pustaka Iman.
Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes RI), 2015.
Komalasari, D & Helmi, A.F. 2016. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok.
Kwon Myung & Gwan Seo. 2011. Analysis of Smoking Related Characteristics Over Times
in Korean Adult Smokers : findings from international tobacco control (ITC). Official
Journal of Society for Research on Nicotine and Tobacco.
Levy, M.R. 2004. Life and Health. New York: Random House.
Nurhaedar, Jafar. 2005. Penelitian Pertumbuhan Remaja, hal 1-5. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hassanudin.
Ogdan Jane. 2000. Health Psychology: a text book. Open University Press: Philadelphia.
Rahmat, M. dkk. 2010. Perilaku merokok remaja sekolah menengah pertama.
Sarafino Edward. 2006. Health Psychology: Biopsychosocial inetractions Second Edition.
John Willey & Sons Inc: USA
Sari, Ari Tris Ochtia, Ramdhani, dkk. 2003. Empati dan perilaku Merokok di Tempat Umum.
Jurnal Psikologi, 30 : 81-90.
Sitepoe M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo
Sumarno dan Mulyadi. 2007. Tips Cerdas Agar Anak Berhenti Merokok. Surabaya: PT.
Prestasi Pustaka
Taylor E, Shelley. Dkk. 2009. Psikologi Sosial ed. 12. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai