Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 30 Maret 2017


UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU

Hipokondriasis

Disusun Oleh :

A. YANUAR FAUZI
1111677714118

Pembimbing :, dr. Merry M.kes,Sp.KJ

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2017

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama dan : A. Yanuar Fauzi


Stambuk : 111677714118
Judul Referat : Hipokondriasis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kedokteran
Jiwa Fakultas Kedokteran universitas al-khairaat palu.

Palu, 30 Maret 2017


Pembimbing

dr. Merry M.kes,Sp.KJ

BAB I

PENDAHULUAN

Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang


dikategorikan dalam DSM-IV. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi somatik

lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang

dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak

menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan

pernyataan gejala fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan memperberat gejala

fisik yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan

keadaannya lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya.

Gangguan somatoform diperkenalkan pada DSM-III sebagai kategori diagnosis bagi

gejala somatic yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi medis umum.

Gangguan hipokondrik adalah suatu gangguan dengan ciri utama adalah preokupasi

yang menetap akan kemungkinan menderita satu atau lebih gangguan fisik yang

serius dan progresif. Pasien menunjukkan keluhan somatik yang menetap atau

preokupasi terhadap adanya deformitas atau perubahan bentuk atau penampilan ,

Perhatian biasanya hanya terfokus pada satu atau dua organ atau sistem tubuh .

Tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak

ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya . Sering

disertai depresi dan anxietas yang berat gangguan Hipokondrik ditemukan pada laki-

laki maupun wanita sama banyaknya.

Pada hipokondrik pasien biasanya mengeluhkan satu penyakit berat yang dalam

pemeriksaan penunjang tidak ditemukan adanya kelainan yang mendasarinya.

Pasien merasa yakin bahwa ada sesuatu yang salah dalam dirinya dan selalu ingin

diperiksa untuk memastikan adanya gangguan pada tubuhnya. Hal lain yang

berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya meminta

pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya


penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk

makan obat karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya.

Pasien hipokondrik lebih menekankan pada pemeriksaan untuk mendeteksi

penyakitnya bahkan pada pemeriksaan mahal sekalipun dan selalu mendesak

dokter untuk melakukan hal tersebut. Jika dokter tidak mau menuruti keinginan

pasien, pasien biasanya akan mencari dokter lain sehingga pada pasien seperti ini

sering ditemukan adanya riwayat kunjungan ke dokter yang sangat banyak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengenalan Penyakit Somatoform


a. Pengertian Somatoform

Somatoform adalah kelompok gangguan yang meliputi simtom fisik (misalnya nyeri,

mual, dan pening) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan secara medis.

Somatoform adalah individu yang mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik, yang

terkadang berlebihan, tetapi pada dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis.

Somatoform (terutama gangguan konversi atau disebut juga reaksi-reaksi konversi)

adalah gangguan-gangguan neurotik yang khas bercirikan emosionalitas yang

ekstrem, dan berubah menjadi simtom-simtom fisik, simtom-simtom fisik itu mungkin

berupa kelumpuhan-kelumpuhan anggota tubuh rasa sakit dan nyeri luar biasa, buta

tuli, tidak bisa bicara, muntah terus-menerus, sakit kepala atau gementar.

Somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang yang disertai dengan

permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya

negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik

yang menjadi dasar keluhannya.

b. Macam-macam gangguan Somatoform

a) Gangguan nyeri (pain disorder)


Pada gangguan ini individu akan mengalami gejala sakit atau nyeri pada satu tempat

atau lebih, yang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan medis (non psikiatri)

maupun neurologis. Simtom ini menimbulkan strees emosional ataupun gangguan


fungsional, dan gangguan ini dianggap memiliki hubungan sebab akibat dengan

factor psikologis. Keluhan yang dirasakan pasien berfluktuasi intensitasnya, dan

sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi, kognitif, atensi, dan situasi. Dengan kata

lain, factor psikologis mempengaruhi kemunculan, bartahannya, dan tingkat

keparahan gangguan. Pasien pain disorder kemungkinan tidak mampu untuk

bekerja dan menjadi tergantung dengan obat pada pereda rasa sakit. Rasa nyeri

yang timbul dapat berhubungan dengan konflik atau stress atau dapat pula terjadi

agar individu dapat terhindar dari kegiatan yang tidak menyenangkan dan untuk

mendapatkan perhatian dan simpati yang sebelumnya tidak didapat. Nyeri timbul

dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem psikososial yang

cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan

tersebut. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal

maupun medis untuk yang bersangkutan.

