Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pembumian atau biasa disebut grounding system adalah penanaman

elektroda untuk menyalurkan arus lebih ke bumi atau ground. Elektroda bumi

adalah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung

dengan bumi, penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi

dianggap sebagai bagian dari elektroda bumi. Elektroda dibagi menjadi beberapa

jenis yaitu : Elektroda Pita, Elektroda Batang, Elektroda Plat.

Pada Gardu Induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang

memenuhi standar aman bagi manusia dan peralatan yang berada di area Gardu

Induk. Sistem pembumian yang digunakan harus benar benar dapat mencegah

bahaya ketika pada saat gangguan terjadi, dimana arus gangguan yang mengalir

ke bagian peralatan dan ke piranti pembumian dapat dibumikan, sehingga gradient

tegangan di sekitar area pembumian menjadi merata sehingga tidak menimbulkan

beda potensial antara titik-titik disekitar terjadinya gangguan.

Sistem pembumian yang baik dirancang dengan dua hal yaitu :

1. Kondisi tidak normal sistem pembumian gunanya untuk membuang arus

listrik ke tanah tanpa mengganggu peralatan yang sedang beroperasi atau

melebihi batas kemampuan peralatan.

1
2. Untuk memastikan bahwa seseorang yang bekerja yang memiliki sistem

pembumian tidak akan terkena bahaya listrik.

1.2 Batasan Masalah

Ruang lingkup pembahasan ini adalah analisa sistem pembumian pada

gardu induk.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan utama pembumian adalah menciptakan jalur yang low-

impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk

gelombang listrik dan transient voltage (sentakan listrik). Penyebab

utama dari sentakan listrik adalah penerangan, arus listrik, circuit

switching dan electrostatic. Tujuan umum system pembumian adalah :

a. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada

dalam batasan yang diperbolehkan.

b. Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan

deteksi terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara

konduktor system dan bumi.

1.4 Sistematika

Penjelasan penulisan dan uraianya, skripsi ini di bagi menjadi 5 bab


pembahasan yang secara sistematik di tulis sebagai berikut :

2
BAB 1 : Pendahuluan

Berisi latar belakang, permasalahan, batasan rmasalahan, tujuan,

metodologi penelitian, sistematika pembahasan, dan relevansinya.

BAB 2 : Teori Dasar Pembumian

Bab ini menjelaskan sistem pembumian gardu induk yang meliputi

elektroda pembumian, resistans jenis tanah, bahaya dari sengatan arus

listrik, pengaruh frekuensi dan lamanya arus listrik yang mengalir pada

tubuh, batas arus yang dapat diterima oleh tubuh, resistans tubuh

manusia, tegangan sentuh, serta tegangan langkah.

BAB 3 : Prosedur dalam Perancangan Sistem Pembumian

Pada bab ini menjelaskan langkah langkah perancangan yang meliputi,

mencari data di lapangan, menghitung ukuran penghantar, menghitung

tegangan sentuh dan tegangan langkah, menetapkan rancangan awal,

menentukan resistans pembumian, menghitung arus grid maksimum,

menghitung kenaikan potensial bumi, menghitung tegangan mesh dan

tegangan langkah.

BAB 4 : Perhitungan Perancangan Sistem Pembumian

Bab ini menjelaskan perhitungn pembumian, pemeriksaan faktor

keselamatan pada gardu induk serta penggunaan lapisan batu kerikil

sebagai lapisan permukaan.

BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

3
BAB 2

TEORI DASAR PEMBUMIAN

Pembumian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

pengamanan pada suatu Gardu Induk (GI). Sistem pembumian perlu dirancang

dengan benar agar diperoleh suatu pengamanan / perlindungan yang baik terhadap

suatu sistem dan para pegawai yang bekerja ditempat tersebut. Pembumian

bertujuan menghubungkan bagian peralatan yang pada kerja normal tidak

mengalirkan tegangan listrik, contohnya adalah pembumian pada netrai sistem.

Sedangkan bagian peralatan yang pada kerja normal tidak mengalirkan tegangan

listrik, tetapi karena suatu sebab seperti hubung singkat atau terkena petir, menjadi

bertegangan listrik contohnya adalah pembumian pada peralatan. Karena tanah

dianggap sebagai titik yang mempunyai potensial nol, sehingga tanah juga

dianggap sebagai titik referensi tegangan.

Secara umum tujuan pembumian adalah :

Membawa arus listrik ke bumi dalam koadaan normal dan terjadi

gangguan tanpa melewati batas pengoperasian dan peralatan atau

menimbulkan dampak yang terus menerus pada peralatan.


Untuk menjamin bahwa manusia dan hewan disekitar peralatan yang

dibumikan terlindung dari bahaya kejutan listrik.

Pembumian peralatan berarti menghubungkan bagian peralatan listrik yang pada

kegiatan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan

4
antara bagian - bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian - bagian

ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi

baik kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan. Sistem pembumian ini

berguna untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan

peralatan.

Perbedaan tegangan ditanah, khususnya dipermukaan tanah disekitar elektroda

elektroda pembumian, yang terjadi akibat mengalirnya arus dari elektroda itu

ketanah sekitarnya disebut gradien tegangan (gambar 2.1) (5)

Gambar 2.1 Gradien Tegangan

2.1. Elektroda Pembumian

Elektroda pembumian adalah bagian konduktif atau kelompok, bagian

kelompok konduktif yang membuat kontak langsung dan mernberikan hubungan

listrik dengan bumi.

Dilihat dari kontruksinya, elektroda pembumian dapat dibagi menjadi dua bagian,

5
yaitu :

Elektroda pembumian dengan rnenggunakan jaringan pipa air, besi trilang

beton/kontruksi baja bawah tanah dan lain - lain.


Elektroda pembumian buatan.

Elektroda pembumian buatan adalah penghantar yang sengaja ditanam didalam

tanah dan berfungsi sebagai elektroda. Elektroda pembumian buatan terdiri dari

tiga macam, bentuk umum yang digunakan yaitu:

Elektroda pita.
Elektroda batang.
Elektroda plat.

2.1.1. Elektroda Pita.

Elektroda pita adalah elektroda yang berbentuk pita (lempengan tipis)

atau berbentuk bulat seperti kawat pilin. Elektroda ini umumnya ditanam

mendatar dalam kedalaman 0,5 1 meter dari permukaan tanah. Resistans

pembumian elektroda pita sebagian besar tergantung pada panjang elektroda

tersebut dan sedikit tergantung pada luas penampangnya.

6
Gambar 2.2. Cara pemasangan elektroda pita.

2.1.2. Elektroda Batang.

Elektroda batang dibuat dari bahan pipa atau besi baja yang

dipancangkan tegak lurus kedalam tanah. Panjang elektroda yang harus

digunakan, disesuaikan dengan nilai resistans pembumian yang diperlukan /

diinginkan. Resistans pembumiannya sebagian besar tergantung pada panjangnya

dan sedikit bergantung pada ukuran penampangnya. Jika beberapa elektroda

diperlukan untuk memperoleh resistans pembumian yang rendah, maka jarak

antara elektroda tersebut minimum harus dua kali panjangnya. Jika elektroda

tersebut tidak bekerja efektif pada seluruh panjangnya, maka jarak minimum

antara elektroda harus dua kali panjang efektifnya, elektroda ini biasanya ditanam

sedalam 1 6 meter.

Gambar 2.3 Cara Pemasangan Elektroda Batang.

2.1.3. Elektroda Plat.

7
Elektroda plat dibuat dari plat logam, plat logam berlubang atau dari

kawat kasa. Plat tersebut ditanam tegak lurus didalam tanah, ukurannya

disesuaikan dengan resistans pembumian yang diperlukan (lihat table 2.1) dan

pada umumnya cukup menggunakan plat berukuran 1 m x 0, 5 m. Sisi atas plat

harus terletak minimum 1 m dibawah permukaan tanah.

Penggunaan dari elektroda plat ini sebenarnya kurang ekonomis, karena, elektroda

plat memerlukan lebih banyak bahan dibandingkan dengan elektroda pita atau

elektroda batang.

Gambar 2.4. Cara Pemasangan Elektroda Plat

Tabel 2.1. Resistaans pembumian pada resistans

jenis 1 = 100 -meter.

8
Panjang / Resistans
Jenis Elektroda
Ukuran Pembumian ()
Pita atau penghantar pilin 10 m 20

25 m 10

50 m 5

100 m 3
Batang atau pita 1m 70

2m 40

3m 30

5m 20
Plat vertical dengan sisi atas 1m. 0,5 x 1 m2 35

dibawah permukaan tanah. 1 x 1 m2 25

Penghantar yang digunakan untuk pembumian harus memenuhi beberapa

persyaratan, diantaranya adalah :

Memiliki daya hantar jenis (conductivity) yang cukup besar.


Memiliki kekerasan (kekuatan) secara mekanis pada tingkat yang tinggi

terutama bila digunakan pada daerah yang tidak terlindungi terhadap

kerusakan fisik.
Tahan terhadap, korosi.

Bahan yang digunakan sebagai elektroda pembumian umumnya tembaga.

2.2. Resistans Jenis Tanah.

Dalam merencanakan suatu elektroda pembumian, maka langkah

pertama yang harus diketahui adalah besar resistans jenis tanah dimana elektroda

pembumian tersebut akan ditanam. Pada kenyataannya besar resistans jenis tanah

dipengaruhi oleh karakteristik tanah itu sendiri dan keadaan cuaca sekitarnya.

9
Nilai resistans jenis lapisan tanah dalam empat klasifikasi nilai seperti terlihat

pada tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2. Nilai resistans jenis lapisan tanah.

Jenis Tanah Tahan Jenis Rata rata (.m)


Tanah Basah 10

Tanah Lembab 100

Tanah Kering 1000

Tanah Berbatu 10000

2.3. Bahaya Dari Sengatan Arus Listrik.

Bahaya yang diakibatkan karena terkena tegaagan listrik dipengarahi oleh

beberapa hal, diantaranya :

Besarnya frekuensi yang mengenai tubuh.


Besar tegangan atau arus yang melalui tubuh.
Lamanya arus yang mengalir dalam tubuh.
Kondisi keadaan tubuh, seperti: berat badan, resistans tubuh, permukaan

kulit dan posisi badan ketika diairi arus listrik.

2.3.1. Pengaruh Frekuensi Dan Lamanya Arus Listrik Yang Mengalir

Pada Tubuh.

Pengaruh arus balik yang melalui tubuh manusia bergantung pada lama,

besar dan frekuensi arus listrik. Tubuh manusia peka terhadap arus listrik pada

frekuensi 50 - 60 Hz. Tabel 2.3 memberikan gambaran pengaruh arus listrik 60 Hz

terhadap tubuh manusia. Secara umum batas arus 1 mA diterima sebagai arus

ambang rasa, yaitu batas arus listrik yang mulai dirasakan. Arus sebesar 15 - 20

mA dapat menyebabkan berkurangnya kendali pada otot - otot tubuh manusia.

10
Pada kebanyakan orang, besar arus 100 mA dapat menyebabkan fibrilasi pada otot

jantung. Arus yang lebih besar lagi dapat menyebabkan jantung berhenti berfungsi

dan dapat pula membakar tubuh. Otot jantung bekerja berirama, sesuai dengan

sinyal dari syaraf. Ketika terjadi sinyal yang keliru dikirim ke otot jantung, karena

sengatan arus listrik misalnya, maka irama kerja jantung menjadi terganggu.

Tabel 2.3. Pengaruh Arus Listrik Pada Tubuh Manusia.

Arus (mA) Pengaruhnya Pada Tubuh Manusia


0,0 0,9 Belum dirasakan pengaruhnya, tidak menimbulkan reaksi

apapun.

0,9 1,2 Tubuh mulai merasakan adanya arus listrik, tetapi tidak

menimbulkan kejang - kejang, kontraksi atau kehilangan

kontrol.

1,2 1,6 Mulai terasa seperti ada yang merayap di tangan.

1,6 6,0 Tangan sampai ke siku terasa kesemutan.

6,0 8,0 Tangan mulai kaku, rasa kesemutan makin bertambah.

13 14 Rasa sakit tidak tertahankan, penghantar masih dapat

dilepaskan dengan gaya yang besar sekali.

15 20 Otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar.

