Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR

MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN

SISTEM KELISTRIKAN

Oleh :

Danis Nur Rohmah AIH007013


Anggi Pradiska Abadi A1H009030
Abdul Rauf Y.T A1H009056
Heri Setiono A1H009061
Mustika Ervina R A1H009069
Irfanuddin Suryawinata A1H009072
Aditya Prabaningrum A1H011001
Noviardi A1H011002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat


membawa dampak bagi perkembangan dunia industri terutama
industri daya dan mesin. Mengingat kebutuhan daya yang terus
meningkat dan perkembangan motor bakar yang demikian pesat,
para produsen mesin kini berlomba-lomba menampilkan mesin-
mesin baru dengan berbagai keunggulan baik dari segi desain
maupun keunggulan teknologinya.
Mesin sendiri terdiri dari berbagai komponen yang kerjanya
saling terkait satu sama lain. Beberapa sistem yang merupakan
komponen vital dalam mesin diantaranya sistem bahan bakar,
sistem pengisian, sistem pengapian, sistem pelumasan, dan
sistem pendinginan. Komponen komponen tersebut dari waktu ke
waktu mengalami perkembangan yamg tujuannya untuk
mendapatkan komponen yang lebih praktis dan efisien.
Pada dasarnya campuran bahan bakar dan udara yang
masuk ke dalam ruang bakar harus disundut. Penyundutan
merupakan salah satu komponen yang mengalami
perkembangan pesat dalam dunia permesinan khususnya mesin
bensin adalah pada komponen sistem pengapian. Perkembangan
sistem pengapian listrik secara singkat adalah mulai dari sistem
pengapian konvensional, semi transistor, full transistor, IIA
(integrated ignition assembly), dan yang terbaru adalah DLI (distributor
less ignition).
Sistem pengapian terbagai menjadi sistem nyala terbuka,
sistem bola pijar, sistem kompresi dan sistem listrik. Sistem
nyala terbuka dan sistem bola pijar merupakan sistem pengapian
konvensional yang lebih dahulu digunakan. Dewasa ini keduanya
mulai ditinggalkan. Dewasa ini produsen mesin lebih memilih
sistem listrik untuk motor berbahan bakar bensin dan sistem
kompresi untuk motor berbahan bakar minyak solar atau yang
biasa disebut dengan mesin Diesel.

II. SISTEM LISTRIK

A. TEORI KELISTRIKAN

Sistem pengapian pada motor bensin pada dasarnya


ditujukan untuk menghasilkan percikan bunga api yang kuat dan
tepat agar diperoleh daya mesin yang optimal. Sistem pengapian
pada motor menggunakan sistem pengapian batere yang
prinsipnya adalah menaikkan tegangan baterai 12 volt menjadi
10 kV agar menghasilkan percikan bunga api pada elektroda
busi. Teori dasar kelistrikan yang erat kaitannya dengan sistem
pengapian adalah teori induksi listrik.
1. Induksi Sendiri ( Self Induction Effect )
Medan magnet akan dibangkitkan pada saat arus listrik
dialirkan melalui kumparan, akibatnya garis gaya listrik
dibangkitkan dan menghasilkan garis gaya magnet (magnetic
flux) dengan arah yang berlawanan dengan pembentukan
garis gaya magnet dalam kumparan. Oleh karena itu arus
tidak akan mengalir seketika pada saat dialirkan kekumparan
tetapi membutuhkan waktu untuk menaikkan arus tersebut.
Saat arus mengalir dalam kumparan kemudian arus
diputuskan tiba-tiba, maka gaya gerak listrik akan
dibangkitkan dalam kumparan dengan arah cenderung
menghalangi hilangnya garis gaya magnet. Dengan cara ini
apabila kumparan yang dialiri arus kemudian arus diputus
secara tiba-tiba maka akan dibangkitkan gaya gerak listrik
yang arahnya melawan perubahan garis gaya magnet.
( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 3 )

