TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Saraf
1.1 Pengertian
bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf (Sloane, 2003). Sistem
saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon
perubahan yg terjadi di dalam dan diluar tubuh atau lingkungan. Sistem saraf juga
bertanggung jawab sebagai sistem persepsi, perilaku dan daya ingat, serta
manusia mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi, pengendali
a. Saraf sebagai alat komunikasi antara tubuh dan dunia di luar tubuh. Hal
ini dilakukan oleh alat indera yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan
kulit. Karena ada indera, dengan mudah kita dapat mengetahui perubahan
b. Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ tubuh sehingga dapat
6
Universitas Sumatera Utara
7
sekitarnya. Karena saraf sebagai pengendali kerja alat tubuh maka jaringan
1.3 Klasifikasi
Susunan saraf terdiri dari susunan saraf sentral dan susunan saraf perifer.
Susunan saraf sentral terdiri dari otak (otak besar, otak kecil, dan batang otak) dan
medula spinalis. Susunan saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan saraf otonom
1) Otak
(Batticaca, 2008). Otak dibungkus oleh tiga selaput otak (meningen) dan
dilindungi oleh tulang tengkorak. Selaput otak terdiri dari tiga lapis yaitu
durameter (lapisan paling luar yang menutupi otak dan medula spinalis,
serabut berwarna abu-abu yang bersifat liat, tebal dan tidak elastis),
araknoid (membran bagian tengah yang tipis dan lembut yang menyerupai
sarang laba-laba, berwarna putih karena tidak tidak dialiri aliran darah),
dan piameter (membran yang paling dalam berupa dinding tipis dan
transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak)
(Batticaca, 2008).
a) Serebrum
kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang
i) Korteks Serebri
oleh substansia grisea. Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah
1. Lobus Frontalis
area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil; dan area 9, 10, 11, 12
2. Lobus Perietalis
girus sentralis dan meluas ke arah anterior sampai mencapai dasar sulkus
3. Lobus Oksipitalis
sepanjang bibir superior dan inferior sulkus kalkanius; area 18, 19 (area
4. Lobus Temporalis
girus temporalis superior; dan area 38, 40, 20, 21, 22 (area asosiasi)
temporalis media dan girus temporalis inferior. Pada bagian basal terdapat
girus fusiformis.
5. Area Broka
6. Area Visualis
7. Insula Reili
Insula reili yaitu bagian serebrum yang membentuk dasar fisura silvi
oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus temporalis dan girus
frontalis inferior.
8. Girus Singuli
kolosum.
volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral. Impulsnya berjalan
terutama daerah kaki terletak diatas, sedangkan daerah wajah bilateral terletak
kumpulan otot yang disarafi. Lesi area 6 dan 8 pada perangsangan akan timbul
(area somestesia); menerima serabut saraf yaitu radiasi yang membawa impuls
sensoris dari kulit, otot sendi dan tendo di sisi kontralateral. Lesi didaerah ini
optika.
yang berasal dari korpus genikulatum medialis. Lesi area ini hanya
terdapat tiga daerah asosiasi penting, yaitu daerah frontal (di depan korteks
yang sesuai dengan tempat kerusakan. Misalnya, pada area 5 dan 7 akan
di tangan dengan mata tertutup) karena area ini merupakan pusat asosiasi
padat yang terbentuk dalam hubungan yang erat dengan dasar ventrikulus
telensefalon. Pada gerakan lambat dan mantap basal ganglia akan aktif,
sedangkan pada gerakan cepat dan tiba-tiba basal ganglia tidak aktif. Basal
iii) Rinensefalon
otak yang terdiri atas jaringan alo-korteks yang melingkar sekeliling hilus
hemisfer serebri serta berbagai struktur lain yang lebih dalam yaitu
(Syaifuddin, 2011).
b) Serebelum
(Syaifuddin, 2011).