20 50 Dapat megakibatkan kerusakan pada tubuh manusia.

50 100 Besar arus yang dapat menyebabkan kematian.

11
Gambar 2.5. Pengaruh frekuensi terhadap let-go current.

2 3.2. Batas Arus Yang Dapat Diterima Oleh Tubuh.

Seperti yang dikemukakan Dalziel, besarnya arus yang aman berada pada 0,03 - 3

detik, tergantung pada arus yang ditarima tubuh, yang dituiis dengan persamaan :

dengan : IB = besarnya arus rata rata yang melalui tubuh dalarn ampere.

ts = Lamanya arus yang melalui tubuh dalam detik.

SB = Konstanta empiris dari gangguan listrik yang dapat

12
diterima oleh beberapa persen populasi yang diberikan.

Besarnya arus dan Imanya arus yang mengalir pada tubuh seseorang pada

frekuensi 50 60 Hz, harus Iebih kecil dari ambang batas, sehingga tidak

menimbulkan fibrilasi. Lamanya arus untuk frekuensi 50 - 60 Hz, yang berkenaan

dengan besarnya arus dapat diterima oleh kebanyakan orang ditunjukkan oleh

persamaan (2.1). Berdasarkan penelitian Dalziel, bahwa terdapat 99,5 % dari

populasi dapat selamat tanpa terjadinya fibrilasi, dapat ditunjukkan oleh

persamaan.

dengan :

Dalziel mengemukakan bahwa 99,5 % dari populasi dapat selamat dengan berat

badan rata rata 50 kg, yang menghasilkan nilai SB = 0,0135 kemudian k = 0,116.

Persamaan untuk arus yang diperbolehkan melewati tubuh menjadi :

Sedangkan untuk berat badan rata - rata 70 kg menghasilkan nilai S B = 0,0246,

sehingga nilai k = 0,157. Nilai tesebut dimasukkan ke persamaan (2.2) menjadi

persamaan :

Arus yang menimbulkan fibrilasi biasanya merupakan sebuah fungsi dari berat

tubuh seseorang.

13
2.4. Resistans Tubuh Manusia.

Untuk arus dc dan ac pada frekuensi normal, tubuh manusia dapat

diwakilkan oleh resistans noninduktif. Resistans berada antara kaki dan tangan,

yaitu dari satu tangan ke kedua kaki atau dari satu kaki ke kaki yang lain.

Resistans dari jaringan tubuh bagian dalam, tidak termasuk kulit, kira - kira 300

, sedangkan resistans tubuh termasuk kulit berkisar antara 500 - 3000 .

Resistans tubuh berkurang karena rusaknya kulit pada titik perhubungan dengan

benda. Resistans dari tangan yang basah bisa sangat rendah pada setiap tegangan.

Resistans dari kaki tidak menentu, bisa sangat rendah untuk kulit yang basah.

Jadi, dapat dikatakan bahwa :

1. Resistans hubungan tangan dan kaki dianggap sama dengan not.


2. Resistans tubuh manusia diambil sebesar 1000 , dari tangan kedua kaki

dan juga dari tangan ke tangan, atau dari kaki ke kaki lain: RB = 1000

2.5. Tegangan Sentuh.

Perbedaan potensial yang terjadi pada permukaan bumi ketika seseorang

berdiri dan tangannya menyentuh dengan peralatan yang dibumikan disebut

tegangan sentuh.

14
Gambar 2.6. a. Arus yang mengalir pada tegangan sentuh.

b. Rangkaian ekivalen dari tegangan sentuh.

Dari rangkaian ekivalen pada gambar 2.6.b, dapat diketahui besarnya tegangan

sentuh (Esentuh) adalah :

dengan :

Esentuh :Tegangan sentuh (V)

IB : arus yang melewati tubuh (A).

RB : Resistans tubuh ().

Rf : Resistans kontak kebumi ().

Resistans tubuh manusia RB diarnbil 1000 dan tahanan kontak antara kaki dan

permukaan bumi didekati dengan nilai Rf = 3 s, dimana s adalah resistans jenis

permukaan bumf, sehingga persamaan (2.5) dapat ditulis menjadi :

Esentuh = IB (1000 + 1,5 s)

2.6. Tegangan Langkah.

Tegangan Iangkah adalah bagian tegangan elektroda pembumian antara

dua titik dipermukaan bumi, yang jaraknya sama dengan satu Iangkah biasa.

15
Gambar 2.7. a. Arus yang mengalir pada tegangan Iangkah.

b. Rangkaian ekivalen tegangan Iangkah.

Dengan melihat rangkaian ekivalen pada gambar 2.7.b, dapat diketahui besarnya

tegangan Iangkah (Elangkah) adalah :

Elangkah = IB (RB + 2 Rf)

dengan : Elangkah : Tegangan Iangkah (V).

IB : Arus yang melewati tubuh (A).

RB : Resistans tubuh ().

Rf : Resistans kontak kaki ().

Nilai resistans tubuh RB dan resistans kontak kaki Rf adalah sama dengan yang

digunakan pada tegangan sentuh, sehingga persamaan (2.7) dapat ditulis menjadi :

Elangkah = IB (1000 + 6 s)

16
17
BAB 3

PROSEDUR DALAM PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN

Pada gambar 3.1 dibawah ini memperlihatkan diagram blok prosedur


perancangan system pembumian, berikut dengan penjelasannya.