Gambar 1. Induksi sendiri ( Self Induction Effect )

2. Induksi Timbal Balik ( Mutual Induction Effect )


Saat dua kumparan disusun dalam satu garis dan besarnya
arus yang mengalir pada satu kumparan diubah, maka gaya
gerak listrik akan dibangkitkan pada kumparan lainnya
dengan arah melawan perubahan garis gaya magnet pada
kumparan primer. Pada gambar dibawah ini bila arus tetap
mengalir pada kumparan primer maka tidak ada perubahan
gaya gerak listrik pada kumparan sekunder, tetapi saat arus
yang mengalir diputuskan maka gaya gerak listrik
dibangkitkan pada kumparan sekunder. Kemudian apabila
arus dihubungkan kembali maka pada kumparan sekunder
akan dibangkitkan gaya gerak listrik dengan arah yang
berlawanan dengan garis gaya magnet pada kumparan
primer. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 4 )
Gambar 2. Induksi Timbal Balik ( Mutual Induction Effect )
Koil pengapian membangkitkan tegangan tinggi dengan
cara yang sama seperti uraian diatas, yang terjadi saat arus
primer tiba-tiba diputuskan dengan membuka breaker point.
Besarnya gaya gerak listrik yang dihasilkan dipengaruhi oleh tiga
hal yaitu banyaknya garis gaya magnet yang dipengaruhi oleh
besarnya arus yang dialirkan pada kumparan primer, banyaknya
jumlah lilitan pada kumparan, dan kecepatan pemutusan arus
pada kumparan primer. pada sistem kelistrikan ini menggunakan
sistem konvensional. jadi penggunaannya masih tergantung
dengan magnet yang ada pada samping poros engkol. cara kerja
dari sistem kelistrikan ini adalah sebagai berikut:

1. kunci kontak dalam posisi on, guna intuk


menyambung rangkaian.
2. magnet diputar baik secara manual(kick starter)
ataupun menggunakan sistem starter.
3. ketika tonjolan yang ada pada magnet bertemu
dengan pulsa akan terjadi medan magnet yang
mengalirkan induksi secara cepat.
4. kemudian induksi yang ada dialirkan ke CDI(capacitor
discharger ignition)
5. dalam CDI di proses kemudian dialirkan menuju coil,
guna untuk menaikkan tegangan induksi.
6. setelah melewati coil tegangan menjadi 5-25 kV.
sehingga ketika di lewatkan pada busi dapat memberikan
loncatan bunga api pada busi.

Gambar 3. Sistem Kelistrikan Pada Motor Bensin


B. KOMPONEN SISTEM KELISTRIKAN

Gambar 4. Komponen sistem kelistrikan


1. Baterai
2. Sikring (fuse)
3. Kunci kontak (switch)
4. External resistor
5. Ignition coil
6. Distributor
7. Busi
8. Kabel tegangan tinggi

1. Baterai
Berfungsi untuk menyediakan arus listrik tegangan rendah untuk ignition coil.
Tegangan baterai kendaraan biasanya 12 atau 24 volt, nilai yang terlalu rendah
untuk dapat menghasilkan percikan bunga api pada celah busi di dalam silinder
yang bertekanan.