b) Body Dysmorphic Disorder


Definisi gangguan ini adalah preokupasi dengan kecacatan tubuh yang tidak nyata

(misalnya hidung yang dirasakannya kurang mancung), atau keluhan yang

berlebihan tentang kekurangan tubuh yang minimal atau kecil. Perempuan lebih

cenderung untuk memfokuskan pada bagian kulit, dada, paha, dan kaki. Sedangkan

pria lebih terfokus pada tinggi badan, ukuran alat vital, atau rambut tubuh. Pada

body dysmorphic disorder, individu diliputi dengan bayangan mengenai kekurangan

dalam penampilan fisik mereka, biasanya di bagian wajah, misalnya kerutan di

wajah, rambut pada wajah yang berlebihan, atau bentuk dan ukuran hidung.

Beberapa individu yang mengalami ganguan ini secara kompulsif akan

menghabiskan berjam-jam setiap harinya untuk memperhatikan kekurangannya

dengan berkaca di cermin. Beberapa bahkan mengurung diri di rumah untuk

menghindari orang lain melihat kekurangan yang dibayangkannya. Factor social dan
budaya memainkan peranan penting pada bagaimana seseorang merasa apakah ia

menarik atau tidak, seperti pada gangguan pola makan

c) Hipokondriasis

Kata hipokondriasis berasal dari istilah medis lama hypochondrium, yang berarti

di bawah tulang rusuk, dan mereflesikan gangguan pada bagian perut yang sering

dikeluhkan pasien hipokondriasis. Hipokondriasis adalah hasil interpretasi pasien

yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap simtom atau sensasi. Sehingga

mengarah pada preokupasi dan ketakutan bahwa mereka memiliki gangguan yang

parah, bahkan meskipun tidak ada penyebab medis yang ditemukan. Pasien yakin

bahwa mereka mengalami penyakit yang serius dan belum dapat dideteksi, dan

tidak dapat dibantah dengan menunjukkan kebalikannya. Gangguan ini biasanya

dimulai pada awal masa remaja dan cenderung terus berlanjut. Individu yang

mengalami hal ini biasanya merupakan konsumen yang seringkali menggunakan

pelayanan kesehatan, bahkan terkadang mereka menganggap dokter mereka tidak

kompeten dan tidak perhatian. Dalam teori disebutkan bahwa mereka bersikap

berlebihan pada sensasi fisik yang umum dan gangguan kecil, seperti detak jantung

yang tidak teratur, berkeringat, batuk yang kadang terjadi, rasa sakit, sakit perut,

sebagai bukti dari kepercayaan mereka. Hypochondriasis seringkali muncul

bersamaan dengan gangguan kecemasan dan mood.

Tanda dan gejala penyakit Hipokrondria termasuk :

a.Ketakutan atau kecemasan yang berlebihan mengalami penyakit tertentu

b.Khawatir bahwa gejala minor berarti memiliki penyakit yang serius.

c.Mencari mengulangi ujian atau konsultasi medis

d.Sering berganti dokter

e.Frustrasi dengan dokter atau perawatan medis


f.Hubungan sosial tegang

g.Gangguan emosi

h.Sering memeriksa tubuh untuk masalah-masalah, seperti benjolan atau luka

i.Sering memeriksa tanda-tanda vital seperti denyut nadi atau tekanan darah

j.Ketidakmampuan diyakinkan oleh ujian medis

k.Berpikir mempunyai penyakit setelah membaca atau mendengar tentang hal itu

l.Menghindari situasi yang membuat merasa cemas, seperti berada di rumah sakit

Ciri utama dari hypochondriasis adalah kecenderungan untuk salah menafsirkan

gejala fisik yang tidak berbahaya sebagai bukti dari penyakit fisik. Tafsiran umum

tidak berbahaya diabaikan, dan ketika pasien merasakan gejala fisik, akan timbulnya

pikiran negatif tentang maknagejala yang timbul dari pengalaman. Misalnya, sakit

kepala akan segera dievaluasi sebagai bukti dari tumor otak, dan penjelasan yang

lebih umum, sepertiketegangan atau mabuk, akan diabaikan.