Gambar 3.1. Diagram Alur Perancangan Sistem Pembumian

18
Pada gambar 3.1 halaman 13 memperlihatkan diagram blok prosedur perancangan

sistem pembumian untuk mencapai tujuan dari pembumian yang menitik beratkan

pada pencapaian tegangan sentuh dan tegangan Iangkah yang aman, berikut

penjelasannya :

3.1. Langkah Langkah Perancangan :

3.1.1. Mencari Data Di Lapangan.

Pada Iangkah pertama dilakukan penelitian terhadap tanah yang akan

ditanam elektroda. Parameter yang diukur adalah jarak elektroda yang akan

ditanam dan resistans jenis tanah . Untuk mengukur resistans jenis tanah,

metode empat elektroda Wenner sering dipakai. Elektroda tersebut ditanam dalam

tanah membentuk suatu garis lurus, pada jarak yang sama, dan pada suatu

kedalaman b. Tegangan antara dua elektroda yang berada ditengah diukur dan

dibagi dengan arus antara dua elektroda terluar untuk memberikan nilai resistans

R. Persamaan untuk resistans jenis tanah adalah :

dengan :

= Resistans jenis tanah, dalam (Sam)

R = Resistans yang dihasilkan dari pembagian tegangan dengan

arus yang mengalir pada elektroda, dalam ()

a = Jarak antara elektroda, dalam (m)

b = Kedalaman elektroda, dalam (m)

19
Jika b Iebih kecil dibandingkan dengan a, maka persamaan (3.1) menjadi :

=2aR

Gambar 3.2 Metode Wenner untuk mengukur resistans jenis tanah

3.1.2. Menghitung Ukuran Penghantar

Pada langkah kedua, pemilihan bahan penghantar harus memperhatikan

beberapa hal berikut :

Memiliki daya hantar yang tinggi.


Memiliki kekuatan mekanis yang memadai untuk menahan arus yang

besar.
Tahan korosi.

Bahan yang digunakan sebagai elektroda pembumian umumnya tembaga. Sverak

mengemukakan untuk menghitung arus dari berbagai konduktor yang bahannya

diketahui (lampiran 1), persamaannya adalah :

dengan :

Amm2 = Luas penampang dari penghantar elektroda, dalam mm2

20
I = Arus rms, dalam kA.

tc = Lama arus gangguan mengalir, dalam detik.

r = Koefisien panas dari tahanan jenis pada temperatur Tr.

r = Tahanan jenis dari penghantar elektroda pada

temperatur Ta, dalam cm.

TCAP = Faktor kapasitas panas, dalam J/cm3/oC.

Tm = Temperatur maksimum yang diizinkan, dalam oC.

Ta = Temperatur sekitar, dalam oC.

Ko = Konstanta material (1/o pada 0 oC).

Besar waktu tc ditentukan berdasarkan waktu kerja pemutus gangguan.

3.1.3. Menghitung Tegangan Sentuh dan Tegangan Langkah.

Langkah ketiga, dari pers (2.6) dan (2.8), tegangan sentuh dan tegangan

Iangkah keduanya dapat dihitung dengan mengasumsi resistans jenis tanah

bersifat seragam, padahal permukaan tanahnya sering dilapisi koral yang

berfungsi untuk mereduksi resistans tanah, dengan demikian perlu tambahan

koreksi pada persamaan diatas.

Faktor refleksi K dihitung dengan persamaan

dengan :

K = Faktor refleksi.

= Resistans jenis tanah [m].

s = Resistans jenis lapisan koral pada permukaan tanah [m].

21
Gambar 3.3 Faktor reduksi CS sebagai fungsi faktor refleksi K dan

kedalaman hs.

Resistansi dari kedua kaki secara sari dan kedua kaki secara paralel adalah

R2Fs = 6 ()

R2Fp = 1,5 ()

dengan :

R2Fs = resistansi kedua kaki sari

R2Fp = resistansi kedua kaki parallel

Pada jenis tanah yang seragam, mengacu pada persamaan (3.5), (3.6) dan faktor

reduksi Cs, resistansi dari kedua kaki menjadi :

R2Fs = 6 Cs (hs ,K) s

R2Fp = 1,5 Cs (hs ,K) s

Batas untuk tegangan Iangkah adalah

22
Elangkah = (RB + R2Fs) IB

Dengan memasukkan persamaan (2.3), (2.4), (2.7) dan (3.7) ke dalam persamaan

(3.9) maka diperoleh :

Elangkah 50 = (1000 + 6Cs, (hs K) s ) 0,116/

atau

Elangkah 70 = (1000 + 6Cs, (hs K) s ) 0,157/

Tegangan Iangkah yang sebenarnya, EL, harus kurang dari tegangan Iangkah

maksimum yang diijinkan, Elangkah, untuk menjamin keselamatan.

Dengan cara yang sama, batas tegangan sentuh adalah :

Esentuh = (RB + R2Fp)IB

Dengan memasukkan persamaan (2.3), (2.4), (2.5) dan (3.8) ke dalam persamaan

(3.12) maka diperoleh :

Elangkah 50 = (1000 + 6Cs, (hs K) s ) 0,116/

atau

Elangkah 70 = (1000 + 6Cs, (hs K) s ) 0,157/

dengan :

Cs = 1 untuk lapisan permukaan yang tidak dilindungi atau ditentukan

dari gambar 3.3 jika menggunakan proteksi lapisan permukaan

dari resistans jenis yang tinggi dan tipis

s = resistans jenis dari permukaan bahan, dalam Q m

23
ts = lamanya arus gangguan, dalam detik

3.1.4. Menetapkan Rancangan Awal.

Langkah ke empat, menetapkan rancangan awal besaran-besaran yang

dapat diubah-ubah. Persiapan rancangan meliputi :

Tata Ietak pembumian mendatar dan batang-batang tegak


Jarak antar batang mendatar (D)
Jumlah batang pembumian tegak (nr)
Kedalaman pembumian mendatar (h)
Panjang keseluruhan elektrode pembumian (L) termasuk grid dan

elektrode batang

Penghitungan jarak antar konduktor dan Ietak elektrode batang haruslah

berdasarkan arus grid lG dan daerah yang akan dibumikan. Besaran-besaran ini

dapat diganti pada perhitungan selanjutnya bila hasil akhirnya tidak memenuhi

persyaratan.