Gambar 5. Baterai

2. Koil
Menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi yang
diperlukan untuk pengapian. Koil berfungsi merubah arus listrik 12V yang
diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi (10 KV atau lebih) untuk
menghasilkan loncatan bunga api yang kuat pada celah busi.
Gambar 6. Ignition coil
3. Kontak pemutus
Kontak pemutus berguna untuk menghubungkan dan memutuskan arus primer agar
terjadi induksi tegangan tinggi pada sirkuit sekunder sistem pengapian
4. Kondensator
Kondensator berfungsi untuk :
a. Mencegah loncatan bunga api diantara celah kontak pemutus pada saat kontak
mulai membuka
b. Mempercepat pemutusan arus primer sehingga tegangan induksi yang timbul
pada sirkuit sekunder tinggi
5. Distributor
Fungsi distributor dapat dibagi dalam 4 bagian :
a. Bagian pemutus
Pada bagian ini terdiri dari breaker point, camlobe, dan kondenser.
Fungsi breaker point adalah untuk memutuskan arus listrik dan
menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa agar terjadi
induksi pada kumparan sekunder coil. Induksi terjadi pada saat breaker
point diputus atau terbuka.
Condensor berfungsi untuk menghilangkan atau mencegah terjadi loncatan
api atau bunga api listrik pada breker point. Konstruksinya dapat dilihat
pada gambar dibawah. Kemampuan dari suatu kondensor dapat ditunjukan
dg berapa besar kapasitasnya. Kapasitas kondensor diukur dalam mikro
farad. Terbakarnya breaker point sering juga diakibatkan oleh kondenser
yang tidak sesuai dg kapasitasnya atau kapasitasnya tidak normal.
b. Bagian Distributor
Bagian ini berfungsi membagi-bagikan (mendistribusikan) arus
tegangan tinggi yang dihasilkan (dibngkitkan) oleh kumparan sekunder
pada igniton coil ke busi pada tiap-tiap silinder sesuai dg urutan pengapian
(ignition order). Bagian ini terdiri dari tutup distributor dan rotor.
c. Bagian Governor Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai
dengan pertambahan putaran mesin. Bagian ini terdiri dari governor
weight dan governor spring (pegas governor).
d. Bagian Vakcum Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memundurkan atau memajukan saat
pengapian pada saat baban mesin bertambah atau berkurang. Bagian ini
terdiri dari breaker plate dan vacum advancer, yang akan bekerja atas dasar
kevakuman yang terjadi didalam intake manidfold

Gambar 7. Distributor

6. Busi
Busi atau elektroda berfungsi meloncatkan bunga api listrik diantara kedua elektroda
busi di dalam ruang bakar, sehingga pembakaran dapat dimulai
Gambar 8. Busi
7. Kabel tegangan tinggi
Kabel tegangan tinggi berfungsi sebagai penyalur arus yang dihsilkan oleh koil.
Kabel tegangan tinggi dihubungkan dengan busi lewat sebuah Choke yang berguna
untuk menjepit kelapa elektroda.

C. CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN LISTRIK DENGAN CDI

Sistem pengapian kondensator (kapasitor) atau CDI (bahasa


Inggris: Capacitor Discharge Ignition) merupakan salah satu jenis
sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang memanfaatkan
arus pengosongan muatan (discharge current) dari kondensator,
guna mencatudaya Kumparan pengapian (ignition coil).
Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet)
berputar, maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk
induksi listrik dari source coil . Arus ini akan diterima oleh CDI
unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt. Arus
tersebut selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang
(menjadi arus searah) oleh diode, kemudian disimpan dalam
kondensor (kapasitor) dalam CDI unit.
Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang disimpan
sebelum SCR (thyristor) bekerja. Pada saat terjadinya pengapian,
pulsa generator akan menghasilkan arus sinyal. Arus sinyal ini
akan disalurkan ke gerbang (gate) SCR. Seperti terlihat pada
gambar di bawah ini: Dengan adanya trigger (pemicu) dari gate
tersebut, kemudian SCR akan aktif (on) dan menyalurkan arus
listrik dari anoda (A) ke katoda (K) (lihat posisi anoda dan katoda.
Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor
melepaskan arus (discharge) dengan cepat. Kemudian arus
mengalir ke kumparan primer (primary coil) koil pengapian untuk
menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai
tegangan induksi sendiri (lihat arah panah aliran arus pada
kumparan primer koil).
Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian
terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan
sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut
selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api
yang akan membakar campuran bensin dan udara dalam ruang
bakar.
Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat
koil pulsa dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian
(Ignition Timing) ditentukan oleh penetapan posisi koil pulsa,
sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan penyetelan
waktu pengapian seperti pada sistem pengapian konvensional.
Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat
pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan
koil pulsa akibat kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada
sistem pengapian CDI bekerja lebih cepat dari contact breaker
(platina) dan kapasitor melakukan pengosongan arus (discharge)
sangat cepat, sehingga kumparan sekunder koil pengapian
teriduksi dengan cepat dan menghasilkan tegangan yang cukup
tinggi untuk memercikan bunga api pada busi.

D. CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN LISTRIK DENGAN

PLATINA

Platina sebagai plat kontak untuk menghubungkan dan


memutus aliran listrik primer koil agar terjadi induksi/GGL pada
sekunder yang berupa listrik tegangan tinggi untuk mensuplai
busi agar memercikkan bunga api.
Platina adalah plat kontak yang berfungsi sebagai
penghubung & pemutus yang di hubungkan oleh ebonit/kaki
platina dan di kontrol oleh nok delco(Distributor), apabila kaki
ebonit tidak terdorong oleh nok delco maka plat kontak akan
terhubung sekaligus mengalirkan aliran listrik primer koil ke
ground dan menciptakan medan magnet pada primer coil, dan
pada saat nok delco menyentuh/mendorong ebonit platina maka
listrik dari primel coil akan terputus, pada saat listrik primer coil
terputus maka terjadi GGL/induksi tegangan tinggi pada
sekunder coil, dengan adanya kondesor/kapasitor yang
terhubung secara paralel dengan platina akan membantu
meningkatkan besar induksi dan menghilangkan bunga api pada
saat platina mulai terbuka/memutus, hal ini bertujuan agar plat
kontak platina tidak mudah terbakar dan mampu berumur
panjang.
Besar/lamanya saat platina terhubung di pengaruhi oleh
lebar Permukaan AS delco yang rata/datar hal ini di sebut dengan
sudut dwell, dimana sudut/lama saat platina menghubungkan
aliran listrik ke primer coil. Apabila celah platina kita bikin rapat
so pasti sudut dwell akan menjadi besar dan kebalikannya.
CDI dan Platina adalah suatu alat yang digunakan pada
mesin untuk pengapian, maksudnya untuk mengatur waktu
pengapian. jadi pada saat piston pada posisi dibawah (Titik Mati
Bawah) busi tidak mengeluarkan api, nah pada saat piston diatas
(titik mati atas), busi akan memercikan bunga api, untuk
mengatur hal ini digunakan platina atau CDI.
Platina menggunakan cara konvesional untuk mematikan
dan menyalakan busi, yaitu masih mengandalkan pegas yang
menempel pada rotor..
kelemahan platina :
- cepet rusak, karena terjadi gesekan antara platina dan
rotor
- pada putaran mesin yang tinggi, pengapian kurang
sempurna
kelebihan platina :
- murah
- masih bisa disetel kalau udah mulai rusak
Sedangkan CDI, untuk mematikan dan menyalakan busi
menggunakan cara elektronik dengan bantuan pulser yang ada
di medan magnet.
kelemahan CDI :
- mahal (kalau yang murah cepet rusak dan harus diganti
dengan yang baru)