Ciri utama dari gangguan ini adalah adanya preokupasi yang menetap akan

kemungkinan menderita satu atau lebih gangguan fisik yang serius dan progresif.

Pasien menunjukkan keluhan-keluhan somatik yang menetap atau preokupasi yang

menetap dengan penampilan fisiknya. Peginderaan dan penampilan yang normal

sebenarnya biasa dan oleh pasien seringkali ditafsirkan sebagai abnormal dan tidak

mengenakkan, dan perhatiannya biasanya hanya terfokus pada satu atau dua organ

atau system tubuhnya.

d) Gangguan Konversi
Gangguan konversi menurut DSM IV (Kaplan, sadock,& Grebb) adalah gangguan

dengan karakteristik munculnya satu atau beberapa simtom neurologis yang ada.

Pada conversion disorder, gejala sensorik dan motorik, seperti hilangnya penglihatan
atau kelumpuhan secara tiba-tiba, menimbulkan penyakit yang berkaitan dengan

rusaknya system saraf, padahal organ tubuh dan system saraf individu tersebut

baik-baik saja. Aspek psikologis dari gejala conversion ini ditunjukan dengan fakta

bahwa biasanya gangguan ini muncul secara tiba-tiba dalam situasi yang tidak

menyenangkan. Gejala conversion biasanya berkembang pada masa remaja atau

awal masa dewasa, dimana biasanya muncul setelah adanya kejadian yang tidak

menyenangkan dalam hidup. Conversion disorder biasanya berkaitan dengan

diagnosis Axis 1 lainnya seperti depresi dan penyalahgunaan zat-zat terlarang, dan

dengan gangguan kepribadian

e) Gangguan Somatisasi

Gangguan somatisasi adalah gangguan dengan karakteristik berbagai keluhan atau

gejala somatic yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat dengan menggunakan

hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Perbedaan antara gangguan

somatisasi dengan gangguan somatoform lainnya adalah banyaknya keluhan dan

banyaknya system tubuh yang terpengaruh. Gangguan ini sifatnya kronis (muncul

selama beberapa tahun dan terjadi sebelum usia 30 tahun), dan berhubungan

dengan strees psikologis yang signifikan, hendaya dalam kehidupan social dan

pekerjaan, serta perilaku mencari pertolongan medis yang berlebihan.

Ciri utamanya adalah adanya gejala-gejala fisik yang bermacam-macam, berulang

dan sering berubah-ubah, yang biasanya sudah berlangsung beberapa tahun

sebelum pasien datang ke psikiatri. Kebanyakan pasien mempunyai riwayat


pengobatan yang panjang dan sangat kompleks, baik ke pelayanan kesehatan

dasar, maupun spesialistik, dengan hasil pemeriksaan atau bahkan operasi yang

negative. Keluhannya dapat mengenai setiap system atau bagian tubuh manapun,

tetapi yang paling lazim adalah yang mengenai keluhan gastrointestinal (perasaan

sakit, kembung, bertahak, muntah, mual, dsb) dan keluhan-keluhan perasaan

abnormal pada kulit (perasaan gatal, rasa terbakar,kesemutan, pedih) serta bercak-

bercak pada kulit.

2. Hipokondriasis
A. Definisi

Istilah hipokondriasis didapatkan dari istilah medis yang lama hipokondrium yang

berarti dibawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang dimiliki

pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari interpretasi pasien

yang tidak realistik dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik yang

menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit yang

serius kendatipun tidak ditemukan penyebab medis yang diketehui. Preokupasi

pasien yang menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien dan

mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi didalam peranan personal, social

dan pekerjaan.

B. Epidimiologi
Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan terakhir sebesar 4-6

persen pada populasi klinik medis umum. Laki-laki dan wanita sama-sama terkena

oleh hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap manusia, onset

paling sering antara usia 20 dan 30 tahun. Beberapa bukti menyatakan bahwa

diagnostik adalah lebih sering diantara kelompok kulit hitam dibandingkan kulit putih.