3.1.5. Menghitung Resistans Pembumian.

Langkah kelima, untuk menghitung resistans pembumian, untuk

kedalaman grid antara 0,25 - 2,5 m, resistans pembumian dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan Sverak, yaitu :

Jumlah resistansi yang terdiri dari sebuah kombinasi elektrode mendatar (grid)

dan elektrode tegak (batang), lebih rendah dari resistansi masingmasing elektrode,

tetapi masih Iebih tinggi dari kombinasi paralelnya. Total resistansinya adalah :

24
dengan :

R1 = resistans elektrode pembumian mendatar

R2 = resistans elektrode pembumian tegak

R12 = resistans bersama antara elektrode mendatar dan tegak

Schwarz mengembangkan rumus untuk R1, R2, dan R12 pada parameter dasar

perancangan diasumsikan pada kondisi keadaan tanah yang seragam. Pada

prakteknya, diperlukan sekali untuk menanam elektrode sedalamdalamnya hingga

mencapai lapisan tanah yang lebih konduktif. Nilai R1, R2, dan R12 dapat dihitung

menggunakan persamaan :

dengan :

1 = Resistans jenis tanah disekitar elektrode pembumian mendatar

pada kedalaman h, dalam -m

a = Resistans jenis tanah dilihat dari elektrode pembumian tegak,

dalam -m

L1 = Total panjang elektrode mendatar, dalam meter

25
L2 = Rata-rata panjang elektrode tegak, dalam meter

h = Kedalaman penanaman elektrode mendatar, dalam meter

h = d, h untuk elektrode mendatar pada kedalaman h, atau 0,5

d1, untuk elektrode mendatar pada permukaan bumi (h = 0)

nr = Jumlah batang pembumian tegak pada luas A

A = Luas daerah yang dicakup oleh elektrode mendatar dimensi a x b,

dalam m2

a = Sisi panjang dari luas daerah elektrode mendatar, dalam meter

b = Sisi lebar dari Iuas daerah elektrode mendatar, dalam meter

K1, K2 = Konstanta dari geometri konduktor (lihat gambar 3.4(a) dan

(b))

p2 = Resistans jenis tanah dari kedalaman H, dalam -m

d1 = Diameter elektrode mendatar, dalam meter

d2 = Diameter elektrode tegak, dalam meter

H = Ketebalan lapisan tanah di permukaan bumi, dalam meter

26
Gambar 3.4. Koefisien K1 (a) dan K2 (b) dari persamaan Schwarz.

Pada jenis tanah dengan dua lapisan, untuk 1 > 2 , dimana elektrode

grid terletak pada lapisan atas 1 , tetapi elektrode batang sebagian pada pi dan

sebagian lagi pada 2 , R2 dan R12 dihitung dengan menggunakan resistans jenis

tanah dilihat dari elektrode pembumian tegak. Persamaan untuk a jika setiap

ujung atas elektrode pembumian tegak sama rata dengan permukaan bumi adalah :

Untuk ujung atas elektrode pembumian tegak sama dengan kedalaman elektrode

grid, maka persamaannya :

27
Untuk lapisan tanah yang seragam, 2 = 1 sehingga a= 1

3.1.6. Menghitung Arus Grid Maksimum.

Langkah keenam, menghitung arus grid adalah bagian dari arus

gangguan simetris ke bumi yang mengalir diantara elektroda grid dengan tanah

disekitarnya, dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Ig = S f . If

dengan :

Ig = arus grid simetris, dalam A

Sf = faktor pembagi arus

If = nilai rata-rata dari arus gangguan simetris ke bumi, dalam A

Arus hubung singkat 3 phasa simetris digunakan untuk mengukur ukuran

penghantar dari konduktor mesh utama tetapi 60 % dari arus hubung singkat 3

phasa simetris sebagai arus gangguan ketanah digunakan untuk perhitungan

tegangan sentuh, tegangan Iangkah dan kenaikan tegangan jaring maksimum,

sebagai berikut :

dengan Z1 = Z2 . Zo = 3Z1 (Zo berasal dari impedansi peralatan dari jaringan pada

masing - masing gardu induk. Harga impedansi dari PLN tidak didapat, maka

28
diasumsikan Zo = adalah 3Z1 untuk penggunaan umum pada sistem tegangan

tinggi).

Arus grid maksimum dihitung dengan menggunakan persamaan :

IG = CP . Df Ig

Dengan:

IG = arus grid maksimum, dalam A

CP = faktor koreksi arus gangguan pada masa mendatang, jika sistem

tidak berkembang lagi, maka Cp = 1

Df = faktor pelemahan selama waktu gangguan tf

3.1.7. Menghitung Kenaikan Potensial Bumi.

Langkah ketujuh menentukan GPR (Ground Potential Rise) atau

kenaikan potensial bumi terjadi karena adanya arus yang mengalir pada sistem

yang dibumikan. Besarnya kenaikan tersebut dapat dihitung dengan :

GPR =IG . Rg

GPR = kenaikan potensial bumi, dalam V

IG = arus gangguan yang mengalir ke bumi, dalam A

Rg = resistans pembumian total, dalam

29
Jika kenaikan potensial bumi yang didapat lebih kecil dari tegangan sentuh yang

diperbolehkan, maka tidak perlu untuk melakukan penghitungan tahap

selanjutnya. Dan apabila kenaikan potensial bumi lebih besar, maka tegangan

mesh dan tegangan langkah haruslah dihitung.

3.1.8. Menghitung Tegangan Mesh Dan Tegangan Langkah.

Langkah kedelapan menentukan tegangan mesh adalah tegangan sentuh

maksimum yang terjadi antara elektrode pembumian mendatar. Persamaannya

adalah:

Dengan:

Em = tegangan mesh, dalam V

= resistans jenis tanah (=pi), dalam S2-m

KM = faktor ruang untuk menghitung tegangan mesh

Ki = faktor koreksi geometri elektrode pembumian mendatar

LG = arus grid maksimum, dalam A

L = panjang elektrode pembumian total, dalam meter

Konstanta Km dan Ki, dihitung dengan persamaan :

dengan :

Kii = faktor koreksi berat yang menyesuaikan efek dari inti konduktor

pada sudut mata jala

= 1 untuk elektrode mendatar dengan dilengkapi elektrode tegak

30
disemua titik, atau untuk elektrode mendatar dengan elektrode

tegak di setiap sudutnya

Kii = untuk elektrode mendatar tanpa elektrode tegak atau

elektrode mendatar hanya dengan beberapa elektrode tegak dan

tidak dipasang pada setiap sudutnya atau disekelilingnya

Kh = faktor koreksi berat yang menegaskan efek dari kedalaman

elektrode mendatar

ho = 1 meter (acuan kedalaman dari elektrode mendatar)

K1= 0,656+0,172n

dengan :

n = jumlah konduktor paralel di satu sisi (panjang atau lebar)

n = untuk penghitungan tegangan mesh

Jika Lc, adalah total panjang konduktor elektrode mendatar dan L r adalah total

panjang konduktor elektrode tegak, maka untuk menghitung tegangan mesh

elektrode mendatar dengan dilengkapi elektrode tegak digunakan persamaan :

Faktor pengali 1,15 untuk Lr pada persamaan diatas menggambarkan bahwa

kepadatan arus lebih tinggi pada elektrode tegak di sekeliling elektrode mendatar

daripada di elektrode mendatar itu sendiri.