E. PERKEMBANGAN SISTEM PENGAPIAN LISTRIK


Sistem pengapian pada perkembangannya telah
mengalami banyak inovasi yang tentu tujuannya untuk
memperoleh kualitas pengapian yang semakin sempurna.
1. Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional menggunakan breaker
point untuk memutus dan menghubungkan arus pada
kumparan primer. Sistem ini memerlukan perawatan berkala
terutama pada breaker point yang dikarenakan hubungan antar
benda logam disertai arus listrik sehingga menyebabkan
breaker point cepat aus. Namun demikian sistem ini masih
banyak digunakan sampai saat ini. ( New Step 1 Training
Manual, 1996 : 6-7 )
2. Sistem Pengapian Semi Transistor
Sistem pengapian semi transistor menggunakan transistor
untuk memutus dan menghubungkan arus ke kumparan
primer pada koil pengapian. Sedangkan untuk mematikan dan
menghidupkan transistor tersebut menggunakan breaker
point. Sistem ini relatif lebih bagus daripada system
pengapian konvensional karena breaker point tidak
menghubungkan arus yang besar sehingga relatif lebih tahan
terhadap keausan. ( New Step 1 Training Manual, 1996 : 6-7 )
3. Sistem Pengapian Full Transistor
Sistem pengapian full transistor menggunakan transistor
untuk memutus dan menghubungkan arus pada kumparan
primer koil pengapian. Sedangkan untuk menghidupkan dan
mematikan transistor menggunakan signal rotor dan generator
yang cara kerjanya dengan induksi listrik. Ada juga yang
untuk mematikan dan menghidupkan transistor ini dengan
menggunakan sensor infra merah. ( New Step 1 Training
Manual, 1996 : 6-7 )
1. Integrated Ignition Assembly ( IIA )
Sistem pengapian ini menggunakan sistem pengapian full
transistor hanya saja keunggulannya adalah koil pengapian
disatukan didalam distributor sehingga dari segi konstruksi
lebih kompak dan praktis. ( Fundamental of Electricity Step 2,
1996 : 42 )
2. Electronic Spark Advancer ( ESA )
Sistem pengapian ini juga menggunakan sistem pengapian
full transistor seperti pada IIA , keunggulannya adalah
mekanisme pemajuan saat pengapian tidak lagi di kontrol
secara mekanik tetapi dikontrol menggunakan computer
sehingga pemajuan saat pengapian lebih akurat baik berdasar
putaran mesin ataupun beban mesin. ( Fundamental of
Electricity Step 2, 1996 : 43 )
3. Distributor Less Ignition ( DLI )
Sesuai namanya sistem ini tidak lagi menggunakan
distributor. Sistem ini menggunakan sebuah koil untuk dua
buah busi. Pengaturan arus yang masuk ke kumparan primer
dikontrol langsung oleh komputer. Keunggulan sistem ini
adalah koil pengapian dapat ditempatkan dekat dengan busi
sehingga kabel tegangan tinggi dapat diperpendek, selain
sistem ini tidak memerlukan penyetelan-penyetelan seperti
pada sistem yang lain. ( Fundamental of Electricity Step 2,
1996 : 44
III. KESIMPULAN

1. Sistem kelistrikan pada motor bakar digunakan untuk


sistem penyundut atau pematik api pada sistem
pembakaran
2. CDI dan Platina adalah suatu alat yang digunakan pada
mesin untuk pengapian, maksudnya untuk mengatur waktu
pengapian. jadi pada saat piston pada posisi dibawah (Titik
Mati Bawah) busi tidak mengeluarkan api, nah pada saat
piston diatas (titik mati atas), busi akan memercikan bunga
api, untuk mengatur hal ini digunakan platina atau CDI.
3. Komponen sistem kelistrikan berupa Baterai
Sikring (fuse)
Kunci kontak (switch)
External resistor
Ignition coil
Distributor
Busi
Kabel tegangan tinggi

DAFTAR PUSTAKA
Adin, Fikri. 2006. Teknik Dasar Motor Bakar. (On-line).
http://www.bukabuku.com. Diakses 3 April 2013.

Anonymous. 2007. Bahan Ajar Motor dan Tenaga Pertanian. (On-line).


http://www.ipb.ac.id. Diakses 3 April 2013.

Anonymous. 2008. Prinsip Kerja Motor Bakar. (On-line).


http://www.fateta.ipb.ac.id. Diakses 3 April 2013.

Hardjosentono, Mulyoto.1978. Mesin-mesin Pertanian. Yasaguna: Jakarta.

Smith, Harris P & Wilkes, Lambert H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Sitompul R.G., Djojomartono, & Daywin, Frans. 1991.Motor Bakar Internal dan
Tenaga di bidang Petanian. IPB : Bogor

Anda mungkin juga menyukai