j32 Pengrh

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8
GREENE h22!203 PENGARUH KONSENTRASI NAOH PADA PROSES NETRALISASI MINYAK IKAN HASIL ‘SAMPING INDUSTRI PENGALENGAN IKAN TERHADAP ASAM LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID) DAN KOMPOSISI ASAM-ASAM LEMAK TAK JENUH ¥ Y % Eny Yuliantf; Nova Dwi Prasetiyo; Romaidi dan A. Ghanaim Fasya Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Gajayana 50 Malang. Telp./Fax +62341558933 Email: (nova.dwi.prasetiyo2008@gmail.com; eny.uinmalang@gmail.com) ABSTRAK Limbah cair minyak ikan sebagian besar masih dalam kualitar rendah, mengandung pengotor berupa logam berat, aldehida, Keton, asam lemak bebas (FFA) dan peroksida yang mempengaruhi aroma dan citarasa minyak menjadi tengik. Penelitian in) bertujuan untuk mengetahui Korsentrasi NaOH terbaik untuk menurunkan FFA dan untuk mengetahui komposisi asam-asam lemak tak jenun hasil Konsentrasi NaOH terbaik pada proses netralisasi minyak than hasil samping industri pengalengan ikan dengen analisis menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS), Penelitien ini meliputt: (1) Proses pengolahan minyak ikan hesil samping pengelengan meliput) proses degumming ‘dan netralisast dengan menggunakan basa (NaOH). (2) Analisis FFA cengan menggunakan metode titrast asam basa, (@) Analisis komposisi asarn-asam lemak tak jenuh hasil Konsentrasi NaOH terbaik pada proses netralisast minyak than dengan menggunakan GC-NS. Hasil panelitian menunjubken bahwa atam lemak bebas mengalami penurunan pada setisp tahap pengolahan dari rminyak ikan awal zebelum diproses pemurnian, proses _degumming, serta proses netralisasi dengen menggunakan varias! honsentrasi NeOH 16% 6 mL (24 mmol), 7 mL 2B mmol), 8 mL (32 mmol), 9 mL (36 mmol) dan 10 mL (40 mmol)) berturut-turut, yaitu: 1,45 %, 1,355 %, 0,085 %, 0,055 %, 0,045 %, 0,035 % dan 0.0165 %, dimana persentase penurunan asam lemak bebas (FFA) terendah tercapai pada proses netralisasi dengan konsentrasi NaQH 16 % 10 mL {atau setara dengan 40 mmal), yaitu sebesar 0,0165 X. Asam-acam lemak tak jenuh yang terdapat dalam hasil samping (sabun) pengalengen ikan meliputi: asem lemak omega-3 yait asam eikosa-5,8,11,14,17-pentaenat (EPA) (20:5) sam (Z,Z,2) 9,12, 1-okiadekatrienoat (asam linolenat) (18:3). Asam lemak omega-6 adalah Asam (Z,Z,2,Z) 5,8,11,14 etkosatetraenoat (asam arakhidonat) (20:4). Asam lemak omega-9 adalah asam (E)-9-cktadekaenoat (asam cleat) (18:1), asam (Z)-13-dokosaenoat (asam erukat) (10:1). Minyak ikan hasil samping (sebun) netralisasi mampu menurunkan % area relatif dari asam lemak emega-2 dan asam lemak omaga-6, serta meningkatkan azam lemak omega. Kata Kunci : minyak ikan, asam lemak bebas, Konsentrast NaOH, dan proses netralisast PENDAHULUAN perikenan utamanya yaitu ikan lemuru sebesar 53.631 ton per tahun (Dirjen Perikanan dan Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari 2/3 bagian air dan laut, selebihnya adalah daratan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil. Lugs perairan laut Indonesia ciperkirakan mencapai 5,8 juta Km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 82.000 km dan gugusan ulau-pulau sebanyak 17.508. Indonesia memitikt potensi penangkapan ikan sebanyak 6,26 juta ton pertahun, dimana 4,4 juta ton ditangkap di perairan Indonesia dan 1,86 juta ton diperoteh dari perairan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) (Atmadja, 1993). Salah satu daerah penangkapan ikan laut di Indonesia adalah Muncar Banyuwangi, dimana daerah Muncar merupakan sentra industri perikanan terbesar kedua dilndonesia dengan hasil tangkapan Kelautan, 2009). Seiring dengan berkembangnya teknologi proses pengolahan ikan seperti industri pemindangan, pengasinan, penepungan dan pengalengan, dihasilkan juga timbah cair yang cukup besar. Menurut Estiasih et al. (1996) menyatakan imbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan ‘kan lemuru untukseluruh indonesia sebanyak 1.176 ton per tahun. Limbah cair dari proses pengolahan ‘kan memiliki kandungan minyak yang cukup besar dan potensial untuk dimanfaatkan. Menurut Setiabudi (1990), setiap satu ton ikan lemuru yang diproses akan menghasitkan minyak sebanyak 50 Kg Penelitian Estiasin (2009) tentang tingkat produksi minyak ikan hasit samping yang telah termanfaatkan belum dapat dimanfaatkan secara 180- Fahultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang pesehz2 eS optimal, hanya sebagai pengolahan petis, campuran pakan ternak, serta campuran minyak cat, Sedangkan yang dimanfaatkan untuk bidang pangan masih tetbatas. Padahal telah diketahui bahwa minyak ikan hasil samping pengalengan masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh tinggi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Minyak ikan hasil samping pengalengan yang metimpah memitiki kualitas yang kurang baik karena masih mengandung ppengotor. Pengotor dalam minyak ikan hasilsamping pengalengan meliputi logam berat, produk hasil oksidasi lemak, peroksida, asam lemak bebas, aldehida, dan keton yang mempengaruni aroma dan citarasa’ minyak menjadi tengik serta minyak berwarna getap, cepat mengalami penurunan mutu, sehingga rilai ekonomi minyak menjadi rendah dan kurang diminati masyarakat (Estiasin, 2009). Perlu dikembangkan suatu cara yang murah dan sederhana untuk memperbatkt Kualitas minyak hasil samping industri pengalengan untuk memperoleh kualitas yang lebih baik. Proses netralisasi merupakan cara untuk memperbaiki kualitas minyak dengan penambahan NaOH, dilanjutkan dengan pengadukan dan penyaringan (Ketaren, 2008), Pemurnian minyak ikan dapat dilakukan dengan cara degumming, netralisasi dan bleaching. Beberapa manfaat dari pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan bahan pengotor dari minyak, menurunkan kandungan asam lemak yang tinggi, dan menjerninkan warna minyak yang dimurnikan (Havizh, 2008). Penelitian Havizh (2008) tentang Pemurnian minyak dari timbah pengolahan ikan menunjukkan adanya pengaruh penambahan NaOH pada proses netralisasi yang menyebabkan komponen warna, pengotor dan asam lemak bebas terpisah menjadi sabun. Sedangkan menurut Ketaren (1986), basa yang digunakan pada saat netralisas! akan membentuk sabun yang dapat mengurangi zat warna dan kotoran pada minyak. Penelitian Estiasih (2003) tentang pengaruh larutan alkali menggunakan soda kaustik (NaOH) pada proses pemurnian minyak ikan dalam proses mikroenkapulasi mampu menurunkan perubahan kadar asam lemak bebas (FFA) yang tinggi dari minyak ikan awal, dimana kadar asam lemak bebas (FFA) minyak ikan awal sebesar 8,97 % mampu diturunkan sebesar 2,63. Penelitian Havizh (2008) tentang pemurnian minyak dari timbah pengolahan ‘kan menjelaskan pada proses netralisasi dilakukan dengan menggunakan tiga Konsentrasi basa, yaitu 10 oBe, 15 Be, dan 20 ofe, sehingga diperoteh perlakuan terbaik dengan pemberian basa (NaH) 20 oBe atau sekitar 14,36 % yang mampu menurunkan kadar asam temak bebas sebesar 86,03, %, Sedangkan penelitian Dalimunthe (2009) tentang pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi sabun mandi padat menunjukkan kadar FFA hasil Pemurnian untuk minyak goreng diperoleh 1,15 % dengan penambahan konsentrasi NaOH 15 %. Menurut Estiasih (2003), pada proses netralisasi hebutuhan akan larutan NaH dalam menurunkan kadar asam lemak bebas dari 7,84 % menjadi 0,42 % atau turun sebesar 92,58 %, dibutuhkan konsentrast NaOH sebesar 9, 15% Menurut standar International Association of Fish Meal and Oil Manufactures (IFOMA), batas maksimum asam lemak bebas pada inyak ikan sebesar 1 . Sedangkan penelitian Heli (2011), tentang pengolahan minyak ikan hasit samping industri pengalengan mampu menurunkan kadar FFAsebesar 85,40 % dengan konsentrasi NaOH 16 % sebanyak 18 mL. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa NaOH mampu menurunkan asam lemak bebas pada minyak goreng belas, tetani dari penelitian-penelitian tersebut asam lemak bebas (FFA) yang mampu diturunkan paling banyak sebesar 92,58 %. Penelitian ini mempelajari honsentrasi NaOH terbaik untuk menurunkan asam lemak bebas (FFA) hingga mencapat 100%. Penelitian ini juga untuk mempeiajari pengaruh konsentrast NaOH terbaik pada proses netralisasi terhadap komposisi asam-asam temak tak jenuh dengan menggunakan Gas Chromatoeraphy-Mass Spectrom- eter (GC-MS). NETODE PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan adalah seperangkat alat gelas Laboratorium, erlenmeyer, timbangan analttik, corong pisah, beaker glass, pipet volume, pipet ukur, spatula, statif, pipet tetes, labu ukur, gelas arloji, Buchner, termometer, hot plate, buret, pengaduk magnet, seperangkat alat refluks, desikator, Instrumentasi GC-MS. QP2010S SHIMADZU. Bahan baku adalah minyak ikan hasil samping industri pengatengan ikan, NaOH 16 &, NaCl 8 %, etanol 96 ‘%, indikator pp, BHT [Buthyl Hydroxyl Toluene), boron trifluorida (BF3), metanol, H2S04 pekat, n= heksana (p.a), HCL 4M, kertas saring dan aquades. PROSEDUR PENELITIAN Proses Penghilangan Gum (Degumming) Proses penghilangan gum dilakukan dengan cara minyak ikan diambil 200 gram, kemudian ditambahkan larutan NaCl 8 % sebanyak 240 ml, selanjutnya ditambahkan antioksidan BHT 0,02 % sebanyaj 120 mL pada suhu 70 °C selama 15 menit, sambit ditakukan pengadukan sampai gum atau lendir terlihat memisah. Kemudian didiamkan sampai gum atau lendir benar-benar terpisah, selanjutnya antara gum dengan minyak oipfsahkan dengan menggunakan corong pemisah. Minyak yang didapatkan kemudian disaring. Ditimbang minyak hasil dari proses degumming. Proses Penghilangan Asam Lemak Bebas (Netralisasi) Penambahan 6 mLNaOH 169% (setara dengan 24 mmol) Minyakikan yang telah mengalamt proses degumming diambil sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL. Kemudian dipanaskan sampai suhu 35 0C, setelah KE Fults Stns do Tetoolg! UN Hal Malang =181 Sh CK itu ditambahkan larutan NaOH 16 % sebanyak 24 mmol, Selanjutnya diaduk-aduk campuran selama 10 menit pada suhu 70 oC atau sampat sabun yang terbentuk sudah menggumpal atau sampai pH retral. Kemudian didiamkan selama 10 menit atau sampai terlihat memfsah antara atr, sisa-sfsa sabun dan minyak yang terbentuk, selanjutnya minyak yang diperoleh disaring dengan Buchner yang dilapisi dengan kertas saring. Setelah itu, filtrat yang diperoleh dimasukkan dalam botol kecil, sedangkan residu (sabun) yang terbentuk ditimbang dan dicatat hasitnya, kemudian dimasukkan ke dalam plastik, Penambahan 7 mL NaOH 16 % (setara dengan 28 mmol) Minyak skan yang telah mengatami proses de- gumming diambil sebanyak 100 gram dan dimasukken ke dalam beaker glass 250 mL. Kemudian dipanaskan sampat suhu 35 0C, setelan itu ditambahkan larutan NaOH 16 % sebanyak 28 mmol, Selanjutnya diaduk-aduk campuran selama 40 menit pada suhu 70 oC atau sampat sabun yang terbentuk sudah menggumpal atau sampai pH retral. Kemudian didiamkan selama 10 menit atau sampai terlihat memfsah antara air, sisa-sfsa sabun dan minyak yang terbentuk, selanjutnya minyak yang diperoleh disaring dengan Buchner yang dilapisi dengan kertas saring. Setelah itu, filtrat_ yang diperoleh dimasukkan dalam botol Kecil, sedangkan residu (sabun) yang terbentuk ditimbang dan dicatat hasilnya, kemudian dimasukkan ke dalam plastik, Penambahan 8 mL NaOH 16 % (setara dengan 32 mmol) Minyak ikan yang telah mengalami proses de- gumming diambil sebanyak 100 gram dan dimasukken ke dalam beaker glass 250 mL. Kemudian dipanaskan sampat suhu 35 0C, setelah itu ditambahkan larutan NaOH 16 % sebanyak 32 mmol. Selanjutnya diaduk-aduk