Untuk elektrode mendatar tanpa elektrode tegak, atau hanya beberapa elektrode

31
batang yang dipasang di elektrode mendatar tetapi jauh dari sisinya,

persamaannya adalah :

Sedangkan untuk tegangan langkah dihitung dengan persamaan :

dengan :

KS = faktor ruang untuk menghitung tegangan langkah

Persamaan (3.30) untuk elektrode mendatar tanpa elektrode tegak atau hanya

beberapa elektrode batang yang dipasang di tengah dan jauh dari sisi-sisinya.

Sedangkan persamaan untuk elektrode mendatar dengan dilengkapi elektrode

tegak terutama di sekitar sisi-sisinya adalah :

Tegangan Iangkah maksimum diasumsikan terjadi pada jarak yang sama dengan

kedalaman h elektrode mendatar. Kedalaman elektrode yang di pasang biasanya

0,25 m < h < 2,5 m. Ks dihitung dengan persamaan :

dengan :

n = max (nA, nB), untuk penghitungan tegangan Iangkah

Penggunaan Ks yang berbeda-beda tergantung pada kedalaman elektrode

32
mendatar h, yang menggambarkan bahwa tegangan Iangkah menurun dengan

cepat disebabkan meningkatnya kedalaman.

3.1.9. Perbandingan Tegangan Mesh Dengan Tegangan Sentuh.

Langkah kesembilan apabila tegangan mesh lebih kecil dari tegangan

sentuh, maka perancangan dapat dianggap selesai. Selesainya rancangan juga

tergantung dari 3.1.10. Namun bila tegangan mesh Iebih besar dari tegangan

sentuh, maka haruslah menjalankan 3.1.11.

3.1.10. Perbandingan Tegangan Langkah Dan Tegangan Langkah Yang

Diperbolehkan.

Langkah kesepuluh, apabila tegangan langkah Iebih kecil dari tegangan

Iangkah yang diperbolehkan, maka selesai. Namun bila tegangan langkah Iebih

besar dari tegahgan langkah yang diperbolehkan, maka ke 3.1.11 yaitu merubah

rancangan awal.

3.1.11. Merubah Rancangan Awal.

Langkah kesebelas, jika tegangan mesh Iebih besar dari tegangan sentuh

(3.9) dan tegangan langkah Iebih besar dari tegangan langkah yang diperbolehkan

(3.10), maka perlu merubah rancangan awal yaitu dengan mengganti jarak antar

batang mendatar D, jumlah batang pembumian tegak nr , panjang keseluruhan

elektrode pembumian L, dan kedalaman pembumian mendatar h.

33
3.1.12. Rancangan Detil.

Langkah keduabelas, setelah nilai tegangan sentuh dan tegangan langkah

yang aman telah dicapai, mungkin diperlukan untuk menambah konduktor pada

elektrode mendatar dan elektrode tegak. Penambahan ini diperlukan bila

rancangan elektrode mendatar tidak termasuk konduktor di dekat peralatan yang

dibumikan seperti penangkal petir.

3.2. Panjang Konduktor Minimum Yang Diperlukan.

Panjang konduktor yang diperlukan untuk grid pada suatu gardu induk

tergantung beberapa pertimbangan, diantaranya: tegangan sentuh atau tegangan

langkah yang dikehendaki, luas daerah yang diamankan dan factor ekonomisnya.

Dengan menggunakan konduktor yang Iebih panjang dari hasil perhitungan

minimal panjang konduktor yang dibutuhkan, maka faktor keselamatan manusia

disekitarnya lebih diutamakan. Tetapi ha! ini tidak ekonomis karena konduktor

yang dibutuhkan menjadi lebih banyak sehingga lebih mahal. Dengan

menggunakan konduktor yang tidak terlalu panjang, maka biaya akan Iebih murah

(ekonomis) tetapi faktor keselamatan manusia disekitarnya tidak terjamin. Sangat

diharapkan sekali faktor ekonomis menjadi persyaratan dalam perancangan

pembumian.

Untuk mendapatkan kondisi yang aman bagi keselamatan manusia, maka

tegangan mesh harus dibatasi sampai pada tegangan sentuh yang diizinkan sesuai

peramaan (3.13), maka :

Untuk Em < Esentuh 50

34
Dengan merubah persamaan (3.37) untuk L maka didapat :

Untuk Em < Esentuh 70 dari peramaan (3.27) dan (3.14)

maka :

Elektroda berbentuk jaring (grid) adalah bentuk elektroda yang merupakan

modifikasi dari elektroda pita, dimana bentuknya menyerupai jaring atau jala -

jala. Bentuk elektroda ini merupakan bentuk dasar pentanahan pada suatu gardu

induk (GI) dan bagi faktor keselamatan manusia. Elektroda- ini biasanya ditanam

pada kedalaman 0,5 - 1 meter dan bentuknya bisa bujur sangkar, segi empat atau

bentuk lainnya. Tergantung tempat yang diamankan, terutama tempat yang

terdapat peralatan digardu induk.

Arus gangguan akan mengalir dengan menyebar keseluruh jaring

sehingga arus yang ketanah akan menjadi lebih kecil. Hal ini lebih balk bila

dibandingkan dengan menggunakan hanya satu elektroda batang saja.

Pemasangan elektroda batang pada bentuk bujur sangkar maupun segi empat

dapat berupa diagonal maupun disepanjang sisi - sisinya.

35
BAB 4

PERHITUNGAN PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN

4.1. Perhitungan Pembumian

Alat yang digunakan untuk mengukur resistans pembumian adalah

Yokogawa tipe 3244 dengan metode pengukuran menggunakan metode Wenner.

Cara penggunaan alat tersebut dapat dilihat pada lampiran. Data hasil pengukuran

seperti terdapat pada lampiran adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran resistans jenis tanah.