c) Batang otak
Batang otak terdiri dari: a) Diesenfalon yaitu bagian otak paling atas
bagian otak yang terletak diantara pons varoli dan hemisfer serebri, c) Pons
otak yang utama adalah sebagai pengatur pusat pernafasan dan pengatur
2) Medula Spinalis
keluar dari hemisfer serebral dan bertugas sebagai penghubung otak dan
tangan otak (fungsi ini terlihat pada kerja refleks spinal, untuk melindungi
tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh) dan sebagai pusat
perantara antara susunan saraf tepi dan otak (susunan saraf pusat), semua
otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam gerak refleks, denyut
motorik (otot dan kelenjar). Serabut saraf perifer berhubungan dengan otak
dan korda spinalis. Serabut saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf cranial
dan 31 pasang saraf spinal. Setiap saraf spinal adalah gabungan dari
serabut motorik somatik, sensorik somatik dan otonom. Sistem saraf tepi
sensoris dari tubuh. Indra somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
tubuh; indra termoreseptor, mendeteksi panas dan dingin; dan indra nyeri,
digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan, perasaan kompleks
pembuluh darah, paru, lambung, usus dan ginjal. Ada dua jenis saraf
1) Saraf Simpatis
jika ada ancaman. Pelepasan simpatis yang meningkat sama seperti ketika
2) Saraf Parasimpatis
area, yaitu batang otak dan segmen spinal di bawah L2. Karena lokasi
a. Tumor otak
yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan tekanan intracranial serta
tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik
dari otak. Gejala-gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah
penurunan fokal motorik, sensori dan disfungsi saraf cranial (Smeltzer & Bare,
2002).
b. Meningitis
otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
intrakranial, saktit kepala dan demam, perubahan pada tingkat kesadaran, iritasi
meningen, kejang, adanya ruam dan infeksi fulminating (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Aneurisma Intrakranial
aneurisma selalu terjadi tiba-tiba, tidak selalu disertai dengan sakit kepala yang
berat dan sering kehilangan kesadaran untuk periode yang bervariasi. Mungkin
ada nyeri dan kaku leher bagian belakang dan medula spinalis akibat adanya
d. Sklerosis Multipel
pada otak dan medulla spinalis. Tanda dan gejala SM bervariasi dan banyak,
gejala primer paling banyak dilaporkan berupa kelelahan, lemah, kebas, kesukaran
lesi pada saraf optik atau penghubungnya dapat mencakup penglihatan kabur,
diplopia, kebutaan parsial dan kebutaan total (Smeltzer & Bare, 2002).
e. Penyakit Parkinson
mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur
otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Pasien
f. Penyakit Alzhaimer
mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri (Smeltzer &
Bare, 2002).
g. Cedera Kepala
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga dan luka
fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara menadadak sampai yang
tulang belakang selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera klien mengeluh
i. Stroke
(Batticaca, 2008). Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana
yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada
stroke akut gejala klinis meliputi: kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah
yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan,
penurunan kesadaran, afasia (kesulitan bicara), disatria (bicara cadel atau pelo),
gangguan penglihatan, diplopia, ataksia, verigo, mual, muntah dan nyeri kepala
(Tarwoto, 2007).
oleh onset waktu akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial.
Proses penyakit mencakup demielinasi dan degenerasi selaput myelin dari saraf
k. Bells Palsy
akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau
sedikit proksimal dari foramen tersebut yang mulainya akut dan dapat sembuh
penyebab dapat meliputi iskemia vascular, penyakit virus (herpes simplek, herpes
2. Imobilisasi
keadaan dimana pasien berbaring lama ditempat tidur, tidak dapat bergerak secara
pasien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, trauma, fraktur
ditempat tidur, tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan
pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai
suatu keadaan tidak bergerak/tirah baring yang terus-menerus selama 5 hari atau
a. Gangguan muskuloskletal
sendi.
b. Gangguan kardiovaskuler
Potter & Perry (2005) menyatakan ada beberapa akibat yang ditimbulkan
1. Pengaruh Fisiologi
terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur
klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang
2. Perubahan Metabolik
penyebaran mukus dalam bronkus meningkat, terutama pada klien dalam posisi
saluran pernapasan. Karena mukus merupakan media yang sangat baik untuk
perubahan utama yaitu hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus.
kehilangan daya tahan, penurunan masa otot, atrofi, dan penurunan stabilisas.
Penurunan masa otot akibat dari kecepatan metabolisme yang turun dan
mengalami kehilangan massa tubuh, yang membentuk sebagian otot tidak mampu
berlanjut dan otot tidak dilatih, maka akan terjadi penurunan masa berkelanjutan.