C. Etiologi

Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis, DSM-IV menyatakan bahwa gejala

mencerminkan gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup menyatakan bahwa

orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya; mereka

memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah terhadap gangguan fisik. Sebagai

contohnya apa yang dirasakan oleh orang normal sebagai tekanan abdominal, orang

hipokondriakal mungkin berpusat pada sensasi tubuh, salah menginterpretasikannya

dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang keliru.

Teori kedua adalah bahwa hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan model

belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk

mendapatkan perasaan sakit oleh seseorang yang menghadapi masalah yang

tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan. Peranan sakit memberikan jalan

keluar, karena pasien yang sakit dibiarkan menghindari kewajiban yang

menimbulkan kecemasan dan menunda tantangan yang tidak disukai dan dimaafkan

dari kewajiban yang biasanya diharapkan.

Teori ketiga adalah bahwa gangguan ini adalah bentuk varian dari gangguan mental

lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan


hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan. Diperkirakan

80 persen pasien dengan hipokondriasis mungkin memiliki gangguan depresif atau

gangguan kecemasan yang ditemukan bersama-sama. Pasien yang memenuhi

criteria diagnostic untuk hipokondriasis mungkin merupakan subtype pensomatisasi

dari gangguan lain tersebut.

Bidang pikiran keempat tentang hipokondriasis adalah bedang psikodinamika yang

menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain

dipindahkan kepada keluhan fisik. Kemarahan pasien hipokondriakal berasal dari

kekecewaan, penolakan dan kehilangan di masa lalu, tetapi pasien

mengekspresikannya pada saat ini dengan meminta pertolongan dan perhatian dari

orang lain dan selanjutnya menolaknya karena tidak efektif. Hipokondriakal juga

dipandang sebagai pertahanan terhadap rasa bersalah yang melekat, suatu ekspresi

harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri yang berlebihan.

Penderitaan nyeri dan somatik selanjutnya menjadi alat untuk menebus kesalahan

dan membatalkan dan dapat dialami sebagai hukuman yang diterimanya atas

kesalahan di masa lalu dan perasaan bahwa seseorang adalah jahaat dan

memalukan.

D. Gambaran klinis

Pesien hipokondriakal percaya bahwa mereka menderita penyakit yang parah yang
belum dapat dideteksi dan mereka tidak dapat diyakinkan akan kebalikannya.
Pasien hipokondriakal dapat mempertahankan keyakinan bahwa mereka memiliki
satu penyakit tertentu atau dengan jalannya waktu, mereka mungkin mengubah
keyakinannya tentang penyakit tertentu. Keyakinan tersebut menetap walau hasil lab
adalah negatif.

Tabel dari DSM-IV, diagnostic and statistical manual of mental disorder


Kriteria diagnostik untuk hipokondriasis
a. Preokupasi dengan ketakutan penderita atau ide bahwa ia menderita suatu

penyakit serius didasarkan pada intepretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-

gejala tubuh.

b. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat

dan penentraman.

c. Keyakinan dalam criteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti pada

gangguan delusional, tipe somatic) dan tidak terbatas pada kekhawatiran yang

terbatas tentang penampilan ( seperti pada gangguan dismorfik tubuh)

d. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya

e. Lama gangguan sekurang-kurangnya 6 bulan

f. Preokupasi tidak dapat deterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan

umum, gangguan obsesif kompulsif, gangguan panic, gangguan depresif berat,

cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

Walaupun DSM-IV menyebutkan bahwa gejala harus ada selama sekurangnya

enam bulan, keadaan hipokondriakal sementara dapat terjadi setelah stress berat,

paling sering kematian atau penyakit berat pada seseorang yang penting bagi

pasien atau penyakit serius ( kemungkinan membahayakan hidup) yang telah

disembuhkan tetapi meninggalkan pasien hipokondriakal secara sementara dengan

akibatnya. Keadaan hipokondriakal tersebut yang berlangsung kurang dari enam

bulan harus didiagnosis sebagai gangguan somatoform yang tidak ditentukan.

Hipokondriakal sementara sebagai respon dari stress eksternal biasanya

menyembuh jika stress dihilangkan, tetapi dapat menjadi kronis jika diperkuat oleh

orang didalam system sosial pasien atau oleh professional kesehatan.