Jarak Elektroda (a) Resistans (R) Resistans Jenis Tanah ()

(m) () ( -m)
1 32 20,1

2 0,8 10,05

3 0,33 6,22

6 0,1 4,15

9 0,07 3,96

12 0,037 2,79

18 0,025 2,83

24 0,02 3,02

30 0,018 3,39

Perhitungan ini dilakukan untuk mendisain system pembumian dan menetapkan

batasan yang aman untuk perbedaan potensial yang mungkin terjadi pada gardu

induk yang mengalami kondisi gangguan.

36
Resistans jenis tanah pada table diatas dihitung dengan menggunakan

persamaan (3.2). Dari table tersebut dapat dilihat bahwa semakin jauh penanaman

elektroda, maka semakin kecil nilai resistans yang didapat, maka semakin kecil

Pula reistans jenis tanahnya.

Perhitungan pada lampiran 3 memberikan hasil resistans jenis tanah 7,4 0-

m. Tetapi nilai resistans jenis tanah diambil 50 0-m untuk perhitungan selanjutnya.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keadaan tanah bila nilai resistans jenis

tanahnya meningkat.

Besarnya arus gangguan ketanah adalah 31, 5 kA dengan lamanya arus

gangguan 1 detik. Konduktor yang digunakan adalah Commercial Hard Drawn

Copper Wire. Suhu maksimum konduktor yang diijinkan adalah 250C untuk tipe

sambungan dengan baut. Untuk menghitung diameter penghantar yang akan

digunakan persamaan (3.3) yaitu :

Dari perhitungan diatas, luas penampang konduktor yang didapat 187,8 mm 2,

tetapi konduktor yang digunakan adalah 200 mm2 dengan ukuran diameter d =

37
0,0182 m.

Ukuran diameter konduktor yang akan digunakan haruslah Iebih besar dad hasil

perhitungan yang didapat untuk mengantisipasi arus gangguan yang Iebih besar.

Hal ini dilakukan agar konduktor tidak mudah rusak karena bila konduktor rusak

maka akan sangat sulit untuk memperbaiki atau menggantinya.

Lapisan permukaan tanah pada daerah yang ditanam elektroda tidak

dilindungi dengan lapisan koral, sehingga nilai CS = 1. Resistans jenis permukaan

tanah berbatu adalah 3000 0-m. Batas tegangan Iangkah yang aman bagi manusia

dengan berat badan < 50 kg dan < 70 kg menurut persamaan (3.10) dan (3.11)

adalah :

Batas teganqai R sentuh yang aman bagi manusia dengan berat badan c 50

kg dan < 70 kg menurut persamaan (3.13) dan (3.14) adalah :

Atau

38
Luas daerah yang diliputi oleh elektroda pembumian 5850 m2. dengan

panjang 130 m dan Iebar 45 m. Jumlah konduktor memanjang adalah 10 dan

melebar sebanyak 27 buah, sehingga panjang keseluruhan konduktor adalah 3026

m. Panjang konduktor L pada sisi yang lebih pendek adalah 45 m. Jumlah

konduktor parallel n dalam kisi - kisi utama adalah 16 buah Sehingga jarak rata -

rata antara konduktor - konduktor parallel pada jarring adalah :

= 3m

Perancangan pembumian ini hanya menggunaka konduktor mendatar saja,

jadi tidak menggunakan konduktor tegak (elektroda batang). Sahingga resistans

grid dapat dihitung dengan persamaan (3.15) adalah

= 0,30

Faktor pembagi arus (Sf) besarnya I dan If dari persamaan (3.24), sehingga arus

grid dapat dihitung dangan persamaan (3.22), yaitu

Ig = Sf. If

= 1.0,6.31500

= 18900 A

= 18,9 kA

Karena pembumian yang ditanam tidak akan berkembang lagi pada masa

39
yang akan datang, maka nilai factor koreksi arus gangguan (CP) adalah 1. Dan

factor pelemahan selama waktu gangguan (Df) adalah I. Sehingga besarnya arus

grid maksimum sesuai persamaan (3.25), yaitu :

ID = Cf. Df. Ig

= 1.1.18900

= 18900 A

= 18,9 kA

Kenaikan potensial bumi (GPR) sesuai persamaan (3.26), yaitu :

GPR = Ig. Rg

=18900 A. 0,30

= 5670 V

Karena kenaikan potensial bumi lebih tinggi (5670 V) dad tegangan sentuh

yang diperbolehkan (638 V), maka sangatlah diperlukan untuk menghitung

tegangan mesh dan tegangan langkah. Untuk menghitung tegangan mesh,

konstanta Km dan Ki haruslah dihitung terlebih dahulu.

Konstanta Km dihitung dengan persamaan (3.28) dan Ki dengan persamaan

(3.29), yaitu :

= 0,39

Dengan :

40
= 1,32

Untuk menghitng besarnya factor koreksi gometri Ki digunakan persamaan

(3.29), yaitu:

Ki = 0,656 + 0,172 n

= 0,656 + 0,172.16

= 3,41

Dengan diketahui nilai Km dan Ki, maka tegangan mesh dapat dihitung dengan

persamaan (3.27), yaitu :

= 415,5 V

Tegangan mesh Em 415,5 V < Esentuh 638 V. Dengan tercapainya nilai tersebut,

maka dapat dilanjutkan dengan menghitung tegangan langkah. Faktor ruang untuk

tegangan langkah Ks dihitung dengan persamaan (3.35). Untuk kedalaman 0,25 <

h < 2,5 besarnya Ks adalah :

41
= 0,40

Besarnya tegangan langkah sesuai dengan persamaan (3.32)) adalah :

= 426,1 V

Sesuai dengan persyaratan bahwa EL 426,1 V < E,angkah 2204 V, maka

tidak periu merubah parameterparameter, dan perhitungannya sesuai dengan

yang diinginkan. Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat dibuat ringkasan dari

beberapa parameter penting sebagai dasar keamanan sebuah gardu induk.