campuren selema 10 menit pada suhu 70 o€ atau sampat sabun yang terbentuk sudah menggumpal atau sampai pH retral. Kemudian didiamkan selama 10 menit atau sampai terlinat memfsah antara air, sisa-sisa sabun dan minyak yang terbentuk, selanjutnya minyak yang diperoleh disaring dengan Buchner yang dilapisi dengan kertas saring. Setelah itu, filtrat yang diperoleh dimasukkan dalam botol kecil, sedangkan residu (sabun] yang terbentuk ditimbang dan dicatat hasilnya, kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Penambahan 9 ml NaOH 16 % (setara dengan 36 mmol) Minyak ikan yang telah mengatami proses de- gumming diambil sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL. Kemudian dipanaskan sampai suhu 35 0C, setelah itu ditambahkan larutan NaOH 16 % sebanyak 36 mmol, Selanjutnya diaduk-aduk campuran selama 10 menit pada suhu 70 oC atau sampat sabun yang GREEN xite2!003 terbentuk sudah menggumpal atau sampai pH netral. Kemudian didiamkan selama 10 menit atau sampat tertihat memisah antara air, sisa-stsa abun dan minyak yang terbentuk, selanjutnya minyak yang diperoleh disaring dengan Buchner yang dilapis\ dengan kertas saring. Setelah itu, filtrat yang diperoleh dimasukken dalam botol kecil, sedangkan residu (sabun) yang terbentuk ditimbang dan dicatat hesilnya, kemudian dimasukkan ke dalam plastik Penambahan 10 mL. NaOH 16 % (setara dengan 40 mmol) iMinyak kan yang telah mengalami proses degumming diambil sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml. Kemudian dipanaskan sampai suhu 35 oC, setelah itu ditambahkan larutan NaOH 16 % sebanyak 40 mmol, Selanjutnya diaduk-aduk campuran selama 10 menit pada suhu 70 oC atau sampai sabun yang, terbentuk sudah menggumpal atau sampai_ pH etral. Kemudian didtamkan selama 10 mentt atau sampai terlihat memisah antara air, sisa-sfsa sabun dan minyak yang terbentuk, selanjutnya minyak yang diperoleh disaring dengan Buchner yang ditapis\ dengan kertas saring. Setelah itu, filtrat yang diperoleh dimasukkan dalam botol kecil, sedangkan residu (sabun) yang terbentuk ditimbang dan dicatat hasilnya, kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Penentuan Asam Lemek Bebas (FFA) (AOAC, 1990) ‘Minyak ikan yang telah mengalami proses netralisasi diambil sebanyak 14 gram minyak ikan pada tiap tahap pemurnian dan dimasukkan ke dalamerlenmeyer 250 mL, selanjutnya ditambahkan 25 mL etanol 96 % dan dipanaskan pada suhu 40 oC, setelah itu ditambahkan 2 mL indiketor pp, dilakukan titrast dengan larutan NaOH 0,05 4 sampat muncul warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik. Dihitung asam lemak bebas (% FFA) dengan Tumus dibavah int (AOAC, 1990): % FFA = mLNaOH x MINaQH x BMBerat Sampel (gram) x 1000 x 100 Keterangan: % FFA : Kadar asam lemak bebas mL NaOH : Volume titran NaOH M NaOH : Molaritas larutan NaOH (mol/L) BM: Berat molekul asam lemak (asam lemak oleat) 284,6 gran/mol Pembuatan Metil Ester Asam Lemak dari Minyak Ikan (Heli, 2011) ‘Sampel minyak ikan diambil sebesar 2 mL dan ditambahkan dengan 2 mL BF3 dalam Metanol, kemudian direfluks setama 2 jam dengan suhu 80 . Setelah itusampel didinginkan dan ditambahkan 2mLi-heksana (p.a), kemudian terbentuklah 2 fasa (lapisan atas berupa metil ester dan lapisan bawah berupa senyawa tain {pengotor)). Selanjutnya diambil lapisan atas yang berupa metil ester. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak dari Hasil Sampling (Sabun) Proses Netralisas! (Rismaya, 2008) ‘Sampel hasil samping (sabun) proses netralisasi dengan konsentrasi NaOH terbaik dihidrolisis dengan cara mereaksikannya pada larutan HCl 4 M yang gs 182- Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang GREEN Ei021503 massanya dilebihkan 10 %. Kemudian campuran dipanaskan pada suhu 80 oC selama 2 jam, dan campuran diaduk sambil dipanaskan sampai terbentuk asam lemak yang benwujud cairan dan tidak larut dalam air. Asam lemak yang terbentuk kemudian dipisahkan dan selanjutnya ditakukan esterifikasi. Asam lemak diambil sebanyak 20 gram dimasukkan ke dalam tabu ukur 250 mL kemudian ditambahkan 1,25 mL H2504 pekat dalam metanol. Setelah itu campuran direfluks pada suhu 80 oC selama 2 jam, kemudian sampel didinginkan dan ditambahkan 2 mL. n-heksan (p.a) lalu dipindahkan ke calam corong pisah. Setelah itu terbentuklah 2 fase (lapisan atas berupa metil ester dan lapisan bawah berupa pengotor) (Rismaya, 2008). Selanjutnya diambil lapisan atas yang berupa metil ester. Analisis Minyak Ikan dengan GC-MS Analisis minyak ikan menggunakan GC-MS QP2010S SHIMADZU. Sampel minyak ikan yang akan dianalisis adalah sampet minyak tkan yang telah diesterifikasi yaitu minyak ikan hasit samping netralisasi dan minyakikan hasil samping netralisasi (sabun) dengan konsentrast NaOH 16 % terbaik. Masing-masing metil ester minyak ikan yang telah pekat tersebut diambil sebanyak 1 ‘ diinjeksikan dalam alat GC-NS yang telah dikondisikan sebagai berikut: Jenis kolom:: Rastek RXi-5MS Panjang kolom 2 30 meter ID : 0,25 mm Gas pembawa : Helium Sistem fonisasi : Electron impact (El) Energi iorisasi + 70 Ey Sunu kolom : 80 °C Suhu injektor : 310 ~C Injection mode : Split Tekanan gas : 16.5 kPa Kec Aliran gas : 0,5 mL/Menit Suhu detektor : 250 °C HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Penghilangan Gum (Degumming) Proses degumming bertujuan untuk memisahkan gum ataulendir-tendir yang terdiri dari fosfolipid (lesitin), protein, resicu, karbohidrat dan air yang terkandung dalam minyak. Pengaruh Penambahan larutan NaCl, berfungsi untuk melarutkan partikel halus tersuspensi ke dalam air dan ikut mengendap di bawah air serta dapat membantu menarik lendir yang terbentuk dalam minyak ikan, sehingga pada proses ini diperoleh minyak ikan yang bebas lendir. Lendir ini terdiri dari Komponen fosfolipid seperti lesitin. Dalam proses degumming ditambahkan juga antioksidan BHT (Butil Hidroksi Toluene) bertujuan untuk mencegah atau mengurangi Kerusakan minyak akibat oksidasi selama proses pemurnian minyak kan. Selama proses pengendapan terdapat 3 lapisan, tapfsan atas berupa minyak, lapisan tengah berupa gum (lesitin), dan lapisan bawah adalah air. Terjadi perubahan fisik warna minyak ikan sebelum dimurntkan berwarna kehitaman, setelah metalul proses degumming minyak ikan yang dihasitkan menjadi berwarna kecoklatan Minyak ikan hasil degumming ditimbang diperoleh sebesar 548,097 Fults Stns don Teooog! UN Mall Malang - 163 Sh ‘gram dan berat gum sebesar 75,246 gram, dimana berat minyak ikan setelah proses degurmming adalah sebesar 625,056 gram. minyak tkan hast degumming selanjutnya digunakan pada proses penghilangan asam lemak bebas (netralisasi). Proses Penghilangan Asam Lemak Bebas (Netralisasi) Netralisasi bertujuan untuk memisahkan asam lemak bebas dengan menambahkan suatu basa sehingga membentuk sabun, larutan basa yang digunaken adalah NaOH 16 %, sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran seperti fosfatida dan protein dengan cara membentuk ‘emulsi. Campuran antara minyak dan larutan NaOH tersebut membentuk suatu butiran-butiran kecil. Butiran-butiran tersebut merupakan sabun, dan sabun iniakan tampak elas pada saat peryaringan. Menurut standar IFOWAA, tentang ciri mutu minyak ‘kan hasil samping industri pengalengen ikan lemuru yang baru cihasitkan bahwa batas maksimum jumlah ‘asam lemak bebas pada minyak kan adalah sebesar 1% dari hasil penelitian ini kadar FFA yang diperoteh adalah kurang dari 1 % dimana untuk pengulangan yang pertama adalah sebesar 0,09 %, 0,07 %, 0,05 %, 0,04 %, dan 0,018 %, sedangkan untuk pengulangan yang kedua diperoteh sebesar 0,08 %, 0,06 %, 0,04 %, 0,03 %, dan 0,015 %. Pada proses pendinginan minyak dan sabun terlihat jelas memisah, sabun yang terbentuk menggumpal dan mengendap dibagian bawah minyak, setelah didinginkan kemudian dilakukan penyaringan. Perubzhan vrarna dari minyak iken terlihat cengan jelas, minyak ikan hasil degumming yang tadinya berwarna kecoklatan setelah melalui proses netralisasi minyak ikan menjadi berwarna orange jerin dan bersth.minyak hasil netratisast yang didapat kemudian dilanjutkan ke penentuan asam lemak bebas dengan metode titrasi asam-basa. Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA) dengan Metode Titrasi Asam-Basa (AOAC, 1990) Tahap anatisis asam lemak bebas inf dilakukan pada minyak ikan sebelum proses pemurnian, minyak ikan hasil degumming, serta minyak ikan hasil netralisasi dengan variasi penambahan konsentrasi NaOH 16 % 24 mmol, 28 mmol, 32 mmol, 36 mmol dan 40 mmol. Berikut hasil analisis kadar FFA pada minyak ikan sebelum proses pemurnian dapat dilthat pada Gambar 1. Hal FFA Misvak lan Awal dengan Standar IFOMA a mas Data pada Gambar 1. telah membuktikan. bahwa mutu minyak ikan hasil samping industri pengalengan ikan masih berada dibawah standar IFOMA. Hal ini menunjubkan bahia minyak ikan hasit samping industri pengalengan ikan tidak layak untuk dikorsumsi untuk keperluanmanusia. Apabila masih tetap mengkonsumsinya maka akan menyebabkan penyakit kanker dan membahayakan bagi Kesehatan tubuh. Pada proses degumming selain mengalamt perubahan secara fisik, akan tetapi juga membantu dalam menurunkan asam temak bedas, penurunan asam lemak bebas dari 1,45 % menjadi 1,355 % atau turut menyumbang penurunan sekitar 6,55 % dari keseluruhan tahapan pengolahan minyak ikan saat roses degumming. Penurunan kadar asam lemak bebas pada proses netralisasi dengan variasi korsentrasi NaGH 16 % 24 mmol, 28 mmol, 32 mmol, 36 mmol dan 40 mmol yaitu 0.085%, 0,065 %, 0,045 ‘%, 0,035 & dan 0,0165°%, Data hasit penurunan asam lemak bebas pada minyak ikan hasil samping industri pengalengan ikan dengan variast penambahan konsentrasi NaOH 16 % ditunjukkan pada Gambar 2 Hadi Analisi: Pesurunan Kadar FFA Minyak Ikan Pr: Netralteas 100 38,78 742 see8 "= Penur Zc} unan é il Kadar is FFA 90 24 28 32 36 40 frasi NaOH 1 Pada Gambar 4.6 dapat disimpulkan bahwa dari ketima variasi penambahan korsentrasi NaOH 16 % mengalam! penurunan kadar asam lemak bebes setelah proses netralisasi. Penurunan kadar asam lemak bebas tertinggi diperoteh pada konsentrast NaOH 16 % 40 mmol diperoleh sebesar 98,78 %. Penurunan kadar asam lemak bebas pada minyak hasil netralisasi disebabkan terutama oleh reakst GREEN Seihi222003 yang terjadiantara basa (NaOH) dengan asam lemak bebas. Netralisast dengan basa (NaOH) menyebabkan terbentuknya sejumlah sabun. Menurut Havizh (2008), mengatakan bahwa perbedaan tingkat konsentrasi NaOH yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kandungan asam lemak bebas dalam minyak ikan. Hal ini disebabkan dengan semakin tingginya jumlah NaOH yang ditambahkan dalam proses netralisasi minyak, maka semakin besar pula jumlah asam lemak bebas yang tersabunkan sehingga jumlah asam lemak bebas pada minyak akan berkurang pula. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak dari Minyak Ikan ‘Minyak ikan sebelum diinjeksikan kedalam GC- MS, harus diesterifikasi terlebih dahulu agar titik didinnya rendah sehingga dapat terdeteksi ketika diinjeksikan ke dalam alat GC-MS, Karena GC-MS hanya dapat mendeteksi senyawa-senyawa organtk yang mudah menguap. Pada preparasi sampel reaksi yang terjadi adalah transesterifikesi merupakan reaksi antar ester dengan alkohol menghasitkan ester baru, dengan reaksi umum sebagai berikut Proses transesterifikasi minyak ikan ini menggunakan pereaksi katalis asam yaitu. BF3 metanol. Diantara berbagai macam katalis asam, 8F3-metanol merupakan katalis yang efektif untuk mengubah sam lemek dari asil gliserol menjadi metil