E. Diagnosis

Pemeriksaan fisik

Tidak adanya kelainan pada pemeriksaan fisis, pada pemeriksaan yang serial,

mendukung diagnosis hipokondriasis. Namun demikian, pasien tetap harus

menerima pemeriksaan fisis untuk meyakinkan tidak ada kelainan organic. Pada

pemeriksaan fisis, pada pasien hipokondriasis bisa didapatkan :

1. Penampakan umum dan kelakuan dan pembicaraan

Penampilan biasa,rapi Kooperatif dengan pemeriksa, namun gelisah dan tidak

mudah untuk ditenangkan Dapat menunjukkan gejala anxietas berupa, tangan yang

berkeringat, dahi berkeringat, suara yang tegang atau gemetar, dan tatapan mata

yangtajam

2. Status psikomotor = Tidak dapat beristrahat dengan tenang

Selalu bergerak merubah posisi Agitasi

Pergerakan lambat, apabila pasien kurang tidur Mood dan afek Bersemangat, atau

cemas, depresi, Afek terbatas, dangkal, ketakutan, atau afek yang bersemangat

3. Proses berfikir = Berbicara spontan dengan kadang-kadang secara tiba-tiba,

merubah topic yang sedang dibicarakan,


4. Isi pikiran = Pre okupasi bahwa ia sedang sakit

Berbicara tentang apa yang dipikirkan bahwa dalam tubuhnya telah terjadi

kesalahan, kenapa bisa terjadi seperti demukian, dan bagaimana ia merasakannya

Kategori diagnostic DSM IV untuk hipokondriasis mengharuskan bahwa pasien

terpreokupasi dengan keyakinan palsu bahwa ia menderita penyakit yang berat dan

keyakinan palsu tersebut didasarkan pada misintepretasi tanda atau sensasi fisik.

Criteria mengharuskan bahwa keyakinan tersebut berlangsung sekurangnya enam

bulan, kendatipun tidak adanya temuan patologis pada pemeriksaan medis dan

neurologis. Criteria diagnostic juga mengharuskan bahwa keyakinan tersebut tidak


dalam intensitas waham (lebih tepat didiagnosis sebagai gangguan delusional) dan

tidak terbatas pada ketegangan tentang penampilan ( lebih tepat didiagnosis

sebagai gangguan dismorfik tubuh). Tetapi gejala hipokonriasis diharuskan memiliki

intensitas yang menyebabkan gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi

didalam bidang penting hidupnya. Klinisi dapat menentukan adanya tilikan secara

tidak konsisten mengetahui bahwa permasalahan tentang penyakit adalah luas.

Diagnosis hipokondriasis berdasarkan PPDGJ-III adalah :

1. Keyakinan yang menetap akan adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik

yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang

berulang-ulang tidak menunjang adanya alas an fisik yang memadai, ataupun

adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk

penampakan fisiknya (tidak sampai waham)

2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter

bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-

keluhannya.

F. Diagnosis Banding

Hipokondriasis harus dibedakan dari kondisi medis non psikiatrik, khususnya

gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit

penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multiple,

penyakit degeneratif pada system syaraf, lupus eritematosus sistemik, dan

gangguan neoplastik yang tidak jelas.


Hipokondriasis dibedakan dari gangguan somatisasi oleh penekanan pada

hipokondriasis tentang ketakutan menderita suatu penyakit dan penekana pada

gangguan somatisasi tentang banyak gejala. Perbedaan yang tidak jelas adalah

bahwa pasien dengan hipokondriasis biasanya mengeluh tentang sedikit gejala

debandingkan dengan pasien dengan gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi

biasanya memiliki onset sebelum usia 30 tahun sedangkan hipokondriasis memiliki

usia onset yang kurang spesifik. Pasien dengan gangguan somatisasi lebih sering

adalah wanita dibandingkan pasien hipokondriasis.