Ringkasan perhitungan ditunjukkan pada table 4.2 :

Tabel 4.2 Ringkasan hasil perhitungan

Parameter Hasil Perhitungan

42
Resistans jenis tanah () 50 -m
Ukuran konduktor (Amm2) 200 mm2
Resistans grid (Rg) 0,30
Tegangan langkah
E langkah 50 2204 V
E langkah 70 2983 V
EL
426,1 V
Tegangan sentuh
Esentuh 50
638 V
Esentuh 70
Em 863,5 V
415, 5 V
GPR (Kenaikan Potensial Bumi)
5670 V

4.2. Pemeriksaan Faktor Keselamatan Pada Gardu Induk.

Untuk memeriksa panjang konduktor agar konduktor yang digunakan tidak

terlalu pendek sehingga dapat memperbesar nilai resistans grid, maka dapat

dilakukan perhitungan panjang konduktor minimal yang dibutuhkan dengan

menggunakan persamaan (3.37) dan (3.39).

Untuk Em < Esentuh 50 adalah :

L > 1970 m

Jadi panjang konduktor yang dibutuhkan haruslah melebihi 1970 m.

Untuk Em < Esentuh 70 adalah :

43
L > 1458 m

Jadi panjang konduktor yan dibutuhkan haruslah melebihi 1458 m.

4.3. Menggunakan Lapisan Kerikil

Penggunaan lapisan batu kerikil biasanya setebal 8 20 cm, dengan

menggunakan lapisan kerikil sebagai lapisan permukaan, maka nilai tegangan

sentuh dan tegangan Iangkah dapat dikurangi. Dengan menggunakan persamaan

(3.4), maka nilai factor refleksi K adalah :

Sehingga nilai factor reduksi Cs dari gambar 3.3 untuk ketebalan kerikil h s 10 cm

adalah 0,55. Dengan diketahuinya CS = 0,55, maka dapat dihitung batas tegangan

Iangkah dan tegangan sentuh yang aman.

Batas tegangan Iangkah yang aman < 50 kg dari persamaan (3.10), adalah :

Batas tegangan Iangkah yang aman 70 kg dari persamaan (3.11), adalah :

44
Batas tegangan sentuh yang aman 5 50 kg dari persamaan (3.13), adalah:

Batas tegangan Iangkah yang aman 50 kg dari persamaan (3.10), adaiah :

Tabel 4.3 dibawah ini merupakan, dari hasil perhitungan tegangan Iangkah dan

tegangan sentuh untuk membandingkan lapisan permukaan tanah tanpa kerikil dan

lapisan permukaan tanah menggunakan kerikil.

Tabel 4.3 Perbandingan lapisan tanah tanpa kerikil dengan yang menggunakan

kerikil

Permukaan tanpa Ie cerikil Permukaan dengan kerikil

Elangkah 50 = 2204 V Elangkah 50


=1264,4 V
Elangkah 70 = 2983 V =1711,3 V
Elangkah 70
Esentuh 50 = 638 V Esentuh 50 =403,1 V
Esentuh 70 = 863,5 V Esentuh 70
=545,6 V

Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwapermukaan tanah dengan

45
lapisan kerikil mempunyai nilai tegangan Iangkah dan tegangan sentuh yang Iebih

kecil dibandingkan permukaan tanah tanpa menggunakan lapisan kerikil. Nilai

tersebut dapat menjadi Iebih kecil lagi apabila lapisan kerikil dipertebal.

BAB 5

46
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas mengenai perencanaan sistem pembumian gardu induk

yang dibahas pada bab bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Kriteria aman dalam perencanaan sistem pembumian gardu induk ditentukan

oleh besarnya tegangan sentuh dan tegangan Iangkah yang mungkin terjadi.

Tegangan tersebut haruslah lebih kecil dari kriteria tegangan sentuh

maksimum dan tegangan Iangkah maksimum yang diizinkan. Dari

perhitungan pada bab IV dapat diketahui : Rg = 0,30 , Esentuh = 638 V, Elangkah

= 2204 V, GPR = 5670 V, Em = 415,5 V dan EL = 426,1 V. Karena Em dan EL

nilainya Iebih kecil dari nilai Esentuh dan Elangkah maka kriteria aman pada gardu

induk tercapai.
2. Penggunaan konduktor haruslah melebihi panjang konduktor minimum yang

diperlukan untuk tujuan keselamatan manusia disekitar gardu induk. Panjang

konduktor minimum dari hasil perhitungan adalah 3025 m dengan luas tanah

5850 m, panjang 130 m dan lebar 45 m. Dari panjang konduktor yang

digunakan, dapat dilihat bahwa perencanaan sangatlah mengutamakan

keselamatan.
3. Penggunaan kerikil sebagai lapisan permukaan tanah sangat berguna untuk

mengurangi besarnya tegangan sentuh dan tegangan Iangkah dibandingkan

dengan permukaan tanah yang tidak dilapisi kerikil.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan bentuk dan konstruksi sistem pembumian yang tepat

sebaiknya memilih jenis tanah yang mempunyai nilai konduktifitas yang

47
paling kecil.
2. Untuk mendapatkan hasil perhitungan yang akurat, sebaiknya dilakukan

pengujian pada kondisi tanah yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. IEEE Guide for Safety in AC Substation Grounding


ANSI/IEEE Std 80
1986.
2. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
SNI-0225
2000.
3. Charles F. Dalziel, W. r. Lee
Reevaluation of Lethal Electric Current
IEEE Transactions on Industry and General Application, VoLIGA-4, No 5

Sep/Oct 1968.
4. Ir. Komari
5. Pengamanan Terhadap Tegangan Sentuh Pada Instalasi Tegangan Rendah
Jakarta 1975.

48
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Mahasiswa
Nama Lengkap : Marianus Rema
NPM : 08520008
Tempat & Tanggal Lahir : Flores, 21 Mei 1979
Alamat Lengkap : Jl. Seno I Blok C No. 54 Kalibata Jakarta

Selatan

B. Riwayat Pendidikan Formal


1. SDK Lulus Tahun 1992
2. SLTP Katolik Soegijapranata Lulus Tahun 1998
3. SMAN 2 Waingapu Sumba Timur Lulus Tahun 2001

C. Riwayat Pengalaman Berorganisasi/Pekerjaan


KKP (Kuliah Kerja Praktek) di Pusat Penelitian dan Pengembangan

Ketenaga Listrikan (PUSLITBANG) Tahun 2011

Jakarta, Juli 2013


Pas Photo
Marianus Rema
3x4

49

Anda mungkin juga menyukai