berakibat pada resorpsi tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat,
dan terjadi osteoporosis. Immobilisasi dan aktivitas yang terjadi tidak menyangga
Kontraktur sendi adalah kondisi abnormal dan biasa permanen yang ditandai oleh
sendi fleksi dan terfiksasi. Hal ini disebabkan tidak dugunakanya, atrofi, dan
pemendekan serat otot. Jika terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat
Dekubitus adalah salah satu penyakit iatrogenic paling umum dalam perawatan
kesehatan dimana berpengaruh terhadap populasi klien khusus lansia dan yang
imobilisasi. Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoksia jaringan. Jaringan yang
tertekan, darah membelok, dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan
persisten pada kulit dan struktur di bawah kulit, sehingga respirasi seluler
Eliminasi urin klien berubah oleh adanya imobilisasi. Pada posisi tegak
lurus, urin mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan
kandung kemih akibat gaya gravitasi. Jika klien dalam posisi rekumben atau datar,
ginjal dan ureter membentuk garis datar. Ginjal yang membentuk urine harus
peristaltik ureter yang tidak cukup kuat melawan gaya gravitasi, pelvis ginjal
menjadi terisi sebelum urine masuk ke dalam ureter. Kondisi ini disebut statis
urine dan meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan atau ginjal.
8. Pengaruh Psikososial
Menurut Potter & Perry (2006) rentang gerak merupakan jumlah maksimum
gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh:
sagital, frontal dan transversal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh
dari depan ke belakang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan. Potongan frontal
melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan
perawat dapat mengajarkan klien latihan ROM. Apabila klien tidak mempunyai
kontrol motorik volunter maka perawat melakukan latihan gerak pasif (Potter &
Perry, 2006).
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi (Potter & Perry, 2006)
menekuk siku
meluruskan tangan
kebawah
menghadap keatas
Gerakan yang dilakukan oleh sendi berbeda untuk setiap potongan tubuh.
Gerakan fleksi dan ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan hiperekstensi
pada pinggul merupakan rentang gerak pada potongan sagital. Pada potongan
frontal gerakannya adalah abduksi dan adduksi pada lengan dan tungkai, eversi
dan inversi pada kaki. Sedangkan pada potongan transversal gerakannya adalah
pronasi dan supinasi pada tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut serta
dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki. Selain gerakan yang berbeda, setiap sendi
juga mempunyai rentang gerak maksimal yang dapat dicapai saat ia melakukan
aktifitasnya (Potter & Perry, 2006). Contoh gerakan sendi dan luas rentang gerak
yang dapat dicapai oleh masing-masing sendi dijelaskan pada tabel 2.1. berikut
ini:
Rentang gerak aktif adalah gerakan yang dicapai seseorang secara mandiri
tanpa bantuan. Jika rasa sakit terjadi selama ROM aktif mungkin karena kontraksi
ligament, ligamen sendi, fasia dan kulit. Jika seseorang dapat menyelesaikan
ROM aktif dengan mudah dan tanpa rasa sakit, pengujian lebih lanjut dari gerakan
yang mungkin terjadi tidak diperlukan. Tetapi, jika ROM aktif terbatas,
Rentang gerak pasif adalah gerakan yang dicapai seseorang dengan bantuan
integritas permukaan sendi, kapsul sendi dan ligamen yang terkait, otot, fasia dan
kulit. Tidak seperti ROM aktif, ROM pasif tidak tergantung pada kekuatan dan
kordinasi otot seseorang. Jika rasa nyeri terjadi selama ROM pasif, sering
a. Hipomobilitas
otot, fasia, dan kulit; dan radang struktur. Hipomobilitas dikaitkan dengan banyak
tulang dan pengembangan bekas luka setelah luka bakar. kondisi neurologis
seperti stroke, trauma kepala, cerebral palsy, dan sindrom nyeri regional kompleks
diabetes juga dikaitkan dengan keterbatasan gerakan sendi (Norkin & White,
2009).
b. Hipermobilitas
Misalnya, pada orang dewasa ROM normal untuk ekstensi pada sendi siku adalah
sekitar 0 derajat. Pengukuran ROM dari 30 derajat atau lebih ekstensi pada siku
adalah baik diluar ROM normal dan merupakan indikasi dari hipermobilitas pada
terjadi pada anak-anak ini adalah normal untuk usia mereka. Jika peningkatan
gerak bertahan di luar rentang usia yang diharapkan, itu akan dianggap abnormal
struktur jaringan lunak seperti ligamen, kapsul, dan otot-otot yang biasanya
mungkin karena kelainan permukaan sendi. Penyebab yang paling sering adalah
trauma sendi. Hipermobilitas juga terjadi pada gangguan herediter yang serius dari
dan osteogenesis imperfecta. Salah satu kelainan fisik khas sindrom down
hipermobilitas. Dalam hal ini umum hipotonia diduga menjadi faktor penting