ester. Pembuatan Metil Ester Asam Lemmak dari Minyak Ikan Hasil Samping (Sabun) _—_Netralisasi RCOOR’+R”OHRCOOR” + R’OH Sampel hasil samping (sabun) sebelum diinjeksikan ke dalam GC-MS, harus dtesterifikast terlebih dahulu agar titik diditnya rendah sehingga dapat terdeteksi ketika diinjeksikan ke dalam alat GC-MS, karena GC-MS hanya dapat mendeteks' senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Pada preparasi sampel reaksi yang terjadi adalah uransesterifikas! merupakan reeksi antar ester dengan alkohol menghasilkan ester baru, dengan reaksi umum sebagai berikut Proses transesterifikasi minyak kan ini menggunakan pereaksi katalis asam yaitu H2S04-metanol. Diantara berbagai macam katalis asam, H2SO4-metanol merupakan katalis yang efektif untuk mengubah asam lemak dari asil gliserol menjadi metil ester. Anatisis Minyak Ikan dengan GC-MS Analisis minyak tkan hasil samping industri pengalengan dan minyak ikan hasil dari proses pemurnian dengan menggunakan GC-MS ini bertujuan untuk mengetahui Komposis! asam temiak tak jenuh yang termasuk ke dalam golongan asam lemak omega-3, omega-6 dan omega-9 yang terdapat dalam minyak ikan hasfl samping (sabun} pada proses netralisasi. Hasil Analisis Asam Lemak Tak Jenuh Minyak Ikan gy 184- Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang GREEN hue! 3 Hasil Netralisasi dengan Korsentrasi NaOH 16 % 40 mmol Menggunakan GC-MS Hasil analisis GC-MS diperoteh kromatogram GC dan Spektra MS, dari hasil analisis kromatogram GC dan MS, asam lemak omega-3, omega-6 dan omega-9 yang terdapat dalam sampel minyak tkan hasil samping pengalengan diduga adalah ditunjukkan pada tabel 1. ‘abel {. Asam lemak tak jenuh yang terkandung dalam rminyak ikan hasil netralisasi.RCOOR’sR"OHRCOOR" + R’CH Kemm ZZD) SIS oktadehamienoat (12am linolenat) ‘Aaam ekora 3 8111417 _pentaenoat (EPA) ‘Asm ZZZD) 581116 ‘dlocatenaenest (cam arakhidona) Omegs3 Omesr 6 ‘Azam (2)-15-dekosenoat (am erat) Omega-9 NaOH sehingga membentuk sabun. Akan tetapi, pengaruh proses netralisasi terhadap % area relatif ‘dart asam lemak omega-3, omega-6 dan omega-9 yang terkandung dalam minyak ikan hasil proses netralisasi dan hasil samping (sabun) proses netralisast ditampfikan paca Tabel 3. “abel 2. Perbandingan & area azam lemak Omega-3, Omega-6 ‘dan Omaga-9 minyakikan hasil netralirasi dengan minyale Than hasilsamping (sabun) proses netralicas, “Asam (©) 10-nomsdeksenost Hasil Analisis Asam-Asam Lemak Tak Jenuh #inyak |kan Hasil Samping (Sabun) Proses Netratisas! dengan Menggunakan GC-MS Hasil analisis GC-MS diperoleh kromatogram GC dan Spektra Ms, dart hasil analtsis kromatogram GC dan MS, asam lemak omega-3, omega-6 dan omega-9 yang terdapat dalam sampel minyak ikan hasil samping pengalengan diduga adalah ditunjukkan pada tabel 2. ‘Tabel 2, Asam lemak tak Jenuh yang terkandung dalam ‘minyak kan has netraltsas, Asam ekova-5,8,11,14,17- pentaenoat (EPA) (20:5) Asam ZZZ,Z) 58,1114 eikosatetraenoat (25am arakhidonat) Asam (E)-9-oktadekaenoat Gram cleat) ‘Asam (Z)-13-dokessenoat (sam erukat) (22-1 Hasil analisis asam lemak tak jenuh minyak ‘kan hasil samping (sabun) proses netralisasi dengan GC-MS terjadi penghilangen asam lemak bebas dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan Terjadi penurunan % area dari asam lemak ‘omega-3 dan omega-6, akan tetapi peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan, sedangkan pada asam lemak omega-9 mengalami peningkatan % ‘area. Pada hasil samping (sabun) proses netralisasi ‘dak citemukan asam Linolenat dan Asam (E)-10- nonadekaenoat yang ikut tersabunkan, hal ini dimungkinkan bahwa asam lemak tak jenuh ini terikat oleh trigliserida. KESIMPULAN Konsentrasi NaGH terbaik yang diperoteh untuk menurunkan asam lemak bebas (FFA) dari proses netralisasi minyak ikan hasil samping industri pengalengan ikan adalah 10 mL (atau setara dengan 40 mmol, dimana pada proses netralisasi ini mampu menurunkan kadar FFA sebesar 98,78 %. Asam-asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam hasit samping (sabun) pengatengan kan meliputi: asam lemak ‘omega-3 yaitu asam eikosa-5,8,11,14,17- pentaenoat (EPA) (20:5), asam (Z,Z,Z) 9,12,15- ‘oktadekatrienoat (asam linolenat) (18:3). Asam lemak omega-6 adalah Asam (2,Z,2,Z) 5,8,11,14- etkosatetraenoat (asam araknidonat) (20:4). Asam lemak omega-9 adalah asam (E)-9-oktadekaenoat {(asam oleat) (18:1), asam (Z)-13-dokosaenoat (asam E{ Fakuitas Sens dan Tekmologl UIN Malti Malang -185 os CE erukat) (10:1). Minyak ikan hasil samping (sabun) retralisasi mampu menurunkan % area relatif dart asam lemak omega-3 dan asam lemak omega-6, serta meningkatkan asam lemak omega-9. SARANPerlu analisis lebih lanjut seperti bilangan peroksida, angka fodin dan loam berat yang ada dalam minyak ikan hasil samping industri pengatengan ikan serta analisis kuantitatif tentang kadar bebrapa asar-asam lemak tak jenuh essersial (seperti asam lemak Omega-3, Omega-6 dan Omega~ 9) dengan menggunakan senyawaan standarnya. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri ‘Naulana Malik Ibrahim Malang yang tetah membantu ‘sehagian dana dalam penelitian saya ini dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca tainnya DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1990. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. ‘Washington, D. C: AOAC inc. Atmadja, Kusuma, M. 1973. Rights Over Natural Resources in Southest Asia. Managing Fisheries in Indonesia. In M. Seda (ed.), Enviromental Management in Asean. Prospectives on Critical Regional Issues. Singapore. institute of Southest Asian Studies. Dalimunthe, N. A. 2009. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas menjadi Sabun Mandi Padat. Thesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Nedan. Dirjen Perikanan dan Kelautan. 2009. Potensi Unggulan Perikanan Jewa Timur. hetp:// bpm.jatimprov.co.id/web/be-file/ UnggulanPerikanan.pdf. Diakses Tanggal 17 Mei 2011 Estiasih, T, 1996, Mikroenkapsulasi Konsentrat Asam Lemak Omega-3 dari Limbah Cair Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinetla longiceps). Thesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Estiasih, T. 2003. Peran Natrium Kaseinat dan Fosfotipida dalam Emulsifikasi dan Mikroenkapsulast Trigliserida Kaya Asam Lemak Omega-5. Disertasi.. Program Pasca Sarjana. Yogyakarta: Universitas Gadah Mada. Estiasih, T. 2009. Minyak Ikan Teknologi dan Penercpannya Untuk Pangan dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Havizh, A. M. 2008. Pemurnian Minyak dari Limbah Pengolahan Ikan. Skripsi. Bandung: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut GREEN xite2!003 Heli, R. 2011. Pengolahan Minyak Ikan Hasil Semping Industri Pengalengan Ikan Menggunakan Karbon “Aktif Biff Kelor (Moringa ollefera., Lamk) dan Serbuk Gergaji Kayu Jeti (Tectona grandis.,1.F). Skripsi. Malang: Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi.UIN Maliki Malang. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Ecisi Pertama. Jakarta: Penerbit Ul Press. Ketaren, 5., 2008, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta : Penerbit UI. Rismaya, L. 2008. Kiner;ja Bentonit Sebagai Katalis Delam Reakst Konverst Trigliserida dart Minyak Kelepa Sawit dan Minyak Biji Mahoni Menjadi Metil Ester Asam Lemak. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: FPMIPA Jurusan Kimia. Setiabuidi, E. 1990. Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Jenis Filter Pada Jumlah Asam Lemak Omega 3 Pada Limbah Hasil Pengatengan dan Penepungan Ikan Lemuru. Tesis Tidak Diterbitkan. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. gs 186- Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang

Anda mungkin juga menyukai