Hipokonsriasis juga dibedakan dari gangguan somatoform lainnya. Gangguan

konversi adalah akut dan biasanya sementara, melibatkan satu gejala, bukan suatu

penyakit tertentu. Adanya atau tidak la belle indifferences adalah ciri yang tidak

dapat dipercaya yang membedakan kedua kondisi tersebut. Gangguan nyeri adalah

kronis, seperti juga hipokondriasis, tetapi gejalanya adalah terbatas pada keluhan

nyeri. Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh berharap dapat tampil normal tetapi

percaya bahwa orang lain memperhatikan bahwa mereka tidak noemal, sedangkan

pasien hipokondriakal mencari perhatian untuk anggapan penyakitnya.

Gejala hipokondriakal dapat terjadi pada gangguan depresi dan gangguan

kecemasan. Jika pasien memenuhi kriteria diagnostik lengkap untuk hipokondriasis

maupun gangguan mental berat lainnya, seperti gangguan depresif berat atau

gangguan gejala klasik gangguan panic. Keyakinan hipokondriakal delusional terjadi

pada skizpfrenia dan gangguan psikotik lainnya tetapi dapat dibedakan dari

hipokondriasis dengna adanya gejala psikotik lain. Disamping itu waham somatic

pasien skizofrenia cenderung kacau, aneh, dan diluar lingkungan kulturnya.


Hipokondriasis dibedakan dari gangguan buatan dengan gejala fisik dan berpura-

pura dimana pasien hipokondriakal sesungguhnya mengalami dan tidak mesimulasi

gejala yang mereka laporkan

G. Penalataksanaan

Pasien hipokondriakal biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik. Beberapa

pasien hipokondriakal menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan menerima

pengobatan psikiatrik jika dilakukan di lingkungan medis dan dipusatkan untuk

menurunkan stress dan pendidikan tentang mengatasi penyakit kronis. Diantara

pasien-pasien tersebut, psikoterapi kelompok adalah cara yang terpilih karena cara

ini sebagian cara ini memberikan dukungan sosial dan interaksi sosial yang

tampaknya menurunkan kecemasan pasien. Psikoterapi individual berorientasi-

tilikan mungkin berguna, tetapi biasanya tidak berhasil.

Jadwal pemeriksaan fisik yang tertib dan teratur adalah berguna untuk

menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan keluhan

mereka ditanggapi secara serius. Tetapi prosedur diagnostic dan terapeutik yang

infasif harus dilakukan jika hanya bukti-bukti objektif mengharuskannya. Jika

mungkin klinisi harus menahan diri supaya tidak mengobati temuan pemeriksaan

fisik yang tidak jelas atau kebetulan.

Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriakal hanya jika pasien memiliki

suatu kondisi dasar yang responsive terhadap obat seperti gangguan kecemasan

atau gangguan depresif berat. Jika hipokonsriasis adalah sekunder dari akibat

gangguan primer lainnya, gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan itu

sendiri. Jika hipokondriasis adalah rekasi situasional yang sementara, klinisi harus
membantu pasien untuk mengatasi stress tanpa mendorong perilakusakit mereka

dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu pemecahan masalah.

H. Prognosis

Perjalanan penyakit biasanya episodik; episode berlangsung dari beberapa bulan

sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjangnya.

Mungkin terdapat hubungan jelas antara eksaserbasi gejala hipokondriakal dan

stressor psikososial. Walaupun hasil penelitian besar yang dilakukan belum

dilaporkan, diperkirakan sepertiga sampai setengah dari semua pasien akhirnya

membaik secara bermakna. Prognosis yang baik adalah berhubungann dengan

status sosioekonomi yang tinggo, onset gejala yang tiba-tiba, tidak adanya

gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisimedis non psikiatrik yang menyertai.

Sebagian besar anak hipokondriakal menjadi sembuh pada masa remaja akhir atau

pada dewasa awal.


Daftar Pustaka

1) American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorderr, page 77. Washington DC : APA


2) Behrman, Richard E, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson bab 552 kelainan

neurodegeneratif masa anak, halaman 2103. EGC. Jakarta


3) Kaplan, Harold I, dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri, jilid 2 bab 38 gangguan somatoform,

halaman 81. Binarupa Aksara. Jakarta


4) Mantja, Zulkarnaen. 2008. Simtomatologi psikiiatri, hal 59. Departemen of psikiatri

medical faculty. Bandar lampung.


5) Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas

PPDGJ III, halaman 84. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai